Askep Presentasi GSP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ......... DENGAN “GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN” DI RUANG ............RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG



LOG



DISUSUN OLEH : KELOMPOK ..



PROGRAM STUDI



LEMBAR PENGESAHAN Lembar pengesahan di buat sebagai bukti bahwa Stikes ............... Kelompok ..... yang beranggota :..........



Telah melakukan Presentasi Askep Ruang..... di ruang.................. RSJ. Dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang Malang..............



dengan judul Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi



Pendengaran.



Malang,



Pembimbing Akademik



Pembimbing Klinik



Mengetahui Kepala Ruang.....



KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karuniaNyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah seminar keperawatan jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada .........Dengan Masalah Utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran” Penulisan dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas praktek Keperawatan Jiwa serta memberikan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Direktur Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang 2. Kepala Bidang Perawatan RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Beserta Staf 3. Para Dosen dan Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan Jiwa Stikes ........... 4. Kepala Ruang Camar RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang beserta Seluruh Perawat Ruangan 5. Rekan-rekan mahasiswa kelompok ...............



Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan atau kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan adanya masukan dan kritikan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.



Malang, .............................................



Penyusun



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogyanya kedudukannya setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efesien (Kusumanto Setjionegoro, 1981). Menurut faham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi mampu berfungsi secara wajar di lingkungan sosialnya. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami ganguan jiwa adalah stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi secara konstruktif (adaptif) tetapi jarang seseorang tidak mampu beradapatasi dengan baik (mal adaptif) sehingga timbullah keluhan-keluhan di bidang kejiwaan berupa gangguan jiwa ringan hingga yang berat. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah schizofrenia. Schizofrenia berasal dari bahasa yunani yang terdiri atas dua kata yaitu shizos yang artinya retak atau pecah dan phren yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang mengalami gangguan jiwa schizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa / kepribadian (splitting of personality). (Eugen Bleuter dalam Ilmu Kedokteran Jiwa, Marasmis, 1994). Di Indonesia angka penderita skizofrenia 25 penduduk yang proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3 / 1000 penduduk (Hawari, 1993). Angka pevalansi adalah jumlah kasus (penderita) secara keseluruhan dalam kurun waktu tertentu, dan didaerah tertentu, dibagi dengan jumlah penduduk yang diperiksa, sedangkan angka insiden adalah kasusu (penderita baru) dalam kurun waktu tertentu dan didaerah ditentu. Di Indonesia angka yang tercatat di Departemen Kesehatan berdasarkan survei di Rumah Sakit (1983) adalah antara 0,05% sampai 0,15%. Penelitian mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia. Maju dengan pesat, demikian pula kemajuan dibidang obat-obatan anti kematian skizofrenia (psikofarmaka). Telah menjadikan penderita skizofrenia dapat dipulihkan sehingga dapat berfungsi kembali secara optimal. Untuk mengatasi hal itu maka perawat melakukan intervensi antara klien lain, bina hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga, mengadakan kontak sering dan singkat secara bertahap dengan klien, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya karena dampak dari skizofrenia karena dapat timbul perilaku kekerasan dan adanya gangguan persepsi sensori (halusinasi).



1.2. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada ............yang mengalami Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan tindakan keperawatan. 1.3. Tujuan Tujuan Umum Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran 2. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran. 3. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.



BAB 2 KAJIAN PUSTAKA



2.1.



Pengertian Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu



yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998). Sedangkan menurut Wilson de Kneil halusinasi adalah persepsi tentang objek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delirium. Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon Neurobiologi (Stuart dan Laria, 2001). Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan). klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus tidak ada.



RESPON ADAPTIF



Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten dengan pengalaman Perilaku sesuai Berhubungan sosial



RESPON MALADAPTIF



Distorsi pikiran Ilusi Reaksi emosi berlebih atau kurang Perilaku aneh/tidak biasa Menarik diri



Gangguan pikiran/delusi Halusinasi Sulit berespon emosi Perilaku disorganisasi Isolasi sosial



2.2. Tanda dan gejala Tanda dan gejala halusinasi penting perlu diketahui oleh perawat agar dapat menetapkan masalah halusinasi ,antara lain : 1) Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri 2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu



3) Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu 4) Disorientasi 5) Tidak mampu atau kurang konsentrasi 6) Cepat berubah pikiran 7) Alur pikir kacau 8) Respon yang tidak sesuai 9) Menarik diri 10) Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerangorang lain tanpa sebab 11) Sering malamun



2.3. Fase halusinasi menurut Stuart dan Laria, 2001 : 424 FASE HALUSINASI



KARAKTERISTIK



PERILAKU KLIEN



Fase I : Comforting



Klien mengalami ansietas, -



Tersenyum, tertawa yang



Ansietas sedang



kesepian, rasa bersalah



tidak sesuai



Halusinasi-



dan takut, mencoba untuk



Menyenangkan



berfokus pada pikiran



“Menyenangkan”



yang menyenangkan untuk meredakan Ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan



-



Menggerakkan bibir tanpa suara



-



Pergerakan mata yang cepat



-



Respon verbal yang lambat



-



Diam, dipenuhi rasa yang mengasyikkan



pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani (non psikotik). Fase II : Condemning



Pengalaman sensori



Ansietas berat



menjijikan dan



sistem saraf otonom akibat



menakutkan klien lepas



ansietas (Nadi, RR, TD↑)



Halusinasi menjadi menjijikkan. “Menyalahkan”



kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin pernah



- Meningkatkan tanda-tanda



- penyempitan kemampuan untukkonsentrasi - Asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan



mengalami dipermalukan



halusinasi dan realita



oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Psikotik Ringan. Fase III : Controlling



Klien berhenti atau



Ansietas berat



menghentikan perlawanan



Pengalaman sensori menjadi berkuasa “Mengendalikan”



terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi



- Lebih cenderung mengikuti petunjuk halusinasinya - Kesulitan berhubungan dengan orang lain



tersebut. Isi halusinasi menjadi



- Rentang perhatian hanya dalam beberapa menit atau detik



menarik, klien mungkin mengalami pengalaman



- Gejala fisik Ansietas berat,



kesepian jika sensori



berkeringat, tremor, tidak



halusinasi berhenti.



mampu mengikuti petunjuk



Psikotik. Fase IV : Conquering



Pengalaman sensori



panic umumnya



menjadi mengancam jika



menjadi melebur



klien mengikuti perintah



dalam halusinasinya.



halusinasi. Halusinasi berahir dari



-



Perilaku teror akibat panik



-



Potensial suicide atau homocide



-



isi halusinasi seperti perilaku



beberapa jam atau hari



kekerasan, agitasi, menarik



jika tidak ada intervensi



diri, katatonia



terapiutik. Psikotik Berat.



Aktivitas fisik merefleksikan



-



Tidak mampu merespon terhadap perintah yang kompleks



-



Tidak mampu merespon > 1 orang



2.4. Macam-macam halusinasi Halusinasi dibagi menjadi 7 jenis, meliputi 1) Halusinasi Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara bising mulai dari yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Dalam pikiran yang terdengar adalah perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan. 2) Halusinasi Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk penglihatan kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. 3) Halusinasi Penghirup/bau Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses. Umumnya bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi ini sering terjadi akibat stroke, tumor, kejang, dimensia. 4) Halusinasi Pengecapan Individu merasa mengecap suatu rasa dalam mulutnya, misalnya merasa mengecap rasa darah, urin atau feses. 5) Halusinasi Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. 6) Halusinasi Chenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine. 7) Halusinasi Kinesthetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak. (Stuart dan Laria, 1998)



2.5. Etiologi Seseorang yang mengalami halusinasi beranggapan bahwa sumber atau penyebab halusinasi berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologis, padahal rangsangan primer halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologis, terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, rasa marah, dan rasa takut ditinggalkan oleh yang dicintainya. Tidak dapat meninggalkan dorongan ego, pikiran dan perasaan sendiri secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan kebutuhan keluarga.



Penyebab terjadinya halusinasi ancaman terhadap harga diri dan kebutuhan keluarga meningkatkan kecemasan.



2.6. Pohon masalah Kerusakan Komunikasi Resiko mencederai diri, orang lain



Bicara, tersenyum, tertawa sendiri Konsentrasi mudah berubah, kekacauan arus pikir Perubahan Proses Pikir Arus,Bentuk, Isi



dan likgkungan



Mendengar bisikan yang menyuruh untuk membunuh/ dibunuh



Mempengaruhi neurotransmitter otak



Stimulus SSO ,Internal meningkat, eksternal menurun



Prubahan Persepsi sensori : Halusinasi (Core Problem)



Tidak peduli dengan lingkungan sekitar Merangsang keluarnya zat Halusinogen



Fokus pada diri sendiri



HDR



Koping Maladaptif Stress Psikologis



Factor Predisposisi Kepribadian Introvet Pendiam, pemalu



Faktro Presipitasi Bicara nglantur Melakukan tindakan yang tidak biasa Klien sulit tidur Merasa dibisiki setan ditelinganya Klien akan membunuh penjual pisau M e r a s a d i b i s i k i o l e h



2.7.



Proses keperawatan



1) Pengkajian Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien sendiri maupun keluarga berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi : a) Faktor predisposisi 1) Faktor Genetis Telah diketahui bahwa secara genetis schizofienia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang ke beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga kromosom schizofrenia ada kromosom gangguan dengan kontribusi genetis tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22 (Buchanan dan Carpenter, 2000) 2) Faktor Biologis Adanya



gangguan



pada



otak



menyebabkan



timbulkan



respon



neurobiologikal maladaptif.peran pre frontal dan limbik cortices dalam regulasi stres berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf pada pre frontal penting untuk memori,penurunan neuro pada area ini dapat menyebabkan kehilangan asosiasi. 3) Faktor presipitasi Psikologis Keluarga, pengasuh, lingkungan Pola asuh anak tidak adequate Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan Sosial Budaya Kemiskinan Konflik sosial budaya, peperangan, kerusuhan b) Faktor presipitasi 1) Biologi Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gathing abnormal) 2) Stress lingkungan Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku (Stuart dan Laria, 2001 : 416) c) Gejala-gejala pemicu seperti : kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku 1) Kesehatan Meliputi : 



Nutrisi yang kurang







Kurang tidur







Ketidakseimbangan irama sirkardian







Kelelahan







Infeksi







Obat-obat sistem syaraf pusat







Kurangnya latihan







Hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan



2) Lingkungan meliputi : 



Lingkungan yang memusuhi, kritis Misalnya di rumah tangga







Kehilangan kebebasan hidup







Perubahan kebiasaan hidup, pola aktifitas sehari-hari







Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain







Isolasi social







Kurangnya dukungan sosial







Tekanan kerja (kurang ketrampilan dalam bekerja)







Stigmasisasi







Kemiskinan







Kurangnya alat transportasi







Ketidakmampuan mendapat pekerjaan



3) Sikap atau perilaku : 



HDR







Tidak PD (Putus Asa)







Merasa gagal







Kehilangan kendali diri (demoralisasi)







Merasa punya kekuatan >> dengan gejala tersebut







Tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual atau merasa malang







Bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya







Rendahnya kemampuan sosialisasi







Perilaku agresif







Perilaku kekerasaan







Ketidakadekuatan pengobatan







Ketidakadekuatan penanganan gejala



4) Mekanisme Koping 



Mekanisme yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :







Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari







Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan klien







Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal







Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien



5) Perilaku Perilaku klien yang mengalami halusinasi tergantung jenis halusinasinya. Untuk validasi tentang halusinasi diperlukan : 



Isi halusinasi yang dialami klien







Waktu dan frekuensi halusinasi







Situasi pencetus halusinasi dan peristiwa sebelum halusinasi muncul







Respon klien; menentukan sejauh mana halusinasi yang telah mempengaruhi klien



6) Masalah keperawatan yang mungkin muncul 



Resiko tinggi tindakan kekerasaan yang diarahkan pada diri, orang lain dan lingkungan







Halusinasi dengar atau lihat







Perubahan proses pikir : Waham







Penatalaksanaan regimen terapiutik yang tidak efektif, ketidak mampuan



2) Diagnosa keperawatan a) Resiko tinggi tindakan kekerasaan yang diarahkan pada lingkungan yang berdasarkan halusinasi pendengaran dan penglihatan. b) Halusinasi dengar atau lihat yang berdasarkan isolasi sosial c) Perubahan proses pikir : Waham yang berdasarkan HDR kronis d) Penatalaksanaan regimen terapiotik yang tidak efektif, ketidak mampuan yang berdasarkan koping keluarga tidak efektif



3) Perencanaan dan intervensi a. Resiko mencerai diri, orang lain dan lingkungan yang berdasarkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar atau visual Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan Tujuan Khusus 1: Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat TUK 1 Kriteris Hasil : a) Klien kooperatif dan ada kontak mata b) Ekspresi wajah Klien bersahabat c) Klien menunjukkan rasa senang



d) klien mampu menjawab salam dan memperkenalkan dirinya e) Klien mampu mengutarakan perasaannya Intervensi



:



a) Sapa klien dengan ramah baik verbal atau non verbal b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan kesukaan d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Buat kontrak : topik, waktu dan tempat TUK 2: Klien mampu mengenali halusinasi Kriteria Hasil: Klien mampu menyebutkan waktu, isi, frekuensi dan respon saat muncul halusinasi Intervensi



:



a) Lakukan kontak sering tapi singkat b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya c) Bantu klien mengenali halusinasinya d) Diskusikan dengan klien tentang situasi, waktu, frekuensi dan respon klien waktu muncul halusinasi e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan saat timbul halusinasi TUK 3 : Klien mampu mengontrol halusinasinya Kriteria Hasil : a) Klien mampu menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. b) Klien dapat menyebutkan cara untuk mengontrol halusinasinya c) Klien dapat memilih cara mengontrol halusinasinya d) Klien dapat melaksanakan cara yang dipilihnya e) Klien mau mengikuti kegiatan TAK Intervensi



:



a) Identifikasi cara yang dilakukan klien saat timbul halusinasi b) Diskusikan manfaat dari cara yang digunakan, beri pujian jika bermanfaat c) Diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi d) Bantu klien memilih dan melatih cara yang digunakan untuk mengontrol halusinasi e) Beri kesempatan klien untuk mencoba cara yang dipilihnya f) Anjurkan klien mengikuti TAK Orientasi Realita. TUK 4 : Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol



halusinasi



Kriteria Hasil : Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Intervensi : a) Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi



b) Tanda-tanda halusinasi c) Cara yang dapat dilakukan keluarga dan klien untuk memutus halusinasi d) Cara merawat klien dirumah e) Beri informasi tentang kunjungan ulang atau kontrol



TUK 5: Klien dapat menggunakan obat dengan benar Kriteria Hasil: a) Klien dapat menyebutkan manfaat dan macam obat b) Klien dapat mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar c) Klien dan keluarga mendapatkan informasi yang benar tentang efek samping obat. d) Klien dan keluarga memahami akibat dari putus obat tanpa konsultasi dengan diri. e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar dalam penggunaan obat Intervensi



:



a) Diskusikan dengan klien tentang macam dan manfaat obat. b) Anjurkan klien untuk aktif meminta obat sendiri ke perawat c) Diskusikan dengan klien tentang efeksamping obat d) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang efek putus obat tanpa konsultasi lebih dulu dengan diri. e) Bantu klien dan keluarga dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (rute pemberian, obat, dosis, cara, waktu)



4) Evaluasi Asuhan keperawatan berhasil jika klien menunjukkan : a)



Kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan cara yang efektif yang dipilihnya.



b)



Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan mengingat sifat penyakitnya yang kronis.



c)



Kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien mengatasi masalah gangguan jiwa



d)



Kemampuan merawat di rumah dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi klien di rumah



e)



Pemahaman keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan jika tandatanda halusinasi muncul



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA .................. DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG .................. RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG



1.



IDENTITAS KLIEN Nama



: ......



Umur



: .......



Alamat



: ..........



Pendidikan



: ...........



Agama



:........



Status



: .............



Pekerjaan



: ........



No.RM



: .............



Tanggal MRS



: .............



Tanggal Pengkajian



: ................



II. ALASAN MASUK a. Data Primer : kx mengatakan sering marah-marah sampai merusak alat rumah tangga, dan memukul orang tua b. Data Sekunder : Klien marah-marah dan tidak bisa tidur 3 hari. c. Keluhan utama saat pengkajian : merasa sering mendengar suara bisikan orang perempuan yang isinya mengajak bicara membuat kx bingung



III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR PRESIPITASI klien kambuh lagi yang parah sejak 1 minggu sebelum MRS di RSJ karena obatnya diganti oleh puskesmas yang tidak sama dengan yang biasanya didapat dari RSJ sehingga tidak di minum dan akibatnya klien tidak bisa tidur, marah- marah tanpa sebab, memukul ibunya, keluyuran, bicara dan tertawa sendiri, merokok terus



IV. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Gangguan jiwa di masa lalu : Sakit sejak 2 tahun yang lalu setelah putus dengan pacarnya sehingga klien sering termenung, mudah tersinggung sering marah-marah, oleh keluarga dibawa berobat ke RSJ sampai 3 kali dirawat saat pulang sudah sembuh diambil oleh keluarga dan sering kambuh karena tidak teratur minum obat.



Riwayat trauma Pernah melakukan aniaya fisik sebagai pelaku memukul ibunya dan orang disekitarnya DX Kep : RPK, Regimen terapeutik inefektif Percobaan bunuh diri : Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri menggunakan tali untuk gantung diri karena putus dengan pacarnya saat ini tidak ada keinginan untuk bunuh diri DX Kep : RBD Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: Saat sekolah SMA pernah putus dengan pacar sehingga merasa sedih, sering marahmarah mudah tersinggung bahkan sampai mencoba untuk bunuh diri dengan cara gantung diri. DX kep : respon paska trauma Pernah mengalami penyakit fisik Menurut klien tidak pernah mengalami sakit fisik yang parah sampai harus dirawat di rumah sakit, hanya pernah sakit flu DX Kep : Riwayat penggunaan NAPZA Menurut klien tidak pernah mengunakan obat-obatan dan tidak [pernah minumminuman keras atau yang beralkohol. DX Kep : Upaya yang dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya: DX Kep : Riwayat penyakit keluarga Menurut klien anggota keluarga tidak ada yang sakit atau mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami klien. Hubungan dengan klien : Riwayat pengobatan : DX Kep : -



V.



PSIKOSOSIAL 1. Genogram



Keterangan: : Meninggal



: Laki-laki



: Meninggal



: Klien



: Perempuan



: Satu rumah



Pola asuh : saat kecil sampai dewasa cara mengasuh klien dengan sabar dan tidak pernah dimarahi. Pola komunikasi : keluarga jarang bicara dengan klien sehingga klien lebih sering diam sendirian didalam kamar. Pola pengambilan keputusan : bila klien mengalami suatu permasalahan klien cenderung diam karena keluarga jarang bicara dengan klien DX Kep : Koping keluarga inefektif Konsep Diri a. Citra Tubuh Klien mengatakan menyukai bagian matanya karena bisa untuk melihat dan klien tidak mempunyai tanganya karena pernah memukul ibunya b. Identitas Diri Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki yang bernama Nn. AD, berusia 25 tahun, tinggal di nganjuk dan klien mengatakan bangga menjadi laki-laki. c. Peran Peran klien dirumah sebagai anak dan selalu membantu ibunya bersih-bersih rumah dan cuci piring. Peran saat dirawat : membantu kebersihan kamar mencuci alat makan d. Ideal Diri



Klien mengatakan ingin segera sembuh dan jika sudah keluar rumah sakit jiwa, klien ingin bekerja di pabrik rokok seperti sebelum sakit dan klien berharap bisa kumpul dengan keluarganya. e. Harga Diri Klien mengatakan malu karena sakit jiwa dan harus dirawat di rumah sakit jiwa Diagnosa Keperawatan : HDR Hubungan Sosial a. Orang Klien yang berarti/terdekat : Orang yang paling terdekat dan paling berarti bagi klien adalah ibunya. Di RSJ klien mengatakan mempunyai teman dekat yaitu malik b. Peran serta dalam kegiatan kelompok Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan di masyarakat, seperti karang taruna, pengajian dan arisan. Saat dirumah sakit klien ikut kegiatan direhabilitasi membuat kemucing c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien mengatakan malas berbicara dengan temanya karena



yang di ajak



mengobrol sering tidak nyambung, sehingga klien lebih sering menyendiri. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial



Spiritual a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam dan menyakin bahwa Allah itu satu dan segala hal sudah di atur oleh Allah b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan jarang sholat karena tidak ada tempet yang khusus Diagnosa Keperawatan : gangguan pemenuhan spiritual VI. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum: cukup, kooperatif, tenang, pakaian rapi. 2. Tanda Vital: TD



:100/60 mmHg,



Nadi



: 80 x/menit,



Suhu



: 36,1 ºC.



RR



: 20 x/menit.



VII. STATUS MENTAL 1. Penampilan Penampilan klien sesuai dengan usianya ,rapi menggunakan seragam yang di sediakan RSJ, bisa memakai pakaian seperti biasanya tidak terbalik, rambut rapi dan selalu disisir setiap habis mandi, bersih, gatal – gatal (-).



Diagnosa Keperawatan : 2. Pembicaraan Klien bisa berbicara dengan jelas, tidak lambat, tidak cepat, tidak keras dengan intonasi yang sedang. Diagnosa Keperawatan : 3. Aktivitas motorik/psikomotor Mau membantu kegiatan di ruangan rawat , sering menyendiri Diagnosa Keperawatan : 4. Mood dan Afek Mood : klien sering merasa khawatir tidak pulang diambil keluarganya karea sampai saat ini belum pernah dikunjungi Afek : saat menceritakan masalahnya klien sering menunduk ekspresi sedih Diagnosa Keperawatan : ansietas 5. Interaksi selama wawancara Kontak mata klien mau menatap lawan bicara Diagnosa Keperawatan : 6. Persepsi sensori Klien merasa mendengar suara-suara bisikan orang perempuan yang mengajak bicara suara bisikan tersebut sering muncul saat klien sedang sendirian dan saat malam hari sehingga klien sering merasa bingung dan tidak bisa tidur Diagnosa



Keperawatan



:



Gangguan



persepsi



sensori



:



Halusinasi



Pendengaran 7. Proses pikir a. Arus pikir Klien berbicara sesuai pada umumnya, tidak lambat, tidak cepat dengan intonasi sedang dan bisa di mengerti. Dibuktikan dengan klien mampu menjawab pertanyaan dengan benar. (koheren) b. Isi pikir Klien merasa malas berkumpul dengan orang lain. Klien lebih nyaman sendiri.(pikiran isolasi) c. Bentuk pikir Pembicaraan klien sesuai dengan kenyataan. Dibuktikan dengan pasien mengatakan masuk RSJ karena sering marah – marah.(realistik) Diagnosa Keperawatan : Perubahan Proses Pikir 8. Kesadaran Orientasi waktu : Klien tidak mengalami disorientasi waktu ditandai dengan, klien mampu mengatakan sekarang siang jan 13.00 Wib,



Orientasi tempat : Klien tidak mengalami disorientasi tempat terbukti klien mengerti bahwa dia sekarang berada di ruang Mawar RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat. Orientasi orang : Klien juga tidak mengalami disorientasi orang terbukti klien mampu menyebutkan nama teman dekatnya yaitu Manik. Secara kualitatif : kesadaran berubah pada relasi dibuktikan dengan lebih senang menyendiri sehingga halusinasi sering muncul. Diagnosa keperawatan : Gangguan proses pikir 9. Memori Jangka panjang : Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang terbukti klien mampu mengingat umurnya yaitu 25 Jangka pendek : Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka pendek terbukti dengan klien mampu menceritakan kalau dia cuci tangan sebelum makan. Saat ini : Klien tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini terbukti klien mampu menceritakan kalau tadi pagi klien makan pagi dengan menu ayam. Diagnosa Keperawatan : 10. Tingkat konsentrasi dan berhitung Konsentrasi : Klien mampu berkonsentrasi dengan baik terbukti ketika disuruh mengulang kembali beberapa alat transportasi klien mampu mengulang dengan benar. Berhitung : Klien



mampu melakukan perhitungan sederhana, terbukti saat diberi



pertanyaan klien 100 – 7 klien menjawab 93 , 93 – 7 klien menjawab 86. Diagnosa Keperawatan : 11. Kemampuan penilaian Bila halusinasi muncul yang dilakuak klien akan berusaha mengontrol atau mengikiti suara halusinasinya klien menjawab akan berusaha untuk mengontrol seperti yang diajarkan dengan cara menghardik.. Diagnosa Keperawatan : 12. Daya tilik diri Klien mengatakan bahwa dia mengalami sakit jiwa. Dan berobat agar cepat sembuh Diagnosa Keperawatan : -



VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG Kemampuan klien memenuhi kebutuhan Setelah pulang dari rumah sakit klien akan tinggal bersama keluarga seperti sebelum sakit dan ingin akan bekerja kembali di pabrik rokok bila masih diterima Kegiatan hidup sehari-hari a. Perawatan diri Mandi : mandi sehari 2 kali memakai sabun dan gosok gigi. Makan : px makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh perawat dan pasien tidak memiliki pantangan makanan dan makanan selalu habis. b. Berpakaian : px mampu memakai pakaian sendiri, baju di tentukan oleh perawat, px tidak bisa mencuci dan memyimpan pakain sendiri. c.



Makan : px makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh perawat dan pasien tidak memiliki pantangan makanan dan makanan selalu habis.



d. Toileting : klien mampu BAK dab BAB pada tempatnya dan dibersihkan setelahnya. DX Kep: Nutrisi: Napsu makan klien baik satu porsi habis, sehari 3 kali , berat badan 58 kg Tidur: Kebutuhan istirahat tidur klien biasa tidur siang pukul 12.00 s/d 14.00 dan tidur malam hari pukul 18.00 s/d 04.00 WIB.aktivitas sebelum tidur (-) Gangguan tidur: bila halusinasi muncul klien sulit tidur. DX Kep :Kemampuan lain: Klien tidak mempunyai keahlian lain yang dapat digunakan untuk bekerja menghasilkan uang hanya bisa bekerja di pabrik rokok sebagai tuklang glinting rokok. e. Penggunaan obat : klien dapat meminum obatnya sendiri dengan bantuan di berikan oleh perawat. f. DX Kep : g. Sistem pendukung : Keluarga berusaha mengobatakan klien bila mengalami sakit. Mekanisme koping: Bila ada masalah klien cenderung diam tidak mau menceritakan pada orang lain. DX Kep : koping individu inefektif. h. Pemeliharaan kesehatan : pasien bisa mandi secara mandiri.



MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN 



Masalah dengan dukungan kelompok Ketika ditanya klien mengatakan hanya keluarganya jarang mengajak bicara







Masalah berhubungan lingkungan Klien mengatakan jarang keluar rumah dan kurang mampu beradaptasi dengan lingkungannya.







Masalah dengan pendidikan Klien mengatakan berhenti sekolah pada saat kelas 2 SMA karena tidak mempunyai biaya.







Masalah dengan pekerjaan Klien mengatakan bekerja buruh di pabrik rokok







Masalah dengan perumahan Klien tinggal bersama ibu dan adiknya.







Masalah dengan ekonomi Klien mengatakan bekerja sebagai buruh di pabrik rokok sehingga dapat membantu ekonomi orang tuanya







Masalah dengan pelayanan kesehatan Klien mengatakan kalau orang sakit itu ke rumah sakit. Diagnosa Keperawatan : -



Aspek pengetahuan Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang penyakitnya saat ini Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit yang di derita.



IX. ASPEK MEDIS 







Diagnosa Medis: - Axis 1



: Skizofrenia hebefrenik episodic berulang (F 20.13)



- Axis 2



: CK, terbuka,mudah bergaul,rajin bekerja.



- Axis 3



: lecositosis



- Axis 4



: primary suport



- Axis 5



: GAF : 20 - 25



Terapi medik: - Chlorpromazine 2x100 mg - Haloperidol 3x5 mg



ANALISA DATA



0 1



1



1



0 1



No. 1.



Data



Masalah/Diagnosa Keperawatan



Ds : Klien merasa sering mendengar suara- Gangguan persepsi



sensori :



suara bisikan orang perempuan yang halusinasi dengar mengajak bicara saat sedang sendirian dan saat malam hari sehingga klien merasa bingung dan sulirt tidur Do: menyendiri, ngomong sendiri, ekspresi muka murung 2.



Ds : Klien mengatakan pernah marah- Resiko perilaku kekerasan marah sampai memukul ibunya. Do : mau menatap lawan bicara



3.



Ds: Klien mengatakan malas bergaul Isolasi sosial dengan orang lain lebih suka berdiam diri didalam kamar Do: menyendiri, melamun, Klien berbicara dengan temannya jika ada perlunya saja.



4.



Ds:



Klien



mengatakan



putus



dengan Respon pasca trauma



pacarnya Do: klien murung , menunduk. 5



Ds: Klien mengatakan jika ada masalah Koping individu tidak efektif klien jarang/tidak pernah cerita dengan orang lain, banyak diam, dan menyendiri. Do: klien tampak diam dan menyendiri di kamar



X.



DAFTAR MASALAH



1.



Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran



2.



Resiko perilaku kekerasan



3.



Isolasi sosial: Menarik diri



4.



Respon pasca trauma



5.



Kurang pengetahuan tentang penyakit



6.



Koping individu tidak efektif



7.



Koping keluarga tidak efektif



XI.



POHON MASALAH



Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.



Gangguan persepsi sensori : halusinasi



Isolasi sosial : menarik diri



Respon pasca trauma



Koping individu tidak efektif



XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran



Efek



Core problem



causa



Koping keluarga tidak efektif



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA



Nama



: Tn....



No. Reg : ............



Jenis kelamin : laki-laki Tgl



Ruang : Ruang Camar Perencanaan



Diagnosa Keperawatan



Tujuan



Kriteria Evaluasi



Gangguan Persepsi



TUM: Klien



Setelah 1x pertemuan klien



Sensori: Halusinasi



dapat



Pendengaran



Rencana Tindakan Keperawatan



Rasional



1.1 Bina hubungan saling percaya



Hubungan saling percaya



dapat membina hubungan



dengan menggunakan prinsip



merupakan langkah awal



mengontrol



saling percaya dengan



komunikasi terapeutik



menentukan keberhasilan rencana



halusinasinya



perawat dengan kriteria



a. Sapa klien dengan ramah baik



selanjutnya



yang



evaluasi: ekspresi



dialaminya



bersahabat, menunjukkan



TUK 1:



rasa senang, ada kontak



-



Klien dapat mata, mau berjabat tangan,



verbal maupun non verbal b. Perkenalkan nama, nama panggilan, dan tujuan perawat berkenalan



membina



mau menyebutkan nama,



c. Tanyakan nama lengkap dan



hubungan



mau membalas salam, mau



nama panggilan yang disukai



saling



berdampingan dengan



klien



percaya



perawat, dan mau



d. Buat kontrak yang jelas



mengutarakan masalahnya.



e. Tunjukkan sikap yang jujur dan menepati janji setiap kali interaksi f. Tunjukkan sikap empati



menerima apa adanya. g. Beri perhatian pada klien dan



Untuk mengurangi kontak klien dengan halusinasinya dengan



perhatikan kebutuhan dasar



mengenal halusinasi akan



klien



membantu mengurangi dan



1.2 Beri kesempatan klien untuk



menghilangkan halusinasi



mengungkapkan perasaannya 1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien. h. TUK 2: -



Setelah 1x interaksi klien



Klien dapat dapat menyebutkan:



2.1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap



mengenal



a. Isi



halusinasin



b. Waktu



terkait halusinasinya, jika



ya



c. Frekuensi



menemukan klien yang sedang



d. Situasi dan kondisi yang



halusinasi: bicara dan tertawa



menimbulkan halusinasi



2.2. Observasi tingkah laku klien



Mengetahui apakah halusinasi datang dan menentukan tindakan yang tepat untuk halusinasinya



tanpa stimulus, memandang ke kanan/ke kiri/ke depan seolaholah ada teman berbicara. 2.3. Bantu klien mengenal halusinasinya: a. jika menemukan klien yang



Mengenalkan pada klien terhadap



sedang halusinasi, tanyakan



halusinasinya dan mengidentifikasi



apakah ada bisikan yang



faktor pencetus halusinasinya



didengar atau melihat bayangan yang tanpa wujud atau merasakan sesuatu yang tidak ada wujudnya. b. jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dialaminya c. katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi) d. katakan bahwa klien jika ada yang seperti klien e. katakan bahwa perawat akan membantu klien 2.4. Jika klien sedang tidak berhalusinasi klarifikasi tentang



adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien: a. Isi, waktu, dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam, atau sering dan kadang-kadang) Setelah 1x interaksi klien



b. Situasi dan kondisi yang



menyatakan perasaan dan



menimbulkan atau tidak



responnya saat mengalami



menimbulkan halusinasi



halusinasi:



2.5. Diskusikan dengan klien apa







Marah



yang dirasakan jika terjadi







Takut



halusinasi (marah/takut, sedih,







Sedih



senang, bingung) beri







Senang



kesempatan mengungkapkan perasaan 2.6 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut 2.7 Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya



TUK 3:



1. Setelah 1x interaksi klien



3.1. Identifikasi bersama klien cara



menyebutkan tindakan



tindakan yang dilakukan jika



bagi klien untuk mengontrol



mengontrol



yang biasanya dilakukan



terjadi halusinasi (tidur, marah,



halusinasinya



halusinasinya



untuk mengendalikan



menyibukkan diri, dll)



- Klien dapat



halusinasinya



2. Setelah 1x interaksi klien



3.2.Diskusikan cara yang digunakan



menyebutkan cara baru



klien:



mengontrol halusinasi



a. Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian b. Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut



3. Setelah 1x interaksi klien



3.3.Diskusikan cara baru untuk



dapat memilih dan



memutus/mengontrol timbulnya



memperagakan cara



halusinasi:



mengatasi halusinasinya



a. Menghardik halusinasi: katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (“saya tidak mau dengar/lihat/penghidu/raba/ke



Menentukan tindakan yang sesuai



cap pada saat halusinasi terjadi) b. Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasi c. Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang telah disusun d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat untuk mengendalikan halusinasi 4. Setelah 1x interaksi klien



3.4.Bantu klien memilih cara yang



melaksanakan cara yang



sudah dianjurkan dan lagi untuk



telah dipilih untuk



mencobanya



mengendalikan halusinasinya 5. Setelah 1x pertemuan



3.5.Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.



klien mengikuti terapi aktivitas kelompok



3.6.Anjurkan dan ikut sertakan klien mengikuti terapi aktivitas



kelompok, stimulasi persepsi/orientasi realita. TUK 4: - Klien dapat



1. Setelah 1x pertemuan



4.1. Buat kontrak dengan keluarga



Membantu klien menentukan cara



keluarga, keluarga



untuk pertemuan (waktu, tempat



mengontrol halusinasi. Periode



dukungan dari



menyatakan setuju untuk



dan topik)



berlangsungnya halusinasi:



keluarga



mengikuti pertemuan



dalam



dengan perawat



mengontrol halusinasinya



2. Setalah 1x interaksi



4.2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga) 1. Pengertian halusinasi



1. Memberi support kepada klien 2. Menambah pengetahuan



keluarga menyebutkan



2. Tanda dan gejala halusinasi



klien untuk melakukan



pengertian, tanda dan



3. Proses terjadinya halusinasi



tindakan pencegahan



gejala proses terjadinya



4. Cara yang dapat dilakukan



halusinasi



halusinasi dan tindakan



klien dan keluarga untuk



untuk mengendalikan



memutus halusinasi



halusinasi



5. Obat-obatan halusinasi 6. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama, memantau obatobatan, dan cara pemberiannya untuk



mengatasi halusinasi 7. Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah TUK 5:



1. Setelah 1x interaksi



5.1. Diskusikan dengan klien



- Klien dapat



klien menyebutkan:



tentang manfaat dan kerugian



memanfaat



a. Manfaat minum



tidak minum obat, nama, warna,



kan obat dengan baik



obat



samping penggunaan obat



minum obat



5.2. Pantau klien saat penggunaan



efek terapi, dan efek samping obat 2. Setelah 1x interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar 3. Setelah 1x interaksi klien menyebutkan



dengan cara alternatif yang ada.



dosis, cara, efek terapi, dan efek



b. Kerugian tidak



c. Nama, warna, dosis,



Membantu klien untuk beradaptasi



obat 5.3. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat agar dapat merasakan manfaatnya 5.4. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar 5.5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 5.6. Anjurkan klien untuk konsultasi



Memberi motivasi agar caranya diulang



akibat berhenti minum



kepada dokter atau perawat jika



obat tanpa konsultasi



terjadi hal-hal yang tidak



dokter



diinginkan



CATATAN PERKEMBANGAN DAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn........ DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG....... RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG



Nama pasien



:



Jenis Kelamin



:



Ruang



:



Tgl &



Dx.Keperawatan



Implementasi tindakan keperawatan



Evaluasi keperawatan



jam ......2017



Gangguan persepsi sensori :



S : ya saya ....asal dari..... kesini diantar....



SP 1: Membina hubungan saling percaya



klien mengatakan mendengar suara – suara yang menyuruh marah,



Halusinansi



1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien



muncul saat klien sendiri, waktu di siang hari, terdengar sewaktu –



pendengaran



2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien



waktu (3x sehari), respon pasin marah – marah jika suara muncul,



3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien



klien mampu menghardik (dengan menutup telinga kemudian bilang



4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi



pergi – pergi, ganggu saya).



klien 5. Mengidentifikasi situasi halusinasi klien 6. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi



O:



- Klien mondar – mandir - Klien marah – marah - Klien bicara sendiri



7. Mengajarkan klien menghardik klien 8. Menganjurkan klien memasukkan cara



A :klien mampu bhsp



menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.



1. Klien mampu mengidentifikasi jenis halusinasi klien 3. Klien mampu mengidentifikasi isi halusinasi klien 4. Klien mampu mengidentifikasi waktu halusinasi klien 5. Klien mampu mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien 6. Klien mampu mengidentifikasi situasi halusinasi klien 7. Klien mampu mengidentifikasi respon terhadap halusinasi 8. Klien mampu klien menghardik halusinasi 9. Klien mampu memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian. P perawat : - Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien - Evaluasi cara menghardik - Lanjutkan SP 2, P klien : - Anjurkan latihan cara menghardik halusinasi



.....2017



Gangguan persepsi sensori : Halusinansi pendengaran



SP 2 : - Mempertahankan hubungan saling percaya dengan klien 2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan bercakap – cakap dengan orang lain. 3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan bercakap – cakap dengan orang lain, ke dalam kegiatan harian. 4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.



S : - Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol jika halusinasinya datang, yaitu dengan berbincang – bincang dengan temannya. - Klien mengatakan mengerti cara bagaimana mengontrol halusinasinya dengan cara mengobrol dengan orang lain. O : - klien tersenyum sendiri - Klien berbicara sendiri - Klien mampu mempraktekan kembali cara mengendalikan halusinasi. A : 1. Klien mampu mengendalikan halusinasi dengan bercakap – cakap dengan orang lain. 2.Klien mampu memasukkan kegiatan bercakap – cakap dengan orang lain, ke dalam kegiatan harian. 3. SP 1, 2 tercapai P perawat : - Lanjutkan SP 3 - Evaluasi klien cara mengotrol halusinasi dengan bercakap – cakap. P klien : - Anjurkan latihan mengendalikan halusinasi dengan bercakap –



..... 2017



Gangguan persepsi sensori :



cakap. SP 3:



Halusinansi



1. Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan harian



pendengaran



2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa di lakukan di rumah). 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.



S : - Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol jika halusinasinya datang, dengan melakukan kegiatan seperti mencuci piring. - Klien mengatakan masih mengerti cara bagaimana mengontrol halusinasinya dengan cara mengobrol dengan orang lain O : - Klien mampu mempraktekkan cara menghardik jika halusinasinya datang - Klien mampu mempraktekkan cara mengontrol halusinasinya dengan cara mengobrol dengan orang lain.



A : 1. Klien mampu mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa di lakukan di rumah). 2. Klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan. 3. SP 1, 2, 3 tercapai, P perawat : - Lanjutkan SP 4(mengajarkan cara minum obat teratur ) - Evaluasi klien cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas P klien : - Anjurkan latihan mengendalikan halusinasi dengan melakukan



.....2017



Gangguan



kegiatan



persepsi sensori :



SP 4:



Halusinansi



1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.



S : Klien mengatakan sudah meminum obat yang di berikan perawat



pendengaran



2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang



secara teratur dan mengerti fungsi obat yang di berikan.



penggunaan obat teratur. 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian.



O : - Klien tenang - Klien terlihat meminum obatnya setelah makan



A : 1. Klien mampu menerima dan mengerti pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat teratur. 2.Klien mampu memasukkan dalam kegiatan harian. P perawat : mengulang Sp 1 – 4



P klien



: Anjurkan klien untuk mempraktekkan cara



mengontrol halusinasi dengan minum obat.



ANALISA PROSES INTERAKSI (API) Inisial klien



: .......



Status interaksi Perawat - Klien



: 1 (fase perkenalan)



Tempat



: Halaman belakang



Lingkungan



: Di ruang Camar berhadapan dengan klien, suasana tenang.



Deskripsi klien



: Penampilan rapi, kontak mata kurang baik.



Tujuan komunikasi



: membina hubungan saling percaya, dan mampu mengungkapkan masalahnya.



Komunikasi verbal



Komunikasi non verbal



Analisa berpusat pada



Analisa berpusat pada klien



Rasional



perawat P : Selamat pagi mbak? Boleh saya duduk di



P : memandang klien dengan tersenyum



samping mbak? K : pagi, boleh



K: ekspresi wajah datar,



P: ingin membuka



K : merasa masih belum



Kalimat pembuka dalam memulai



percakapan dengan klien



mengerti tentang



suatu percakapan adalah salah satu



dan berrharap dengan



kedatangan perawat



cara membina hubungan saling



sapaan yang diberikan



klien mau



perawat, bisa diterima



memandang perawat



oleh klien



P : Perkenalan nama saya P: memandang klien



P: perawat merasa klien



adalah siti husnul



sambil tersenyum dan



harus diberi pendekatan



hotimah, biasa



menjulurkan tangan



dan dijelaskan maksud



dipanggil uus, saya



kepada klien



kedatangan perawat



mahasiswa stikes dian husada mojokerto yanag praktek di ruangan mawar ini selama 3 minggu dan saya akan merawat mbak. K: iya. . .



K: klien mau berjabat



percaya



K : mengerti dengan kedatangan perawat



Memperkenalkan diri dapat menciptakan rasa percaya pada klien terhadap perawat



tangan dan menyebut nama.



P: nama mbak siapa? Umurnya berapa?



P: memandang klien sambil tersenyum



Berasal dari mana? K: A.D, 25 tahun, nganjuk



P : perawat ingin tahu nama klien dan merasa klien



K: klien bisa menerima kedatangan perawat



memulai bisa lebih dekat K: menyebutkan nama, umur dan alamat



Dengan mengenal nama klien dan pasien sudah mengenal perawat maka akan memudahkan proses interaksi



dengan perawat dan butuh lagi waktu untuk lebih mengenal dan dekat dengan perawat



P :lebih senang dipanggil P : memandang klien apa? Mbak apa ibu? K : mbak



sambil tersenyum K: klien mau memandang



P : ingin melanjutkan



K: sudah mengerti dengan



komunikasi dan interaksi



kedatangan perawat dan



lebih dalam



merasa mulai kenal



perawat dan



Dapat mengetahui panggilan kesukaan pasien



dengan perawat



menjawab pertanyaan perawat



P : bagaimana kabar mbak pada pagi hari ini? K: baik



P: memandang klien sambil tersenyum K: ekspresi wajah datar



P : mencoba menggali



K : klien menjawab



kondisi klien dan merasa



pertanyaan dengan



pertanyaan dijawab



singkat



dengan benar



Menunjukkan perhatian sehingga bisa menjalin rasa percaya



P : apa yang terjadi



P: memandang klien



P : mencoba menggali



K : menduga-duga arah



Mengetahui kedatangan pasien ke RSJ



sehingga mbak



penyebab klien dibawa



pertanyaan dan mulai



sehingga memudahkan dalam



dibawa kesini



ke RSJ lawang dan



berfikir dan merasa



merumuskan masalah keperawatan



merasa senang dengan



tidak terganggu oleh



tanggapan klien



perawat



K : kontrol disuruh



K: ekspresi wajah datar



ngamar, mendengar suara-suara



P : saya senang bisa berkenalan dengan



P: memandang klien sambil tersenyum



P : ingin membantu klien mengenal halusinasinya.



mbak hari ini,



K : mampu menjawab pertanyaan yang



Kontrak berikutnya harus mendapat persetujuan klien.



diberikan perawat



bagaimana kalau kita berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal.



K : iya. . .



K : ekspresi wajah datar dan menatap pasien.



P : apakah mbak



P : menatap klien



mendengar suara – suara tanpa wujud? K : Kadang – kadanggak.. K : menjawab singkat



P : ingin mengetahui isi halusinasi



K: mampu menjawab semua pertanyaan perawat.



Dapat mengetahui isi halusinasi



P : Apa yang dikatakan



P : memandang klien



suara itu? K : menyuruh marah – marah



P : kapan suara itu datang?



P : memandang klien sambil K : merasa pertanyaan tersenyum.



K : memperhatikan



menyebabkan gangguan jiwa.



klien



perawat



P : memandang klien sambil tersenyum



K : siang hari



K : menjawab.



P : apa yang mbak



P : memperhatikan klien



P : ingin mengetahui waktu halusinasi



P : ingin mengetahui cara



lakukuan jika suara



yang di gunakan klien



itu datang?



dalam mengontrol



K : menghardik



mendapat respon dari



Isi halusinasinya merupakan isi yang



K : menjawab dengan singkat



halusinasi



K : menjawab dengan singkat.



K : menjawab cara untuk mengontrol halusinasi.



Dapat mengetahui waktu halusinasi datang.



Mengontrol halusinasi yang tepat dapat mengurangi dan mempercepat proses kesembuhan.



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PERTEMUAN 1



Masalah



: Halusinasi pendengaran



SP



:1



Hari/Tgl



: .......,........2017



Ruang



:



A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien DS



: Klien mengatakan mendengar suara- suara perempuan, muncul saat klien sendiri



DO : - Klien terlihat mondar mandir - Klien bicara sendiri - Klien marah - marah 2. Diagnosa Keperawatan Gangguan persepsi sensori



: Halusinasi pendengaran



3. Tujuan Tujuan umum: Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya Tujuan khusus 1). Klien dapat membina hubungan saling percaya 2). Klien dapat mengenal halusinasinya 3). Klien dapat menghardik halusinasi 4. Tindakan Keperawatan 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 2. Mengidentifikasi isi halusinasi 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi 5.



Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasinya



6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi 7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasinya 8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian



B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN  Orientasi Salam terapiutik “Selamat pagi ....?” perkenalkan nama saya ......, saya senang di panggil Uus, saya mahasiswi Stikes ...., disini saya praktek ... minggu yang akan merawat.....? Nama .... siapa?.....Senang di panggil apa?Bagaimana perasaan......hari ini?apa yang .... rasakan saat ini?, Baiklah ...., bagaimana kalau kita berbincang bincang tentang suara yang selama ini ..... dengar? Diamana kita duduk?disini (tempat tidur) atau halaman belakang, berapa lama? bagaimana kalau 15 menit? Kalau masih kurang bisa kita tambahkan lagi.  Fase kerja “Apakah .... mendengar suara tampa wujud?, terdengar seperti apa suara itu?, apakah mbak mendengar suara itu terus menerus / sewaktu waktu? Pada saat apa suara itu mbak dengar? Berapa kali sehari mbak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar.....? Apakah ada waktu tersendiri .....? Apakah yang ....rasakan saat mendengar suara itu? Apakah yang .... lakukan jika mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara suara yang mbak dengar hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara cara untuk mencegah suara suara itu muncul? Cara pertama yaitu dengan menghardik suara tersebut mbak, yang kedua dengan cara bercakap cakap dengan orang lain, ketiga melakukan kegiatan sesuai jadwal dan yang keempat minum obat secara teratur. Bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu, yaitu dengan menghardik, caranya begini….., saat suara suara itu muncul, langsung .....tutup telinga dan bilang, pergi..pergi…saya tidak mau dengar,saya tidak mau dengar kamu suara palsu..begitu mbak di ulang ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ......peragakan !! nah ,,,begitu mbak !coba lagi .... !! iya bagus .... sudah bisa,,.  Fase terminasi 1). Evaluasi subyektif



“ Bagaimana perasaan ..... setelah peragaan latihan tadi?” 2). Evaluasi obyektif “ Kalau suara itu muncul lagi, coba ....usir suara tersebut ! 3). Rencana tindak lanjut “ Bagaimana kalau kita buat jadwal latihan, .... mau jam berapa latihannya? 4). Kontrak “ Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara suara dengan cara yang ke dua? Kapan ....? Bagaimana kalau besok jam 11.00 selama 15 menit .... setuju? Dimana tempat kita besok berdiskusi .....? Baiklah sampai bertemu besok lagi ya .....!!



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PERTEMUAN 2



Masalah



: Halusinasi pendengaran



SP



:2



Hari/Tgl



: ........,....... 2017



Ruang



: ...



A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien DS : Klien mengatakan mendengar suara – suara perempuan DO : - Klien terlihat mondar mandir - Bicara sendiri - marah - marah



2. Diagnosa Keperawatan Gangguan persepsi sensori



: Halusinasi pendengaran



3. Tujuan Tujuan umum: Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya Tujuan khusus 3 : 1). Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap - cakap 4. Tindakan Keperawatan 1). Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2). Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap cakap 3). Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harian.



B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN  Orientasi Salam terapiutik “Selamat pagi mbak? Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara suara bisikan itu masih muncul? Apakah sudah di pakai cara yang kita pernah latihan ? apakah suara tersebut berkurang?” nah, sesuai kontrak kita yang kemarin saya akan latih cara yang kedua untuk mengontrol halusinasi dengan cara bercakap cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 15 menit.”  Fase kerja “cara ke dua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan cara bercakap cakap dengan orang lain. Jadi kalau mbak mendengar suara suara tersebut, mbak langsung saja cari teman untuk di ajak ngobrol dengan mbak contonya begini saya mulai mendengar suara suara ayo ngobrol dengan saya ! kalau mbak ada di rumah misalnya dengan ibunya atau saudaranya mbak. Coba mbak lakukan seperti saya tadi, ya benar begitu mbak, bagus mbak, coba sekali lagi! Nah seperti itu ya mbak latihan terus.  Fase terminasi 1). Evaluasi subyektif “ Bagaimana perasaan mbak setelah latihan tadi?” jadi sudah ada beberapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara suara bisikan itu! 2). Evaluasi obyektif Coba cara kedua ini kalau mbak mendengar suara - suara itu lagi. 3). Rencana tindak lanjut “ Bagaimana kalau kita memasukkan dalan kegitan jadwal harian , mbak mau jam berapa latihannya? Nanti lakukan secara teratur serta sewaktu waktu suara itu muncul”. 4). Kontrak “ Besok siang saya akan kemari lagi, bagaimana kalau kita lakukan cara yang ketiga yaitu melakukan aktifitas terjadwal ? besok mbak mau jam berapa?dan diman kita berdiskusi ? sampai bertemu besok lagi ya mbak.



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PERTEMUAN 3



Masalah



: Halusinasi pendengaran



SP



:3



Hari/Tgl



: ............,..........2017



Ruang



: .....



A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien DS : Klien mengatakan masih mendengar suara - suara DO : - Klien mondar mandir - Klien Marah - marah - Klien Bicara sendiri



2. Diagnosa Keperawatan Gangguan persepsi sensori



: Halusinasi pendengaran



3. Tujuan Tujuan umum: Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya Tujuan khusus 4 : 1). Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara aktivitas terjadwal 4. Tindakan Keperawatan 1). Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2). Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan (kegiatan klien yang bisa di lakukan klien di rumah.) 3). Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harian.



5. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN  Orientasi Salam terapiutik “Selamat pagi mbak? Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara suara bisikan itu masih muncul? Apakah sudah di pakai cara yang kita pernah latihan ? apakah suara tersebut berkurang?” nah, sesuai kontrak kita yang kemarin saya akan latih cara yang ketiga untuk mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan terjadwal. Baiklah bagaimana kalau kita duduk di halaman belakang, berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 15 menit?  Fase kerja “Apa saja yang biasa mbak lakukan ? pagi apa kegitan mbak, terus jam berikutnya? (terus ajak ngobrol biar di dapatkan kegiatannya samapai malam) wah,,..banyak sekali kegiatannya, mari kita lakukan 2 kegiatan hari ini (latihan kegitan tersebut) bagus sekali mbak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat mbak lakukan untuk mencegah suara itu muncul. Kegiatan yang lain akan latih lagi agar pagi sampai malam ada kegiatan yang bisa mbak lakukan.  Fase terminasi 1). Evaluasi subyektif “ Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap cakap cara yang ke tiga untuk mencegah suara suara?” 2). Evaluasi obyektif Bagus sekali !!! coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih dan diskusikan untuk mencegah suara suara itu muncul? 3). Rencana tindak lanjut Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian mbak, coba lakukan sesuai jadwal ( mbak dapat melatih aktifitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktifitas dari pagi sampai malam) 4). Kontrak Bagaimana kalau menjelang makan siang? Kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat, mbak ingin jam berapa? Dan dimana tempat kita berdiskusi?



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PERTEMUAN 4



Masalah



: Halusinasi pendengaran



SP



:4



Hari/Tgl



: ...........,.......... 2017



Ruang



: ......



A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien DS : Klien mengatakan mendengar suara – suara perempuan DO : - Klien mondar mandir - Klien bicara sendiri - Marah - marah 2. Diagnosa Keperawatan Gangguan persepsi sensori



: Halusinasi pendengaran



3. Tujuan Tujuan umum: Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya Tujuan khusus 5 : 1). Klien dapat mengetahui penggunaan obat yang diberikan. 4. Tindakan Keperawatan 1). Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2). Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3). Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harian.



B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN  Orientasi Salam terapiutik “Selamat siang mbak? Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara suara bisikan itu masih muncul? Apakah sudah di pakai cara yang kita pernah latihan ? apakah jadwal kegitan nya sudah di laksanakan? Apakah siang ini sudah minum obat? Baik mbak, hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat obatan yang mbak minum. Kita akan diskusi selama 15 menit sambil menunngu makan siang. Disini saja ya mbak??”  Fase kerja “ Mbak, apakah ada perbedaan setelah minum obat secara teratur? Apakah suara suara itu berkurang? Minum obat sangat penting mbak, supaya suara suara bisikan yang biasanya mbak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. “ sekarang akan saya jelaskan obat yang mbak minum” Berapa kali mbak minum obat? Bagus sekali, iya betul mbak minum obat 2 kali sehari. Berapa macam obat yang mbak minum? Ini yang merah muda (Haloperidol) untuk menghilangkan suara – suara yang orange untuk gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara – suara sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan. “kalau minum obat mbak minta sendiri ke perawat atau mbak masih diberi perawat?. Bagus … mbak harus minta sendiri obatnya ke perawat, agar mbak tau manfaat dan kegunaan obat bagi mbak ? “ dengan minum obat mbak mungkin akan merasakan perasaan ngantuk, lemas, dan pengen tidur terus, tapi jangan khawatir, perawat akan selalu melihat keadaan mbak. Ada 5 hal yang harus diingat saat mbak minum obat yaitu: benar obat, benar orang, benar cara, benar waktu dan benar frekuensinya. Ingat ya mbak? “ bagus ..?  Fase terminasi 1). Evaluasi subyektif “ Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap cakap tentang obat?”sudah berapa cara yang kita lakukan untuk mencegah suara suara? 2). Evaluasi obyektif



“Coba sebutkan berapa kali mbak minum obat ? Bagus, mbak langsung minta obat jika waktu pemberian obat sudah tiba karena mbak sudah paham tentang obat – obatan.



3). Rencana tindak lanjut “ Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan, jangan lupa pada waktunya minum obat pada perawat atau keluarga kalau berada di rumah.”. 4). Kontrak “ Baiklah mbak, besok kita bertemu lagi untuk melihat manfaat cara mencegah suara yang telah kita bicarakan, mbak besok ingin jam berapa? Baik mbak, sampai jumpa besok lagi”



BAB IV PEMBAHASAN



Berdasarkan teori gangguan persepsi sensori halusinasi yang telah dijelaskan didalam tinjauan pustaka dan studi kasus pada tn..... dengan gangguan persepsi sensori halusinasi yang berada diruangan Mawar di dapatkan data sebagai berikut:



Aspek Definisi



Teori



Kasus kelolaan



Salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien Klien



kadang-kadang



mengalami perubahan persepsi sensori, seperti mendengarkan suara ibu merasakan sensasi palsu yang berupa suara, yang penglihatan,



pengecap,



menyuruhnya



atau marah – marah.



perabaan,



penghidupan. Klien merasa stimulus yang sebetulnya tidak ada Selain



itu,



perubahan



persepsi



sensori:



halusinasi juga bisa diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu obyek, gambaran, dan pemikiran yang sering terjadi tanpa adanya rasangan dari luarmeliputi penginderaan



(pendengaran,



semua system penglihatan,



penciuman, perabaan, dan pengecapaan) Pasien memiliki ciri-ciri gangguan persepsi sensori halusinasi sesuai dengan definisi gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghirupan. Klien merasa stimulasi yang sebetulnya tidak ada. Tanda gejala



dan







Menarik diri



Klien marah – marah,







Tersenyum sendiri



senyum







Bicara sendiri



sendiri, bicara sendiri,







Memandang satu arah



dan







Menyerang tiba-tiba



mendengarkan



suara







Arah gelisah



ibunya



yang



Pada halusinasi dengar karakteristiknya yaitu:



-



senyum



kadang







menyuruhnya marah –







Mendengar suara-suara atau bisikan, marah. paling sering suara orang.







Suara



berbentuk



kebisingan



yang



kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara dua orang atau



lebih



tentang



orang



yang



mengalami halusinasi 



Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar disuruh



perkataan



untuk



bahwa



melakukan



klien



sesuatu,



kadang-kadang dapat membahayakan. Berdasarkan tanda dan gejala dari teori yang ditemukan di atas, pasien memiliki tanda gejala gangguan persepsi sensori halusinasi. Hal ini membuktikan pasien mengalami halusinasi khususnya yaitu halusinasi pendengaran. Faktor



Factor predisposisi adalah factor resiko yang Factor klien mengalami



predisposisi



mempengaruhi jeis dan jumlah sumber yang gangguan dapat



dibangkitkan



oleh



individu



untuk sensori



persepsi halusinasi



mengatasi stress. Factor predisposisi dapat adalah klien memiliki meliputi:



riwayat gangguan jiwa.







Faktor perkembangan







Faktor sosio kultur biokimia







Faktor psikologis, dan







Faktor genetik



Berdasarkan faktor predisposisi yang ada. Hal ini sudah membuktikan klien memiliki faktor yang memang dimiliki oleh klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi Sumber



Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan Kemampuan



koping



strategi seseorang. Individu dapat mengatasi : jika ada masalah klien stress



dan ansietas



dengan menggunakan tidak



mau



personal



bercerita



sumber koping yang ada di lingkungan. kepada siapapun dan Dukungan social dan keyakinan budaya dapat lebih banyak di pendam



membantu seseorang dapat mengintegrasikan sendiri. pengalaman yang menimbulkan stress dan Dukungan sosial : mengadopsi strategi koping yang efektif



klien



tidak



pernah



bercerita



tentang



masalahnya



kepada



pasien lain tetapi tetapi kadang



temannya



kadang bertanya tetapi tidak di jawab. Keyakinan positif : Klien



memiliki



kemauan untuk sembuh dan cepat pulang. Dapat disimpulkan bahwa klien memiliki keyakinan positif yang dapat memotivasi klien untuk melakukan usaha untuk sembuh Mekanisme



Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang Mekanisme



koping



koping



diharapkan pada pengendalian stress, upaya yang di gunakan Nn. A penyelesaian masalah secara langsung dan adalah maladaptive. mekanisme pertahanan lain yang digunakan Terbukti klien berbicara untuk melindungi diri.



dengan satu klien saja yang ada di ruangan, dank lien menghindar dari klien yang lainnya.



Mekanisme koping pasien adalah maladaptive



Dari pengkajian yang telah di lakukan, gangguan yang paling menonjol adalah gangguan persepsi sensori halusinasi.



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien tn.... dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.



Terdapat persamaan antara teori dasar gangguan persepsi sensori halusinasi dengan pasien kelolaan gangguan persepsi sensori halusinasi baik secara definisi, tanda dan gejala, factor predisposes, sumber koping, mekanisme koping.



2. Membina hubungan saling percaya dengan klien gangguan persepsi sensori halusinasi merupakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi 3. Terapi aktifitas kelompok : gerak yang terprogram dapat membantu memberikan kegiatan pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi selama di rumah sakit 4. Melatih klien berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara terus menerus penting dilakukan untuk mengatasi gangguan persepsi sensori halusinasi



5.2 Saran



Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut: 1. Dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi hendaknya



hubungan salin percaya dilakukan secara bertahap, mulai dari



perawat kemudian perawat lain serta pada klien lainnya 2. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten 3. Terapi aktivitas kelompok stimulus hendaknya dilakukan secara teratur 4. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan



DAFTAR PUSTAKA



Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC Stuart, Gail W & Laraian. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC