12 0 830 KB
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal (Price, 2006).
B. Etiologi Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara umum adalah sebagai berikut : 1.
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi.
Adanya peradangan pada jantung akan berakibat
terlepasnya mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran impuls. 2.
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner, iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls.
3.
Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenterallarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung.
4.
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium.
Akibatnya enteraltensial istirahat sel otot jantung akan memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung. 5.
Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi ion kalium.
6.
Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi senteralntan.
7.
Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
8.
Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
9.
Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung pun terganggu.
C. Patofisiologi Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk aritmia ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity 1. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari enteraltensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus pada gangguan akut seperti infark
miocard akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus adrenergik yang tinggi. Oleh karena itu bila berhadapan dengan aritmia ventrikel karena gangguan automaticity, perlu dikoreksi faktor penyebabnya yang mendasarinya. 2. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dialtasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini terbentuk maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian mendadak 3. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme diatas . mekanismenya adalah adanya kebocoran ion enteralsitif kedalam sel sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi enteraltensial jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus aksi enteraltensial baru. Keadaan ini baru disebut after deenterallarization (Sudoyo, 2006).
D. Tanda dan Gejala SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga secara mendadak Serangan bisa terjadi mungkin hanya beberapa detik saja, bahkan dapat menetap sampai berjam-jam. Tanda dan gejala supraventrikular takikardi anatar lain : 1) Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit 2) Perubahan tekanan darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak teratur, kulit pucat, sianosis, berkeringat 3) Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil 4) Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah 5) Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan 6) Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi)
7) Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus otot (Hudak & Galo, 1997)
E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan
penunjang
yang
dapat
dilakukan
untuk
membantu
menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardi adalah : 1.
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2.
Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat
digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia. 3.
Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4.
Skan
pencitraan
miokardia
:
dapat
menunjukkan
area
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal
atau
mengganggu
gerakan
dinding
dan
kemampuan
enteralmpa. 5.
Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
6.
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
7.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9.
Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi
oksimetri
:
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia. (Sudoyo,2006)
Hipoksemia
dapat
F. Pathway Mekanisme VT
Otomatisasi
Reentry
Sel mengalami percepatan (di atrium, AV- juntion, bundel HIS dan ventrikel)
Dua jalur
Jalur distal
Jalur proksimal
Hipokalemia dan hipoksia
Perubahan irama jantung
Membentuk rangkaian kondisi tertutup
Ventrikel Takikardi
Terjadi aliran listrik antegad secara lambat
Penurunan curah jantung Hipoksia jaringan
Jalur distal terangsang Cerebral
Kardio
Pulmo Sesak nafas/ hiperventilasi
Pola nafas tidak efektif
Terjadi aliran listrik retrograd secara cepat Mempengaruhi pusat kardiovaskuler dan reduksi mekanik vena
Gambar 1. Supraventrikular takikardi
G. Pengkajian 1. Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama, diagnosa medis, no.RM) 2. Keluhan utama 3. Riwayat penyakit sekarang 4. Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakit jantung, stroke dan hipertensi 5. Riwayat penyakit keluarga 6. Pengkajian primer : a. Airway 1) Apakah ada peningkatan sekret ? 2) Adakah suara nafas : krekels ? b. Breathing 1) Adakah distress pernafasan ? 2) Adakah hienteralksemia berat ?
3) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ? 4) Apakah ada bunyi whezing ? c. Circulation 1) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ? 2) Apakah ada takikardi ? 3) Apakah ada takipnoe ? 4) Apakah haluaran urin menurun ? 5) Apakah terjadi penurunan TD ? 6) Bagaimana kapilery refill ? 7) Apakah ada sianosis ? 7. Pengkajian sekunder a. Riwayat penyakit 1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi 2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi 4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum 2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat. 3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis. 4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit 5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. 6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah 7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis. 8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
H. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi, antara lain: 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard. 2. Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler 3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
I.
Rencana Keperawatan Diagnosa
Penurunan
Kriteria Hasil
Intervensi
curah setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care
jantung
selama 1x24jam, diharapkan curah jantung
1. Monitor TTV pasien
perubahan
Cardiac pump effectiveness :
denyut/irama
No
Indikator
jantung, perubahan sekuncup
jantung:
preload,
afterload,
penurunan
1
TD
2. Monitor Status
Skala
Skala
awal
target
dalam 2
4
kontraktilitas
HR
dalam 2
4
Tidak terdapat 2
4
Tidak terdapat 2 suara
durasi)
tekanan darah 5. Auskultasi suara jantung
disritmia 4
3. Evaluasi adanya nyeri dada
4. Monitor adanya perubahan
batas normal 3
kardiovaskuler
(intensitas, lokasi dan
batas normal 2
5
klien 6. Anjurkan untuk istirahat
jantung
abnormal 5
Tidak terdapat 2 angina
Keterangan :
1. Mengetahui kondisi umum klien 2. Mengetahui perubahan status
berhubungan dengan normal dengan kriteria hasil :
miokard.
Rasional
4
7. Kolaborasi pemberian obat antiaritmia
kardiovaskuler klien 3. Mengkaji kondisi nyeri pasien
4. Mengetahui perubahan tekanan darah 5.
Mengetahui adanya suara abnormal jantung
6. Mempercepat pemulihan kondisi 7. Mempercepat proses pemulihan
1. keluhan ekstrim
Fluid monitoring
2. keluhan berat
1. Monitor Balance cairan
1. Mengetahui keadaan pasien
3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan
Inefektif perfusi
setelah dilakukan tindakan keperawatan Intracranial pressure
jaringan kardio
selama
pulmonal
jaringan kardiopulmonal efektif, dengan
1x24jam,
diharapkan
perfusi 1. Monitor intake dan output
kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler
Circulation Status : No
Indikator
klien 2. Ukur
berhubungan dengan kriteria hasil :
1. Memantau kondisi intak dan output
tanda-tanda
tekanan
vital:
darah,
2. mengetahui kondisi pasien
nadi,
Skala
Skala
pernapasan, suhu, saturasi
awal
target
O2
3. Mengetahui kemampuan pasien
3. Monitor
kemampuan
4. Mempercepat pemulihan kondisi
aktivitas pasien 4. Anjurkan
untuk
cukup
istirahat
5. Monitor Balance cairan 6. Beri cukup nutrisi sesuai
dengan diet
5. Mengetahui keadaan pasien 6. mempercepat pemulihan kondisi
1
TTV
dalam 2
4
batas normal 2
Perfusi
2
4
tidak 2
4
Edema perifer 2
5
jaringan perifer 3
JVP tampak
4
tidak muncul 5
Kelemahan ekstrim
2
4
dan 2
4
tidak
ada 6
Intake output seimbang
Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan
Pola napas tidak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management :
efektif
selama 1x24 jam pola nafas efektif, dengan 1. Enteralsisikan
berhubungan
kriteria hasil :
dengan
Respiratory status : ventilation
hiperventilasi,
No
1
klien
untuk
memaksimalkan ventilasi
Indikator
RR dalam
2. Monitor RR klien
Skala
Skala
awal
target
2
4
Tidak terdapat 2 suara
3. Mengeidentifikasi
4
Tidak terdapat 2 nafas pendek
Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat
4. Mengetahui keadaan klien
5. Berikan terapi O2 4
dispnea 4
4. Monitor respirasi dan status O2
nafas
Tidak terdapat 2
adanya
nafas tambahan klien
tambahan 3
2. Mengetahui keadaan klien
3. Auskultasi suara nafas klien
batas normal 2
1. Mencukupi kebutuhan oksigen
4
5. Mencukupi kebutuhan oksigen
suara
3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan berhubungan dengan selama 1x24 jam diharapkan aktivitas klien Ketidakseimbangan antara
suplai
dengan kebutuhan
meningkat, dengan kriteria hasil :
1
Indikator
HR dalam
Skala
Skala
awal
target
2
4
2
RR normal
2
4
3
Tekanan darah 2
5
sistol normal Tekanan darah 2
5
EKG
dan kelemahan pasien.
dalam 2
batas normal
adekuat. 2. Pantau resenteraln
2. Menjaga kemungkinan adanya
kardiopulmonal sebelum dan
resenteraln abnormal dari tubuh
sesudah beraktivitas
sebagai akibat dari latihan.
3. Minimalkan kerja
3. Mengurangi pemakaian enargi
kardiovaskuler dengan
sampai kekuatan pasien pulih
memberikan enteralsisi
kembali.
setengah duduk
diastol normal 5
1. Upaya untuk menurunkan keletihan
baring yang cukup dan
batas normal
4
1. Rencanakan dan jadwalkan periode istirahat dan tirah
O2 Pain Level : No
Activity therapy
4 4. Monitor RR, HR, dan tekanan darah
4. Menjaga kemungkinan adanya resenteraln abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
Keterangan :
5. Ajarkan klien bagaimana
1. keluhan ekstrim
menggunakan teknik
2. keluhan berat
mengontrol pernafasan
3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan
5. Pernafasan dapat meminimalkan kerja kardiopulmonal
CONTOH TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian
: 19 Juni 2013
Jam
: 08.30 WIB
Tanggal masuk ICU : 19 Juni 2013 Jam
: 08.15 WIB
Ruang
: ICU RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
No. Reg Med
: 532745
A. IDENTITAS KLIEN Nama
: Ny. A
Usia
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan
: Swasta
Suku Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Diagnosa
: Supraventrikular takikardi (SVT)
Suku
: Jawa
No. RM
: 532745
Alamat
: Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara
Penanggung Jawab Nama
: Tn. R
Usia
: 26 tahun
Suku Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara
Status
: Suami klien
B. PENGKAJIAN 1. Wawancara a. Keluhan utama Pasien mengatakan sesak nafas b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dibawa ke RS karena mengeluh jantung terasa berdebar debar sejak 1 hari yang lalu. Klien juga mengatakan sesak bertambah bila klien melakukan aktivitas. Pada tanggal 19 juni 2013 jam 07.00 Klien langsung dibawa ke IGD dan jam 08.15 klien dibawa ke ruang ICU RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata. Pada saat dilakukan pengkajian pada jam 08.30 pasien mengatakan jantung bedebar-debar dan sesak nafas. Pasien terpasang NRM 10 liter/menit. Pada saat pemeriksaan HR klien 197 x/menit dan tekanan darah 103/62 mmHg. Pasien terlihat lemah dan tampak tidak dapat memenuhi ADL karena sesak nafas bertambah bila beraktivitas. c. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit sama seperti yang dirasakan sekarang. Pasien pernah dirawat dirumah sakit RSMS sekitar 4 bulan yang lalu dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM, stroke dan asma. d. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien mengatakan terdapat ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan riwayat penyakit asma. e. Riwayat Pekerjaan Pasien bekerja sebagai karyawan swasta f. Riwayat Geografi Pasien merupakan warga asli Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara. Desa Langkap merupakan desa yang dekat dengan jalan raya sehingga paparan polusi udara tinggi yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien. g. Riwayat Alergi Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan. h. Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan seorang istri. Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar rumahnya. Kebiasaan pasien setiap harinya yaitu bekerja, mengurusi suami, dan rumah. Pasien suka mengikuti kegiatan-kegiatan dilingkungan rumahnya seperti pengajian rutin dan kalau ada hajatan, pasien suka ikut serta suka mengikuti perkumpulan-perkumpulan lainnya dengan tetangga. Pasien mengatakan sangat suka dengan anak kecil. i. Kebiasaan Merokok Pasien tidak mempunyai riwayat merokok.
2. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: compos mentis
a. Breath (Pernafasan) 1. Inspeksi: bentuk dada normochest, iramanya reguler, ekspansi dada maksimal dan simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak terdapat luka di daerah dada, tidak ada bantuan otot-otot tambahan pernapasan, oksigenasi menggunakan NRM 10 liter per menit, saturasi oksigen 100%. 2. Palpasi: pengembangan dada simetris 3. Perkusi: bunyi sonor pada semua lapang paru 4. Auskultasi: Suara napas bersih tidak ada sumbatan, suara paru vesikuler, RR 29x/menit b. Blood (Kardiovaskuler) HR
: 197 x/menit
Bunyi jantung
: S1>S2, gallop (-), murmur (-)
EKG
: Supraventrikular takikardi
TD
: 103/62 mmHg
JVP
: tidak terlihat peningkatan JVP.
Sianosis perifer
: tidak terdapat sianosis di area perifer pasien (area
kuku). Cafillary refill
: < 2 detik
Nadi karotis
: teraba jelas
c. Brain (Persyarafan) Tingkat keadaran
: compos mentis
GCS
: E4V5M6
Bentuk kepala
: mesosefal
Mata
: konjungtiva tidak anemis, pupil isokor dan masih berespon terhadap cahaya, sklera tidak ikterik.
Refleks Patologis
: negatif
Refleks Fisiologis
: positif
d. Bladder (Perkemihan) Kandung kemih
: tidak terdapat distensi
Urin
: kuning jernih, jumlah urin 100 cc/ 1 jam
Alat bantu
: terpasang kateter two way
e. Bowel (Pencernaan) Mulut
: bibir dan mukosa lembap, Mulut kurang bersih.
Bunyi usus
: bising usus, 11 x/menit
BAB
: pada saat dilakukan pengkajian pasien belum
BAB. Alat bantu
: pasien tidak terpasang kateter urin.
Ascites
: tidak ascites
Hepatomegali
: tidak ada hepatomegali
f. Bone (Muskuloskleletal) ROM
: ROM aktif. Pasien dapat menggerakan tangan dan kakinya serta pergerakannya masih normal.
Deformitas ekstremitas
: (-)
Mobilisasi
: Mobilisasi pasien bedrest di tempat tidur. Dalam melakukan pemenuhan ADL, pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Kekuatan otot
:
5
5
5
5
Turgor
: < 2 detik
Akral
: hangat
g. Sosial Pasien kurang kooporatif terhadap tindakan medis dan keperawatan di ruangan. Terlihat saat akan dilakukan pemasangan kateter, pasien menolak, tetapi setelah diberikan motivasi pasien mau dipasang. Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan siapapun, pasien berhubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar rumahnya. h. Spiritual Pasien beragama islam. Pasien mengatakan selama dirumah pasien selalu menjalankan solat 5 waktu. Tetapi selama dirumah sakit, pasien jarang terlihat menjalankan solat, mungkin dikarenakan keterbatasannya dalam mobilisasi dan kelemahan fisik pasien.
C. HASIL UJI DIAGNOSTIK 1. Laboratorium a. Pemeriksaan tanggal 19 Juni 2013 Pemeriksaan Paket darah rutin Hemoglobin Leukosit Hematokrit Eritrosit Trombosit MCH MCHC MCV DIFF COUNT Eosinofil Basofil Netrofil segmen Limfosit Monosit Elektrolit Natrium
Hasil
14,6 14,6 45 5,2 408 28 33 86
Satuan
g/dl 10^3/uL 10^6/uL 10^3/uL Pg g/dL fL
1 0 53 41 6 136
Nilai normal 13,2-17,3 3,8-10,6 40-52 4,4-5,9 150-440 26-34 32-36 80-100 1-3 0-1 50-70 25-40 2-8
mmol/L
135,0-147,0
Kalium Klorida GDS Cholesterol total Trigliserida Ureum Creatinin Asam Urat SGOT SGPT
3,4 115,0 152,0 167 234 29,2 0,66 7,50 48,0 85,0
mmol/L mmol/L mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl u/L u/L
3,5-5,0 95,0-105,0 100-150 150,0-200,0 70,0-140,0 10-50 0,6-1,1 < 6,8