Askep + LP Campak Yoga Pratama Flamboyan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT CAMPAK DAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TENTANG NUTRISI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



Oleh : Nama : Yoga Pratama NIM



: 2018.C.10a.0992



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S-1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020



i



LEMBAR PENGESAHAN Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh: Nama



: Yoga Pratama



NIM



: 2018.C.10a.0992



Program Studi



: S1 Keperawatan



Judul



: Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. J dengan Diagnosa Medis Penyakit Campak dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang Nutrisi di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.



Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.



PEMBIMBING PRAKTIK Pembimbing Akademik



Pembimbing Klinik



Kristinawati, S.Kep, Ners



Arus Pandia, SST Mengetahui, Ketua Program Studi Ners,



Meilitha Carolina, Ners, M.Kep



i



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. J dengan Diagnosa Medis Penyakit Campak dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang Nutrisi di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3.



Ibu Kristinawati, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini



4.



Ibu Arus Pandia, SST selaku kepela ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di ruang Flamboyan.



5.



Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan



dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya, 22 Juni 2020



Penyusun



ii



iii



DAFTAR ISI SAMPUL .................................................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................. 1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 2.1 Konsep Penyakit Campak .................................................................................. 2.1.1 Definisi Penyakit Campak ........................................................................ 2.1.2 Anatomi Fisologi....................................................................................... 2.1.3 Etiologi...................................................................................................... 2.1.4 Klasifikasi.................................................................................................. 2.1.5 Fatosiologi (WOC) ................................................................................... 2.1.6 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 2.1.7 Komplikasi ............................................................................................... 2.1.8 Pemerikasaan Penunjang .......................................................................... 2.1.9 Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nutrisi) .................................................... 2.2.1 Konsep Oksigenasi ...................................................................................... 2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ...................................................................... 2.3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................ 2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 2.3.3 Intervensi Keperawatan .............................................................................. 2.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................ 2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................ BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................... 3.1 Pengkajian ....................................................................................................... 3.2 Diagnosa .......................................................................................................... 3.3 Intervensi ......................................................................................................... 3.4 Implementasi dan Evaluasi.............................................................................. BAB 4 PENUTUP .................................................................................................... 4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 4.2 Saran ................................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................



iii



1



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus golongan Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat 145.700 orang meninggal akibat campak, sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian besar terjadi pada balita (WHO, 2015). Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemik di negara berkembang termasukIndonesia. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus yang terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk.Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,64 per 100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun sebesar 30% dan 27,6%. Campak confirm merupakan penyakit campak yang cara diagnosisnya dengan menggunakan tes serologi di laboratorium. Angka kejadian campak confirmdi Jawa Tengah cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan data tiap tahun mengalami peningkatan yang drastis. Dari tahun 2013 ke 2014 kasus campak terjadi peningkatan sebanyak 276 kasus. Tahun 2014 di Jawa Tengah terdapat 308 kasus campak confirm, sedangkan pada tahun 2013 hanya terdapat 32 kasus. Kasus campak confirmdari tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan secara drastis. Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini meliputi demam, batuk, pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti dengan munculnya ruam makulopapuler yang menyeluruh di tubuh. Menurut Nugrahaeni (2012), kejadian campak disebabkan oleh adanya interaksi antara host, agent dan environment. Perubahan salah satu komponen mengakibatkan keseimbangan terganggu sehingga terjadi campak. Berdasarkan penelitian Mujiati (2015) dan Giarsawan dkk (2012), faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian campak yaitu umur, status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif, kepadatan hunian, ventilasi, riwayat kontak,dan pengetahuan ibu. Menurut Widagdo (2012) penyakit campak dapat mengakibatkan kematian. Terjadinya kematian dapat 1



dipicu dengan komplikasi penyakit yaitu bronkhopneumonia yang timbul akibat penurunan daya tahan anak yang menderita campak. Cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi campak berhasil menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di Indonesia(Kemenkes RI, 2015). Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena campak, karena imunisasi dapat memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit termasuk campak (Nugrahaeni, 2012). Dari besarnya insiden Campak di negara–negara berkembang seperti di Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik Campak dalam upaya ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan. 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan



masalah dalam studi kasus ini adalah : 1.2.1 Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Tn. J dengan diagnosa Campak ? 1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Campak di ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya. 1.3.2 Tujuan Khusus a.



Mampu



melakukan



pengkajian,



menganalisa,



menentukan



diagnosa



keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan. b.



Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.



c.



Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan



1.4



Manfaat



1.4.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang



3



diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya. 1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa medis Campak secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri. 1.4.3 Bagi Institusi 1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan tentang Campak dan Asuhan Keperawatannya. 1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan diagnosa medis Campak melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif. 1.4.4 Bagi IPTEK Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Konsep Penyakit Anemia



2.1.1 Definisi Anemia Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,2013). Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380cata lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah (WHO,2009). Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadiumkonvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercakkoplik ( Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ). Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vo 2,Nelson, EGC, 2010) Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala prodormal panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan mengelupas. (Fanani. 2009: 61-62). Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit inimemiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam,batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahanpada kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizisebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindromradang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebihparah setelah sakit campak berat.



5



2.1.2



        



Anatomi Fisiologi



2.1.2.1 Anatomi kulit.      



Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,



merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.             Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. a.      Epidermis        Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.        Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :



5



1.      Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2.      Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis. 3.      Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans. 4.      Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap



filamen-filamen



tersebut



memegang



peranan



penting



untuk



mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans. 5.      Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.         Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). b.     Dermis        Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : 1.



Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.



2.



Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.



        Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.         Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar



7



keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi c.       Subkutis        Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.        Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.         



2.1.2.2 Vaskularisasi Kulit          Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis



        



2.1.2.3 Fisiologi Kulit            Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.            Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. 2.1.3



Etiologi 7



Penyakit campak disebabkan oleh virus yaitu virus campak sendiri ( paramiksovirus, genius morbili). virus campak ini dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung, dan saluran pernafasan. (Rimbi, 2014) Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 2007). Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari,



eter,



tripsin,



dan



beta



propiolakton.



Sedang



formalin



dapat



memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 2011 : 90-91). Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak,



cara



penularan



dengan



droplet



dan



kontak



(Ngastiyah,



2007:351) Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 2010 : 198). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: •



bayi berumur lebih dari 1 tahun







bayi yang tidak mendapatkan imunisasi







remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisa



2.1.4 Klasifikasi Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium : 1.



Stadium kataral (prodormal) Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demamringa



hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dankonjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbulenantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapisangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna



putih



kelabu,



sebesar



ujungjarum



dan



dikelilingi



oleh



eritema.Lokalisasinya dimukosa bukalisberhadapandengan molar dibawah, tetapi



9



dapat menyebar tidak teraturmengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat puladitemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankulalakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karenadiiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang danpneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. 2.



Stadium erupsi Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merahdipalatum



durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentukmakula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbuldibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut danbagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer padakulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah beningdisudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikitsplenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbiliyang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahanpada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 3.



Stadium konvalesensi Erupsi



berkurang



meninggalkan



bekas



yang



berwarna



lebih



tua(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anakIndonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi inimerupakan



gejala



patognomonik



untuk morbili.



Pada



penyakit-penyakit



laindengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpahiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila adakomplikasi. 2.1.5 Patofisiologi Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar,pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biakpada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutamabagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaranpada epitel dan kulit



9



menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C :coryza,cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awalinfeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruammakulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun danhipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap,berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.



WOC CAMPAK Paramiksovirus



Poliferasi endotel kapiler dalam korium



Saluran nafas



Eksudasi serum/eritrosit dalam epidermis



Ditangkap Makrofag Ruam Menyebar ke kelenjar limfa regional



Kulit Gangguan citra tubuh



Replikasi virus



Sel -sel jaringan limfa local



Virus di lepas ke aliran darah (veriema primer)



Menyebar ke berbagai organ



Histamine



Kerusakan integritas kuliit



Epitel saluran nafas



Hiperemis dinding posterior faring



↓fungsi silia



↑sekret Virus sampai RES



Gatal (nyeri ringan)



Replikasi kembali



Verimea sekunder



Nyeri tenggorokan Reflek batuk Nyeri



Gangguan rasa nyaman



Reaksi radang Set point meningkat Pengeluaran mediator kimia ↑Suhu tubuh



Hipertermi



Ketidakefektifan jalan nafas



11



2.1.6 Manifestasi Klinis Masa tunasnya adalah 10-20 hari, Menurut NANDA 2015, stadium penyakit campak meliputi : 2.1.6.1 Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut: a.



Panas



b.



Malaise



c.



Batuk



d.



Fotofobia



e.



Konjungtivitis



f.



Koriza Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,



timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi



oleh



eritema



tapi



itu



sangat



jarang



dijumpai.



Diagnosa



perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir. 2.1.6.2 Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah: a.



Koriza dan Batuk bertambah



b.



Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole



c.



Kadang terlehat bercak koplik



d.



Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.



e.



Terdapat pembesaran kelenjar getah bening



f.



Splenomegali



g.



Diare dan muntah Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang



disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 2.1.6.3 Stadium konvalensensi a.



Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)



b.



Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume



2,2006). 2.1.7 Komplikasi



11



Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak: 1. Otitis media akut (infeksi telinga) 2. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah 3. bronkopneumoni (infeksi saluran napas) 4. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1.000-2.000 kasus. 5. Bronkiolitis 6. Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis 7. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan. 8. Diare 9. Kejang Demam (step) 10. Pneumoni Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus, pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela. 11. Gastroenteritis Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4% 12. Ensefalitis Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi. 13. Otitis media Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis media 14. Gangguan gizi Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 2011 : 95) 2.1.8



Pemeriksaan Penunjang Menurut NANDA 2015 pemeriksaan lanjutan :



1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni 2. Dalam sputum, sekresi nasa, sedimen urin, dapat ditemukan adanya multinucleated giant cell yang khas



13



3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puuncaknya pada 2-3 minggu kemudian. Diagnose kasus campak ditegakan dengan pemeriksaan IgM campak dan kenaikan Titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (di ambil dalam waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalensi (diambil antara 2-4 minggu kemudian). (Soegejanto, 2007), Saat ini pemeriksaan ELLISA dapat membedakan deteksi IgM dan IgG, yang telah dipakai secara luas oleh karena memberi kemudahan dalam peneyediaan sampel dalam jumlah besar. Sebelum ditemukan pemeriksaan secara ELLISA pemeriksaan hemaglubination inhibition (HI) dilakukan untuk deteksi antibody terutama terhadap protein H dan mempunyai korelasi langsung dengan test netralisasi. Tetapi kelemahan utama dari test HI adalah kebutuhan untuk tersedianya eritrosit kera segar yang sensitive, kesukaran dalam memproduksi test antigen dalam jumlah besar dan kemungkinan didapatnya inhibitor hemagubination non spesifik26,33. (Soegejanto, 2007) 2.1.9 Penatalaksanaan Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batukmengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat. 2.1.9.1 Penatalaksanaan Medis Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan halhal berikut berdasarkan fase-fasenya: 1. Masa Inkubasi Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.  Yang perlu dilakukan: Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya campak benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah. 2. Fase Prodormal



13



Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase kedua bercak merah belum muncul.  Yang perlu dilakukan: Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak merah karena anak butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit. 3. Fase Makulopapuler Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang telinga, leher, dada, wajah, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.  Yang perlu dilakukan: Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya dokter akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur tubuh. Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat atau tidak. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang tampak semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru karena kita sebenarnya dituntut untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah. 4. Fase Penyembuhan Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik,



15



disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.  Yang perlu dilakukan: Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh. 2.1.9.2 Penatalaksanaan Teraupetik : 1. Pemberian vitamin A 2. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik 3. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi 4. Pemberian obat batuk dan sedativum 2.1.9.3 Penatalaksanaan Keperawatan : 1. Kebutuhan Nutrisi Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak seringmengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yangtinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidakdiperhatikan agar anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi. 2. Gangguan suhu tubuh Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang. 3. Gangguan rasa aman nyaman Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan, pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidaktahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan berlangsunglebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktumalam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah keluar anak akanmerasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan kenyamanan anak.Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% ataulainnya (atas resep dokter). Selama masih demam tinggi jangan dimandikantetapi sering-sering dibedaki saja. 4. Resiko terjadinya komplikasi 15



Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadinegatif. Ini menunjukkan bahwa antigen antibodi pasien sangat kurangkemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu, risikoterjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurangbaik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya. 2.2 Kebutuhan Dasar Kemanusian Nutrisi 2.2.1 Definisi Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry, 2010; 274). Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat. (AAA, Hidayat, 2006;38). Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (AAA, Hidayat, 2006; 52). Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan



kebutuhan



metabolic



yang



dibutuhakan



oleh



tubuh.



(Lynda



Juall,Carpenito,2006) 2.2.1.1 Fungsi Zat Gizi Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel – sel tubuh dalam



tubuh.



Sebagai



pelindung



dan



pengatur



suhu



tubuh.



(Tartowo.Wartonah.2006; 30). 2.2.1.2 Komponen Zat Gizi a. Karbohidrat Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan. Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan



17



terjadi kelaparan dan berat badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi – padian, buah – buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur – sayuran. (AAA.Hidayat.2011; 42). b. Lemak Merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah sekitar 98% (diantaranya trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas (diantaranya monogliserida, digleserida, kolesterol, serta fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin, dan serebrosid). Lemak merupakan sumber yang kaya akan energi dan pelindung organ tubuh terhadap suhu, seperti pembuluh darah, saraf, organ, dan lain lain. Lemak juga dapat membantu memberikan rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung). Komponen lemakdalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang rendah dan berat badan kurang. Namun, apabila jumlah lemak pada anak terlalu banyak dapat menyebabkan terjadi hiperlipidemia, hiperkolesterol, penyumbatan pembuluh darah, dan lain – lain. Jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, dagig, ikan, keju, kacang – kacangan, dan minyak sayur (Pudjiadi, 2001). c. Protein Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup pentig untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga keseimbangan osmotik plasma. Protein terdiri atas dua puluh empat asam amino, diantaranya sembilan asam amino esensial (seperti treonin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal. Demikian juga jika jumlahnya kurang, maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam kondisi lebih buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan marasmus. Kwasiorkor terjadi apabila kekurangan protein dan marasmus merupakan kekurangan protein dan kalori. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, 17



daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan paid – padian. (Pudjiadi, 2001). d. Air Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai medium untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan. (AAA.Hidayat.2011; 43). e. Vitamin Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan akan menimbulkan penyakit



yang



khas bila tubuh tidak



memperolehnya dalam jumlah yang mencukupi. (Asmadi.2008; 70). Digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang dibutuhkan tubuh antara lain sebagai berikut: Vitamin A (retinol) mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan maturasi epitel. Vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh – tumbuhan, sayur – sayuran dan buah – buahan. Vitamin B kompleks (tiamin). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan penyakit beri – beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah. Kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi, biji – bijian, kacang, dan lain- lain. Vitamin B2 (riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena jika tidak akan menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur, dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, keju, hati, daging, telur, ikan sayur – sayuran hijau, dan padi. Vitamin B12 (sianokobalamin) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan telur, susu, dan keju. Vitamin C (asam askornat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka. Vitamin ini dapat diperoleh dari tomat, semangka, kubis, dan sayur – sayuran hijau. Vitamin D, berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, juga mengatur kadar alkalin fosfatase serum. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, margarin, minyak sayur, minyak ikan, sinar matahari, dan sumber ultaraviolet lain.



19



Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan asam linoleat; disamping menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan kehilangan keutuhan sel syaraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari minyak, biji – bijian dan kacang – kacangan. Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin, faktor koagulasi II, VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan pendarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur – sayuran hijau, daging, dan hati. (Pudjiadi, 2001). f. Mineral Kalsium, berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, sayur – sayuran hijau, kerang, dan lain – lain. Klorida, berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu, dan telur. Kromium, berguna untuk metabolisme glukosa dan metabolisme dalam insulin. Kromium dapat diperoleh dari ragi. Tembaga, berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi, dan lain – lain. Tembaga dapat diperoleh dari hati, daging, ikan padi, dan kacang – kacangan. Fluor, berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang sehingga jika kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat dalam air, makanan laut, dan tumbuh – tumbuhan. Iodium, kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam. Zat besi, merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, kuning telur, sayur – sayuran hijau, padi, dan tumbuh tumbuhan. Magnesium, berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan



sangat



penting



dalam



proses



metabolisme.



Kekurangan



magnesium



menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia. Magnesium dapat diperoleh dari biji – bijian, kacang – kacangan, daging, dan susu. Mangan, berfungsi dalam aktivasi enzim. Mangan dapat diperoleh dari kacang – kacangan, padi, biji – bijian, dan sayur – sayuran hijau. 19



Fosfor, merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan oto. Fosfor dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang – kacangan, padi – padian, dan lain - lain. Kalium, berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung. kalium dapat diperoleh dari semua makanan. Natrium, berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta pengaturan keseimbangan asam, basa, dan cairan. Kekurangan natrium dapat menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat diperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain – lain. Sulfur, membantu proses metabolisme jaringan syaraf. Sulfur dapat diperoleh dari makanan protein. Seng, merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari daging, padi – padian, kacang – kacangan, dan keju. (AAA.Hidayat.2011; 42 – 46). 2.2.3



Etiologi



1.



Intake nutrient



2.



Kemampuan mendapat dan mengolah makanan



3.



Pengetahuan



4.



Gangguan penelan / menelan



5.



Perasaan tidak nyaman setelah makan



6.



Anoreksia



7.



Nausea & vomitus



8.



Intake kalori & lemak yg berlebihan



9.



Kemampuan mencerna nutrient



10.



Obstruksi mencerna cairan,mal absorbsi nutrient,DM



11.



Kebutuhan metabolism



12.



Pertumbuhan,stres,kondisi yang meningkatkan bmr,kanker.



13.



Gaya hidup dan betrlebihan



14.



Kebiasaan makanan yang baik perlu diterapkan pada usia foddierlusia menginjak 1 tahun



15. a.



Kebiasaan makanan lansia menghindari yg penting untuk dimakan Jenis kelamin Metabolisme  basal pada laki laki lebih besar dibandingkan dengan wanita



pada



laki



laki



dibutuhkan



BMRIO



oigkkal/kg/bb/jam 1.



Tinggi badan dan berat badan



Kkal



/kg/bb/jam



dan



pada



wanita



21



Tinggi badan dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh,semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluarn panas ,sehingga kebutuhn metabolisme basal tubuh juga menjadi besar. 2.



Status kesehatan Nafsu makan yg baik adalah tanda yg sehat



3.



Ekonomi Status ekonomi dapat mempengruhi perubahan status gizi karena penyediaan



makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit 4.



Alkohol & obat Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberi konstribusi pada



defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelanjakan untuk alkohol daripada makanan . Obat obataan yg menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial .Obat obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi inteostin. 2.2.4



Klasifikasi



2.2.4.1 Kurang dari Kebutuhan Nutrisi Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko mengalami ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan. (Carpenito, LJ.2012; 346). Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith, 2011; 503). Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi kebutuhan matabolisme. (AAA.Hidayat. 2006; 67). Tanda klinis : 1. Berat badan 10-20% dibawah normal 2. Tinggi badan dibawah ideal 3. Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar. 4. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot 5. Adanya penurunan albumin serum 6. Adanya penurunan transferin Kemungkinan penyebab : 1.



Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker



2.



Disfagia karena adanya kelainan



3.



Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa. 21



4.



Nafsu makan menurun. (AAA.Hidayat. 2006; 67).



5.



Lebih dari Kebutuhan Nutrisi Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan berat



badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi kebutuhan metabolik. (Carpenito, LJ.2012; 360). Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith M, 2011; 512). Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih. Tanda klinis : Berat badan lebih dari 10% berat ideal 1.



Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).



2.



Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita



3.



Adanya jumlah asupan yang berlebihan



4.



Aktivitas menurun atau monoton.



Kemungkinan penyebab : 1.



Perubahan pola makan



2.



Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman. (AAA.Hidayat.2006; 67).



3.



Obesitas Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih



dari 20% berat badan normal. (AAA.Hidayat.2006; 68). Perubahan pola makan normal yang mengakibatkan perubahan berat badan. (Taylor, M, 2010; 235). Munculnya resiko perubahan pola makan normal yang mengakibatkan peningkatan berat badan (Taylor, M, 2010; 237). 4.



Malnutrisi Kurang nutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan



zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot, dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa , konjungtiva, dan lain – lain. (AAA.Hidayat.2006; 68). 5.



Diabetes Melitus Diabetes melitus



merupakan gangguan kebutuhan nutrisi



yang ditandai



dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68). 6.



Hipertensi



23



Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68). 7.



Jantung Koroner Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan



oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain. (AAA.Hidayat.2006; 68). 8.



Kanker Kanker merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan pengkonsumsian lemak



secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68). 9.



Anoreksia Nervosa Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,



ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri



abdomen,



kedinginan, letargi, dan kelebihan energi. (AAA.Hidayat.2006; 69). 2.2.5



Patofisiologi (Patway) Pola makan tidak teratur,tidak nafsu makan, mual muntah. Berkurangnya pemasukan makanan



Berlebihnya pemasukan makanan



Kekosongan lambung



Zat makanan tersipan pada jaringan adiposedipakai sebagai energi



Erosi pada lambung (gesekan)



Berat tubuh meningkat Produksi HCL meningkat



Kelebihan nutrisi



Berkurangnya pemasukan makanan 23



Asam lambung refleks



Intake makanan tidak adekuat



Kekurangan nutrisi



2.2.6



Manifestasi Klinik ( Tanda dan Gejala ) Subjektif



1.



Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit



2.



Merasakan ketidak mampuan



3.



Melaporkan perubahan sensasi rasa



4.



Melaporkan kurangnya makan



5.



Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan Objektif Tidak tertarik untuk makan



a.



Malnutrisi Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)



b.



Obesitas Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih



dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam pengguanaan kalori. c.



Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai



masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. d.



Penyakit jantung koroner Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya



peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain. e.



Kanker



25



Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan. f.



Anoreksia nervosa Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,



ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi. 2.2.7



Komplikasi



1. Malnutrisi Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi) 2. Obesitas Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam pengguanaan kalori. 3. Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. 4. Penyakit jantung koroner Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain. 5. Kanker Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan. 6. Anoreksia nervosa Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi. 2.2.8



Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi adalah sebagai berikut :



1. Kadar total limfosit 2.



Albumin serum



3.



Zat besi



4.



Transferin serum



5.



Kreatinin



6.



Hemoglobin 25



7.



Hematokrit



8.



Keseimbangan nitrogen



9.



Tes antigen kulit Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit, penurunan albumin serum < 3.5 gr/dl, dan peningkatan/ penurunan kadar kolesterol ( Mubarak, 2008, hlm. 61).



2.2.9



Penatalaksanaan Medis



1) Menstimulasi nafsu makan 2) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang disesuaikan dengan kondisi klien 3) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang anoreksik 4) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat sebelum atau setelah makan 5) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah dipakai dapat memberikan pengaruh negative pada nafsu makan 6) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu makan; istirahat bila mengalami keletihan 7) Kurangi stress psikologi 8) Berikan oral hygiene sebelum makan 9) Membantu klien makan 10) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi. 2.3



Manajemen Asuhan Keperawatan



2.3.1 Pengkajian Keperawatan Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : 2.3.1.1 Identitas Pasien Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab 2.3.1.2 Riwayat Kesehatan 1)



Keluhan Utama Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus



berlangsung 2 – 4 hari. Anak masuk rumahsakit biasanya dengan keluhan adanya



27



eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah) dipalatum durum dan palatum mole. 2)



Riwayat Penyakit Sekarang Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk,pilek,



nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orangtua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukanuntuk mengatasinya. 3)



Riwayat Penyakit Dahulu Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakitatau



pernah mengalami operasi. Anamnesa riwayatpenyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak. Anamnesa riwayat kontak dengan orang yangterinfeksi campak. Biasanya Anak belum pernahmendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasiencampak. 4)



Riwayat Penyakit Keluarga Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah



klien berisiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. 2.3.1.3 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual 1)



Bernafas Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat



bernafas. 2)



Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS .



Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit. 3)



Eliminasi Untuk kasus campak gangguan pada pola eliminasi, walaupun begitu perlu juga



dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. a) BAK Kebiasaan : frekuensi, warna, bau. Perubahan setelah saki. b) BAB



27



Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi. Perubahan setelah sakit. 4)



Gerak dan Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien



menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain. Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS. 5)



Istirahat dan tidur Semua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal



ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur. Kaji kebiasaan istirahat tidur pasien. Perubahan setelah sakit. 6)



Kebersihan Diri Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus



dibantu oleh orang lain. 7)



Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C),



hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi