LP Hernia Scrotalis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN POST OP HERNIA SCROTALIS DI RUANG CEMPAKA II RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS



Nama NIM



Disusun Oleh : : Dewi Laila Handayani : 62019040015



PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN 2019/2020



A. PENGERTIAN Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidajat, 2014). Hernia scrotalis terjadi akibat hernia inguinalis, yakni terjadi ketika jaringan lunak (biasanya bagian darimembran yang melapisi rongga perut yaitu omentum atau bagian dari usus) menonjol melalui titik lemah pada otot perut. Tonjolan yang dihasilakn dapat menyakitkan terutama ketika batuk, membungkuk atau mengangkat beban berat. Tonjolan tersebut akan jatuh ke dalam scrotum atau buah zakar sehingga akan menimbulkan benjolan. Itulah sebabnya hernia tipe ini disebut hernia scrotalis (Haryono, 2012). Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis lateralis yang mencapai scrotum. Hernia scrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternum dan sampai ke skrotum (Sjamsuhidajat, 2014).



B. ETIOLOGI Hernia scortalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia disamping itu juga dapat disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggalan tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis. Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia scrotalis adalah : 1. Hernia inguinalis indirek, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa prosesus vaginalis 2. Kerja otot yang terlalu kuat 3. Mengangkat beban berat 4. Batuk kronik



5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti obesitas dan kehamilan. ( Sjamsuhidayat dan Jong, 2010).



C. MANIFESTASI KLINIS 1. Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali. 2.



Bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.



3. Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis (Liu & Campbell, 2011).



D. PATOFISIOLOGI Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.



Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate. Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis (Sjamsuhidajat, 2014).



E. PATHWAY Bayi baru lahir



Perkerjaan berat, angkat beban, riwayat jatuh, batuk lama, mengejan, bersin



Prosesus vaginalisperitonie tidak terobilitasi



Peningkatan tekanan intra abdomen



Kanalis ingunalis terbuka



Fasia abdomen tidak mampu menhaan tekanan



Peritoneum tertarik kedaerah skrotum



Fasia terkoyak



Hernia inguinalis lateralis akuisita *akuisita=didapat



Hernia inguinalis lateralis kongenital HERNIA



PEMBEDAHAN Terputusnya kontinuitas jaringan lunak Terputusnya simpul jaringan Nyeri akut



destruksi pertahanan



Kerusakan integritas jaringan



porte de entre masuknya mikroorganisme Resiko tinggi infeksi



(Sjamsuhidajat, 2014; Liu & Campbell, 2011)



F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan darah a. Leukosit : peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya infeksi b. Hemoglobin : Hb yang rendah dapat mengarah pada anemia c. Hematokrit : peningkatan Ht mengindikasikan dehidrasi d. Waktu koagulasi : mungkin diperpanjang mempengaruhi hemostasis intraoperasi atau post operasi. 2. Urinalis : BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri 3. GDA : mengevaluasi status pernafasan terakhir 4. EKG : untuk mengetahui kondisi jantung 5. USG. (Haryono, 2012).



G. PENATALAKSANAAN MEDIS Tindakan operasi : 1. Herniotomi : pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya, kantung dibuka dan isi hernia dibebaskan 2. Hernioplasti : memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis 3. Herniografi : membuat plasty di abdomen sehingga LMR menjadi kuat. (Haryono, 2012).



H. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Pola Pernapasan Yang perlu dikaji antara lain kemampuan pasien dalam melakukan ekspirasi dan inspirasi. Apakah menggunakan otot-otot pernafasan, bagaimana frekuensi pernafasan, pengukuran tidal volume dan warna mukosa. b. Kebutuhan Nutrisi Mengkaji tentang kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum, tentang prilaku makan dan minum, kemampuan menetukan makan dan minum yang memenuhi syarat kesehatan, kemampuan memasak dan menyiapkan makanan sendiri. c. Kebutuhan Eliminasi



Mengkaji kemampuan BAB / BAK serta fungsi dari organ -organ tersebut dan bagaimana pasien mempertahankan fungsi normal dari BAB / BAK. d. Kebutuhan Istirahat dan Tidur Mengkaji kemapuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan tidur ( pola, jumlah, kualitas tidur ) e. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman Mengkaji pasien dalam hal keamanan dan keselamatan pasien. f. Kebutuhan Berpakaian Mengkaji apakah ada kesulitan dalam memakai pakaian. g. Mempertahankan Suhu Tubuh Mengkaji pasien dalam hal mempertahankan suhu tubuh tetap normal h. Kebutuhan Personal Hygiene Mengkaji apakah ada kesulitan dalam memelihara kebersihan dirinya. i. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan Tubuh Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukuan keamanan dan pencegahan pada saat melaksanakan aktifitas hidup sehari –hari , termasuk faktor lingkungan , faktor sensori, serta faktor psikososial. j. Kebutuhan Berkomunikasi Melalui komunikasi antar perawat , pasien dan keluarga dapat dikaji mengenai pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi, k. Kebutuhan Bekerja Mengkaji pekerjaan pasien saat ini atau pekerjaan yang lalu. l. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi Mengkaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi ( jenis kegiatan dan frekuensinya ). m. Kebutuhan Spiritual Mengkaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum dan ketika sakit. n. Kebutuhan Belajar Mengkaji bagaimana cara klien mempelajari sesuatu yang baru.



2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi. b. Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operasi c. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi. 3. Intervensi Keperawatan No



Diagnosa



1



Nyeri



NOC



akut  Kontrol nyeri Indikator : berhubungan dengan 1. Tidak pernah menunjukkan diskontuinitas manajemen nyeri 2. Jarang menunjukkan jaringan akibat manajemen nyeri tindakan operasi. 3. Kadang-kadang menunjukkan manajemen nyeri (Domain 12, Kelas 1 4. Sering menunjukkan 00132) manajemen nyeri 5. Secara konsisten menunjukkan manajemen nyeri Hasil yang diharapkan 2 kriteria hasil: 1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Menggunakan tindakan pencegahan 3. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik 4. Melaporkan nyeri yang terkontro



2



Kerusakan Integritas  Integritas jaringan: kulit jaringan dan membran mukosa berhubungan dengan Indikator : kerusakan jaringan 1. Sangat terganggu akibat dari tindakan 2. Banyak terganggu operasi. 3. Cukup terganggu (Domain11, Kelas 2 4. Sedikit terganggu 00044) 5. Tidak terganggu Hasil yang diharapkan 4-5



NIC Manajemen nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkimunikasi efektif 3. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamaanan prosedur 4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: nafas dalam 5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: massase area punggung 6. berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik Pemberian analgesik 7. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 8. Cek adanya riwayat alergi obat 9. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri Perawatan luka 1. Bersihkan luka dengan normal saline ata pembersih yang tidak beracun 2. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi 3. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka 4. Periksa luka setiap kali perbahan balutan



5. kriteria hasil : 1. Suhu kulit 2. Sensasi 3. Elastisitas 4. Hidrasi 5. Tekstur 6. Perfusi jaringan 7. Integritas kulit Kontrol risiko : proses infeksi Indikator : 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang-kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten menunjukkan



Reposisi pasien setiap 2 jam



setidaknya



Kontrol risiko : proses infeksi 6. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruang pasien 7. batasi jumlah pengunjung bila perlu 8. Dorong asupan cairan: tawari makanan ringan, minuman ringan dan buah-buahan segar/jus buah) 9. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat: dengan memotivasi pasien untuk makan sesuai dengan porsi yang disediakan dari rumah sakit.



Hasil yang diharapkan 4-5 Kriteria hasil: 1. Mengidentifikasi faktor risiko infeksi 2. Mengidentifikasi risiko infeksi dalam aktivitas seharihari 3. Mengidentifikasi strategi umtuk melindungi diri dari orang lain yang terkena infeksi 4. Mempraktikkan strategi untuk mengontrol infeksi 5. Mempertahankan lingkungan yang bersih



3



infeksi  kontrol risiko proses infeksi Indikator : berhubungan dengan 1. Tidak pernah mennjukkan luka insisi 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang-kadang bedah/operasi. menunjukkan (Domain 11, Kelas 1 4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten 00004) menunjkkan Risiko



Hasil yang diharapkan 4-5 dengan kriteria hasil: 1. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat 3. Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan pemantauan 1.



Infection Control (Kontrol infeksi) 1. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (misalnya, usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, sistem imun lemah, dan malnutrisi). 2. pantau tanda dan gejala infeksi 3. amati penampilan praktik hygiene personal 4. instruksikan untuk menjaga hygiene personal (misalnya mencuci tangan) 5. ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar 6. ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien 7. batasi jumlah pengunjung bila perlu 8. hitung jumlah leukosit



9.



(leukosit normal 4000-10000 sel/mm3) kolaborasi pemberikan terapi antibiotik, bila diperlukan



DAFTAR PUSTAKA



Bulchek, G. M., & dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). United Kingdom: Elsevier. Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem Perencanaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. Liu, T., & Campbell, A. (2011). Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing Group. Moorhead, S., & dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). United Kingdom: Elsevier.



Sjamsuhidajat, R. J. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.