Askep Post SC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SECTIO CAESARIA A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2011)` Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2003) 2. Etiologi Indikasi SC : a. Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah : 1) Prolog labour sampai neglected labour. 2) Ruptura uteri imminen 3) Fetal distress 4) Janin besar melebihi 4000 gr 5) Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2010) b. Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio adalah : 1) Malpersentasi janin a) Letak lintang Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain. b) Letak belakang Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit, primigravida, janin besar. 2) Plasenta previa sentralis dan lateralis



3) Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil. 4) Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya. 5) Partus lama 6) Partus tidak maju 7) Pre-eklamsia dan hipertensi 8) Distosia serviks 3. Tujuan Sectio Caesarea Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati (Manuaba, 2010). 4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC) Menurut Mochtar R (2010) jenis-jenis sectio caesarea adalah sebagai berikut : a. Abdomen (SC Abdominalis) 1) Sectio Caesarea Transperitonealis  Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.  Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus. 2) Sectio caesarea ekstraperitonealis Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. b. Vagina (sectio caesarea vaginalis) Menurut arah sayatan rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila : 1) Sayatan memanjang (longitudinal) 2) Sayatan melintang (tranversal) 3) Sayatan huruf T (T Insisian) c. Sectio Caesarea Klasik (korporal) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira 10cm.



Kelebihan : 1) Mengeluarkan janin lebih memanjang 2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik 3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal Kekurangan : 1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang baik. 2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim. d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda) Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm Kelebihan : 1) Penjahitan luka lebih mudah 2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik 3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga perineum 4) Perdarahan kurang 5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil Kekurangan : 1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak. 2) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi. 5. Komplikasi a. Infeksi Puerperalis Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya



peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda. b. Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri c. Komplikasi - komplikasi lain seperti : 1) Luka kandung kemih 2) Embolisme paru - paru d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik. 6. Prognosis a. Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari pada dahulu. b. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. c. Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7% (Mochtar, 2010) 7. Patofisiologi SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa



kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadangkadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi



pada



dinding



abdomen



sehingga



menyebabkan



terputusnya



inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.



8. Pathways Sectio Sesaria



Post Operasi sc



Post Ansestasi Spinal



Luka Post Operasi



Penurunan saraf Penurunan Gangguan Jaringan ekstermitas saraf otonom pada G1 terputus Bawah Kelumpuhan



1. Cemas



Penurunan saraf vegetatif



2. Mobilit as



Jaringan terbuka



Mual dan Merangsang Proteksi muntah area kurang sensorik motorik



Penurunan Resti perubahan peristaltik nutrisi usus



Nyeri



6. Resiko Konstipasi



Nifas



Uterus



Laktasi



Kontraksi uterus



Psikologis (Taking in, taking hold, taking go)



Progesteron dan esterogen menurun



Perubahan psikologis



Invasi bakteri



Adekua t



Tidak Adekuat



Resti infeksi



Pengelupa san desidua



Atonia uretri



Lochea



Prolaktin meningkat Penambaha n anggota baru



Pertumbuhan kelenjar susu terangsang



Kebutuhan meningkat Perdaraha n



Hipovole mik



Kekurangan volume cairan



Isapan bayi



Anemi



Oksitosin meningkat



HbO2 menurun



Ejeksi ASI



Metabolisme anaerob



Asam laktat meningkat



Perubahan pola peran



Adekuat



Tidak adekuat



ASI keluar



ASI tidak keluar



Efektif



Inefektif laktasi



laktasi Suplai O2 ke jaringan menurun



Kelelahan



Nekrose



Intoleransi aktivitas



Kurang pengetahuan perawatan payudara Menyusui tidak efektif



9. Pemeriksaan Penunjang a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan. b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi



c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah d. Urinalisis / kultur urine e. Pemeriksaan elektrolit 10. Penatalaksanaan Medis Post SC a. Pemberian cairan Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. b. Diet Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh. c. Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : 1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi 2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar 3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. 4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler) 5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan d. Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita. e. Pemberian obat-obatan 1) Antibiotik



Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi 2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu 3) Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C f. Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti g. Perawatan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.(Manuaba, 1999) B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat. b. Alasan Dirawat Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak c. Riwayat Masuk Rumah Sakit Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain. d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan, dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana KB. e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari 1) Bernafas Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.



2) Nutrisi Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga. 3) Eliminasi Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi diantara hari kedua dan kelima. 4) Aktivitas Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui. 5) Istirahat dan Tidur Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). Insomnia mungkin teramati. 6) Personal Hygine Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah. 7) Rasa nyaman Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pasca partum. 8) Rasa Aman Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan). 9) Suhu Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-37oC. 10) Ibadah Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.



11) Hubungan sosial dan komunikasi Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya selama fase nifas. 12) Produktivitas Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas. 13) Rekreasi dan hiburan Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks. 14) Kebutuhan belajar Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan bayi selama masa nifas. f. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu 2) Tanda-tanda vital a) Tekanan darah Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan



sebagian



besar



wanita



mengalami



peningkatan



tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya preeklampsi yang bisa timbul pada masa nifas. b) Suhu Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC pada hari kedua sampai harihari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas. c) Nadi Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit.



Bisa



juga



terjadi



gejala



infeksi khususnya bila disertai peningkatan



shock



karena



d) Pernafasan Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok. 3) Pemeriksaan fisik a) Kepala Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain b) Leher Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis. c) Thorak - Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh limfe. - Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal - Paru: kaji pernafasan ibu d) Abdomen Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican. e) Genetalia - Uterus: kaji kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal. - Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea - Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan eksternal. - Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus normal. f) Perinium dan Anus Pemeriksaan



perineum:



REEDA



(red,



edema,



ecchymosis,



discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid. g) Ekstremitas Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).



2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul: a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar. b. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan. c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi. d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses pembedahan. 3. Intervensi No Dx Keperawatan 1 Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.



Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Setelah diberikan Health Education: tindakan keperawatan a. Berikan informasi selama …..x24 jam mengenai : pasien menunjukkan 1) Fisiologi menyusui respon breast feeding 2) Keuntungan adekuat dengan menyusui indikator: 3) Perawatan payudara a. Pasien 4) Kebutuhan diit mengungkapkan khusus puas dengan 5) Faktor-faktor yang kebutuhan untuk menghambat proses menyusui menyusui b. Pasien mampu b. Demonstrasikan breast mendemonstrasikan care dan pantau perawatan payudara kemampuan pasien untuk melakukan secara teratur c. Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyimpan, cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi d. Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan pemberian ASI eksklusif e. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan payudara, infeksi payudara f. Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam pemberian ASI g. Diskusikan tentang



2 Nyeri akut berhubungan dengan diskonjuitas jaringan



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …..x24 jam diharapkan nteri berkurang dengan indikator: a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang e. Tanda vital dalam rentang normal



sumber-sumber yang dapat memberikan informasi atau memberikan pelayanan KIA Pain Management a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan h. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan i. Kurangi faktor presipitasi nyeri j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi l. Ajarkan tentang teknik non farmakologi m. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri n. Evaluasi keefektifan



3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….. x 24 jam diharapkan pengetahuan klien meningkat dengan indikator: a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan



kontrol nyeri o. Tingkatkan istirahat p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil q. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Analgesic Administration a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi c. Cek riwayat alergi d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri f. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali i. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping) Teaching : Disease Process a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,



program pengobatan b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.



4 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….. x 24 jam ADLs klien meningkat dengan indicator: a. Pasien terbebas dari



dengan cara yang tepat. c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat g. Hindari jaminan yang kosong h. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit j. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat Self Care assistane : ADLs a. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. b. Monitor kebutuhan pasien untuk alat-alat



bau badan b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs c. Melakukan ADLs dengan bantuan



5 Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi



Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan indikator: a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi d. Jumlah leukosit dalam batas normal e. Menunjukkan



bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. c. Sediakan bantuan sampai pasien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. d. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. e. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika pasien tidak mampu melakukannya. f. Ajarkan pasien atau keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. g. Berikan aktivitas rutin seharihari sesuai kemampuan. h. Pertimbangkan usia pasien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari. Infection Control (Kontrol infeksi) a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain b. Pertahankan teknik isolasi c. Batasi pengunjung bila perlu d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan f. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan g. Gunakan baju, sarung



perilaku hidup sehat



tangan sebagai alat pelindung h. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat i. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum j. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing k. Tingktkan intake nutrisi l. Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi) a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal b. Monitor hitung granulosit, WBC c. Monitor kerentanan terhadap infeksi d. Batasi pengunjung e. Saring pengunjung terhadap penyakit menular f. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko g. Pertahankan teknik isolasi k/p h. Berikan perawatan kuliat pada area epidema i. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase j. Ispeksi kondisi luka atau insisi bedah k. Dorong masukkan nutrisi yang cukup l. Dorong masukan cairan m. Dorong istirahat n. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep o. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi p. Ajarkan cara menghindari infeksi



q. Laporkan kecurigaan infeksi r. Laporkan kultur positif 4. Implementasi Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari pasien. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC Manuaba, I.B. 2010. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia Saifuddin, AB. 2011. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi



ASUHAN KEPERAWATAN MENYUSUI TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN POST SC A. Pengkajian 1. Identitas dan keluhan utama  Nama  Umur  Jenis kelamin  Suku / Bangsa



   



Ny. ‘S’ 24 tahun Perempuan Jawa/ Indonesia



 Agama  Pendidikan  Pekerjaan  Alamat  Tgl. MRS  Jam  Tgl. Pengkajian  Jam  Diagnosa Medis  Register  Keluhan Utama



          



Islam SMP Ibu rumah tangga Pleret 25-11-2019 07.00 WIB 25-11-2019 14.00 WIB Post SC P10001 362xxx Partisipan mengatakan nyeri pada luka post operasi dan puting susu tidak muncul



 Riwayat sekarang



penyakit







 Riwayat dahulu



penyakit







Partisipan mengatakan sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit menular atau keturunan



 Riwayat keluarga



penyakit







Partisipan mengatakan keluarganya, tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan



Ibu mengatakan hamil anak pertama, ibu datang ke bidan pada hari kamis karena terasa kenceng-kenceng, pada hari sabtu malam tangal 23-11-2019 jam 20.00 WIB kenceng-kenceng makin bertambah kemudian pada hari minggu tanggal 24-112019 jam 07.00 WIB ibu di bawa oleh keluarga ke RS Reksa Waluya karena panggul sempit maka dilakukan tindakan operasi pada hari senin tanggal 25-11-2019 pukul 10.00 WIB dan pada jam 13.00 WIB ibu dipindahkan ke ruang nifas  Pada saat dikaji Jam 14.00 WIB ibu mengeluh nyeri pada luka operasi seperti diiris-iris dibagian perut bawah, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, nyeri terjadi ketika dibuat bergerak.



2. Riwayat Obstetri dan Ginekologi Riwayat Obstetri a. Riwayat Menstruasi  Menarche  Banyaknya  Siklus  Lamanya  Keluhan  Hpht  Hpl b. Riwayat ANC  Trimester I







Trimester II



15 tahun 3x sehari ganti pembalut Teratur 7 hari Tidak ada 16-02-2018 23-11-2019 Ibu periksa kebidan 1 x dan tidak ada keluhan diberikan terapi Fe, B6, Kalk dan nasehat yang diberikan yaitu agar membaca Buku KIA dan istirahat yang cukup Ibu periksa kebidan 3 x dan keluhan yang dirasakan pusing diberikan terapi Fe, B6, Kalk dan nasehat yang diberikan yaitu agar makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup







Trimester III



Ibu periksa kebidan 3 x dan tidak ada keluhan diberikan terapi Fe, B6, Kalk dan nasehat yang diberikan yaitu agar makan makanan yang bergizi dan penjelasan tentang tandatanda persalinan



c. Riwayat INC



Ibu mengatakan kehamilan ini adalah kehamilan pertama dan proses persalinan dilakukan di rumah sakit dengan tindakan operasi SC yang dilakukan oleh dokter



d. Riwayat PNC



Ibu melahirkan anak pertama dengan tindakan SC dan tidak terjadi gangguan selama masa nifas seperti perdarahan atau gangguan lainnya



e. Rencana Perawatan Bayi - kesanggupan dalam merawat bayi - Breast Care



-



Ibu mengatakan sanggup untuk melakukan perawatan bayi. Perawatan bayi dilakukan sendiri dan dibantu oleh keluarga. Ibu tidak mengetahui tentang cara perawatan payudara, puting susu tidak muncul dan ASI tidak keluar, ibu sanggup untuk melakukan perawatan payudara



- Perineal Care



Ibu tidak tahu perawatan perineal care, dan sanggup untuk melakukan perawatan genetalia.



- Nutrisi



Ibu mengatakan tidak mengetahui nutrisi yang harus dipenuhi pada masa nifas.



- Senam Nifas



Ibu tidak tahu tentang senam nifas dan ibu tidak bersedia melaksanakan senam nifas



-



Ibu tidak mengetahui dan belum merencanakan menggunakan jenis alat kontrasepsi yang dipakai



Kb



Menyusui  Proses laktasi



Ibu tidak mengetahui cara menyusui yang benar dan mau memberikan ASI Proses menyusui mengalami kendala karena : - Bayi tidak mampu melekat pada payudara Ibu - ASI tidak menetes - Bayi tidak menghisap secara terus menerus - Bayi menangis saat disusui



f. Riwayat Lingkungan



Lingkungan rumah termasuk kawasan desa dengan suasana yang bersih



g. Aspek Psikososial



Ibu merasa tenang karena sudah menjadi Ibu dan anak lahir dengan selamat. Keluarga merasa bahagia dengan kelahiran anak pertama. Orang terpenting bagi ibu adalah suami dan bayi.



3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu Kehamilan



Persalinan



No



U K



Penyuli t



JenisPers alinan



Penolong



L/ P



1.



9 bln



-



Tindaka n (SC)



Dokter



L



Nifas



Ana k Ke



PB



1



49 cm



KB



BBL



H/M



Umu r



Penyuli t



Meneteki



Metode



Peny ulit



2800 gram



H



1 hari



-



-



-



-



4. Genogram



Keterangan : : Laki – laki : Perempuan : Menikah : Anak : Partisipan



5. Pola Fungsi Kesehatan Hasil Pengkajian No



Pola Fungsi Kesehatan



1



Pola persepsi terhadap kesehatan



2



Pola nutrisi metabolic



3



Pola eliminasi



4



Pola aktivitas dan latihan



Sebelum MRS



Saat MRS



Partisipan selalu rutin dalam memeriksakan kesehatannya. Partisipan mengatakan. Biasanya ke dokter atau puskesmas dan juga ke bidan terdekat Partisipan mengatakan. Nafsu makan baik, makan 3x sehari pada pagi siang dan malam hari, dengan komposisi nasi, lauk (tahu, tempe, telor) dan sayur (kacang, bayam, terong, kangkung dll). Partisipan minum air putih kurang lebih 5-8x dalam sehari. Partisipan suka makan dan minum yang manis manis saat di rumah. Tidak ada kesulitan untuk menelan. Partisipan mengatakan. BAK 9-10x sehari, bau khas, BAK lancar. Partisipan BAB 1x setiap pagi,warna kuning kecoklatan dan BAB lancar,tidak ada kesulitan dalam BAB Partisipan mengatakan bahwa dalam melakukan Aktivitas seharihari (mandi, makan, minum, berpakaian, BAK, BAB, berjalan, berpindah ) dilakukan dengan mandiri, aktivitas sehari-hari yaitu sebagai ibu rumah tangga.



Partisipan masih terbaring lemah karena baru selesai mejalani post operasi



Partisipan belum makan dan minum setelah operasi



Partisipan belum BAB dan masih menggunakan kateter, produksi urine 800 cc dari pukul 12.0014.00 WIB Partisipan masih terbaring lemah



5



Pola istirahat tidur



Partisipan mengatakan, tidur siang kurang lebih 2 jam / hari, dan tidur malam kurang lebih 6-7 jam / hari. Partisipan mengatakan tidak ada kesulitan dalam istirahat dan tidur nya nyenyak.



Partisipan belum bisa tidur setelah operasi



6



Pola kognitif persepsi



Partisipan mengatakan kesehatan sangat penting sekali. Sensori Partisipan masih berfungsi dengan baik.



Tidak ada keluhan dengan panca indera



Penglihatan : tidak mengalami permasalahan dengan penglihatan Pendengaran : masih bisa mendengarkan dengan jelas baik dengan telinga kanan dan kiri. Penciuman : Partisipan mengatakan hidungnya bisa membedakan bau. Perabaan : masih bisa merasakan panas atau dingin dan kasar maupun halus. Pengecapan : masih bisa merasakan pedas, manis, asin, asam maupun pahit.



7



Pola persepsi diri dan konsep diri



8



Pola peran hubungan



9



Pola reproduksi dan seksualitas



10



Pola koping dan toleransi stress



11.



Pola nilai kepercayaan



Kognitif : daya ingat masih baik, Partisipan mengerti keadaan yag dialami saat ini Partisipan mengatakan citra dirinya baik, gambaran dirinya adalah sebagai seorang perempuan dan peran partisipan sebagai ibu rumah tangga. Partisipan mengatakan puas dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga dan Hubungan dengan orang lain baik dan tidak ada masalah



dan



Partisipan mengatakan selama hamil tidak melakukan hubungan seksual Partisipan mengatakan setiap ada masalah di lakukan dengan musyawarah dengan suami kemudian di simpulkan suami. Apabila ada masalah Partisipan bercerita dengan suaminya. Partisipan mengatakan setiap hari selalu rutin sholat 5 waktu dalam sehari dan Partisipan juga menggikuti pengajian tahlilan rutin.



6. Hasil Observasi Dan Pemeriksaan Fisik Observasi



Hasil



Tidak ada gangguan dengan konsep diri partisipan



Partisipan masih terbaring lemah dan tidak melakukan aktivitas apapun dan ibu melaksanakan perannya sebagai ibu untuk menyusui anaknya Partisipan masih terbaring lemah Partisipan selalu bercerita pada suami dan ibunya tentang keadaannya saat ini



Partisipan belum melaksanakan sholat setelah operasi oleh karena masa nifas



        



Keadaan Umum Kesadaran GCS TTV: TD Nadi Suhu RR BB



Pemeriksaan (Head To Toe)  Kepala



 Cukup  Composmentis  4-5-6     



130/80 mmHg 88 x/menit 36,50C 20x/menit 59 Kg



Fisik  Normal, Rambut lurus, panjang hitam dan tidak rontok dan berketombe, tampak bersih, tidak ada lesi di kepala, tidak benjolan dan nyeri tekan.



 Mata



 Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, pupil isokor, tidak terdapat lingkaran gelap di bawah mata, fungsi penglihatan baik, tidak memakai kacamata.



 Hidung



 Simetris, bersih, tidak ada masa, tidak ada gangguan penciuman, tidak ada polip, tidak ada secret



 Mulut



 Tidak ada sianosis, mukosa bibir lembab, mulut bersih tidak ada stomatitis, gusi tidak berdarah



 Telinga



 Simetris antara telinga kanan dan kiri, nampak sedikit kotor, tidak masalah pendengarannya.



 Leher



 Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar throid dan vena jugularis



 Thoraks



 Paru- paru Dada simetris, palpasi pada taktil fremitus, antara kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi suara paru vesikuler. Jantung. Sistem sirkulasi warna kulit tidak pucat, , perkusi redup, bunyi jantung I-II normal, tidak bunyi jantung tambahan, gollop (-), murmur (-).



 Mamae



 Inspeksi : Simetris kanan kiri, Mammae membesar, hiperpigmentasi, papila mammae tidak menonjol  Palpasi Teraba keras, colostrum belum keluar (-/-)



areola



 Abdomen



 Inspeksi Terdapat linea nigra, striae livida, striae albican terdapat luka operasi horizontal, luka tertutup kasa steril, bersih dan panjang luka 12 cm  Palpasi TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik



 Genetalia



 Terdapat lokhea rubra + 50 cc, warna merah segar, bau anyir, produksi urine 800 cc, terpasang kateter tidak ada penyakit menular seksual, keadaan genetalia bersih



 Ekstremitas



 Atas Simetris, tidak ada luka, tidak ada edema, pergerakan bebas, tidak ada nyeri tekan terpasang infus RL 500cc di tangan kanan  Bawah Simetris, tidak ada luka, tidak ada edema, pergerakan bebas, 5 tidak ada nyeri tekan 5  Kekuatan otot 5



5



7. Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan



Hasil



Laboratorium



Leukosit : 17, 32 103/ul HB : 12,29 gr/dl PLT : 364 gr/dl



8. Analisa Data DATA



Ds : a. Partisipan mengatakan puting susu tidak muncul serta ASI tidak ke luar b. Partisipan tidak mengetahui cara perawatan payudara Do : a. Bayi tidak mampu melekat pada payudara Ibu b. ASI tidak menetes atau memancar c. Bayi menghisap tidak terus menerus d. Bayi menangis saat disusui e. Papilla mammae tidak menonjol f. Colostrum tidak keluar (-/-)



PENYEBAB (ETIOLOGI)



Laktasi



MASALAH



Menyusui Tidak efektif



Progesteron dan estrogen menurun Prolaktin meningkat Isapan bayi Oksitosin meningkat Ejeksi ASI ASI tidak keluar In efektif laktasi Kurang pengetahuan perawatan payudara Menyusui tidak efektif



B. Diagnosa Keperawatan No Diagnosa Keperawatan 1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan anomali payudara ibu dan kurang terpapar informasi tentang . pentingnya menyusui dan metode menyusui



C. Intervensi Keperawatan 1 Diagnosa Tujuan Keperawatan, Menyusui tidak Tujuan : Setelah di efektif berhubungan lakukan tindakan dengan anomali keperawatan 3X 24 jam payudara ibu dan ibu mampu melakukan kurang terpapar proses menyusui secara informasi tentang efektif pentingnya menyusui dan metode menyusui Kriteria Hasil :



TTD



Intervensi A. Edukasi Menyusui 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi keinginan menyusui 3. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam



 Ibu tahu tentang perawatan payudara  Ibu tahu tentang teknik menyusui yang benar  Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar  Perlekatan bayi pada payudara ibu  ASI lancar  Bayi tidak rewel



menyusui 4. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi 5. Ajarkan posisi menyusui dengan benar seperti duduk dan berbaring disamping Ibu 6. Ajarkan perawatan payudara B. Pemberian kesempatan menghisap pada bayi 7. Monitor pernafasan bayi 8. Berikan ibu kesempatan untuk rawat gabung (rooming in) 9. Fasiltais ibu menemukan posisi yang nyaman 10. Buka pakaian bagian atas ibu 11. Buka pakaian bayi, kenakan popok dan topi bayi 12. Letakkan bayi dengan posisi terngkurap langsung diantara payudara ibu 13. Berikan kehangatan dengan menyelimuti punggung bayi dan kenakan topi 14. Pindahkan bayi setelah bayi selesai menyusui dengan melepas sendiri puting susu ibu 15. Letakkan bayi disamping Ibu atau tempat tidur bayi disamping tempat tidur ibu 16. Anjurkan memberi kesempatan bayi sampai lebih dari 1 jam atau sampai bayi menunjukkan tandatanda siap menyusu 17. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian nutrisi yang tepat bagi ibu menyusui



D. Tindakan Keperawatan N o 1



Diagnosa



Jam



Menyusui Tidak efektif



16.00



16.04



16.07



16.11



16.16



16.20



16.27 16.32



17.37



17.39



25 November 2019



Jam



Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Respon : ibu mau dan mampu menerima informasi 2. Mengidentifikasi keinginan menyusui Respon : ibu mau dan bersedia menyusui bayinya 3. Mendukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui Respon : ibu yakin akan menyusui bayinya 4. Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi Respon : ibu mengerti penjelasan yang diberikan 5. Mengajarkan posisi menyusui dengan benar dan tepat (duduk dan berbaring disamping bayi) Respon : ibu sedikit memahami teknik menyusui yang benar 6. Mengajarkan perawatan payudara pada ibu Respon : ibu tampak masih bingung 7. Memonitor pernafasan bayi Respon : RR : 42 x/mnt 8. Memberikan ibu kesempatan untuk rawat gabung Respon : ibu dan anak belum dalam satu ruangan 9. Memfasilitasi ibu menemukan posisi menyusui yang nyaman Respon : ibu nyaman dengan posisi berbaring 10. Membuka pakaian atas ibu



16.00



1.



16.02



2.



1.



16.04



16.07



26 November 2019



3.



4.



16.15



5.



16.19



6.



16.22



7.



16.27



8.



16.32



9.



16.37



16.38



Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Respon : ibu mau dan mampu menerima informasi Mengidentifikasi keinginan menyusui Respon : ibu mau dan bersedia menyusui bayinya Mengajarkan posisi menyusui dengan benar dan tepat (duduk dan berbaring disamping bayi) Respon : ibu sudah memahami teknik menyusui yang benar Mengajarkan perawatan payudara pada ibu Respon : ibu Sudah cukup memahami Memonitor pernafasan bayi Respon : RR : 48x/mnt Memberikan ibu kesempatan untuk rawat gabung Respon : ibu dan anak dalam satu ruangan Memfasilitasi ibu menemukan posisi menyusui yang nyaman Respon : ibu nyaman dengan posisi berbaring Membuka pakaian atas ibu



Membuka pakaian bayi, kenakan popok dan topi 10. Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap langsung diantara payudara ibu 11. Memberikan kehangatan dengan



Jam



27 November 2019



12.00



1.



12.04



2.



12.07



3.



12.12



4.



12.15



5.



12.20



6.



12.25



7.



12.29



8.



12.32



12.34



Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Respon : ibu mau dan mampu menerima informasi Mengidentifikasi keinginan menyusui Respon : ibu mau dan bersedia menyusui bayinya Mengajarkan perawatan payudara pada ibu Respon : ibu sudah memahami informasi yang diberikan Memonitor pernafasan bayi Respon : RR : 45 x/mnt Memberikan ibu kesempatan untuk rawat gabung Respon : ibu dan anak dalam satu ruangan Memfasilitasi ibu menemukan posisi menyusui yang nyaman Respon : ibu nyaman dengan posisi berbaring Membuka pakaian atas ibu



Membuka pakaian bayi, kenakan popok dan topi 9. Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap langsung diantara payudara ibu 10. Memberikan kehangatan dengan menyelimuti



17.41 17.43



17.45



17.52



17.54 17.58



18.15



11. Membuka pakaian bayi, kenakan popok dan topi 12. Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap langsung diantara payudara ibu 13. Memberikan kehangatan dengan menyelimuti punggung bayi dan kenakan topi 14. Memindahkan bayi setelah selesai menyusui dengan bayi melepas sendiri puting susu ibu 15. Meletakkan bayi disamping ibu dengan tempat tidur bayi 16. Menganjurkan ibu untuk memberikan kesempatan bayi sampai lebih dari 1 jam atau sampai bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusui. Hasil : ibu bersedia melakukan 17. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang tepat pada masa menyusui



16.41



12.



16.43



13.



16.49



14.



17.05



15.



menyelimuti punggung bayi dan kenakan topi Memindahkan bayi setelah selesai menyusui dengan bayi melepas sendiri puting susu ibu Meletakkan bayi disamping ibu dengan tempat tidur bayi Menganjurkan ibu untuk memberikan kesempatan bayi sampai lebih dari 1 jam atau sampai bayi menunjukkan tandatanda siap menyusui. Hasil : ibu bersedia melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang tepat pada masa menyusui



12.37



12.40 12.42



punggung bayi dan kenakan topi 11. Memindahkan bayi setelah selesai menyusui dengan bayi melepas sendiri puting susu ibu 12. Meletakkan bayi disamping ibu dengan tempat tidur bayi 13. Menganjurkan ibu untuk memberikan kesempatan bayi sampai lebih dari 1 jam atau sampai bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusui. Hasil : ibu bersedia melakukan



E. Evaluasi NO 1



DIAGNOSA Menyusui Tidak Efekfitf



Tanggal 25-11-219 20.00 WIB



EVALUASI S: 1. Ibu mengatakan ASI belum keluar dan puting susu belum muncul 2. Ibu sedikit memahami posisi menyusui yang tepat 3. Ibu mengatakan masih bingung tentang perawatan payudara O: 1. 2. 3. 4.



26-11-219 20.00 WIB



Bayi belum mampu melekat pada payudara ibu ASI belum keluar Bayi menangis saat disusui Bayi menolak untuk menghisap



A:Masalah belum teratasi P: Intervensi di lanjutkan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi keinginan menyusui 3. Ajarkan posisi menyusui engan benar 4. Ajarkan perawatan payudara 5. Monitor pernafasan bayi 6. Berikan ibu kesempatan untuk raat gabung (rooming in) 7. Fasiltais ibu menemukan posisi yang nyaman 8. Buka pakaian bagian atas ibu 9. Buka pakaian bayi, kenakan popok dan topi bayi 10. Letakkan bayi dengan posisi terngkurap langsung diantara payudara ibu 11. Berikan kehangatan dengan menyelimuti punggung bayi dan kenakan topi 12. Pindahkan bayi setelah bayi selesai menyusui dengan melepas sendiri puting susu ibu 13. Letakkan bayi disamping Ibu atau tempat tidur bayi disamping tempat tidur ibu 14. Anjurkan memberi kesempatan bayi sampai lebih dari 1 jam atau sampai bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusu 15. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang tepat pada masa menyusui S: 1. Ibu mengatakan ASI keluar sedikit dan puting susu sedikit muncul 2. Ibu sudah memahami posisi menyusui yang tepat 3. Ibu mengatakan sedikit paham tentang perawatan payudara O: 1. Bayi mampu melekat pada payudara ibu 2. ASI keluar sedikit 3. Bayi menangis saat disusui 4. Bayi tidak menolak untuk menghisap A:Masalah belum teratasi P: Intervensi di lanjutkan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi keinginan menyusui 3. Ajarkan perawatan payudara 4. Monitor pernafasan bayi 5. Berikan ibu kesempatan untuk raat gabung (rooming in) 6. Fasiltais ibu menemukan posisi yang nyaman 7. Buka pakaian bagian atas ibu 8. Buka pakaian bayi, kenakan popok dan topi bayi 9. Letakkan bayi dengan posisi terngkurap langsung diantara



27-11-219 14.30 WIB



payudara ibu 10. Berikan kehangatan dengan menyelimuti punggung bayi dan kenakan topi 11. Pindahkan bayi setelah bayi selesai menyusui dengan melepas sendiri puting susu ibu 12. Letakkan bayi disamping Ibu atau tempat tidur bayi disamping tempat tidur ibu 13. Anjurkan memberi kesempatan bayi sampai lebih dari 1 jam atau sampai bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusu 14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang tepat pada masa menyusui DS : 1. Ibu mengatakan ASI keluar dan puting susu sudah muncul 2. Ibu sudah memahami posisi menyusui yang tepat 3. Ibu mengatakan paham tentang perawatan payudara O: 1. 2. 3. 4.



Bayi mampu melekat pada payudara ibu Asi keluar sedikit Bayi agak tenang ketka disusui Bayi tidak menolak untuk menghisap



A:Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan Berikan HE tentang review ASI eksklusif dan review tentang perawatan payudara dan teknik menyusui