5 0 940 KB
KATA PENGANTAR Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan dan kami meminta pertolongan. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Stroke” dengan lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah kami ini. Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.
Gorontalo, November 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3 2.1
Definisi ................................................................................................................ 3
2.2
Etiologi ................................................................................................................ 3
2.3
Patofisiologi ........................................................................................................ 9
2.4
Manifestasi Klinis ............................................................................................. 12
2.5
Klasifikasi ......................................................................................................... 12
2.6
Penatalaksanaan ................................................................................................ 15
2.7
Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 17
2.8
Pencegahan ....................................................................................................... 18
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut American Heart Association (AHA), angka kematian penderita stroke di Amerika setiap tahunnya adalah 50 – 100 dari 100.000 orang penderita. Di negara-negara ASEAN penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke ischemic merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan subaraknoid dengan angka kejadian masingmasingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4%. Stroke atau yang dikenal juga dengan istilah Gangguan Peredaran darah Otak (GPDO), merupakan suatu sindrom yang diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak yang menimbulkan gangguan fungsional otak berupa defisit neurologik atau kelumpuhan saraf. Stroke disebabkan oleh keadaan ischemic atau proses hemorrhagic yang seringkali diawali oleh adanya lesi atau perlukaan pada pembuluh darah arteri. Dari seluruh kejadian stroke, duapertiganya adalah ischemic dan sepertiganya adalah hemorrhagic. Disebut stroke ischemic karena adanya sumbatan pembuluh darah oleh thromboembolic yang mengakibatkan daerah di bawah sumbatan tersebut mengalami ischemic. Hal ini sangat berbeda dengan stroke hemorrhagic yang terjadi akibat adanya mycroaneurisme yang pecah. Faktor yang dapat menimbulkan stroke dibedakan menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah atau tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat diubah atau dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya peningkatan usia dan jenis kelamin lakilaki. Faktor risiko yang dapat diubah
1
antara lain hipertensi, diabetes melitus, dan dislipidemia. Hipertensi diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang melebihi batas tekanan darah normal. Hipertensi merupakan faktor risiko yang potensial pada kejadian stroke karena hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak atau menyebabkan penyempitan pembuluh darah otak. Pecahnya pembuluh darah otak akan mengakibatkan perdarahan otak, sedangkan jika terjadi penyempitan pembuluh darah otak akan mengganggu aliran darah ke otak yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel-sel otak 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Apa pengertian dari Stroke?
1.2.2
Apa etiologi dari Stroke?
1.2.3
Bagaimana patofisiologi dari Stroke?
1.2.4
Apa manifestasi klinis dari Stroke?
1.2.5
Apa klasifikasi dari Stroke?
1.2.6
Bagaimana penatalaksanaan dari Stroke?
1.2.7
Bagaimana pencegahan dari Stroke?
1.2.8
Bagaimana pencegahan dari Stroke?
1.3 Tujuan 1.3.1
Untuk mengetahui konsep medis dari penyakit luka bakar.
1.3.2
Untuk mengetahui konsep keperawatan dari penyakit luka bakar
2
BAB II KONSEP MEDIS 2.1 Definisi Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011). Stroke adalah suatu keadaan darurat medis yang serius. Sekitar 30% dari penderita stroke meninggal dalam jangka waktu tiga bulan. Namun, lebih dari 50% pasien yang selamat bisa memulihkan kemampuan perawatan diri mereka dan kurang dari 20% pasien yang menderita cacat berat. Faktor yang memengaruhi pemulihan tergantung pada tingkat keparahan kerusakan otak (termasuk jenis stroke dan area tubuh yang terpengaruh), komplikasi yang terjadi, dan kemampuan perawatan diri pasien sebelum stroke terjadi. Selain itu, sikap pasien dan dukungan dari keluarga/perawat mereka serta perawatan rehabilitasi yang sesuai juga bisa memberikan efek yang signifikan. 2.2 Etiologi Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang dapat meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit stroke. Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit yang menyerang usia produktif, karena generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan sehingga akan menimbulkan kegemukan yang berakibat terjadinya penumpukan energi dalam tubuh (Dourman, 2013).
3
Menurut hasil penelitian Bhat, et.al (2008), merokok merupakan faktor risiko stroke pada wanita muda. Merokok berisiko 2,6 kali terhadap kejadian stroke pada wanita muda. Merokok dapat meningkatkan kecenderungan sel-sel darah menggumpal pada dinding arteri, menurunkan jumlah HDL, menurunkan kemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol LDL yang berlebihan, serta meningkatkan
oksidasi
lemak
yang
berperan
dalam
perkembangan
arterosklerosis. Mutmainna dkk (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor risiko kejadian stroke pada usia muda adalah perilaku merokok, riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat hiperkolesterolemia. Variabel jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko kejadian stroke pada dewasa awal. Sedangkan hasil penelitian Handayani (2013) menyebutkan bahwa insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Berdasarkan Guideline Pencegahan Stroke Primer oleh Goldstein (2009), faktor risiko stroke dibagi menjadi dua yaitu, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. 1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi : a) Usia Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk anak-anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun keatas) dan resiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan mengalaminya degeneratif organ-organ dalam tubuh (Nurarif et all, 2013). Status umur berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu. Semakin bertambah umur maka penalaran dan pengetahuan semakin bertambah. Tingkat kematangan seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dimana individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stresor yang muncul. Sebaliknya individu yang berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan kecemasan (Maslim, 2004). Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009) : 4
1) Usia Muda 18-40 tahun 2) Usia Tua 41- 65 tahun b) Jenis kelamin Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada usia dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1. Insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rata-rata 25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai menopause. Hal ini, hormon merupakan yang berperan dapat melindungi wanita sampai mereka melewati masa. Masa melahirkan anak (Burhanuddin, Wahidudin, Jumriani, 2012). Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan memiliki peluang yang sama juga dengan laki-laki untuk terserang stroke. Hal ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan perempuan untuk terserang stroke pada usia dewasa awal adalah sama. Pria memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun, wanita memiliki resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk terkena stroke pada usia dewasa awal 18-40 Tahun (Handayani, 2013). c) Genetik (herediter) Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh genetik pada risiko stroke. Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti gen mana yang berperan dalam terjadinya stroke. d) Ras dan etnis Insiden stroke lebih tinggi pada orang berkulit hitam daripada berkulit putih setelah dilakukan kontrol terhadap hipertensi, dan diabetes mellitus. 2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : a) Hipertensi Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga timbul perdarahan otak. Hipertensi dapat mempengaruhi hampir
5
seluruh organ tubuh, terutama otak, jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer. Kemungkinan terjadinya komplikasi tergantung kepada seberapa besar tekanan darah itu, seberapa lama dibiarkan, seberapa besar kenaikan dari kondisi sebelumnya, dan kehadiran faktor risiko lain. Oleh karena itu, hipertensi diklasifikasikan oleh AHA, 2017 sebagai berikut :
Insiden stroke dapat bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik, perdarahan intrakranial, maupun perdarahan subaraknoid. b) Hiperkolestrolemia Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol sekitar 1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi kolesterol jika mengkonsumsi makanan berbasis hewani, kolesterol inilah yang menempel pada permukaan dinding pembuluh darah yang semakin hari semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan dinding pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke otot jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi serangan jantung. Sementara bila yang tersumbat adalah pembuluh darah pada bagian otak maka sering disebut stroke (Burhanuddin et all, 2012). Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi kolestrol semakin
6
besar kolestrol tertimbun pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah ke otak. Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL
(lemak
jahat)
yang
akan
mengakibatkan
terbentuknya
arterosklerosis yang kemudian diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah (Junaidi, 2011). c) Diabetes Mellitus (DM) Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik pada pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar atau pembuluh darah otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menghambat aliran darah dikarenakan pada kadar gula darah tinggi terjadinya pengentalan darah sehingga menghamabat aliran darah ke otak. Hiperglikemia dapatmenurunkan sintesis prostasiklin yang berfungsi melebarkan saluran arteri, meningkatkanya pembentukan trombosis dan menyebabkan glikolisis protein pada dinding arteri. Diabetes melitus juga dapat menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung), diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar. Pasien yang memiliki riwayat diabetes melitus dan menderita stroke mungkin diakibatkan karena riwayat diabetes melitus diturunkan secara genetik dari keluarga dan diperparah dengan pola hidup yang kurang sehat seperti banyak mengkonsumsi makanan yang manis dan makanan siap saji yang tidak diimbangi dengan berolahraga teratur atau cenderung malas bergerak (Burhanuddin et all, 2012). d) Penyakit Jantung Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan iskemia pada otak. Ini disebabkan karena denyut jantung yang tidak teratur dapat menurunkan total curah jantung yang mengakibatkan aliran darah di otak berkurang (iskemia). Selain itu terjadi pelepasan embolus yang kemudian dapat menyumbat pembuluh darah otak. Ini disebut dengan
7
stroke iskemik akibat trombosis. Seseorang dengan penyakit atau kelainan jantung beresiko terkena atroke 3 kali lipat dari yang tidak memiliki penyaki atau kelainan jantung. e) Obesitas Obesitas merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskuler dan stroke (Wahjoepramono, 2005). Jika seseorang memiliki berat badan yang berlebihan, maka jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Patel, 1995). Obesitas dapat juga mempercepat terjadinya proses aterosklerosis pada remaja dan dewasa muda (Madiyono, 2003). Oleh karena itu, penurunan berat badan dapat mengurangi risiko terserang stroke. Penurunan berat badan menjadi berat badan yang normal merupakan cerminan dari aktivitas fisik dan pola makan yang baik. f) Merokok Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko stroke akan menurun setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok.Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis (Pizon & Asanti, 2010). Arteriskle rosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan aliran darah yang lambat karena terjadi viskositas (kekentalan). Sehingga dapat
menimbulkan tekanan pembuluh darah atau
pembekuaan darah pada bagian dimana aliran melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga oksidasi lemak yang berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan menurunkan jumlah HDL (kolestrol
baik)
atau
menurunkan
kemampuan
HDL
dalam
menyingkirkan kolesterol LDL yang berlebihan (Burhanuddin et all, 2012).
8
2.3 Patofisiologi Otak mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi dengan berat hanya 2% dari berat badan, menggunakan 20% oksigen total dari 20% darah yang beredar. Pada keadaan oksigenisasi cukup terjadi metabolisme aerobik dari 1 mol glukosa dengan menghasilkan energi berupa 38 mol adenosin trifosfat (ATP) yang diantaranya digunakan untuk mempertahankan pompa ion (Na-K pump), transport neurotransmitter (glutamat dll) kedalam sel, sintesis protein, lipid dan karbohidrat, serta transfer zat-zat dalam sel, sedang menghasilkan energi 2 ATP dari 1 mol glukosa (Alireza, 2009). Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme otoregulasi kuang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu, dengan mean arterial blood presure (MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme ini gagal bila terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke fase akut. Jika MABP kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang, jika lebih dari 160 mmHg akan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema serebri atau ensefalopati hipertensif. Selain itu terdapat mekanisme otoregulasi yag peka terhadap perubahan kadar oksigen dan karbondioksida. Kenaikan kadar karbondioksida darah menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan kenaikan oksigen menyebabkan vasokontriksi. Nitrik-oksid merupakan vasodilator lokak yang dilepaskan oleh sel endotel vaskuler (Arbour et all, 2005). Gangguan aliran darah otak akibat oklusi mengakibatkan produksi energi menurun, yang pada gilirannya menyebabkan kegagalan pompa ion, cedera mitokondria, aktivasi leukosit (dengan pelepasan mediator inflamasi), generasi radikal oksigen, dan kalsium dalam sel, stimulasi phospolipase dan protease, diikuti oleh pelepasan prostaglandin dan leukotrien kerusakan DNA dan sitoskeleton, dan akhirnya terjadi kerusakan membran sel. Perubahan komponen genetik mengatur unsur kaskade untuk mengubah tingkat cedera. AMPA (alpha amino 3 hidroksi 5 metil 4 isoxazole asam propionat) dan NMDA (N-metil d aspartat).
9
Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai cadangan oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolisme di otak mengalami perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam waktu 3 sampai 10 menit. Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat menjadi infark otak yang disertai odem otak sedangkan bagian tubuh yang terserang stroke secara permanen akan tergantung kepada daerah otak mana yang terkena. Stroke itu sendiri disebabkan oleh adanya arteroskelorosis (Junaidi, 2011). Arteroskelorosis terjadi karena adanya penimbunan lemak yang terdapat di dinding-dinding pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah kejaringan otak. Arterosklerosis juga dapat menyebabkan suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat sehingga menyebakan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (Nurarif et all, 2013). Patwhay Faktor pencetus : DM, hipertensi, penyakit jantung Merokok, stres, gaya hidup yang tidak baik. Faktor kolesterol dan obesitas
Penimbunan lemak yang meningkat dalam darah
Lemak yang sudah nekrotik dan berdegenerasi
Infiltrasi limfosit (trombus)
Pembuluh darah kaku
Pembuluh darah pecah 10
Stroke Hemoragik
Kompresi jaringan otak
Proses metabolisme dalam otak terganggu
Suplai darah keotak
G3 perfusi jaringan serebral
Peningkatan TIK
Arteri vertebra Basilasris
Disfungsi N. XI
Arteri carotis interna Kerusakan neurocerebrospi nalN.VII, N.IX, N.XII
Kerusakan neurologis, defisit N.I, N.II, N.IV, N.VII
Kelemahan anggota gerak
Kerusakan mobilitas fisik
Kehilangan fungsi tonus otot fasial
Gangguan komunikasi verbal
Perubahan ketajaman sensori, penghidu, penglihatan dan pengecapan
Gangguan persepsi sensori Penurunan fungsi N.IX, N.X
Proses menelan tidak efektif
Gangguan Menelan
refluks
Disfagia
Defisit Nutrisi
11
Nyeri Akut
Arteri cerebri media
Disfungsi N.II
Disfungsi N.XI
Penurunan Aliran Darah Ke Retina
Kegagalan menggerakkan anggota tubuh
Kebutaan Defisit Perawatan Diri
2.4 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan bervariasi, tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan gejala stroke akut berupa : a) Terasa semutan/seperti terbakar b) Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis) c) Kesulitan menelan, sering tersedak d) Mulut mencong dan sulit untuk bicara e) Suara pelo, cadel (Disartia) f) Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia) g) Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya h) Gangguan penglihatan i) Gerakan tidak terkontrol j) Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma. 2.5 Klasifikasi a. Stroke Hemoragik Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis perdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, baik intrakranial maupun subarakhnoid. Pada perdarahan intrakranial, pecahnya pembuluh darah otak dapat karena berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada pembuluh darah otak tersebut. Perdarahan subarakhnoid disebabkan pecahnya aneurysma congenital pembuluh arteri otak di ruang subarakhnoidal (Misbach, 2007) b. Stroke Iskemik Stroke iskemik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tibatiba terganggu oleh oklusi. Penyakit serebrovaskular iskemik terutama
12
disebabkan oleh trombosis, emboli dan hipoperfusi fokal, yang semuanya dapat menyebabkan penurunan atau gangguan dalam aliran darah otak (CBF) yang mempengaruhi fungsi neurologis akibat perampasan glukosa dan oksigen. Sekitar 45% dari stroke iskemik disebabkan oleh trombus arteri kecil atau besar, 20% adalah emboli berasal, dan lain-lain memiliki penyebab yang tidak diketahui. Stroke iskemik fokal disebabkan oleh gangguan aliran darah arteri ke daerah tergantung dari parenkim otak oleh trombus atau embolus. Dengan kata lain, stroke iskemik didefinisikan sebagai onset akut, (menit atau jam), dari defisit neurologis fokal konsisten dengan lesi vaskular yang berlangsung selama lebih dari 24 jam. Stroke iskemik adalah penyakit yang kompleks dengan beberapa etiologi dan manifestasi klinis. Dalam waktu 10 detik setelah tidak ada aliran darah ke otak, maka akan terjadi kegagalan metabolisme jaringan otak. EEG menunjukkan penurunan aktivitas listrik dan seacara klinis otak mengalami disfungsi (Nemaa, 2015). Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na+ K+ ATP-ase, sehingga membran potensial akan menurun.13 K+ berpindah ke ruang ekstraselular, sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif (Wijaya, 2012). Sehingga terjadi membran depolarisasi. Saat awal depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan struktural ruang menyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100 gram / menit. Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan edema serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap mikrosirkulasi (Trent MW, 2011). Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga
13
terjadi perluasan daerah iskemik. Terdapat dua patologi utama stroke iskemik adalah : 1) Trombosis Aterosklerosis adalah salah satu obstruksi vaskular yang terjadi akibat perubahan patologis pada pembuluh darah, seperti hilangnya elastisitas dan menyempitnya lumen pembuluh darah. Aterosklerosis ini merupakan respon normal terhadap injury yang terjadi pada lapisan endotel pembuluh darah arteri. Proses aterosklerosis ini lebih mudah terjadi pada pembuluh darah arteri karena arteri lebih banyak memiliki sel otot polos dibandingkan vena. Proses aterosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang terjadi secara lambat pada dinding-dinding arteri yang disebut plak, sehingga dapat memblokir atau menghalangi sama sekali aliran pembuluh darah ke otak. Akibat terjadinya aterosklerosis ini bisa juga disebabkan oleh terbentuknya bekuan darah atau trombus yang teragregasi platelet pada dinding pembuluh darah dan akan membentuk fibrin kecil ya ng menjadikan sumbatan atau plak pada pembuluh darah, ketika arteri dalam otak buntu akibat plak tersebut, menjadikan kompensasi sirkulasi dalam otak akan gagal dan perfusi terganggu, sehingga akan mengakibatkan kematian sel dan mengaktifkan banyak enzim fosfolipase yang akan memacu mikroglia memproduksi Nitrit Oxide secara banyak dan pelepasan sitokin pada daerah iskemik yang akan menyebabkan kerusakan atau kematian sel ( Lakhan et al, 2009). Apabila bagian trombus tadi terlepas dari dinding arteri dan ikut terbawa aliran darah menuju ke arteri yang lebih kecil, maka hal ini dapat menyebabkan sumbatan pada arteri tersebut, bagian dari trombus yang terlepas tadi disebut emboil. 2) Emboli Hampir 20%, stroke iskemik disebabkan emboli yang berasal dari jantung. Sekali stroke emboli dari jantung terjadi, maka kemungkinan untuk rekuren relatif tinggi. Resiko stroke emboli dari jantung meningkat dengan bertambahnya umur, karena meningkatnya 14
prevelansi fibrilasi atrial pada lansia. Umumnya prognosis stroke kardioemboli buruk dan menyebabkan kecacatan yang lebih besar. Timbulnya perdarahan otak tanpa tanda-tanda klinis memburuk dan terjadi 12-48 jam setelah onset stroke emboli yang disertai infark besar. 2.6 Penatalaksanaan a) Perawatan pada tahap akut Untuk pasien yang menderita stroke iskemik, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan berikut ini: 1) Obat anti-trombosit: untuk mencegah pembentukan gumpalan darah, misalnya Aspirin 2) Antikoagulan : untuk mengurangi pembentukan bekuan darah dan mengurangi emboli, misalnya Heparin, Warfarin 3) agen trombolitik: diterapkan pada infark serebral yang telah terjadi tidak lebih dari beberapa jam sebelumnya, misalnya rTPA 4) Untuk pasien yang menderita edema serebral (pembengkakan jaringan otak) yang disebabkan oleh stroke berat, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti Manitol dan Gliserol untuk menurunkan tekanan intrakranial. Obat-obatan tertentu dalam uji klinis bisa melindungi selsel otak dari kematian dalam jumlah yang besar, namun saat ini belum ada obat dalam tahapan uji klinis yang terbukti efektif. b) Operasi Bedah Tidak semua pasien yang menderita stroke hemoragik perlu menjalani tindakan operasi bedah. Tergantung pada ukuran, lokasi, dan kedalaman hematoma (pengumpulan darah di luar pembuluh darah) dan apakah stroke diikuti dengan pembengkakan jaringan otak dan kondisi pasien secara keseluruhan, dll. Operasi bedah bisa membuang hematoma untuk menurunkan tekanan intrakranial (tekanan di dalam tengkorak) pada pasien yang mengalami stroke hemoragik. Tindakan operasi juga bisa memotong aneurisma (pembengkakan pembuluh darah di otak seperti balon) untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Untuk stroke iskemik (stroke karena kurangnya pasokan darah), tindakan operasi juga bisa dilakukan untuk membuang bagian intima 15
dari arteri karotis, untuk mencegah kambuhnya stroke. Dengan kemajuan teknologi non-invasif, pengobatan berbasiskan kateter bisa dilakukan untuk melebarkan penyempitan pembuluh darah di leher atau untuk menutup aneurisma pembuluh darah di dalam otak. c) Pengobatan Terpadu di Unit Stroke Akut Suatu tim medis yang terdiri dari sejumlah ahli kesehatan profesional yang memberikan perawatan terhadap stroke akut, perawatan rehabilitasi, terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, layanan kerja sosial medis, dan layanan psikologi klinis, dll, untuk mencegah komplikasi dan mempersiapkan pasien untuk menerima perawatan rehabilitasi setelah kondisi pasien stabil. Perawatan dalam tahapan rehabilitatif Tujuan dari perawatan rehabilitasi adalah untuk memastikan pemulihan terbaik dari fungsi aktivitas hidup pasien sehari-hari. Meskipun tidak semua fungsi fisik bisadipulihkan sepenuhnya, tujuan "adaptasi diri" bisa dicapai. Sangat penting untuk memulai pelatihan rehabilitasi sesegera mungkin. Sebuah tim ahli kesehatan profesional
multi-bidang
bertanggung
jawab
terhadap
perawatan
rehabilitasi. Tim akan menilai fungsi fisik dan psikologis pasien, perawatan rehabilitasi yang diperlukan, dan kemampuan perawatan dari perawat. Hal yang paling penting dari semuanya adalah bahwa pasien stroke dan anggota keluarganya harus berpartisipasi secara aktif dalam perawatan tersebut. d) Dalam perawatan rehabilitasi, perawat memainkan peran penting dalam memberikan dukungan 24 jam kepada pasien stroke dan anggota keluarga mereka. Mereka membantu pasien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis mereka, meningkatkan kemampuan hidup mandiri, dan mencegah komplikasi yang disebabkan oleh hilangnya kemampuan tersebut. Mereka juga akan memberikan perawatan profesional yang berkaitan dengan masalah umum yang dihadapi pasien stroke, seperti masalah psikologis yang melibatkan kecemasan dan perasaan tidak berdaya, atau masalah fisik seperti kesulitan menelan, kesulitan dalam komunikasi, inkontinensia urin, konstipasi, dan rasa sakit akibat tekanan, dll.
16
e) Fisioterapi akan membantu pasien stroke mengembalikan fungsi fisik mereka dalam berbagai aspek, mengajarkan perawatan yang benar kepada pasien dan anggota keluarganya, dan melatih serta mencegah komplikasi agar pasien bisa mendapatkan kemampuan mandiri terbaiknya. f) Terapi okupasi (versi bahasa Mandarin saja) akan, melalui program terapi yang berbeda, memungkinkan pasien stroke untuk mendapatkan kemampuan mandiri terbaiknya dalam berbagai aspek, seperti perawatan diri, perawatan rumah tangga, keterampilan kejuruan, dan rekreasi. g) Terapi wicara akan membantu pasien stroke meningkatkan kemampuan menelan, berkomunikasi, dan ekspresi verbal mereka. Jika pasien memiliki masalah psikologis dan/atau emosional, psikolog klinis bisa memberikan bantuan yang diperlukan. Para pekerja sosial medis bisa membantu
pasien
stroke
dan
anggota
keluarganya
dengan
memerhatikan kebutuhan mereka yang berkaitan dengan bantuan keuangan, perumahan, bantuan pekerjaan rumah tangga, pengaturan kerja, dan layanan perumahan. 2.7 Pemeriksaan Penunjang Selain memeriksa gejala-gejala klinis, dokter akan memeriksa status berbagai macam faktor risiko seperti tekanan darah, kadar kolesterol, gula darah, dan juga akan melakukan tes darah untuk memeriksa hemoglobin (protein pembawa oksigen dalam darah), trombosit dan waktu pembekuan darah untuk mengidentifikasi anemia, kecenderungan perdarahan, dan viskositas darah. Uji elektrokardiogram (uji medis yang mendeteksi kelainan jantung dengan mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh jantung saat berkontraksi) juga akan dilakukan untuk memeriksa kasus terjadinya serangan jantung secara bersamaan. Pemeriksaan lainnya mungkin mencakup:
17
1) Pemindaian
Tomografi
Terkomputerisasi
(CT-Computerized
Tomography) : bisa membantu untuk membedakan stroke akibat kurangnya pasokan darah dari stroke hemoragik 2) Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI - Magnetic Resonance Imaging): bisa menunjukkan status jaringan otak dan patensi/penyempitan pembuluh darah 3) Pencitraan ultrasonik pada pembuluh darah leher: menggunakan citra untuk mendeteksi penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah leher 4) Doppler Transkranial: untuk mendeteksi penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah di otak 2.8 Pencegahan Aspek yang paling penting untuk mencegah stroke adalah untuk memperlambat kecepatan aterosklerosis vaskular (pengerasan pembuluh darah). Anda bisa mengikuti tindakan pencegahan berikut ini untuk mencegah stroke: 1) Mengendalikan tekanan darah tinggi 2) Perubahan gaya hidup: mengurangi asupan natrium dari makanan, mengikuti prinsip pola makan "rendah natrium, rendah gula, rendah lemak, tinggi serat", mengendalikan berat badan, berolahraga secara teratur, dan menghindari
konsumsi
minuman
beralkohol
secara
berlebihan
•
Pengobatan: mengonsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter 3) Segera berhenti merokok 4) Mengendalikan diabetes melitus 5) Menurunkan kadar kolesterol: melalui pola makan dan olahraga, apabila diperlukan, minum obat sesuai dengan petunjuk dokter 6) Menangani tekanan dan belajar untuk bersantai 7) Obat-obatan berikut ini bermanfaat bagi pasien yang telah menderita stroke iskemik (stroke karena kurangnya pasokan darah): 8) Obat anti-trombosit (seperti Aspirin atau obat yang serupa) – Aspirin bisa mencegah trombosit membeku dan merupakan obat yang umum digunakan
18
untuk mencegah stroke. Bila dibandingkan dengan plasebo (non-obat), obat ini bisa mencegah tingkat kekambuhan stroke hingga 22%. Dan obat ini tidak mahal. Sebagian besar orang tidak akan merasa tidak enak badan bila mengonsumsi aspirin dalam dosis yang kecil (50-300 mg). Efek samping yang paling umum dirasakan adalah gangguan pencernaan. Sejumlah kecil pasien mungkin mengalami perdarahan gastrointestinal, terutama bagi mereka yang menderita tukak lambung. Pengguna Aspirin harus memberitahu dokter apabila mereka merasakan sakit perut secara terusmenerus, terdapat darah dalam ludah, atau feses mereka berubah menjadi warna hitam. 9) Antikoagulan (Warfarin) (semacam obat untuk mengencerkan darah) – khususnya untuk pasien yang menderita penyakit jantung dan fibrilasi atrium. Obat ini bisa menekan vitamin K, mengurangi fungsi pembekuan darah sehingga mencegah pembekuan di jantung atau pembuluh darah. Warfarin bisa mencegah stroke iskemik secara efektif terhadap pasien yang menderita fibrilasi atrium. Efek sampingnya mencakup perdarahan otak (perdarahan dari pembuluh darah yang pecah di otak), perdarahan 10) gastrointestinal (perdarahan dari organ pencernaan), dan pendarahan di bagian lain dari tubuh.
11) Saat mengonsumsi Warfarin, pasien harus memerhatikan hal-hal berikut ini: a) Jangan mengonsumsi Aspirin atau obat antiradang non-steroid secara bersamaan, kecuali atas petunjuk dokter b) Apabila pasien mengalami perdarahan dalam jangka waktu yang lama atau tanpa alasan yang jelas, segera hubungi dokter. Gejala-gejalanya antara lain: tinja yang berwarna hitam, darah pada urin, pendarahan rongga hidung, rongga mulut, dan gusi berdarah secara terus menerus, memar berukuran besar muncul di permukaan kulit tanpa alasan yang jelas, sakit kepala, pusing yang parah atau secara terus menerus c) Konsultasi tindak lanjut dan pemeriksaan darah secara berkala untuk memantau nilai INR (kisaran normal di antara 2-3)
19
d) Jika kemampuan pembekuan darah dikurangi secara berlebihan, risiko perdarahan akan meningkat secara signifikan. e) Jika kemampuan pembekuan darah terlalu tinggi, stroke tidak bisa dicegah. f) Pasien yang menderita sklerosis arteri karotis (pengerasan pembuluh darah di leher) parah harus mempertimbangkan opsi bedah untuk membuang bagian sklerotik atau angioplasti karotis/stenting untuk memperluas arteri karotis yang menyempit dan meningkatkan aliran darah, untuk menurunkan risiko mengalami stroke berulang.
20
BAB III KONSEP KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian Kategori fisiologis
Subkategori Respirasi
Data subjektif -
Data objektif -
Klien nampan tidak mampu menelah/ batuk/ adanya hambatan jalan nafas, timbulnya pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.
Sirkulasi
-
Klien
-
Terdapat
mengatakan
hipertensi arterial
adanya penyakit
sehubungan
jantung,
dengan adanya
polisitemia,
embolisme.
riwayat
Malformasi
hipotensi
vaskuler,
postural.
frekuensi nadi bervariasi dan disritmia.
Nutrisi dan cairan
-
Klien
-
Klien nampak
mengatakan
kesiltan menelan,
nafus makan
obesitas
hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan sensasi pada
21
lidah, dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah. Eliminasi
-
Klien
-
Terdapat distensi
mengatakan
abdomen, dan
perubahan pola
kandung kemih,
berkemih
bising usus hiperaktif.
Aktivitas dan
-
istrahat
Klien
-
Adanya
mengatakan
gangguan tonus
kesulitan untuk
otot, paralitik
melakukan
(hemiplegia),
aktivitas karena
dan terjadi
kelemahan,
kelemahan
kehilangan
umum, gangguan
sensasi atau
penglihatan,
paralisis
gangguan tingkat
(hemiplegia),
kesadaran.
merasa mudah lelah, susah untuk beristrahat (nyeri/kejang otot). Neurosensori
-
Klien
-
Adanya
mengatakan
gangguan status
sakit kepala,
mental/ tingkat
22
kelemahan/
kesadaran
kessemutan,
biasanya terjadi
hilannya
koma pada
rangsangan
tahap awal
sensorik
hemoragis,
kontralateral
gangguan fungsi
pada
kognitif pada
ekstremitas,
wajah terjadi
penglihatan
paralisis, afasia,
menurun,
ukuran/ reaksi
gangguan rasa
pupil tidak
pengecapan dan
sama, kekakuan,
penciuman.
kejang.
Reproduksi dan seksualitas Psikologis
Nyeri dan
-
kenyamanan
Integritas ego
-
Klien
-
Tingkah laku
mengatakan
klien nampak
sakit kepala
tidak stabil,
dengan
terlihat gelisah,
intensitas yang
ketegangan pada
berbeda-beda.
otot.
Klien
-
Emosi pasien
mengatakan
nampak labil,
perasaaan tidak
dan terlihat
berdaya,
ketidaksiapan
perasaan putus
untuk marah
asa.
sedih, dan gembira, serta kesulitan untuk
23
mengekspresikan diri. Perilaku
Pertumbuhan dan perkembangan kebersihan diri Penyuluhan dan -
Klien/keluarga
pembelajaran
mengatakan adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol
Relasional
Interaksi sosial
-
-
Klien nampak kesulitan berbicara, tidak mampu berkomunikasi
Lingkungan
Keamanan dan proteksi
24
3.2 Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA 1.
Gangguan mobilitas fisik
SLKI
SIKI
1. Mobilitas fisik
RASIONAL 1. Dukungan ambulasi Dukungan ambulasi Observasi
b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d
Setelah dilakukan intervensi
mengeluh ssulit
keperwatan selama 3x24 jam maka
menggerakan ekstremitas
ekspetasi menurun dengan kriteria hasil :
istirahat
gerakan fisik dari satu atau
keinginan
berhenti merokok upaya
berhenti
terapeutik :
Terapeutik
1) diskusikan
Keterangan :
2. Cukup menurun
pasien
merokokk
3. Nyeri (3)
mandiri
2) Untuk mengetahui upaya
kekuatan otot (3)
1. Menurun
keinginan pasien berhenti merokok
1. Pergerakan ekstremitas
lebih ekstremitas secara
motivasi
perhentian merokok 2) diskusikan kesiapan gaya hidup
3. Sedang Penyebab :
1) identifikasi
berhenti merokok
2. Rentang gerak (3) Definisi : keterbatasan dalam
1) Untuk mengetahui
2) identifikasi
Kategori : fisiologis Sub kategori : aktivitas
Observasi :
3) lakukan
4. Cukup meningkat
psiko
5. Meningkat
1) Agar pasien
edukasi
untuk
berjalan
lancar 2) Agar gaya hidup yang
25
dalam
berhenti merokok dapat
pendekatan
proses
dilakukan
1. Kerusakan integritas
mendukung
struktur tulang
dan
membimbing
2. Perubahan
pasien
dapat
terlaksanakan
4) upaya berhenti merokok
metabolisme
dengan baik 3) Agar
tindakan
3. Ketidak bugaran fisik
yang
dilakukan
4. Penurunan kendali
pada
pasien
otot
terlaksanakan
5. Kekauan sendi
4) Agar
6. Nyeri
pasien
memiliki
gaya
hidup yang sehat Gejala dan Tanda Mayor
edukasi :
Edukasi
1) jelaskan efek langsung
Subjektif: mengeluh sulit
berhenti merokok
menggerakan ekstremitas
2) jelaskan Objektif :
intervensi farmakoterapi
1. Kekuatan otot
1) Agar
pasien
mengetahui
berbagai dengan
bahaya nerokok 2) Agar
tindakan
lebih
efektif
terhadap
menurun
peneyembuhann
2. Rentan gerak
klien
26
2. Dukung mobilisasi Gejala dan Tanda Minor
Observasi : 1) Identifikasi
Subjektif: 1. Nyeri saat bergerak 2. Enggan melakukan
Observasi adanya
1) Untuk mengetahui
anyeri atau keluhan fisik
keluhan
fisik
lainnya
lainnya
yang
2) Identifikasi toleransi fisik
pergerakan
Dukung mobilisasi
melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat
dialami klien 2) Agar
proses
penyembuhan
bergerak
berjalan
dengan
baik
Objektif : Terapeutik : 1. Sendi kaku
1) Fasilitasi
Terapeutik aktivitas
1) Untuk membantu
mobilisasi dengan alat
pasien melakukan
terkoordinasi
bantu
aktifitas
3. Gerakan terbatas
2) Fasilitasi
2. Gerakan tidak
4. Fisik lemah
melakukan
pergerakan jika perlu 3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
2) Agar
tidak
mengalami cedera yang berulang 3) Agar
keluarga
mengetahui proses
Kondisi klinis terkait
27
1. Stroke
meningkatkan
yang
pergerakan
terhadap
2. Cedera medulla
dilakukan
penyembuhan
spinalis
pasien
3. Trauma 2
Edukasi : 1) Jelaskan
Edukasi tujuan
dan
prosedur mobilisasi 2) Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini 3) Ajarkan sederhana
1) Agar pasien dan keluarga mengetahui prosedur
mobilisasi
mobilisasi 2) Agar
proses
penyembuhan pasien 3) Agar pasien dan keluarga mengetahui proses tindakan mobilisasi terhadap pasien
28
3. Perawatan sirkulasi Observasi :
Perawatan sirkulasi Observasi
1) Periksa sirkulasi perifer 2) Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi 3) Monitor
panas,
1) Agar tidak terjadi masalah
pada
sirkulasi
perifer
sehingga
terjadi
kemerahan, nyeri, atau
penyempitan
bengkak
arteri
pada
ekstremitas
2) Agar tidak terjadi gangguan sirkulasi 3) Untuk mengetahui kondisi
yang
dialami pasien Terapeutik : 1) Hindari
Terapeutik pemasangan
1) Agar tidak terjadi
infus atau pengambilan
masalah pada area
darah
keterbatasan
di
keterbatasan perfusi
29
area
perfusi
2) Hindari
pengukuran
2) Agar tidak terjadi
tekakanan darah pada
permasalah
ekstremitas
pada area tersebut
dengan
keterbatasan perfusi 3) Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet
pads area yang cedera 4) Lakukan
pencegahan
infeksi \
3) Agar tidak terjadi cedera pada area tersebut 4) Agar tdak terjadi infeksi 5) Agar
5) Laukakn perawatan kaki dan kuku
lain
pasien
kebersihan terjaga
dengan baik
6) Lakukan hidrasi
6) Agar pasien
hidrasi terpenuhi
dengan baik Edukasi : 1) Anjurkan
Edukasi berhenti
merokok 2) Anjurkan rutin
30
1) Agar pasien
berolahraga
terjaga
kesehatan dapat
3) Anjurkan mengecek air mandi
2) Agar pasien dapat
untuk
melakukan
kulit
hidup sehat
menghindari terbakar
pola
3) agar pasien tidak
4) Anjurkan minum obat
mengalami
pengontrol tekanan darah
gangguan
secara teratur
kulit
pada
4) agar tekanan darah pasien teratur
2.
Nyeri
Akut
pencendera
b.d fisik
agen Tingkat nyeri
Manajemen nyeri observasi
(mis,
abses, amputasi, terbakar, Setelah dilakukan tindakan terpotong, berat, trauma,
mengngkat keperawatn selama 2 X 24 jam
prosedur latihan
oprasi, masalah nyeri akut teratasi dengan fisik indikator:
berlebih) d.d nyeri
1. keluhan nyeri
(D0077)
2. meringis
Kategori: fisikologis
3. kesulitan tidur
1) identifikasi
Manajemen Nyeri observasi
lokasi,
1) untuk
memastikan
karakteristik,durasi,
nyeri yang dirasakan
frekuensi,
klien
kualitas,
intensitas nyeri 2) identifikasi skla nyeri
2) untuk
mengetahui
tingkat skala yang dirasakan klien
31
Subkategori: nyeri dan kenyamanan
3) identifikasi faktor yang keterangan:
memperbarat
1. meningkat Definisi: pengalaman
2. cukup meningkat
sensorik atau emosional yang
3. sedang
berkaitan dengan kerusakan
4. cukup menurun
jaringan aktual atau
dan
memperingan nyeri
3) untuk memudahkan tindakan yang akan diberikan
terhadap
klien.
teraputik
menurun
terapeutik
1) berikan
tehnik
1) untuk meminimalisir
untuk
nyeri yang dirasakan
fungsional dengan onset
nonfarmakologis
mendadak atau lambat dan
mengurangi rasa nyeri
klien
berintensitas ringan hingga
(mis. TENS, hipnosis,
2) untuk
berat yang berlangsung
akupresusr, terapi musik,
tindakan
kurang dari 3 bulan
biofeedbeck, terapi pijat,
seharusnya diberikan
raomaterapi,
agar klien merasa
Penyebab:
imjinasi
1. Agen pencedera
tehnik terbimbing,
kompres hangat/dingan,
fisiologis (mis,
terapi bermain)
inflamasi, iskemia,
memperberat rasa nyeri (mis.
32
Suhu
yg
aman dan nyaman 3) agar
kebutuhan
dasar klien terpenuhi
2) kontrol lingkungan yang
neuplsma)
memastikan
ruangan,
4) agar
tidak
kesalahan
terjadi dalam
2. Agen pencendera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia
pencahayaan,
memberikan
kebisingan)
tindakan
3) fasilitas
iritan)
istirahat,
dan
tidur
3. Agen pencendera
4) pertimbangkan jenis dan
fisik (mis, abses,
sumber
amputasi, terbakar,
pemilihan
terpotong, mengngkat
meredakan nyeri.
berat, prosedur oprasi,
nyeri
dalam strategi
edukasi
trauma, latihan fisik
Edukasi
1) jelaskan
berlebih)
1) untuk
penyebab,periode
Gejala dan tanda mayor
dan
pemicu nyeri
Subjektif (mengeluh nyeri
strategi
meredakan nyeri
Objektif:
3) anjurkan
1. Tampak meringis
memonitor
nyeri secara mandiri
2. Bersikap protektif
4) jelakan
tehnik
(mis, waspada, posisi
nonfarmakologi
menghindari nyeri)
mengurang rasa nyeri
33
pengetahuan klien 2) agar
2) jelakan
untuk
menambah
klien
dapat
melakukan tindakan mandiri
untuk
mengurangi
nyeri
yang dirasakan 3) agar
klien
lebih
kooperatif dan lebih mandiri
3. Gelisah
4) agar
klien
bisa
4. Frekuensi nadi
melakukan tindakan
meningkat
meminimalisir nyeri
5. Sulit tidur
tanpa mengonsumsi
Gejala dan tanda minor
obat
Subjektif Tidak tersedia
kolaborasi
Objektif
kolaborasi
1) kolaborasi
1. Teknan darah
pemberian
nalgesik, jika perlu
meningkat
1) untuk bekerja sama agar
dapat
mengurangi
2. Pola nafas berubah
rasa
nyeri
3. Nafsu makan berubah 4. Proses berfikir terganggu 5. Menarik diri
pemberian nalgesik
Pemberian Analgesik
obsrvasi
observasi
1) identifikasi karakteristik
6. Berfokus pada diri
nyeri
sendri
(mis.
Pencetus,
pereda kualitas, lokasi,
7. Diaforesis
intensitas,
Kondisi klinis terkait
durasi)
34
frekuensi
1) untuk mendapatkan hasil
pengkajian
nyeri yang aktual 2) untuk
mengetahui
keadaan seperti suhu
1. Kondisi pembedahan
2) monitor tanda-tanda vital
2. Cedera traumatik
sebelum
3. Infeksi
analgesik
4. Sindrom koroner akut
pemberian
3) monitor
5. glaukomaa
dan
sebagainya dari klien 3) untuk
efektifitas
analgesic
mengetahui
apakah
tindakan
pemberian ini
teraoeutik
terapeutik
1) diskusikan
jenis
1) untuk memudahkan
analgesik yang disukai
klien
untuk
melakukan tindakan
mencapai
dalam
analgesik optimal, jika
pencegahan
perlu
meminimalisir rasa
2) pertimbangkan pemnggunaan
dan
nyeri infus
2) agar
tidak
terjadi
kontini, atau bolus oploid
ketidaknyamanan
untuk mempertahankan
terhadap klien
kadar dalam serum
3) agar
3) tetapkan target efektifitas analgesik
35
badan
untuk
mendapatkan
hasil yang maksimal
mengoptimalkan respon pasien
4) agar terdapat bukti yang
4) dekomentasi
respon
dilakukan
perawat
terhadap efek analgesi dan
efak
yan
tidak
diinginkan edukasi
edukasi
1) jelaskan efek terapi dan efek samping obat
1) agar klien tidak merasa
cemas
dengan efek yang ditimbulkan terhadap
obat
yang dikonsumsi
kolaborasi 1) kolaborasi
kolaborasi pemebrian
1) agar
analsgesik
dosis dan jenis analgesik
yang
diberikan
sesuai indikasi
bekerja semaksimal
36
mungkin
dalam
tubuh klien.
kompres dingin
Kompres Dingin
observasi
Observasi
1) identifikasi kontaindikasi
1) untuk
mencegah
kompres dingain (mis.
terjadinya hal-hal
Penurunan
yang
sensasi,
penurunan sirkulasi)
tidak
diinginkan
2) monitor iritasi kulit atau kerusakan
jaringan
selama 5 menit pertama
2) agar dapat dicegah terjadinya kerusakan
kulit
berikutnya terpeutik
37
terapeutik
1) pilih metode kompres
1) agar jika terjadi
yang nyaman dan mudah
nyeri dapat diatasi
didapat (mis. Kantong
dengan
plastik
yang mudah dicari
tahan
air,
metode
kemasan gel beku kain atau handuk)
menghilangkan
2) pilih lokasi kompres 3) balut
alat
dingan
nyeri
kompres
dengan
kain
3) untuk menghentikan
pelindung, jika perlu
terjadinya nyeri
4) lakukan kompres dingin
4) agar daerah yang
pada daerah yang cedera 5) hindari
penggunaan
kompres pada jaringan yang
terpapar
terapi
radiasi
1) jelaskan penggunaan
mudah
diatasi 5) agar
tidak
merusak jaringan
edukasi prosedur kompres
dingin 2) ajarkan cara mengurangi kerusakan jaringan akibat dingin
cedera
yang ada disekitar
edukasi
38
2) agar
1) agar
pasien
mengetahui manfaat
dari
kompres dingin 2) agar dihindari
dapat jika
terpapar lingkungan dingin
teknik distraksi
teknik distraksi
observasi
observasi
1) identifikasi pilihan tehnik distraksi yang diinginkan
1) agar
pasien
merasakan nyaman
dengan
distraksi
yang
dipilih terapeutik 1) gunakan teknik distraksi
1) agar nyeri yang
(mis. Membeca buku,
dirasakan
menonton tv, bermain,
hilang
aktivitas terapi, membaca cerita, bernyanyi)
39
terapeutik
bisa
edukasi
edukasi
1) jelaskan
manfaat
dan
1) agar
dapat
jenis distraksi bagi panca
diterapkan
indera
kehidupan sehari-
(mis.
Musik,
penghitugang,
televisi,
hari
vidio/permianan
2) agar
baca,
genggam) 2) anjurkan teknik
klien
merasakan menggunakan
sesuai
tingkat
nyaman
saat
dengan
melakukan
energi,
distraksi dan tidak
kemampuan, usia, tingkat perkembangan
menyiksakan 3) agar
3) anjurkan berlatih tehnik distraksi
dapat
distraksi diterapkan
jika nyeri timbul lagi
Gangguan persepsi sensori
1. Persepsi sensori
b.dgangguan penglihatan d.d mendengar suara
Setelah dilakukan intervensi keperwatan selama 3x24 jam maka
40
pada
terapi aktivitas
terapi aktivitas
observasi :
observasi
1) Identifikasi tingkat aktivitas
deficit
bisikan atau melihat
ekspetasi menurun dengan kriteria
2) Identifikasi kemampuan
bayangan
hasil :
berpartisipasi
1.verbalisasi mendengar bisikan
aktivitas tertentu
dalam
1) untuk mengetahui aktivitas
yang
dilakukan pasien
Kategori : psikologis
2. verbalisasi melihat bayangan
Sub kategori : integritas ego
3. verbalisasi merasakan sesuat
kemampuan
melalui indra perabaan
aktivitas pasien
Definisi : perubahan persepsi
2) untuk mengetahui
terapeutik :
terhadap stimulus baik
terapeutik
1) Fasilitas
focus
internal maupun eksternal
kemampuan
yang di sertai dengan respon
deficit yg dialami
yang berkurang, berlebihan atau terdistrorsi
pada bukan
1. Gangguan
baik
meningkatkan frekuensi
2) agar
memilih
aktivitas dan tetapkan
penglihatan
tujuan
2. Gangguan
aktivitas
konsisten
pendengaran
penyembuhan
2) Sepakati komitmen untuk
3) Fasilitasi
kemampuan fisik
proses
terlaksana dengan
dan rentang aktivitas Penyebab :
1) agar
yang sesuai
dapat
meningkatkan frekuensi
dan
rentang aktivitas 3) agar aktivitas yang dilakukan
dapat
terkontrol
dan
berjalan lancar
41
3. Gangguan
4) Fasilitasi aktivitas fisik
penghiduan
rutin
4. Gangguan perabaan
dilakukan
5) Fasilitasi
5. Usia lanjut
motorik
aktivitas kasar
untuk
pasien hiperaktif Gejala dan Tanda Mayor
untuk memelihara berat badan
dapat
terstruktur dengan baik 5) agar
6) Tingkatkan aktivitas fisik
Subjektif :
4) agar aktivitas yang
otot besar
pasien
dapat
dilatih kembali 6) agar berat pasien
1. Mendengar suara
terkontrol dengan
bisikan atau melihat
baik
bayangan
edukasi
2. Merasakan sesuatu
edukasi
1) Jelaskan metode aktivitas
melalui indra
fisik
perabaan, penciuman,
perlu
penglihatan,pengecap an
sehari-hari
jika
aktivitas yang dipilih
melakukan
terapi jika sesuai
42
mengetahui pentingnya
aktivitas kelompok atau 1. Distorsi sensori
keluarga
2) Ajarkan cara melakukan
3) Anjurkan terlibat dalam
Objektif :
1) agar pasien dan
aktivitas sehari-hari
fisik
2. Respon tidak sesuai
2) agar pasien dan
3. Bersikap seolah
mengetahui
cara
melihat, mendengar,
yang
dan
mengecap, meraba,
benar melakukan
atau mencium susuatu
aktivitas tersebut
baik
3) untuk Gejala dan Tanda Minor
proses
penyembuhan pasien
Subjektif : 1. Menyatakan kesal Objektif :
minimalisasi rangsangan
minimalisasi
observasi :
rangsangan
1) Periksa status mental, observasi 1. Menyendiri
status sensori, dan tingkat
2. Melamun
kenyamanan
1) untuk mengetahui status
3. Konsentrasi buruk
mental,status
4. Curiga
sensorik,
5. Mondar-mandir
tingkat
6. Bicara sendiri
kenyamanan pasien
43
dan
terapeutik : Kondisi klinis terkait :
terapeutik
1) Diskusikan
tingkat
1) untuk
1. Glaucoma
toleransi terhadap bebas
penyembuhan
2. Katarak
sensori
tingkat
sensorik
yang
dimiliki
2) Batasi
3. Gangguan reflaksi
stimulus
lingkungan
4. Trauma okuler
pasien
3) Jadwalkan
5. Trauma pada saraf
harian
kranialis
aktivitas dan
waktu
istirahat
6. Infeksi okuler
tindakan
8. Malfungsi alart bantu
dalam
satu
waktu sesuai kebutuhan
dengar
diberikan
pada
dpat
4) Kombinasikan prosedur
7. Presbikuksis
2) agar stimulus yang
pasien
terbatasi 3) agar
pasien
memiliki aktivitas
9. Delirium
harian dan waktu
10. Demensia
istrahat
11. Gangguan amnestic
teratur
12. Penyakit terminal Gangguan psikotik
yang
4) agar
tindakan
yang
diberikan
pada pasien sesuai kebutuhan
44
edukasi :
edukasi
1) Ajarkan
cara
meminimalisir stimulus
1) agar pasien dan kelurga mengetahui
cara
melakukan stimulus kolaborasi :
kolaborasi
1) Kolaborasi
dalam
1) agar
tindakan
meminimalkan prosedur
yang
diberikan
tindakan
lebih efektif
2) Kolaborasi
pemberian
2) agar
pemberian
obat yang mempengaruhi
obat
yang
persepsi stimulus
diberikan dosis
manajemen stress
manajemen stres
observasi :
observasi
1) Identifikasi tingkat stress 2) Identifikasi stressor
45
sesuai
1) untuk mengetahui tingkat
stres
pasien 2) untuk mengetahui pengaruh
stres
pasien terapeutik :
terapeutik
1) Lakukan reduksi ansietas 2) Lakukan
menejemen
pengendalian marah jika perlu 3) Pahami
reaksi
4) Bicarakan
marah
pasien
perasaan sumber
dialami
pasien
dapat terkontrol
dan
makna marah 5) Berikan
tingkat kecemasan
2) agar stres yang
terhadap stressor
marah,
1) untuk mengurangi
3) untuk mengetahui penyebab
stres
pasien kesempatan
untuk menenangkan diri
4) untuk mengetahui penyebab kemarahan pasien
46
6) Pastikan
keselamatan
5) agar pasien dapat
pasien, anggota keluarga
menenangkan diri
dan staf
dengan baik
7) Berikan waktu istirahat
6) agar tidak terjadi
dan tidur yang cukup
cedera pada pasien
untuk
dan keluarga dan
mengembalikan
tingkat energi
tenaga medis 7) agar pasien tidak mengalami
stres
yang berlebihan edukasi :
edukasi
1) Anjurkan
mengatur
waktu untuk mengurangi
yang
kejadian stress
menerus
2) Anjurkan mengendalikan tuntutan
orang
lain
dengan negoisasi atau mengatakan tidak
47
1) agar pasien stres terus-
2) agar stres yang dirasakan
pasien
dapat berkurang
3) Anjurkan menggunakan
3) agar
pasien
teknik menurunkan stress
mengetahui teknik
yang
menurunkan stres
sesuai
untuk
diterapkan dirumah sakit maupun pada situasinya lainnya Defisit nutrisi b.d tidak Status nutrisi menelan Setelah dilakukan tindakan
mampuan
makanan d.d berat badan keperawatn selama 2 X 24 jam menurun
minimal
10% masalah defisit nutrisi teratasi
dibawah rentang ideal (D0019) Kategori: fisiologis
dengan indikator:
Manajemen nutrisi
Manajemen
Observasi
Observasi:
1) Identifikasi status nutrisi 2) Identifikasi
makanan
yang disukai
1. Porsi makan yang dihabiskan
Subkategori: nutrisi dan
2. Kekuatan otot pengunyah
cairan
3. Kekuatan otot menelan
Nutrisi
1) Untuk mengetahui keadaan
nutrisi
pada klien apakah
3) Monitor asupan makanan
kurang atau sangat
4) Monitor berat badan
kurang 2) Untuk mempermudah pemberian Nutrisi
Definisi: asupan nutrisi tidak
keterangan:
3) Untuk mengetahui
cukup untuk memenuhi
1. Menurun
pemberian
kebutuhan metabolisme
2. Cukup menurun
makanan
48
3. Sedang Penyebab: 1. ketidak mampuan
4) Untuk mengetahui
4. Cukup meningkat
apakah pemberian
5. Meningkat
nutrisi
menelan makanan
berjalan
dengan lancar atau
2. ketidak maampuan
tidak
mencerna makanan
Terapeutik
3. ketidak mampuan
Terapeutik:
1) Lakukan oral hygiene
mengabsirbsi nutrian
sebelum
4. peningkatan
makan,
jika
perlu
kebutuhan
menarik dan suhu yang
5. faktor ekonomi (mis,
sesuai
finansial tidak mencukupi) 6. faktor fsikoligis (
serat untuk mencegah
4) Agar peningkatan
5) Berikan
-
nutrisi pada klien
suplemen
makanan, jika perlu
49
naik
melancarkan BAB
kalori dan tinggi protein
subjektif
klien diharapkan
3) Berikan makanan tinggi
4) Berikan makanan tinggi
gejala dan tanda mayor
kebersihan mulut
3) Untuk
konstipasi
mislnya stres)
menjaga
2) Agar nafsu makan
2) Sajikan makaanan secara
metabolisme
1) Untuk
cepat naik 5) Untuk tambahan
nutrisi
Objektif
Edukasi
1. berat badaan menurun
Edukasi:
1) Anjurkan posisi duduk,
dibawah 10%
jika mampu
1) Untuk mempermudah
dibawah rentang
pemberian
normal
makanan
gejala dan tanda minor
Kolaborasi
subjektif
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
1. cepat kenyang setelah
peemberian
medikasi
makan
makan,
sebelum
apakah
sudah
pereda
waktu yang tepat
2. kram/nyeri abdomen
nyeri, antiematik) jika
untuk pemberian
3. nafsu makan menurun
perlu
makan
objektif
(mis,
1) Untuk mengetahui
2) Kolaborasi dengan ahli
2) Agar
1. bising usus hiperaktif
gizi untuk menentukan
mempercepat
2. otot mengunyah
jumlah kalori dan jenis
keadaan
nutrien yang dibutuhkan
klien
lemah
nutrisi
3. otot menelan lemah 4. membran mukosa pucat 5. sariawan
50
Promosi berat badan
Promosi Berat Badan
Observasi
Observasi:
6. serum albumin turu
1) Identifikasi
7. rambut rontok
penyebab
berat badan kurang
berlebihan
2) Monitor jumlah kalori
8. diare
yang dikonsumsi sehari-
kondisi klinis terkait
hari
1) Untuk mengetahui masalah
utama
pada klien 2) untuk mengetahui masalah
1. troke
3) Monitor berat badan
pemasukan nutrisi
2. parkingson
4) Monitor
pada klien
albumin,
3. mobiyus syndrom
limfosit, dan elektrolit
4. serebral palsy
serum.
3) Untuk mengetahui BB klien
5. cleft lip
4) Untuk
6. cleft palate
mengwtahui
7. amytropic latral
keadaan
sclerosis
nutrisi
pada klien
8. kerusakan
Terapeutik
neuromuscular
1. Berikan
9. luka bakar
mulut
10. kanker
memberikan
11. infeksi
jika perlu
12. AIDS
Terapeutik: perawataan sebelum makanan,
1) Untuk
menjaga
kebersihan mulut 2) Agar mempermudah klien untuk makan
51
Penyakit crohns
2. Sediakan makanan yang tepat
sesuai
kondisi
pasien (mis, makanan dengan
tekstur
halus,
makanan yang di blender, makanan
cair
yang
diberikan melalui NGT atau gastrostomi, total parental nutrion sesuai indikasi) 3. Hidangkan
makanan
secara menarik 4. Berikan suplemen jika perlu 5. Berikan
pujian
pasien/keluarga
pada untuk
peningkatan yang dicapai
52
3) Agar nafsu makan klien naik 4) Untuk
nutrisi
tambahan 5) Agar klien dan keluarga termotivasi
Edukasi
Edukasi:
1. Jelaskan jenis makanan yang
bergizi
tinggi
namun tetap terjangkau 2. Jelaskan asupan
peningkatan kalori
yang
dibutuhkan
1) Agar
keluarga
menyajikannya dirumah 2) Agar
keluarga
dapat mengetahui seberapa
banyak
kalori
yang
dibutuhkan
Pemberian makanan
Pemberian
Observasi
Observasi:
1. Identifikasi
makanan
yang diprogramkan
menelan
cukup atau tidak 2) Untuk mengetahui
mulut
untuk
residu pada akhir makan
53
1) Untuk mengetahui kalori pada klien
2. Identifikasi kemampuan
3. Pperiksa
makanan
kemampuan menelan
pada
klien dan dapat menyajikan makanan
yang
sesuai kemampuan klien 3) Untuk mengetahui keadaan
mulut
pada klien Terapeutik
Terapeutik:
1. Lakukan tangan
kebersihan dan
mulut
sebelum makan 2. Sediakan
1) Untuk
menjaga
kebersihan
pada
saat makan
lingkungan
2) Untuk
menjaga
yang
menyenangkan
kenyamanan pada
selama
waktu
makan
saat makan
simpan
urinal,
(mis,
pispot agar tidak terlihat)
3) Agar mempermudah klien saat menelan makanan
54
3. Berikan
posisi
duduk
atau semi fowler saat makan
jika memungkinkan
mempermudah klien saat minum
5. Sediakan edotan, sesuai kebutuhan
6) Agar klien nafsu makan
6. Berikan makanan sesuai jika
memungkinkan
7) Agar merangsang nafsu makan klien 8) Agar
keadaan
7. Tawarkan
untuk
klien bersih pada
mencium
aroma
saat selesai makan
makanan
untuk
merangsang nafsu makan 8. Cuci muka dan tangan setelah makan
55
klien meningkat 5) Agar
4. Berikan makanan hangat,
keinginan,
4) Agar nafsu makan
Edukasi
Edukasi:
1. Anjurkan orang tua atau
1) Agar
masukan
keluarga untuk memberi
nutrisi pada klien
makan pada pasien
tetap terjaga
Kolaborasi 1. Kolaborasi
Kolaborasi: pemberian
1) Agar
analgesik yang adekuat
mempermudah
sebelum
klien
makan,
jika
perlu 2. Kolaborasi
menerima
makanan pemberian
2) Untuk mengetahui
sebelum
waktu pemberian
antiemetil makan jika perlu
makan yang tepat
Gangguan Menelan
Status Menelan
Dukungan perawatan diri : Dukungan
(D0063) b.d Gangguan
Setelah dilakukan tindakan
Makan/Minum
diri Makan & minum
serebrovaskular d.d
keperawatan 3x24 jam masalah
Observasi :
Observasi:
mengeluh sulit menelan
Gangguan menelan teratasi dengan
Kategori : Fisiologis
indikator :
Subkategori : Neurosensori
1. monitor
kemampuan
menelan
1. refleks menelan (4)
2. monitor status pasien, jika perlu
56
perawatan
1) Untuk mengetahui kemampuan
hidrasi
menelan klien
Definisi :
2. kemampuan mengunyah
Fungsi menelan abnormal
(4)
keadaan
akibat defisit struktur atau
3. usaha menelan (4)
fungsi oral faring atau
4. frekuensi tersedak (4)
esofagus.
Penyebab : 1. Gangguan serebrovaskular 2. Gangguan araf
ket :
lingkungan
2. Cukup menurun
selama makan
menyenangkan
4. Cukup meningkat
untuk makan/minum
5. Meningkat
3. lakukan sebelum
oral
5. Abnormalitas laring
Setelah dilakukan tindakan
6. Anomali jalan nafas
keperawatan 3x24 jam masalah
hygiene
makan,
jika
4. letakan makanan di sisi
Bersihan Jalan Napas teratasi dengan indikator :
mata yang sehat 5. sediakan sedotan untuk minum, sesuai kebutuhan 6. siapkan makanan dengan
1. Batuk efektif (4)
suhu yang meningkatkan
2. Dispnea (4)
nafsu makan
57
menjaga
kenyamanan pada
2) Agar mempermudah
perlu Bersihan Jalan Napas
1) Untuk
saat makan
2. atur posisi yang nyaman
4. Akalasia
8. Defek nasal
Terapeutik:
yang
3. Paralisis serebral
7. Defek laring
Terapeutik :
1. Menurun
3. Sedang
cairan
klien
1. ciptakan
kranialis
atas
2) Untuk mengetahui
klien pada saat makan 3) Untuk
menjaga
kebersihan
pada
mulut klien 4) Agar klien dapat melihat makanan 5) Untuk mempermudah
9. Defek rongga
3. Sulit bicara (4)
7. sediakan
nasofaring 10. Defek trakea
makan
dan
minuman yang di sukai Ket :
8. berikan
bantuan
saat
11. Refluk gastroesofagus
1. Menurun
makan/minum
12. Obstruksi mekanis
2. Cukup menurun
tingkat kemandirian, jika
13. Prematuritas
3. Sedang
perlu
4. Cukup meningkat Gejala dan tanda Mayor
sesuai
ruang
Subjektif :
minum 6) Agar nafsu makan klien menaik 7) Agar klien ingin segera makan
9. motivasi untuk makan di
Meningkat
klien pada saat
makan,
jika
tersedia
8) Agar klien tidak mendapatkan kendala pada saat
1. Mengeluh sulit
makan dan minum
menelan
9) Agar
Objektif :
klien
terbiasa makan di
1. Batuk sebelum
ruang makan
menelan
Edukasi :
2. Batuk setelah makan
Edukasi:
1. jelaskn posisi makanan
atau minum
1) Agar klien dapat
yang
mengalami
mengetahui posisi
3. Tersedak
gangguan
penglihatan
makanan
4. Makanan tertinggal di
dengan
rongga mulut
menggunakan
arah jarum jam (mis,
58
sayur di jam 12, rendang Gejala dan tanda Minor
di jam 3)
Subjektif :
Kolaborasi :
Oral
Kolaborasi:
1. kolaborasi -
obat
pemberian
(mis,
analgesik,
antiemetik) Objektif ;
sesuai
indikasi
1) Agar klien tidak mendapatkan gangguan
pada
saat makan
Oral 1. Bolus masuk terlalu cepat 2. Refleks nasal
Pencegahan Aspirasi
Pencegahan
Observasi :
Observasi:
1. monitor
3. Tidak mampu membersihkan rongga mulut
tingkat
keadaan pasien
dan kemampuan menelan
2) Untuk mengetahui
status
pernapasan
mulut
3. monitor
5. Makanan terdorong
bunyi
terutama
ke luar dari mulut
makan/minum
6. Sulit mengunyah
59
1) Untuk mengetahui
kesadaran, batuk, muntah
2. monitor
4. Makanan jatuh dari
aspirasi
apakah gangguan
napas setelah
ada pada
pernapasan 3) Agar mengetahui apakah
ada
7. Muntah sebelum
masalah
menelan
pada
saluran nafas
8. Waktu makan lama
Terapeutik :
9. Porsi makanan tidak
Terapeutik:
1. posisikan semi fowler
habis
1) Agar
(30-45 derajat) 30 menit
mempermudah
10. Fase oral abnormal
sebelum memberi asupan
menerima
11. Mengiler
oral
makanan
2. pertahankan posisi semi
2) Untuk
menjaga
Subjektif
fowler (30-45 derajat)
sirkulasi
Faring :
pada pasien tidak sadar
tetap lancar dan
1. Menolak makan
3. pertahankan
kepatenan
sampai ke jaringan
jalan napas (mis, tekhnik
perifer
Objektif
head tilt chin lift, jaw
3) Untuk
Faring :
thrust, in line)
1. Muntah
pegembangan
elevasi
klien balon
endotracheal tube (ETT)
3. Menelan berulang-
menjaga
pernafasan
4. pertahankan
2. Posisi kepala kurang
darah
pada
berjalan
dengan lancar 4) Untuk
menjaga
pernafasan klien
ulang
60
5. lakukan
penghisapan
5) Agar saluran nafas
Subjektif
jalan napas, jika produksi
klien bebas dari
Esofagus :
sekret meningkat
sekret
1. Mengeluh bangun di
6. sediakan
malam hari
suction
di
ruangan
2. Nyeri epigastrik
Objektif
gastrointestinal,
Esofagus :
residu banyak
1. Hematemesis
selang jika
8. berikan makanan dengan
2. Gelisah
ukuran kecil atau lunak
3. Regurgitasi
9. berikan obat oral dalam
4. Odinofagia
bentuk cair
brugsisme
menjaga-
jaga
7. hindari memberi makan melalui
6) Untuk
untuk
penggunaan suction 7) Agar saluran pada pernafasan
klien
tetap lancar 8) Agar klien dapat mudah mengunyah
dan
menelan 9) Agar klien dapat lebih
mudah
menerima obat
61
Edukasi :
Edukasi:
1. anjurkan makan secara perlahan
1) Agar
mencegah
terjadinya tersedat
2. ajarkan
strategi
mencegah aspirasi 3. ajarkan
2) Agar klien dapat mencegah hal itu
tekhnik
3) Agar klien dapat
atau
lebih lancar pada
mengunyah menelan, jika perlu
saat
menerima
makanan Kolaborasi : -
Dukungan
Kolaborasi : -
kepatuhan Dukungan
kepatuhan
program pengobatan
program pengobatan
Observasi :
Observasi:
1. identifikasi menjalani pengobatan
kepatuhan program
1) Untuk mengetahui apakah
klien
sering meminum obat secara teratur atau tidak
62
Terapeutik :
Terapeutik:
1. buat komitmen menjalani program
pengobatan
dengan baik 2. buat
klien
termotivasi meminum
jadwal
pendampingan keluarga untuk
1) Agar
bergantian
secara teratur 2) Untuk memonitor klien
pada saat
menemani pasien selama
program
menjalani
pengobatan
program
pengobatan, jika perlu 3. dokumentasikan aktivitas
obat
3) Agar klien dapat mengathui
selama menjalani proses
program
pengobatan
pengobatannya
4. diskusikan hal-hal yang
4) Agar
dapat
dapat mendukung atau
meningkatkan hal-
menghambat berjalannya
hal
program pengobatan
diinginkan
yang dan
menghilangkan
63
5. libatkan keluarga untuk mendukung
program
pengobatan yang di jalani
hal-hal yang tidak diinginkan 5) Agar klien lebih termotivasi
Edukasi : 1. informasikan
Edukasi: program
1) Agar klien dan
pengobatan yang harus di
keluarga
jalani
mengetahui
2. informasikan
manfaat
yang akan di peroleh jika teratur
menjalani
program pengobatan
hal apa saja yang akan dilakukan 2) Agar
dan
3) Agar mendapatkan
menjalani
dukungan
program
4) Agar mendapatkan
64
klien
sembuh
merawat pasien selama
pengobatan
hal-
termotivasi untuk
3. anjurkan keluarga untuk mendampingi
dapat
klien
klien
4. anjurkan keluarga
pasien
dan
dukungan
dari
melakukan
orang-orang
konsultasi ke pelayanan
terdekatnya
kesehatan terdekat, jika perlu.
5) Agar pengobatan klien
berjalan
dengan lancer Kolaborasi : -
Kolaborasi: -
Defisit perawatan diri
Perawatan diri
Dukungan perawatan diri : Dukungan perawatan
(D0109) b.d kelemahan d.d
Setelah dilakukan tindakan
BAB/BAK
tidak mampu mandi /
keperawatan selama 3x24 jam
Observasi
mengenakan pakaian /
masalah defisit perawatan diri
makan / ketoilet / berhias
teratasi
secara mandiri
dengan indikator :
kebiasaan
2) Monitor integritas kulit
1) Kemampuan mandi (4)
Subkategori : kebersihan diri
2) Kemampuan mengenakan pakaian (4)
pasien
sejauhmana kebiasaan BAK/BAB sesuai usia pasien. 2) untuk mengetahui integritas
Tidak mampu melakukan
3) Kemampuan makan (4)
atau menyelesaikan aktivitas
4) Kemampuan ke toilet (
perrawatan diri
1) untuk mengetahui
BAK/BAB sesuai usia
Kategori : perilaku
Definisi
1) Identifikasi
Observasi :
BAB,BAK) (4)
65
pasien .
kulit
Penyebab 1) Gangguan musculoskeletal 2) Gangguan neuromuskuler 3) Kelemahan 4) Gangguan psikologis dan/psikotik 5) Penurunan motivasi/minat
Keterangan : 1) Menurun
mandi/mengenakan
1) agar
untuk
tidak
terganggu
oleh
pakainnya
pada
proses
memudahkan eliminasi
4) Cukup meningkat
2) Dukung
5) Meningkat
penggunaan
toilet/com mode/pispot/urinal
Setelah dilakukan tindakan
secara konsisten
keperawatan selama 3x24 jam masalah defisit perawatan diri
3) Jaga
1) Kekuatan otot (4) 2) Rentang gerak (room) (4)
pasien
tetap
perlu
aman.
digunakan
1) Menurun
erhias secara mandiri
2) Cukup menurun
alat
secara
si
pasien terjaga
bantu
4) agar
setelah
tetap
dalam
keadaan
bersih
6) Latih BAB/BAK sesuai jadwal
pasien
toilet
setelah eliminasi, jika
4) Nyeri (4)
pakaian/makan/ketoilet/b
selama
3) agar
BAK/BAB
si
menggunakan
pasien
5) Bersihkan
pasien
consistent.
pakaian
3) Pergerakan ekstremitas (4)
Keterangan
2) agar
eliminasi 4) Ganti
si
eleminasi tersebut.
Mobilitas fisik
dengan indikator :
1) tidak mampu
yang
3) Sedang
Subjektif
Objektif
pakaian
diperlukn
teratasi
perawatan diri
1) Buka
Terapeutik :
2) Cukup menurun
Gejala dan tanda mayor
1) Menolak melakukan
Terapeutik
si
dan
tidak
terkontaminasi dari bakteri.
66
pasien
2) minat melakukan
3) Sedang
perawatan diri kurang
4) Cukup meningkat
Gejala dan tanda minor
7) Sediakan alat bantu (mis,
Meningkat
5) agar
peralatan
kateter eksternal, urinal)
kembali
jika perlu
pada
Subjektif
berish saat
di
gunakan kembali.
Tidak tersedia
6) agar
si
pasien
Objektif
BAB /BAK rutin
Tidak tersedia
dan lancer.
Kondisi klinis terkait
7) untuk
1) Stroke
mempermudah
2) Cedera medulla
pasien pada saat
spinalis
proses eleminasi.
3) Deperesi 4) Arthritis rheumatoid 5) Retardasi mental
Edukasi :
6) Delirium
Edukasi
7) Demensia
1) Anjurkan
8) Gangguan amnestik
1) agar BAB/BAK
secara rutin 2) Anjurkan
kamar
mandi/toilet jika perlu
67
eleminasi si pasien memulih
ke
proses
dan
kembali normal.
9) Skizofrenia dan
2) agar
proses
gangguan psikotik
eleminasi dapat di
lain
lakukan
Fungsi penilaian terganggu
dengan
dengan baik. Kolaborasi : -
Kolaborasi : -
Dukungan perawatan diri : Dukungan berpakaian
diri
Observasi
Obsevasi
1) Identifikasi
usia
dan
perawatan
1) untuk
budaya dalam membantu
memudahkan
berpakaian/berhias
perawat
dalam
dalam membantu si
pasien
ketik
ingin berpakian. Terapeutik
Terapeutik :
1) Sediakan pakaian pada tempat dijangkau
68
yang
mudah
1) agar mempermudah pada
saat
2) Sediakan
pakaian
pribadi, sesuai kebutuhan 3) Fasilitasi
mengenakan
pakaian, jika perlu 4) Fasilitasi menghias (mis, menyisir
rambut,
mengganti pakian pasien. 2) agar
ada
saat
pasien memebutuhkan pakian
telah
merapikan
tesedia
kumis/jenggot)
sebelumnya.
5) Jaga
privasi
selama
berpakaian 6) Tawarkan untuk londry, jika perlu 7) Berikan pujian terhadap
3) agar ketika pasien membutuhkan pakian
sudah
tersediah
dan
mempermudah
kemampuan berpakaian
pasien
secara mandiri
berpakaian. 4) agar
dalam
si
pasien
tetap dapat merias dirinya dan tetap terlihat rapi.
69
5) agar privasi pasien tetap terjaga. 6) agar pakaian si pasien yang kotor bisa bersih kembli dan dapat dipakai kembali. 7) agar
pasien
semangat dan mau mengulangi tindakan mandirinya tersebut. Edukasi
Edukasi :
1) Informasikan yang
tersedia
pkaian untuk
dipilih, jika per;i 2) Ajarkan
mengenakan
pakaian, jika perlu
70
1) agar
si
pasien
memilih
pakaian
sesuai
dengan
keinginannya.
2) agar
si
pasien
mampu berpakaian dengan mandiri. Kolaborasi : -
Kolaborasi : -
Perwatan diri mandi
Perawatan diri mandi
Observasi
Observasi :
1) Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan 2) Monitor
kebersihan
1) untuk mengetahui ingkat kemampuan
tubuh (mis, rambut, kulit,
pasien dan jenis
kuku)
bantuan
yang di
butuhkan. 2) agar tubuh pasien tetap bersih. Terapeutik 1) Sediakan
Terapeiutik : peralatan
mandi (mis, sabun, sikat
71
1) untuk
keperluan
mandi pasien.
gigi, sampo, pelembab kulit) 2) Sediakan
2) agar pasien tetap nyaman dan aman
lingkungan
yang aman dan nyaman 3) Fasilitasi menggosok gigi sesuai kebutuhan 4) Fasilitasi mandi sesuai kebutuhan 5) Pertahankan
dengan lingkungannya. 3) untuk kebersihan gigi pasien. 4) agar fasilitas yang di
kebiasaan
kebersihan diri 6) Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
sesuaikan
dengan
pasien
terpenuhi. 5) agar pasien tetap besih selama masa perawatannya dan mempertahankan kebersihannya. 6) agar si pasien bisa mandiri
dalam
melaksanakan
72
perawatan mandi tersebut. Edukasi 1) Jelaskan manfaat mandi
Edukasi : 1) agar
si
pasien
dan dampak tidak mandi
mengetahui
terhadap kesehatan
manfaat
2) Ajarkan kepada keluarga
mandi
dan dampak tidak
cara memandikan pasien
mandi
juka perlu
pasien. 2) agar
bagi
si
keluarga
mengetahui bagaimana
cara
memandikan pasien stroke. Kolaborasi : -
Kolaborasi : -
Gangguan komunikasi
Komunikasi verbal
Promosi Komunikasi : defisit Promosi Komunikasi :
verbal (D0119) b.d
Setelah dilakukan tindakan
bicara
defisit bicara
gangguan pendengaran d.d
keperawatan selama 3x24 jam
Observasi
Observasi :
73
tidak mampu berbicara
masalah kerusakan gangguan
1) Monitor
kecepatan,
atau mendengar
verbal teratasi
tekanan,
kuantitas,
Kategori : reolasional
dengan indikator :
volume
Subkategori : interaksi sosial
1) Kemampuan berbicara (4)
Definisi
2) Kemampuan mendengar
Penurunan, perlambatan atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses,
(4)
dan
berbicra.
wajah/tubuh (4)
kuantitas
dalam
berbicara. 2) unruk mengetahui
2) Identifikasi emosional
3) Kesesuaian ekspresi
diksi
1) untuk mengatahui
perilaku dan
sebagai
fisik bentuk
komunikasi
perilaku emosional pasien dalam
bentuk
komunikasi.
mengirim, dan/atau menggunakan sistim symbol. Penyebab 1) Penurunan sirkulasi serebral 2) Gangguan neuromuskuler
Keterangan
Terapeutik
1) Menurun
1) Gunakan
2) Cukup menurun
komunikasi
3) Sedang
(mis,
4) Cukup meningkat
berkedip,
5) Meningkat
berkomunikasi
3) Gangguan pendengaran 4) Gangguan musculoskeletal
Terapeutik
Dukungan sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
74
metode alternative
menulis,
mata papan dengan
1) 1.untuk mempermudah pasien
dalam
berkomunaksi. 2) untuk
gambar dan huruf, isyarat
menciptakan
tangan dan computer)
lingkungan
yang
aman dan nyaman
5) Kelainan palatum
masalah kerusakan gangguan
6) Hambatan fisik (mis,
verbal teratasi
untuk
dengan indikator :
bantuan
terpasang trakeostomi, intubasi, krikotiroidektomi) 7) Hambatan individu (mis, kekuatan, kecemasan, merasa
1) Kemampuan meminta bantuan pada orang lain (4) 2) Bantuan yang ditawarkan oleh orang lain (4) 3) Dukungan emosi yang
malu, emosional,
disediakan oleh orang lain
kurang privasi)
(4)
8) Hambatan psikologis
2) Modifikasi
3) Ulangi
lingkungan
meminimalkan
di
modivikasi. 3) 3.untuk menetahui
apa
yang
disampaikan pasien 4) Berikan
setelah
sejauh
mana
pemahaman
dukungan
psikologis
pasien. 4) 4.agar pasien mau
5) Gunakan juru bicara jika perlu
mengikuti arahan dari perawat. 5) agar
Keterangan
mempermudah
(mis, gangguan
1) Menurun
pasien
psikotik, gangguan
2) Cukup menurun
bekomunikasi.
konsep diri, harga diri
3) Sedang
rendah, gangguan
4) Cukup meningkat
emosi)
Edukasi 1) Anjurkan
Cukup meningkat
9) Hambatan lingkungan
Edukasi berbicara
perlahan 2) Ajarkan
pasien
dan
(mis, ketidak cukupan
keluarga proses kognitif,
informasi, ketiadaan
anatomis, dan psiologis
75
dalam
1) untuk
melatih
pasien
dalam
berbicara. 2) agar
keluarga
mendukung
orang terdekat,
yang
ketidak sesuaian
dengan
budaya, bahasa asing)
berbicara
berhubungan kemampuan
pasien
dalam
membantu proses kemampuan
Gejala dan tanda mayor
berbicara.
Subjektif
Kolaborasi
Tidak tersedia
Kolaborasi
1) Rujuk ke ahli patologi
Objektif
bicara atau terapis
1) Tidak mampu
1) agar
pasien
mendapat
terapi
bicara dari ahli
berbicara atau
patologi.
mendengar 2) Menunjukan respon tidak sesuai Gejala dan tanda minor
Promosi komunikasi : defisit Promosi komunikasi :
Subjektif
pendengaran
defisit pendengaran
Tidak tersedia
Observasi
Observasi
Objektif
1) Periksa
1) Sulit menggunakan
kemampuan
pendengaran
ekspresi wajah atau
2) Monitor
tubuh
sejauh akumulasi
serumen berlebihan
76
1) untuk mengetahui
tingkat kemampuan
mana
2) Sulit menyususn
pendengaran
kalimat
pasien.
3) Verbalisasi tidak tepat
2) untuk mengetahui
4) Tidak mampu
seberaapa banyak
menggunakan
akumulasi
ekspresi wajah atau
serumen
tubuh
berlebihan.
5) Tidak ada kontak
Terapeutik
mata
Terapeutik
1) Gunakan
Kondisi klinis terkait
bahasa
sederhana
1) Struk
mempermudah
2) Gunakan bahasa isyarat,
2) Trauma wajah
jika perlu
3) Peningkatan tekanan intracranial
apa
yang
dikatakan
atau
ditulis
pasien
dalam berkomunikasi. 2) untuk
penggunaan
alat bantu dengar 5) Hindari kebisingan saat berkomunikasi
77
memahami bahasa yang di gunakan
3) Perifikasi
4) Fasilitasi
1) untuk
mempermudah pasien
dalam
berkomunikasi
6) Lakukan irigasi telinga jika perlu 7) Pertahankan kebersihan telingan
alam
bahasa
isyarat. 3) untuk mempermudah memahami
apa
yang di katakana pasien. 4) untuk mempermudah pendengaran pasien. 5) agar tidak terjadi miss komunikasi. 6) untuk membersihkan telinga pasien agar pendengaran jelas.
78
7) agar telinga tetap bersih
dari
kotoran. Edukasi
Edukasi
1) Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat 2) Ajarkan
1) agar mempermudah
cara
membersihkan serumen dengan tepat
pasien
dalam
berkomunikasi. 2) agar pasien dapat membersihkan telingannya dngan baik.
Kolaborasi : -
Kolaborasi : -
Promosi komunikasi : defisit Promosi komunikasi : fisual
defisit fisual
Observasi
Observasi
1) Periksa penglihatan
79
kemampuan
1) utuk tingkat
mengetahui
2) Monitor
tampak
gangguan (mis,
penglihatan
risiko
depresi,
cedera,
kegelisahan,
kemampuan pasien
dalam
melihat. 2) untuk mengetahui
kemampuan melakukan
apakah
ada
aktivitas sehari-hari)
kelainan
pada
penglihatan pasien. Terapeutik
terapetutik
1) Fsilitasi stimulasi
peningkatan indra
lainya
peningkatan
(mis, aroma, rasa, tekstur
stimulasi
makanan)
pada pasien.
2) Sediakan
pencahayaan
cukup 3) Berikan bacaan dengan huruf besar
80
1) untuk mengetahui
2) untuk
indra
melihat
jelas menggunakan bantuan.cahaya. 3) untuk
melihat
sejauh
mana
4) Hindari penataan letak lingkungan
tanpa
memberitahu 5) Sediakan alat bantu (mis, jam, telepon) 6) Fasilitasi membaca surat, surat kabar atau media informasi lainya 7) Gunakan warna terang dan kontras dilingkungan 8) Sediakan kaca pembesar, jika perlu
kemampuan mata pasien
dalam
melihat objek. 4) untuk
keamanan
pasien
dalam
beraktivitas. 5) untuk mempermudah si pasien
dalam
mengenal waktu. 6) untuk
melatih
kemampuan pasien memebaca
dalam dan
menerima informasi. 7) untuk membantu penglihatan menguji
81
dan
kemampuan mengenal warna. 8) untuk membantu penglihatan pada objek yang kecil. Edukasi
Edukasi
1) Jelaskan lingkungan pada pasien
memperkenalkan
2) Ajarkan keluarga cara membantu berkomunikasi
1) untuk
pasien
lingkungan
pada
pasien agar pasien mengenal lingkungan. 2) untuk membantu pasien
dan
mempermudah dalam berkomunikasih.
82
Kolaborasi :
Kolaborasi
1) Rujuk
pasien
pada
terapis, jika perlu
1) agar
pasien
mendapat
terapi
dari ahlinya.
Manajemen lingkungan
Manajemen lingkungan
Observasi
Observasi
1) Identifikasi dan
keamanan kenyamanan
lingkungan
tetap aman dan
Terapeutik
1) atur
posisi
dengan
furniture
rapid
an
terjangkau
dan cukup aman
bersih dan nyaman
furmiture
tetap kelihatan dan
yang
an
terjangkau. 2) agar
3) sediakan tempat tedur lingkungan
1) agar
rapid
2) sediakan ruang berjalan
83
lingkungan
nyaman.
Terapeutik
dan
1) agar
si
pasien
berjalan aman dan tidak terganggu.
4) ganti
pakaian
secara
berkala
mendampingi
pasien
kesehatan
ketika
ingin tidur. 4) untuk
menjaga
kebersihan pasien
6) pertahankan konsistensi kunjungan
pasien
nyaman
5) izinkan keluarga untuk tinggal
3) agar
tenaga
dan terhindar dari mikroorganisme lainnya. 5) untuk membantu pasien
dalam
proses perawatan. 6) untuk mengetahui konsitensi kunjungan kepada pasien
dan
mengetahui sejauh mana pasien.
84
perubahan
Edukasi
Edukasi
1) jelaskan cara membuat
1) agar ketika pasien
lingkungan rumah yang
beraktivitas
aman
lingkungn
2) ajarkan
pasien
dan
keluarga/pengunjung tentang pencegahan infeksi
upaya
dan nyaman. 2) agar pasien dan keluarga mengetahui upaya pencagahan infeksi.
Kolaborasi : -
85
aman
Kolaborasi : -
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011). Penyebab stroke ada berbagai macam yaitu terdapat faktor yang dapat di modifikasi dan faktor yang tidak dapat di modifikasi. 4.2 Saran 1) Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada penanganan stroke untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan. 2) Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan. 3) Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan stroke.
86
DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. EGC : Jakarta. Elizabeth J. Corwin, PhD, MSN, CNP. 2009. Buku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGC Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
87