Askep Sepsis Neonatorum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Askep Sepsis Neonatorum April 30, 2017



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir. Diantaranya tingkat mortalitas bayi setelah lahir, dengan sepsis, malnutrisi, BBLR dan prematurisme yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sepsis neonatorum merupakan salahsatu masalah yang dapat menyebabkan kematian pada bayi dengan insiden sepsis neonatal sangat rendah, antara 1-8 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan Meningitis sebanyak 20%-25%, mortalitas berkisar antara 20%-30%. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi, 2003) Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam, oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim kesehatan dalam pemberian pelayanan keperawatan dan medis dalam penatalaksanaan sepsis neonatorum, sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas bayi, dan dapat mempertahankan generasi penerus yang sehat. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian sepsis neonatorum? 2. Apa saja etiologi dari sepsis neonatorum? 3. Bagaimana Patofisiologi dari sepsis neonatorum?



4. Bagaimana manifestasi klinis pada penderita sepsis neonatorum? 5. Apa saja komplikasi yang terjadi pada penderita sepsis neonatorum? 6. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada penderita sepsis neonatorum? 7. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita sepsis neonatorum? 8. Bagaimana pencegahan dari sepsis neonatorum? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari sepsis neonattorum 2. Mengetahui Etiologi dari sepsis nenatorum 3. Mengetahui Patofisiologi dari sepsis neonatorum 4. Mengetahui Manifestasi klinis dari sepsis neonatorum 5. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada penderita sepsis neonatorum 6. Mengetahui Pemeriksaan diagnostic pada penderita sepsis neonatorum 7. Mengetahui penatalaksanaa pada penderita sepsis neonatarum 8. Mengetahui pencegahan dari sepsis neonatorum



BAB II TINJAUAN TEORI



A. Pengertian Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, 1999) Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. (Surasmi, 2003) Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007) Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis neonatorum atau sepsis pada neonatus yang perlu diketahui, yaitu: 1. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. 2. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain 3. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan. (WHO, 1996) 4. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (Systeic Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic, disfungsi multiorgan dan akhirnya kematian. Dari beberapa pengertian diatas, kami menyimpulkan bahwa sepsis neunatorum adalah infeksi berat karena bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan dan dapat menyebabkan kematian. B. Etiologi Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri : 1. Bakteri escherichia koli 2. Streptococus group B 3. Stophylococus aureus 4. Enterococus 5. Listeria monocytogenes 6. Klepsiella 7. Entererobacter sp



8. Pseudemonas aeruginosa 9. Proteus sp 10. Organisme anaerobic Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam. Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu : a.



Faktor Maternal



a.



Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.



b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun c.



Kurangnya perawatan prenatal.



d. Ketuban pecah dini (KPD) e.



Prosedur selama persalinan.



b. Faktor Neonatatal a.



Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.



b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi. c.



Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.



c.



Faktor Lingkungan



a.



ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.



b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. c.



Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.



d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu : 1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma. 2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan



traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea. 3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)



C.



Patofisiologi / Path flaw



Masa antenatal Masa pranatal Bakteri dan virus Masa intranatal kuman dan virus dari ibu infeksi nosokomial diluar rahim Kuman dari rahim dan serviks naik melewati plasenta dan umbilikus naik mencapai kiroin dan amnion Masuk kedalam tubuh bayi Masuk kedalam sirkulasi darah janin Masuk melalui suction, endotrakeal, selang NGT/OGT, botol dot Amnionitis dan kiroinitis Masuk ke neonatus Penyakit infeksi yang diderita ibu Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Kekurangan volume cairan hipertermi Peningkatan leukosit Kuman masuk melalui umbilikus Resiko infeksi sepsis Gangguan perfusi jaringan otak Ketidakefektifan pola nafas Anorexia, muntah, diare, menyusu buruk



D.



Manifestasi klinis Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta



dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis.’ 1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari protaglandin dan leukotrien. 2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.



3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (100



1 MENIT 2



5 MENIT 2



Tidak ada Lemas/lumpuh Tidak ada



Tak teratur Sedang Meringis



Baik Baik Menangis



1 0 0



1 1 1



Biru pucat



Merah jambu ujung ujung biru



Merah jambu



1



1



4



6