6 0 243 KB
BAB II PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN TEORITIS 1. PENGERTIAN HERNIA SCROTALIS Hernia atau hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu. Dimana dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin (Rizal, 2007 ). Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai scrotum (Samsudin, 2006) Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 2008).
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kanalis inguinalis dibatasi dikranio lateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis tranversus abdominis. Dimedial bawah, diatas tuberkulum tubkum, kanal ini dibatasi oleh anulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis moblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis moblikus eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. (Sjamsuhidayat, 2004) Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer, 2002).
3. ETIOLOGI Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia, disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Faktor yang dapat memicu terjadinya hernia srotalis adalah 1) adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. 2) Hernia inguinalis 3) Kerja otot yang terlalu kuat. 4) Mengangkat beban yang berat.
5) Batuk kronik 6) Peninggian tekanan intra abdomen
4. MANIFESTASI KLINIS 1. Adanya benjolan dalam lipatan paha 2. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin, mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring 3. Nyeri disertai muntah 4. Mencapai scrotum pada hernia scrotalis 5. Mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali (Mansjoer, 2010)
5. KLASIFIKASI HERNIA Klasiikasi hernia scrotalis adalah sebagai berikut : 1. Hernia Menurut Lokasinya. a) Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis. Jenis ini merupakan yang tersering ditemukan atau terjadi pada pasien dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut. b) Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk kedalam kantung scrotum ini terjadi bila batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis kemudian masuk kedalam kantong scrotum dan menekan pada isi kantung scrotum sehingga scrotum membesar. c) Hernia umbilikus adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui prosecus discus pada pusat atau sering disebut hernia di pusat, hernia jenis ini terjadi pada bayi yang baru lahir yang disebabkan karena kelainaan kongenital. d) Hernia femoralis adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui prosecus discus di paha. 2. Hernia Menurut Sifatnya a) Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengejan dan masuk jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala. b) Hernia Ireponibel Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritonial.Penatalaksanaan harus dengan operasi. c) Hernia Inkaserata/Hernia Stragulata Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
6. KOMPLIKASI HERNIA SCROTALIS a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran usus halus. c. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis. d. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi. e. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena terjepit, melainkan ususnya terputar. f. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses. g. Hematoma ( luka pada scrotum pasca operasi ). h. Retensi urin akut
7. PATOFISIOLOGI Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat, bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan,
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak terjadinya dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi dan mengalami kelemahan jika suplai darah
terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren. Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000).
8. WOC
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1) Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap 2) Pemeriksaan Rontgen Spinal dan Endoskopi 3) Test Leseque (mengangkat kaki lurus keatas) 4) CT-Scan dan MRI
10. PENATALAKSANAAN a.
Penatalaksanaan medis Penanganan bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitif berupa operasi. Tindakan konservatif antara lain: 1.
Tindakan konservatif Pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
2.
Operatif: Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan herniorapi serta herniograpi. Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya, kantung dibuka dan isi hernia dibebaskan Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Herniografi: membuat plasty di abdomen sehingga LMR (Locus Minorus Resisten) menjadi kuat.
b. Penatalaksanaan keperawatan Penanganan pasca opersi: 1. Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma. 2. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang. 3. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan. 4. Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat. 5. Selama waktu
3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan
yang dapat
menaikkantekanan intra abdomen. Setelah dilakukannya tindakan pembedahan maka dilakukan perawatan luka dan penderita makan dengan diit tinggi kalori dan protein (Romi, 2006 ).
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS 1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN a. Identitas
Umur Biasanya dapat gterjadi pada berbagai umur
Jenis kelamin : hernia scrotalis terjadi pada laki-laki karena penonjolannya terjadi pada scrotum
Pekerjaan Biasanya lebih beresiko pada orang dengan pekerja keras dan suka mengangkat beban berat karena jika hal tersebut seriny dilakukan akan terjadinya peningkatan intra abdomen
b. Keluhan utama Biasanya pada pasien dengan hernia scrotalis ini terdapat benjolan atau pembengkakan di kantung buah zakar atau scrotumnya c. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien yang terkena penyakit hernia scrotalis ini dikarenakan riwayat pekerjaan berat yang berlebihan. 2. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya pasien dengan hernia scrotalis dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sperma. Hal ini disebabkan karena testis berada di skroturn dan mendapat temperatur yang lebih dingin, sedangkan hernia itu suhunya sama dengan suhu tubuh. Sehingga mengakibatkan temperatur yang lebih tinggi di testis. Selain itu, bila hernia terlalu besar akan mendesak pembuluh darah ke testis sehingga oksigenasi ke testis terganggu dan menyebabkan gangguan spermatogenesis. 3. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya pasien yang terkena hernia scrotalis tidak tergantung ketururan atau
keluarga karena penyakit hernia scrotalis ini disebabkan oleh penekanan yang terlalu berat pada usus , sehingga mengakibatkan usus seseorang menurun atau terdapat benjolan di skrotum bagian kanan. d. Pemeriksaan fisik 1. Abdomen
Inspeksi
: biasanya pada inspeksi didapatkan abdomen simetris, datar, tidak
terdapat jaringan parut, striae dan kelainan kulit serta tidak terdapat pelebaran vena.
Palpasi
: biasanya pada palpasi didapatkan teraba supel, tidak teraba hepar
dan lien, tidak ada nyeri tekan, maupun nyeri lepas
Perkusi
: biasanya pada perkusi didapatkan timpani pada keempat kuadran
abdomen, tidak ada nyeri ketok
Auskultasi : biasanya pada aukultasi terdapat bising usus positif 2x/menit, intensitas sedang
2. Genitalia
Inspeksi : biasanya tampak massa pada daerah skrotum dekstra yang merupakan sambungan dari massa pada daerah inguinal dekstra dan pubis, hiperemis(-), warna kulit di atas benjolan sama dengan kulit disekitarnya.
Palpasi
: biasanya teraba benjolan di skrotum dekstra berukuran ± 5x4 cm,
permukaan licin, konsistensi kenyal, batas tegas, nyeri tekan (-). Benjolan dapat di dorong masuk dengan jari pemeriksa dalam posisi pasien berbaring, pada bagian kauda massa teraba testis.
e. Data pengkajian 1. Aktivitas/istirahat Biasanya terdapat atropi otot , gangguan dalam berjalan riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama. 2. Eliminasi Biasanya terjadi konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau retensi urine. 3. Integritas ego
Biasanya pasien cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga. 4. Neuro sensori Biasanya terjadi penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki. 5. Nyeri atau ketidaknyamanan Biasanya terjadi perubahan sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan. 6. Keamanan Biasanya adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi (Doenges, 1999).
2. DIAGNOSA 1. Nyeri kronis b.d Agen cedera fisik 2. Ansietas b.d gejala terkait penyakit 3. Gangguan rasa nyaman b.d perubahan ungsi tubuh 4. Gangguan citra tubuh b.d 5. Kurangnya pengetahuan 6. Ketidakseimbangan nutrisi b.d
3. INTERVENSI KEPERAWATAN NO 1.
DX. KEP Nyeri kronis
NOC 1.
NIC
Kontrol nyeri
1. Menajemen pengobatan Aktivitas – aktivitas :
Indikator : Mengenali
kapan
terjadi nyeri
efektifitas
cara
pemberian obat yang sesuai
Mengambarkan faktor penyebab Menggukantindakan
Monitor
Monitor
pasien
mengenai
efekterapeutik obat
pencegahan Menggunakna tindakan
Monitor
tanda
dan
gejala
toksitositas Monitor efek samping obat
nyeri
pengurangan tanpa analgetik
yang non spesifik
Menggunakan
analgetik
yang
Melaporkan perubahan
pada
terhadap
Pertimbangkan
pengetahuan
pasien mengenai obat – obatan
terkontrol profesional
Kembangkan
strategi
untuk
mengelola efek samping obat
kesehatan
respon
cara yang tepat
gejala
yang tidak
Monitor
perubahna pengobatan dengan
terhadap gejala nyeri pada profesional
Fasilitas perubahn pengobatan dengan dokter
direkomendasikan
Melaporkan
Monitor non integrasi obat
Menggunakan sumber
Tentukan dampak pengguanan pada gaya hidup pasien
daya yang tersedia Melaporkan nyeri yang 2. Menajemen nyeri Aktivitas – aktivitas :
terkontrol 2.
Lakukan perawatan nyeri yang
Nyeri : efek yang
komprehensif
menganggu
lokasi, karakteristik, onset /
yang
meliputi
Indikator :
durasi,
Ketidaknyamanan
itensitas atau beratnya nyeri
Gangguan
dan faktor pencetus
interpersonal
kualitas,
Pastikan perawatan analgetik
Gngguan penampilan
bagi pasien dilakukan dengan
peran
pemantauan yang ketat
Gangguan kosentrasi
Gangguan
dalam
perasaan mengontrol
frekuensi,
Gangguan perasaan
alam
Gali
pengetahuan
dan
kepercayaan pasien mengenai nyeri Pertimbangkan
pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
Kurang kesabaran
Gangguan
faktor yang dapat menurunkan
dalam
atau memperberat nyeri
rutinitas
Gangguan
Keputusasaan
Gangguan
Ajarkan
prinsip
–
prinsip
menajemen nyeri
aktivitas
fisik
Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
penampilan disekolah
Gali bersama pasien faktor –
Pertimbangkan tipe – tipe dan sumber nyeri ketika memilih
3.
strategi penurunan nyeri
Tingkat nyeri
Indikator :
Dorong
pasien
untuk
Nyeri yang dilaporkan
memonitor nyeri dan mengenai
Panjangnya
nyerinya dengan tepat
episode
nyeri
Mengosok area yang terkena dampak
Mengerang
dan
menaggis
Ekspresi nyeri wajah
Agitasi
Iritabilitas
Mengeluarkan keringat
Berkeringat berlebihan
Mondar – mandir
Frekuensi nafas
Denyut jantung apikal
Denyut jantung radial
Tekanan darah
2
Gangguan
Berkeringat
rasa 1. Status kenyamanan
nyaman
1. Menajemen
lingkungan
:
Indikator :
kenyamanan
Kesejahteraan fisik
aktivitas –aktivitas :
Kontrol terhadap gejala
Tentukan tujuan pasien dan
Kesejahteraan
keluarga
pasien
psikologis
mengelola
lingkungan
Lingkungan fisik
kenyaman yang optimal
Suhu ruangan
Dukungan sosial dari
keluarga
keluarga
sambutan
Dukungan sosial dari
dilingkungan nya yang baru
teman –teman
dalam
Mudahkan transisi pasien dan dengan
adanya
hangat
yang
Cepat bertindak jika terdapat
Hubungan sosial
panggilan
Kehidupan spritual
selalu dalam jangkauan
2. Status
kenyaman
dan
bel,
yang
harus
Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan untuk waktu
:
istirahat
lingkungan
Indikator :
Suhu ruangan
Lingkungan
Ciptakan
lingkungan
yang
tenang dan mendukung yang
Sediakan
lingkungan
yang
aman dan bersih
konduksif untuk tidur
Berikan
pilihan
sedapat
Ketertiban lingkungan
Kebersihan lingkungan
mungkin
Tempat
melakukan kegiatan konjungan
tidur
yang
Lingkungan
yang
Adaptasi
Sesuaikan suhu ruangan yang paling menyamankan individu,
damai
dapat
sosial
nyaman
untuk
lingkungan
yang dibutuhkan
jika memungkinkan
Berikan
sumber
–sumber
Mengontrol
bau
-
3. Status kenyaman : fisik
releven
dan
penyakit
dan
cedera
pada
pasien dan keluarga jika sesuai
Indikator :
Ansietas
yang
berguna mengenai menajemen
bauan
3
edukasi
Kontrol terhadap gejala
Kesejahteraan fisik
Relaksasi otot
Posisi yang nyaman
Gatal –gatal
Nyeri otot
Mual
Muntah
Inkontinensi urin
Inkontinensi usus
Diare
Tingkat kecemasan
1. Pengurangan kecemasan
Indicator:
Aktivitas-aktivitas:
Tidak dapat beristirahat
Berjalan
mondar
Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan Nyatakan
mandir
dengan
jelas
Meremas-remas tangan
harapan terhadap
Distress
klien
Perasaan gelisah
Otot tegang
meningkatkan
Wajah tegang
dan mengurangi ketakutan
Iritabilitas
Tidak bisa mengambil
mendamping iklien dengan
keputusan
cara yang tepat
Mengeluarkan marah
prilaku
Berada disisi klien untuk
Dorong
rasa secara
Berikan
rasa
keluarga
objek
aman
untuk
yang
menunjukkan perasanaman
berlebihan
Masalah prilaku
2. Peningkatan koping
Kesulitan
Aktivitas-aktivitas:
berkonsentrasi
Bantu
Kesulitan
dalam
dalam
mengidentifikasi Tujuan jangka pendek dan
belajar/memahami
jangka panjang yang tepat
sesuatu
pasien
dalam Bantu
Kesulitan
pasien
untuk
penyelesaian masalah
menyelesaikan maslah dengan
Serangan panik
cara yang konstruktif
Rasa
yang Berikan
cemas
mengenai
disampaikan
dampak dari situasi kehidupan
secaralisan
pasien
Peningkatan
hubungan (yang ada)
Gangguan
terhadap
Bantu
tekanandarah
penilaian
dengan
peran
pasien
dan
dalam
mengembangkan
penilaian
terkait dengan kejadian lebih
hubungan
objektif 2.
kecemasan Sediakan
tingkat
informasi
actual
social
mengenai
diagnosis,
Indicator:
penanganan, danproknosis
Menghin dari situasi 3. Terapi relaksasi Aktivitas-aktivitas:
social Menghin
dari
orang Tentukan apakah ada intervensi relaksasi dimasa lalu yang sudh
yang tidak dikenal Menghindari
pergi
keluar rumah Antisipasi cemas pada situasi social Antisipasi cemas dalam
memberikan manfaat Dorong
klien
mengambil nyaman
posisi
dengan
untuk yang pakaian
longgar dan mata tertutup
menghadapi
orang
yang tidakdikenal
Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat
Respon aktivasi system
untuk stiap kata Tunjukkan
saraf simpatis
dan
praktikan
Persepsidiri
yang
teknik relaksasi pada klien
negative
pada
Berikan informasi tertulis
keterampilan social Takut diawasi orang lain
mengenai persiapan
dan
keterlibatan didalm teknik relaksasi
Takut
berinteraksi
dengan
orang
yang
lebih unggul Tidak nyaman selama menghadapi social Gejala
panic
dalam
situasi social Gangguan
dengan
fungsi peran Gangguan
dengan
hubungan 4.
Ketidakseimbang
a.status nutrisi
an nutrisi kurang indicator : dari tubuh
kebutuhan Asupan gizi (2-4) Asupan makanan (2-4) Asupan cairan(2-4) Asupan energy(2-4) Rasio berat badan atau tinggi badan(2-4) Hidrasi (2-4)
a.manajemen gangguan makan aktifitas-aktifitas : Kembangakan hubungan yang mendukung dengan klien Monitor asupan kalori makanan harian Tentukan
pencapaian
berat
badan harian sesuai keinginan Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien
Batasi makanan sesuai dengan jadwal,makanan pembuka dan makanan ringan Monitor
berat
badan
klien
sesuai secara rutin
b.majemen nutrisi aktifitas-aktifitas : Tentukan apa yang menjadi preferensi
makanan
bagi
pasien Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi Lakukan atau bantu pasien terkait
dengan
perawatan
mulut sebelum makan Tawarkan
makanan
ringan
yang padat gizi Mulai pemberian cairan yang bersih dan bebas karbonasi Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
pasien
untuk
memenuhi kebutuhan gizi
c.bantuan peningkatan berat badan aktifitas-aktifitas : Monitor asupan kalori setiap hari
Monitor
nilai
albumin,limpsit,dan
nilai
elektrolit Sediakan yang
variasi
tinggi
makanan
kalori
dan
bernutrisi tinggi Yakinkan bahwa pasien duduk sebelum mkn atau disuapi makan Bantu pasien untuk makan atau suapi pasien Timbang pasien pada jam yang sama setiap hari Kaji penyebab mual muntah dan kaji penyebab 5
Gangguan tubuh
citra
1. Citra tubuh
1. Peniningkatan citra tubuh
Indikator :
Aktivitas – aktivitas :
Gambaran internal diri
Tentukan harapan citra diri
Kesesuaian
antara
realitas tubuh dan ideal tubuh
dengan
penampilan tubuh Deskripsi bagian tubuh yang terkena ( dampak
perkembangan Bantu
Sikap terhadap bagian yang
terkena
penggunaan
menentukan
perubahan aktual atau dari tingkat fungsi tubuhnya pasien
memisahkn
penampilan fisik dari perasaan berharga secara pribadi dengan cara yang tepat
dampak Sikap
pasien
keberlanjutan dari perubahan –
Bantu
)
tubuh
pasien didasarkan pada tahap
terhadap strategi
Bantu
pasien
mendiskusikan
untuk
perubahan
–
untuk
meningkatkan
penampilan Kepuasan
dengan
untuk
strategi meningkatkan
terhadap
penggunaan untuk
strategi
meningkatkan
Kepuasan dengan funsi
perubahan
terhadap tampilan
ras,
jenis
citra tubuh pernyataan
mengidentifikasi
yang
citra
tubuh
mengenai ukuran dan berat badan
individu
kontak yang hal
dengan mengalami
yang
sama
dalam citra tubuh Identifikasi kelompok hal yang mendukung yang tersedia bagi
fisik Penyesuain
budaya
kelamin, danusia terkait dengan
perubahan
tubuh
dampak
agama,
Fasilitasi
fungsi tubuh
Penyesuain
pasien
Monitor
penampilan Sikap
oleh
tepat Identifikasi
terhadap
pengguan
disebabkan
pubertas dengan cara yang
penampilan tubuh Sikap
perubahan
terhadap
pasien
perubahan fungsi tubuh Penyesuain perubahan
terhadap status
Aktivitas – aktivitas : Monitor
kesehatan Penyesuain
2. Peningkatan harga diri
terhadap
pernyataanpasien
mengenai harga diri
perubahan tubuh akibat
Tentukan lokus kontrol pasien
cidera
Tentukan
Penyesuain
terhadap
perubahan tubuh akibat
diri
pasien dalam hal penilain diri Dukung
pasien
untuk
bisa
mengidentifikasi kekuatan
pembedahan Penyesuain
kepercayan
terhadap
perubahan tubuh akibat
Bantu pasien untuk menerima penerimaan diri
proses penuaan
Kuatkan kekuatan pribadi yang diidentifikasi pasien Jangan
mengkritisi
pasien
secara negatif Bantu pasien untuk memeriksa persepsi negatif terhadap diri Dukung
tanggung
jawab
terhadap diri sendiri, dengan tepat Bantu
pasien
untuk
mengidentifikasi dampak dari kelompok
sejawat
pada
perasaan dan harga diri Bantu
pasien
mengevaluasi
untuk perilakunya
sendiri Bantu pasien untuk menerima tantangan baru Berikan hadiah atau pujian terkait dengan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan Intruksikan
ortua
untuk
mengetahui pencapaian anak Monitor frekuensi verbalisasi negatif terhadap diri Monitor lanjut
kurangnya terkait
tindak dengan
pencapaian tujuan Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu dengan tepat