Askep Presentasi Bokong [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA INDIKASI PRESENTASI BOKONG



I.



SECTIO CAESAREA A. Pengertian 1.



Pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. (Man Joer, 1993 : 334).



2.



Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serat berat janin diatas 500 gram. (Prawirohardjo : 133).



3.



Suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uteres melalui dinding dengan perut atau vagina atau Sectio Caesarea adalah suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari rahim dalam. (Mochtar, 1998).



4.



Suatu pembedahan unuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Wiknjosastro, 1999:273).



B. Klasifikasi 1.



Sectio caesarea transperitonealis dibagi menjadi dua, yaitu : a. Sectio caesarea klasik/ korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri, dilakukan dengan sayatan ± 10 cm. 1) Kelebihan a. Mengeluarkan janin lebih cepat. b. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. c. Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal. 2) Kekurangan a. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik. b. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi pada ruptur uteri spontan. b. Sectio caesarea ismika/ profunda low servikal dengan arah melintang konkaf pada segmen dibawah rahim 1) Kelebihan a) Penjahitan luka lebih mudah.



b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik. c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum. d) Pendarahan kurang. e) Kemungkinan ruptur uteri spontan kecil. 2) Kekurangan a) Luka dapat melebar kekiri, kekanan bawah sehingga dapat menyebabkan



arteri



uterina



putus



sehingga mengakibatkan



pendarahan banyak. b) keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi. 2.



Sectio caesarea ektraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritonium paretalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.



C. Indikasi 1.



Indikasi Ibu a. Panggul sempit. b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi. c. Stenosis/ distosia servik atau vagina. d. Plasenta previa sentralis/ lateralis. e. Disproporsio sephalopelvik. f. Ruptur uteri membakat. g. Partus lama atau partus tidak maju. h. Preeklamasi dan eklamasi.



2.



Indikasi Janin a. Letak lintang. b. Letak bokong. c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi). d. Presentasi rangkap. e. Gawat janin. f. Gemeli dengan catatan: 1) Bila pertama letak lintang/ presentasi bahu. 2) Bila terjadi interlok.



D. Komplikasi 1.



Infeksi puerpural dibagi menjadi 3, yaitu : a. Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja. b. Sedang, kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung. c. Berat dengan peritonitis, sepsis, ileus paralitik.



2.



Pendarahan disebabkan oleh a. Banyak pembuluh darah yang terputus, terbuka. b. Atonia uteri. c. Perdarahan pada tempat implantasi plasenta.



3.



Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonealisasi terlalu tinggi.



4.



Kemungkinan



ruptur



uteri



spontan



pada



kehamilan



mendatang



(Wiknjosastro 1994 : 870). E. Fokus Sectio Caesarea Dengan Indikasi Presentasi Bokong Dari bermacam-macam indikasi yang disebutkan diatas, penulis hanya membahas pada sectio caesarea dengan indikasi presentasi bokong. Di bawah ini penulis akan membahas pengertian, penyebab, klasifikasi, gambaran klinis, penata laksanaan, patofisiologi pathway. 1.



Presentasi bokong a. Pengertian 1) Letak sungsang yaitu janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala di fundus dan bokong di bawah. (Mochtar, 1996 :392). 2) Letak sungsang yaitu letak membujur dimana kepala terletak di fundus sedangkan bokong diatas sympisis (Manuaba, 1996 : 145) b. Penyebab 1) Prematuritas. 2) Air ketuban berlebihan (hidroamnion). 3) Kehamilan ganda. 4) Plasenta previa. 5) Panggul sempit. 6) Hydrocephalus.



7) Janin besar. (Wiknjosastro, 1994:611), c. Klasifikasi 1) Presentasi bokong kaki sempurna, yaitu bokong terlebih dahulu tungkai fleksi pada abdomen janin dan kaki sepanjang bokong janin. 2) Presentasi murni atau bokong yaitu tungkai terletak ekstensi bokong dengan satu atau kedua kaki atau lutut prolaps kedalam vagina. 3) Presentasi bokong kaki sempurna yaitu presentasi bokong dengan satu atau kedua lutut prolaps kedalam vagina. 4) Presentasi lutut dengan satu atau dua lutut dengan ekstensi pada paha, fleksi pada lutut, bagian terendah adalah lutut. (Wiknjo Sastro, 1994: 6080). d. Gambaran klinis 1) Pada ibu a) Ibu biasanya tidak menyadari presentasi janinnya b) Lebih banyak gerakan janin yang dirasakan ibu. c) Ada sebagian ibu yang merasakan kehamilannya penuh. 2) Pada pemeriksaaan abdomen a) Kutub atas janin pada fundus uteri merupakan kepala janin yang kenyal bulat dan mudah dilakukan ballotement. b) Bunyi jantung tergantung terdengar diatas umbilikus. c) Kutub bawah janin sering tak jelas terutama jika janin telah aktif. 3) Pada pemeriksaan pervaginam. a) Kaki atau sakram dapat dipalpasi. b) Bokong diraba sebagai permukaan membulat tak teratur, lunak halus dengan satu lekukkan (anus). c) Pada presentasi bokong kaki sempurna, kaki dapat diraba sepanjang bokong. d) Pada presentasi kaki, atau kedua kaki dapat diraba. 4) Pada pemeriksaan rontgen atau USG Sangat membantu bila presentasi janin diragukan. Masing-masing test dapat memperlihatkan jenis prsentasi bokong (kaki atau bokong) hiperektensi kepala janin atau anomali janin. (Wiknjo Sastro, 1994 : 609)



F. Penatalaksanaan Presentasi bokong seringkali berputar secara spontan pada presentasi puncak kepala, terutama jika ditemukan pada awal trimester ke 3, tetapi perputaran tersebut jarang terjadi dan lebih jarang lagi saat mendekati aterm dan kemung kinannya menjadi sangat kuat setelah minggu ke 36-38. Dokter harus mengetahui kemungkinan salah letak pada setiap waktu, jika presentasi bokong didiagnosis, maka hendaknya ditentukan apakah ada kelebihan yang merupakan indikasi untuk melakukan sectio caesarea, seperti misalnya kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya dalam rongga panggul. Apabila tidak dapatkan kelainan dan persalinan diperkirakan dapat berlangsung pervaginam, hendaknya dilakukan pengawasan. Kemajuan persalinan dengan seksama. (Wiknjo Sastro, 1994 : 617). G. Patofisiologi Patofisiologi yang akan penulis bahas terbatas pada pathofisiologi sectio caesaria dengan indikasi presentasi bokong. Dalam keadaan normal, bokong mencari tempat yang lebih luas sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras serta paling berat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum rotondum dan kontraksi Braxton Hicks, kepala janin berangsurangsur masuk kepintu atas panggul. Dengan adanya faktor penyebab presentasi bokong antara lain prematuritas, air ketuban berlebihan (Hidramion), kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, Hidrocepalus, janin besar. Maka kepala janin sulit berputar kebawah sehingga yang ada dibagian bawah adalah bokong (Presentasi bokong). Bokong masuk pintu atau pinggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putar paksi dalam, sehingga trokanter depan berada di bawah simpisis. Dengan trokanter depan sebagai hipomoklion, akan lahir trokanter belakang, mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam, sehingga bahu depan berada dibawah simpisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan.



Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam, sehingga sub oksiput berada di bawah simpisis. Sub oksiput menjadi hipomoklion, berturutturut akan lahir, dagu mulut, hidung, muka dan kepala seluruhnya.



PATH WAY



Prematuritas



PENYEBAB PRESENTASI BOKONG



Air ketuban pecah



Kehamilan ganda



Plasenta previa



Panggul sempit



Hidocepalus



Presentasi Bokong Sectio Caesarea



Anestesi



Insisi



Invasi bakteri



Dikontinuitas jaringan



Resiko infeksi Nyeri



Penurunan kesadaran Kurang mobilisasi Intoleransi aktivitas



Janin besar



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SECTIO CAESAREA INDIKASI PRESENTASI BOKONG



A.



PENGKAJIAN Hal-hal yang perlu dikaji dalam pasien post partum : 1.



Suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, tanda-tanda edema, tanda-tanda anemia, reefleks, varises



2.



Abdomen yang meliputi involusi uteri : keras, garis tengah, luas satu samapi dua jari di bawah umbilikus dan ke bawah posisi uetrus/TFU, ukuran kandung kemih, kontraksi uetrus



3.



Payudara meliputi puting susu : pendek, pecah, rata, bengkok, abses tekan, pembengkakkan/ASI yang berhenti, pengeluaran ASI, kolostrum



4.



Rectal : kemungkinan adanya hemoroid



5.



Pemeriksaan laboratorium : HB/HT, kadar obat dalam darah sesuai indikasi, elektrolit



6.



Luka post operasi a. Klasifikasi luka meliputi bersih : tidak ada pelanggaran dalam tekhnik septik aseptik. Terkontaminasi : luka pada insisi, ada benda asing dalam luka terinfeksi, mengandung bakteri purulen b. Klien Klien beresiko terhadap perlambatan penyembuhan luka meliputi : klien dengan masalah kesehatan anemia



7.



Nyeri atau kenyamanan a. Sumber nyeri yaitu tempat pembedahan : ketidaknyamanan umum dan flatus b. Keparahan nyeri berdasarkan skala 0 – 10 bila : bila 0 : tidak nyeri, 1 – 3 : nyeri sedang, 7 – 9 : nyeri berat, 10 : nyeri tidak dapat ditahan. c. Tindakan fisik nyeri : peningkatan pernafasan, peningkatan tekanan darah, gelisah, wajah meringis, peningkatan frekuensi jantung d. Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi meliputi : pengaturan tentang nyeri dan penyebab nyeri, kemampuan untuk mengontrol nyeri, latar belakang budaya, respon pada orang lain, tingkat stress dan tingkat energi.



B.



DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.



Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kondisi pasca oprasi



2.



Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas dan kelemahan sekunder terhadap anestesi,



hipoksia jaringan



dan ketidakcukupan



cairan nutrisi C.



INTERVENSI 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi. Tujuan



: Nyeri berkurang sampai hilang.



Kriteria hasil : Nyeri



diminimalkan



atau



dapat



dikontrol



dan



pasien



mengungkapkan bahwa ia nyaman. Intervensi



:



a.



Kaji intensitas dan durasi nyeri



b.



Beri posisi yang nyaman



c.



Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi



d.



Kolaborasi pemberian analgesik.



2.



Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas dan kelemahan sekunder terhadap anestesi,



hipoksia jaringan



dan



ketidakcukupan cairan nutrisi Tujuan



: Pasien dapat beraktifitas ringan tanpa bantuan.



Kriteria hasil : Klien akan meningkatkan toleransi terhadap aktifitas sehari-hari dibuktikan



oleh



ambulasi



progresif



kemampuan



untuk



melakukan aktifitas sehari-hari. Intervensi



:



a.



Dorong kemajuan tingkat aktifitas pasien



b.



Rencanakan periode istriahat teratur sesuai dengan jadwal harian klien



c.



Pertahankan rentang gerak aktif



d.



Identifikasi kemajuan klien.



3. Resiko terhadap infeksi / cidera berhubungan dengan prosedur pembedahan. Tujuan



: Tidak terjadi infeksi.



Kriteria hasil : Akan menunjukan penyembuhan dengan bukti insisi bersih dan kering tanpa dan tanda gejala infeksi, envolusi, uterus berlanjut secara normal. Intervensi



:



a.



Observasi luka insisi



b.



Beri perawatan luka



c.



Monitor TTV



d.



Pantau. peningkatan



e.



Kolaborasi pemberian anti biotik.



suhu



D.



IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI



No Dx



1



1.



Kaji intensitas dan durasi nyeri



2. nyaman



- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman



Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi



4.



Ds: - Pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang



Beri posisi yang



3.



RESPON



Do : - Pasien tampak rileks - Obat masuk,Ranitidin



Kolaborasi pemberian analgesik.



2



1. Dorong kemajuan tingkat aktifitas pasien



Ds: - Pasien mengatakan sakit untuk berdiri apalagi



2. Rencanakan periode istriahat teratur sesuai dengan jadwal harian klien



duduk - Pasien hanya mampu mring ke kanan atau ke kiri



3. Pertahankan rentang gerak aktif



Do: Pasien tidur 10 jam/hari



4. Identifikasi kemajuan klien. 3



1.



Observasi luka insisi



2.



lukanya masih sakit Beri perawatan



luka Monitor TTV



4.



Pantau.



5.



- Pasien mengatakan lebih nyaman setelah



3. peningkatan



Ds : - Pasien mengatakan



suhu Kolaborasi



pemberian anti biotik.



dilakukan perawatan luka Do : - Obat masuk, Ceftriaxon TD : 100/80 mmHg S



: 37oC



RR : 24 x/menit N : 74 x/menit



TTD



E. EVALUASI



No Dx



1



S : - Pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang - Pasien mengatakan merasa lebih nyaman O : - Pasien tampak rileks - Obat masuk,Ranitidin A : Masalah nyeri teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi : 1. Kaji intensitas dan durasi nyeri 2. Beri posisi yang nyaman 3. Kolaborasi pemberian analgesik.



2



S : - Pasien mengatakan sakit untuk berdiri apalagi duduk - Pasien hanya mampu mring ke kanan atau ke kiri - Pasien mengatkan bisa makan dan minum sendiri. O: Pasien tidur 10 jam/hari A : Masalah intolerasi aktifitas teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi : 1.



Dorong kemajuan tingkat aktifitas pasien



2.



Rencanakan periode istriahat teratur sesuai dengan jadwal harian klien



3



3.



Pertahankan rentang gerak aktif



4.



Identifikasi kemajuan klien.



S : - Pasien mengatakan lukanya masih sakit - Pasien mengatakan lebih nyaman setelah dilakukan perawatan luka O : - Obat masuk, Ceftriaxon TD : 100/80 mmHg S



: 37oC



RR : 24 x/menit



TTD



N : 74 x/menit A : Masalah resiko terhadap infeksi / cidera teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi : 1.



Observasi luka insisi



2.



Beri perawatan luka



3.



Monitor TTV



4.



Pantau. peningkatan



5.



Kolaborasi pemberian anti biotik



suhu



DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Alih Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC Doengoes, Marillyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Bayi Ed. 2, Jakarta : EGC Hamulton, P.M, 1995, Dasa-dasar Keperawatan, Alih Bahasa Nilah Gde Yasmin Asih, SKp, Edisi VI, Jakarta : EGC Long B.C, 1999, Perawatan Medikal Bedah, alih bahasa Ysmin Alumni IAPK Jilid 2 Bandung :Yayasan Padjajaran Mansjoer, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, FKUI : Media Aesculapius Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius Muchtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetry Operatif, Obstetri Sosial, Ed. 2 Jilid 2, Jakarta : EGC Muchtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetry Fisiologi, Obstetri Patologi, Ed. 2 Jilid 2, Jakarta : EGC Prawirohardjo, 1997, Ilmu Kebidanan Ed. 3, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo