12 0 469 KB
Asuhan Keperawatan Pada An. P Dengan Demam Typhoid Di Puskesmas DTP. Rawat Inap Ciranjang Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah Keperawatan Anak Dosen Pembimbing Lisbet Oktavia Manalu, S.Kep,Ners.M.Kep
Oleh: 1. Dani Radiana 2. Sri Mulyani Fw 3. Ujang Abdul Patah 4. Tia Rostianti 5. Wahyu Winarto 6. Rian Apriani 7. Rina Rianti
PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
2020 i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan menjadi hal yang penting dalam kehidupan manusia. Kondisi sehat dapat tercapai ketika perilaku seseorang sangat menunjang terhadap perilaku hidup sehat. Di negara berkembang seperti Indonesia, pada umumnya masyarakat masih berorientasi pada pengobatan penyakit dibandingkan dengan pencegahan penyakit. Maka dari itu, pemerintah memiliki program untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menghindari penyebaran penyakit. Salah satu media penyebab penyakit menyebar kedalam tubuh adalah keadaan tangan (Permenkes, 2014). Tangan adalah perantara sumber kuman yang menyebabkan berbagai penyakit menular seperti kecacingan, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), demam tifoid, dan lain-lain. World Health Organization menyatakan kesakitan penduduk di negara Indonesia disebabkan oleh infeksi parasitik cacing. Prevalensi kecacingan di Indonesia umumnya masih tinggi antara 60-90%, terutama terdapat pada usia 5-14 tahun, 21% diantaranya menyerang anak usia sekolah dasar. Tingginya prevalensi ini karena kondisi iklim Indonesia yang tropis serta kondisi sanitasi dan hygine yang buruk (Suharmiati & Rochmansyah, 2018). Prevalensi penyakit menular lainnya seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) banyak terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 8,0% sedangkan pada kelompok 5-14 tahun sebesar 4,9%. Tidak hanya ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) saja, demam tifoid juga merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Menurut World Health Organization, kejadian demam tifoid secara global mengalami peningkatan. Sebanyak 22 juta pertahun di dunia dan menyebabkan 216.000-600.000 kematian. Dibeberapa 1
negara Asia pada anak usia 5-15 tahun menunjukan bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai 180-194 per 10.000 anak. Pada tahun 2008, angka kesakita tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7% per 10.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur 0,0/10.000 penduduk (0-1 tahun), 148,7/100.000 penduduk (2-4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (>16 tahun). Angka ini menunjukan bahwa penderi terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun. Hasil (Riskesdas, 2018) menunjukan bahwa prevalensi demam tifoid di Indonesia mencapai 1,7%. Distribusi prevalensi tertinggi adalah pada usia 5-14 tahun (1,9%), usia 1-4 tahun (1,6%), dan usia 15-24 tahun (1,5%) Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang proses keperawatan pasien dengan melalui pengelolaan kasus asuhan keperawatan dengan anak demam typhoid. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan demam tifoid. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada anak dengan Demam Tifoid di Puskesmas DTP. Rawat Inap Ciranjang 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan objektif pada anak dengan demam tifoid. b. Menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan demam tifoid. c. Melakukan perencanaan keperawatan pada anak dengan demam tifoid. d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat pada anak dengan demam tifoid e. Melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan demam tifoid. 2
f. Melakukan pembahasan kasus demam tifoid dikaitkan dengan teori dan konsep keperawatan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi klien dan keluarga Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi klien dan keluarga dalam merawat diri sendiri maupun orang lain terutama tentang cara pencegahan dan penanggulangan pada anak dengan demam tifoid. 2. Manfaat bagi puskesmas rawat inap Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di puskesmas rawat inap dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan pada anak dengan demam tifoid. 3. Manfaat bagi institusi akademik Sebagai bahan ilmiah dan sumber informasi bagi institusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang. 4. Manfaat bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan studi kasus, khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan demam typhoid.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Demam Tifoid Demam Tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Nurarif & Kusuma, 2015). Tifoid termasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu demam. Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naikturun. Hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal inilah yang biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga penderita (Tjipto & Kristiana, 2012). 2. Penyebab/Faktor Resiko Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi (Determinan) insidens penyakit demam tifoid (Nadyah, 2014): 1. Host Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella Typhi. Terjadinya penularan Salmonella Typhi sebagian besar melalui makanan/minuman
yang
terkontaminasi,
penggunaan
jamban,
kebiasaan mengkonsumsi makanan mentah, kebiasaan mencuci tangan tidak menggunakan sabun. 2. Agent Agent yang dimaksud disini adalah substansi tertentu yang karena kehadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Berkaitan dengan thypus maka yang menjadi agent penyakit adalah bakteri Salmonella Typhi 3. Environment Environtment adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang dapat mempengaruhi kehidupan 5
dan perkembangan manusia. Faktor lingkungan seperti kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Faktor penyebab seseorang terkan penyakit thypus adalah : 1. Lingkungan rumah yang kotor Lingkungan rumah menjadi faktor resiko yang dapat menyebabkan demam tifoid, lingkungan rumah yang kotor dapat mempengaruhi seseorang terjangkit demam thypoid (Yonathan, 2012). 2. Kualitas sumber air bersih buruk Sumber air sangat berpengaruh penting didalam kehidupan penggunaan sumber air yang tidal bersumber dari PDAM dapat menyebabkan resiko pengguna terjangkit demam thypoid 3. Hygiene perorangan yang buruk Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa cuci tangan sebelum makan tidak perlu dilakukan karena pada dasarnya tangan kita dilihat secara visual tampak bersih. Walaupn tampak bersih, bukan berarti tangan kita terbebas dari kuman pathogen penyebab penyakit 4. Makan-makanan/ jajan sembarangan Mengkonsumsi
makanan
dan
minuman
sembarangan
tanpa
memperhtikan cara pembuatan dan tempat makanan/minuman diperoleh dapat menjadi faktor pencetus seseorang terserang demam thypoid 3. Patofisiologi Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus selsel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang
6
biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016). Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler
dan
dapat
mengakibatkan
komplikasi,
seperti
gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri pada mingu ke tiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses. (Nurarif & Kusuma, 2015)
7
4. Manifestasi Klinis 1. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari 2. Demam meninggi sampai akhirminggu pertama 3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan syok, stupor dan koma. 4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari 5. Nyeri kepala, nyeri perut 6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi 7. Pusing, bradikardi, nyeri otot 8. Batuk 9. Epistaksis 10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor) 11. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus 12. Gangguan mental berupa samnolen, delirium atau psikosis Periode infeksi demam tifoid, gejala dan tanda : Keluhan Dan Gejala Demam Tifoid Minggu
Keluhan
Gejala
Minggu
Panas berlansung
Gangguan saluran
pertama
insidious, tipe panas
cerna
Patologi Bakterimia
stepladder yang mencapai 39-40oC, menggigil, nyeri kepala Minggu Kedua
Rash, nyeri abdomen,
Rose Spot,
Vaskulitis, hiperplasi
diare, atau konstipasi,
splenomegali,
pada peyer’s patches
delirium
hepatomegali
nodul tifoid pada limpa dan hati
Minggu Ketiga
Komplikasi :
Melena, ilius,
Ulserasi pada
perdarahan saluran
ketegangan
peyer’s patches,
8
cerna, perforasi, syok
abdomen, koma
nodul tifoid pada limpa dan hati
Minggu
Keluhan menurun
Keempat
Tampak sakit
Kolelitiasi,
berat, kakeksia
kronik
carrier
Sumber: Penyakit infeksi di Indonesia hal:197 dalam (Nurarif & Kusuma, 2015). 5. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan Leukosit Pada demam typoid terdapat leucopenia dan limfositosis relative, tetapi kenyataan leucopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada batasbatas normal, malahan kadang-kadang terdapat leukositosis. Walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosis demam typoid. 2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya demam typoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan. 3) Biakan Darah Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif menyingkirkan demam typoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa factor antara lain : a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan yang lain, malahan hasil satu laboratorium biasa berbeda dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan, karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk keperluan pembiakan. Pada anak – anak 2 – 5 ml. Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan biasa negative,terutama pada orang yang 9
sudah mendapat pengobatan spesifik .Selain ini darah tersebut harus langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakterimia berlangsung. b. Saat pemeriksaan selama berjalan penyakit Pada demam typoid biakan darah terhadap S.Typhi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada mingguminggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan bias positif lagi. c. Vaksinasi dimasa lampau Vaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau menimbulkan antibody dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia 4) Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody, aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam typoid pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typoid. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah laboratorium.Maksud uji widal adalah menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam typoid.Akibat infeksi oleh S.Typhi, pasien membuat anti bodi (aglutini),yaitu: a. Aglutinin O,yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman). c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal sari simapi kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis. Mungkin tinggi titernya, mungkin besar kemungkinan pasien menmderita demam typoid. Pada infeksi
10
yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari. Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640. Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+). – Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+). Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas. 6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu : 1) Pemberian antibiotik Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam tifoid. Obat yang sering dipergunakan adalah: a. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari b. Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali. c. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari. d. Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6 hari; ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari selama 3 hari). 2) Istirahat dan perawatan Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita sebaiknya beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam. Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita. Mengingat mekanisme penularan penyakit
ini,
kebersihan
perorangan
perlu
dijaga
karena
ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan air kecil. 3) Nonfarmakologi dan Diet a. Diharuskan untuk Bedrest b. Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi makanan berupa bubur saring. Selanjutnya penderita dapat
11
diberi makanan yang lebih padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral
perlu
dipertimbangkan
agar
dapat
menunjang
kesembuhan penderita (Widoyono, 2011). 7. Pencegahan Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah : 1) Dari sisi manusia : a. Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini dilakukan vaksinasi, kini sudah ada vaksin tipes atau tifoid yang disuntikan atau diminum dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun. b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene, sanitasi, personal hygiene. 2) Dari sisi lingkungan hidup : a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis c. Pemberantasan lalat d. Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian pada penjual makanan (Rakhman et al., 2009) Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma diascharge planning pada demam tifoid adalah : 1) Hindari tempat yang tidak sehat 2) Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih 3) Makanlah
makanan
bernutrisi
lengkap
dan
seimbang
dan
masak/panaskan sampai 570 beberapa menit dan secara merata 4) Salmonella thypi didalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57 0 untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi 5) Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi
12
6) Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari botol 7) Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman 8) Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur 9) Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, dan efek samping 10) Ketahui gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut 11) Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan 12) Vaksin demam tifoid 13) Buang sampah pada tempatnya [ CITATION Nur15 \l 1033 ]
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, agama, tinggi badan, berat badan, tanggal MR. b. Keluhan Utama Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam. c. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya. d. Riwayat Penyakit Sekarang Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma. e. Riwayat Kesehatan Keluarga
13
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya. f. Riwayat Psikososial Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya. g. Pola-Pola Fungsi Kesehatan a) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya. b) Pola nutrisi dan metabolisme Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah. c) Pola aktifitas dan latihan Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya. d) Pola tidur dan aktifitas Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur. e) Pola eliminasi Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. f) Pola persepsi dan pengetahuan Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri. g) Pola persepsi dan konsep diri Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya. h) Pola penanggulangan stress 14
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya. i) Pola hubungan interpersonil Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan
peran
serta
mengalami
tambahan
dalam
menjalankan perannya selama sakit. j) Pola tata nilai dan kepercayaan Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu. h. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia. b) Kepala dan leher Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. c) Dada dan abdomen Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan. d) Sistem respirasi Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung. e) Sistem kardiovaskuler Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh. f) Sistem integumen
15
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat. g) Sistem eliminasi Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam. h) Sistem muskuloskolesal Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan. i) Sistem endokrin Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil. j) Sistem persyarafan Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid. 2. Analisa Data DS
Data
Etiologi Kuman salmonella
DO
typhi
Masuk melalui makanan/Minuman , jari tangan/kuku, muntahan, lalat dan feses
Masuk ke mulut
Masuk kedalam saluran pencernaan 16
Masalah Hipertermia
Lambung
Kuman hidup
Lolos dari asam lambung
Bakteri masuk kedalam usus halus
Peredaran darah dan masuk ke retikulo endothelia terutama hati dan limfa
Masuk kealiran darah
Endotoksi
Mengakibatkan komplikasi seperti neuropsikiatrik, kardiovaskular,
Merangsang melepas sel 17
perogen
Mempengaruhi pusat thermoregulerator di hipotalamus
Hipertermia Inflamasi pada hati dan limfa
Nyeri akut
Hematomegali
Nyeri tekan
Nyeri akut DS DO
Inflamasi pada hati dan limfa
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Spenomegali
Penurunan mobilitas usus
Penurunan peritaltik usus
Peningkatan asam lambung
Anoreksia, mual dan muntah
18
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh DS
Inflamasi pada hati dan limfa
DO
Konstipasi
Penurunan mobilitas usus
Penurunan peristaltik usus
Konstipasi DS
Peningkata asam lambung
DO
Resiko kekurangan volume cairan
Anoreksia, mual dan muntah
Resiko kekurang volume cairan
3. Diagnosa Keperawatan Dx I
`: Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
Dx II
: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisiologis.
Dx III
: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Dx IV
: Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal. 19
Dx V
: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh 4. Intervensi Keperawatan N o 1.
Dx Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Hipertermia
berhubungan
dengan NOC :
NIC
proses penyakit.
Thermoregulation
1. Kaji warna kulit
Definisi :
Kriteria hasil :
2. Monitor
suhu
Suhu tubuh naik diatas rentang -
Suhu tubuh dalam
tubuh
normal.
rentang
tiap 2 jam
Batasan karakteristik :
antara
-
Kenaikan
suhu
tubuh
diatas
normal
normal,
derajat celsius. -
minamal
36,5-37,5 3. Monitor TD, N dan RR
Nadi dan pernafasan 4. Identifikasi
-
Serangan atau konvulsi (kejang)
dalam
-
Kulit kemerahan
normal.
penurunan tingkat
-
Takipnea
Tida ada perubahan
kesadaran
-
Takikardi
warna kulit dan tidak 5. Tingkatkan intake
-
Kulit terasa hangat
ada pusing.
-
rentang
adanya
cairan dan nutrisi
Faktor yang berhubungan :
2.
Intervensi
6. Beri
kompres
-
Penyakit/trauma
hangan
-
Peningkatan metabolisme
sekitar axilla dan
-
Aktivitas yang berlebihan
lipatan paha
-
Pengaruh medikasi/anastesi
-
Ketidakmampuan/penurunan
pemberian
kemampuan untuk berkeringat
antipiretik
-
Terpapar diingkungan panas
-
Dehidrasi
pada
7. Kolaborasi
- Pakaian yang tidak tepat Nyeri akut berhubungan dengan agen
NOC :
NIC :
pencedara fisiologis.
Kriteria hasil :
1. Lakukakan
Definisi :
-
Mampu mengontrol
pengkajian nyeri
Pengalaman sensori dan emosional
nyeri
secara
yang
Melaporkan
tidak
menyenangkan
yang -
muncul akibat kerusakan jaringan
berkurang 20
nyeri dengan
komprehensif termasuk lokasi,
yang aktual
atau potensial
atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
-
Batasan karakteristik :
menggunakan
karakteristik,
menegemen nyeri.
durasi, frekuensi,
Mampu
kualitas
mengenali
nyeri. -
Menyatakan
dan
faktor presipitasi.
-
Perubahan selera makan
rasa 2. Observasi reaksi
-
Perubahan tekanan darah
nyaman setelah nyeri
non verbal dari
-
Perubahan frekuensi pernafasan
berkurang.
ketidaknyamanan
-
Perilaku distraksi
-
Sikap melindungi nyeri
-
Melaporkan nyeri secara verbal
komunikasi
-
Perubahan
terapeutik
. 3. Gunakan
posisi
untuk
menghindari nyeri
untuk
mengetahui
Faktor yang berhubungan :
pengalaman nyeri
-
pasien.
Agen cedera (misalnya biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. 5. Ajarkan
tehnik
non farmakologi. 6. Kolaborasi pemberin 3.
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
NOC :
dari kebutuhan tubuh berhubungan -
Nutritional status
dengan intake yang tidak adekuat
Nutritional status :
-
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk
food and fluid intake -
memenuhi kebutuhan metabolik Batasan karakteristik :
21
analgetik. NIC: 1. Kaji
adanya
alergi makanan. 2. Monitor
Nutritional status :
penurunan
nutrient intake
badan.
Weight control
obat
adanya berat
3. Monitor interaksi
-
Nyeri abdomen
Kriteria hasil :
anak
-
Menghindari makan
-
orang tua.
-
Diare
-
Bising usus hiperaktif
-
Adanya peningkatan berat badan.
-
4. Monitor
Mampu
kering,
Kurang minat pada makanan
mengidentifikasi
kulit.
-
Membran mukosa pucat
kebutuhan
-
Kelemahan otot menelan
tidak
-
Kelemahan otot mengunyah
malnutrisi.
Faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan mencerna
-
pemasukan
makanan
mengabsorpsi
zat-zat
dengan
nutrisi, 5. Catat
ada
tanda
kulit turgor
jika
mual dan muntah. 6. Anjurkan makan
Tidak
terjadi
atau
penurunan
atau
badan berarti.
sedikit tapi sering
berat 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
gizi
untuk
berhubungan dengan faktor biologis,
menentukan
psikologis atau ekonomi
jumlah kalori dan nutrisi
4.
ada
Konstipasi
berhubungan
penurunan
motilitas
dengan NOC :
dibutuhkan. NIC :
traktus -
1. Identfikasi faktor
Bowel elimination
gastrointestinal.
-
Definisi :
Kriteri hasil :
Penurunan pada frekuensi normal
-
Hydration
penyebab
Mempertahankan bentuk feses yang
atau
lunak 1-3 hari.
tidak
lengkap
fases/atau pengeluaran fases yang
-
Bebas
dari
konstipasi.
defikasi yang disertai oleh kesulitan pengeluaran
yang
2. Monitor
bising
usus. 3. Monitor
dari
feses,
frekuensi,
kering, keras, dan banyak
ketidaknyamanaan
konsistensi
Batasan karakteristik :
dari konstipasi.
volume.
-
Nyeri abdomen
-
Anoraksia
-
Perubahan pada pola defekasi
-
-
Feses
lunak
dan
4. Anjurkan
dan berbentuk.
klien/keluarga
Mengidentifikasi
untuk
mencatat
Rasa rektal penuh
indikator
warna,
volume,
-
Feses keras dan berbentuk
mencegah
frekuensi
-
Nyeri saat defekasi
konstipasi.
konsistensi tinja.
-
Bising usus hipoaktif
-
Mengejan pada saat defekasi
-
untuk
dan
5. Kolaborasi pemberian 22
obat
5.
Resiko kekurangan volume cairan
laktasif. NIC :
NOC :
berhubungan dengan intake yang -
Fluid balance
tidak adekuat dan peningkatan suhu
-
Hydration
termasuk
tubuh.
-
Nutritional status :
dan output.
Batasan karakteristik :
1. Kaji status cairan
food and flud intake
intake
2. Monitor
vital
-
Kehilangan cairan secara aktif
Kriteria hasil :
-
Kurang pengetahuan
-
-
Berat badan ekstrem
suhu tubuh dalam
dehidrasi
-
Kegagalan fungsi regulator
batas normal.
(kelembaban
-
Kehilangan cairan melalui rute
-
abnormal (slang menetap)
sign.
Tekanan darah, nadi, 3. Monitor
Tidak
ada
tanda
tanda-
membran
dehidrasi,
mukosa).
elastisitas
turgor 4. Dorong keluarga
kulit
baik,
membram lembab, rasa
status
mukosa
untuk membantu pasien makan.
tidak ada 5. Kolaborasi haus
yang
berlebihan.
pemberian berikan cairan IV
5. Implementasi Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawtan. Dimana tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien (Hutahaean Serri, 2010). Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan keluarga dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji intake dan output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan asupan kepada klien.
23
6. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan
intelektual
untuk
melengkapi
proses
keperawatan
yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan (Hutahaean Serri, 2010). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien, macam-macam evaluasi : a) Evaluasi formatif Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada catatan perawatan. b) Evaluasi sumatif SOAP Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan. Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan suhu 36,5 °C, orang tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan membantu mengontrol nyeri dengan tehnik non farmakologi, orang tua mengatakan tidak terjadi penurunan BB secara signifikan. Tindakan selanjutnya mengobservasi keluhan klien dan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
24
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian `
Tanggal / jam masuk IGD Puskesmas
: 05 Mei 2020
Tanggal / jam pengkajian
: 09.39 Wib
Ruangan
: Anak
No. Register
: 10/PKM/V/2020
Diagnosa medis
: Demam Thypoid
1. Data biografi a. Identitas anak Nama
: An. P
Tanggal lahir / umur
: 25 Juli 2017 / 2 Tahun
Jenis kelamin
: P
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Sunda / Indonesia
Pendidikan
:-
Bahasa yang digunakan
: Sunda
b. Identitas Ayah Nama
: Tn. J
Umur
: 36 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat rumah
: Kp.
Nanggala
Rt/Rw
Nanggala Mekar. Cianjur c. Identitas Ibu Nama
: Ny. T
Umur
: 35 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
25
01/04
Desa
Alamat rumah
: Kp.
Nanggala
Rt/Rw
01/04
Desa
Nanggala Mekar. Cianjur 2. Keluhan utama Demam 3. Riwayat kesehatan sekarang Klien dibawa ke Puskesmas DTP. Rawat Inap Ciranjang pada tanggal 5 Mei 2020 dengan keluhan demam. Saat dikaji ibu klien mengatakan anaknya mengalami peningkatan suhu badan 39ºC sejak 3 hari yang lalu, demam terjadi pada malam hari disertai dengan lemas, penurunan nafsu makan dan mual muntah. Saat dilakukan pemeriksaan hasil tanda-tanda vital N : 92x/menit, RR 21 x/menit, S : 39ºC, BB sebelum sakit 11 kg, BB setelah sakit 9 kg, TB / panjang badan 94 cm, LK 49 cm, LD 60 cm, LILA 15 cm, dan terlihat klien terpasang infus RL 500 ml/21 tpm. 4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki riwayat penyakit apapun. 5. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran 1) Antenatal
Hiperemesis gravidarum
: Tidak ada
Perdarahan pervagina
: Tidak ada perdarahan
Anemia
: Tidak ada anemia
Penyakit infeksi
: Tidak ada penyakit infeksi
Preeklampsia/eklampsi
: Tidak ada
Gangguan kesehatan
: Tidak ada
Pemeriksaan kehamilan
Teratur
: Teratur ± 3x
Diperiksa oleh
: Tenaga kesehatan (bidan)
Tempat pemeriksaan
: Puskesmas
Imunisasi TT
: 2x (usia kehamilan 5&8 bulan)
Riwayat pengobatan selama kehamilan 26
Vitamin penambah darah (Fe)
2) Masa natal
Usia kehamilan saat kelahiran : 9 bulan 9 hari
Cara persalinan
: Normal
Dibantu oleh
: Bidan
Pengobatan yang didapat
: Ibu tidak tahu/lupa
Kondisi kesehatan
: Baik
3) Neonatal
Catatan kongenital
Icterus
: Tidak ada ikterus
Kejang
: Tidak ada kejang
Paralisis
: Tidak ada paralisis
Perdarahan
: Tidak ada perdarahan
Trauma persalinan
: Tidak terjadi trauma
Penurunan BB
: Tidak ada
Pemberian minuman ASI/PASI : Pemberian ASI
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan 1) Antropometri -
BB sebelum sakit
: 11 kg
-
BB setelah sakit
: 9 kg
-
TB / panjang badan : 94 cm
-
LK
: 49 cm
-
LD
: 60 cm
-
LILA
: 15 cm
2) Personal sosial
:
3) Motorik kasar
: Klien dapat menangkap bola dengan
kedua tangan dan dapat menjaga keseimbangan 4) Bahasa
: Klien menggunakan bahasa indonesia
5) Motorik halus
: Klien dapat mengikuti perintah yang
diberikan 27
6. Riwayat Operasi / pembedahan
: Tidak ada riwayat pembedahan
7. Riwayat Alergi
: Tidak ada riwayat alergi
8. Riwayat Imunisasi No 1
Jenis BCG
Usia pemberian 2 minggu
Pemberian ke Pertama
Reaksi setelah imunisasi Panas
2
DPT
2, 4, & 6 bulan
Pertama, kedua & ketiga
Panas
3
Hepatitis
2 bulan
Pertama
Panas
4
Polio
2 & 9 bulan
Pertama & kedua
-
5
Campak
9 bulan
Pertama
Panas
28
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tipe Keluarga : Nuclear Family
Ket :
Laki-laki
Menikah
Perempuan
Tinggal dalam satu rumah
Sakit
Keturunan
29
10. Koping keluarga -
Ibu nampak cemas dengan kondisi anaknya
-
Ibu klien yakin bahwa anaknya akan segera sembuh dengan bantuan perawat dan dokter
11. Sistem nilai kepercayaan Agama yang dianut adalah agama islam dan ibunya berdoa kepada Tuhan agar anaknya cepat sembuh 12. Pola Fungsi Kesehatan No 1.
Aktivitas
Sebelum sakit
Saat sakit
a. BB
11 kg
9 kg
b. Diet
Nasi
Bubur
Nutrisi
c. Kemampuan -
Mengunyah
Baik
Agak susah
-
Menelan
Baik
Baik
-
Bantuan
Mual dan muntah
d. Frekuensi
3x1
2x1
1 porsi
¼ porsi
-
-
Semua jenis makan
Semua jenis makanan
e. Porsi makan f.
Makanan alergi
g. Makanan yang disukai Cairan a. Intake oral -
Jenis
Air putih
Air putih
-
Jumlah cc/hari
± 6 gelas
± 4 gelas
-
Bantuan
-
b. Intravena -
Jenis
RL
- Jumlah cc/hari Eliminasi
500 ml/21tpm
a. BAB -
Frekuensi
1x1
1x1
-
Konsistensi
Lembek
Mencret
-
Warna
Kuning
Kuning
b. BAK 30
-
Frekuensi
5-6 x/hari
-
Konsistensi
Cair
- Warna Istirahat tidur -
Memakai pampers
Kuning khas urine
Lama tidur
8-9 jam
9-10 jam
-
Kesulitan 1 x/hari waslap
- Kesulitan memulai Personal hygiene -
Mandi
2 x/hari
-
Gosok gigi
2 x/hari
- Ganti pakaian Aktivitas - Mobilisasi fisik Pola peran hubungan -
Masalah atau stressor keluarga
-
Interaksi
-
Ketergantungan
Baik
Lemah
-
Ibu cemas
Baik
Baik Ketergantungan
13. Pemeriksaan fisik 1) Penampilan umum a) Keadaan umum
: Lemas
b) Tingkat kesadaran
: Compos mentis
c) GCS
: E4V5M6
d) Tanda-tanda vital -
N
: 92x/menit
-
RR
: 21 x/menit
-
S
: 39ºC
e) Antropometri -
BB sebelum sakit
: 11 kg
-
BB setelah sakit
: 9 kg
-
TB / panjang badan : 94 cm
-
LK
: 49 cm
-
LD
: 60 cm
-
LILA
: 15 cm
2) Kepala 31
a) Bentuk
: Simetris kiri – kanan
b) Hidrosefalus
: Tidak ada tanda - tanda hidrosefalus
c) Tulang tengkorak : Tidak ada kelainan 3) Rambut a) Distribusi
: Merata
b) Warna
: Hitam
c) Tekstur
: Halus
d) Kuantitas
: Banyak
4) Muka a) Bentuk
: Simetris kiri – kanan
b) Paralisis
: Tidak ada paralisis
c) Odema
: Tidak ada odema
5) Mata a) Bola mata
: Simetris kiri – kanan
b) Gerakan bola mata
: Normal
c) Kelopak mata
Odema
Tanda radang : Tidak ada tanda peradangan
Perdarahan
: Tidak ada odema
: Tidak ada perdarahan
d) Konjungtiva
Warna
: Merah muda
Peradangan
: Tidak ada peradangan
Secret
: Tidak ada secret
Keluar air mata : Tidak ada keluar air mata
e) Sclera
: Tidak icterus
6) Mulut a) Bibir b) Membran mukosa
Warna
: Pucat
Kelembaban
: Kering
32
Luka
: Tidak ada luka
Lessi
: Tidak ada lessi
Massa
: Tidak ada massa
c) Lidah
: Kotor (ada bintik – bintik putih)
7) Hidung a) Bentuk
: Simetris kiri – kanan
b) Gerakan cuping hidung
: Tidak ada gerakan cuping hidung
c) Pembauan
: Normal
d) Perdarahan
: Tidak ada perdarahan
8) Telinga a) Daun telinga
Kelainan kongenital
: Tidak ada kelainan kongenital
Odema
: Tidak ada odema
b) Tes pendengaran
: Baik, dengan cara memanggil namanya
9) Leher a) Kaku kuduk
: Tidak ada kaku kuduk
b) Pembengkakan
: Tidak ada pembengkakan
c) Kelenjar limfe
: Tidak ada kelainan
d) Kelenjar tiroid
: Tidak ada kelainan
e) Arteri karotis
: Teraba jelas
f) Vena jugularis
: Teraba jelas
10) Dada a) Bentuk
: Simetris kiri – kanan
b) Pembengkakan
: Tidak ada pembengkakan
c) Bunyi nafas
: Normal (vesikuler)
d) Batuk
: (-)
e) Sputum
: (-)
f) Sesak nafas
: Tidak ada sesak nafas
g) Respirasi
: 26 x/menit
11) Abdomen a) Bentuk
: Simetris kiri – kanan 33
b) Nyeri tekan & nyeri lepas : Tidak ada c) Pembesaran limfe
: Tidak ada
d) Pembesaran ginjal
: Tidak ada
12) Ekstremitas atas dan bawah a) Bentuk
: Simetris
b) Kekuatan menggenggam : Baik c) Aktivitas dibantu
: Ya, dibantu keluarga
d) Terpasang IVFD RL 36 tpm mikro pada ekstremitas kanan atas 13) Genetalia
: Tidak dikaji
14) Anus
: Tidak dikaji
15) Kulit a) Kelainan
: Tidak ada kelainan
b) Tekstur
: Halus
c) Turgor
: Baik
d) Suhu
: Panas
e) Luka
: Tidak ada luka
f) Lessi
: Tidak ada lessi
16) Pemeriksaan penunjang Hasil Pemeriksaan Laboratorium
34
JENIS PEMERIKSAAN LEUKOSIT ERITROSIT HB HEMATOKRIT MCV MCH MCHC THROMBOSIT LED
DARAH RUTIN HASIL SATUAN 11,5 x103/ul 5,04 Juta/ul 9,4 g/dl 29,5 % 58,5 fl 18,7 pg 31,9 g/dl 769 x103/ul mm/jam 35
NILAI NORMAL 5.0-10.0 P : 4,0-5,0 L : 4,5-5,5 P : 12.0 L : 13.0-16.0 P : 40-50 L : 45-55 80-96 27-31 32-36 150-400 P : 0-20 L : 0-10
Golongan darah Rhesus SEROLOGI Typhi O Negatif Tyhphi H (+) 1/80 Typhi A Negatif Typhi B Negatif
Widal
17) Terapi yang diberikan -
RL 36 tetes/menit mikro
-
Sanmol syrup 3 x 1 sendok teh
-
Cefotaxim 3 x 500 mg/IV
-
Ondansentron 3x1 mg (IV)
B. Analisa Data N o 1
Data Ds : -
Etiologi
Masalah
Kuman salmonella
Hipertermi
Ibu klien
typhi
mengatakan badan anaknya panas sejak -
3 hari yang lalu
Masuk
Ibu mengatakan
melalui makanan/Min
demam terjadi
uman, jari
malam hari
tangan/kuku,
Do : -
Keadaan umum
muntahan,
composmentis
lalat dan feses
-
GCS E4V5M6
-
S 39ºC, N 92
Masuk ke
x/menit, RR 21
mulut
x/menit -
Anak terlihat lemas
-
Akral teraba hangat
-
TTV
kedalam
-
Trombosit 769
saluran
Masuk
36
x103/ul -
pencernaan
Uji widal :
Salmonella parathypi H 1/800 Lambung
positif
Kuman hidup
Lolos dari asam lambung
Bakteri masuk kedalam usus halus
Peredaran darah dan masuk ke retikulo endothelia terutama hati dan limfa
Masuk kealiran darah
Endotoksi
Mengakibatka 37
n komplikasi seperti neuropsikiatri k, kardiovaskula r,
Merangsang melepas sel perogen
Mempengaru hi pusat thermoreguler ator di hipotalamus
Hipertermia 2
Ds : -
Inflamasi pada hati dan
Ketidakseimbangan
limfa
nutrisi kurang dari
Ibu klien mengatakan
kebutuhan tubuh
anaknya tidak nafsu
Spenomegali
makan -
Ibu mengatakan mengalami
Penurunan mobilitas
penurunan berat
usus
badan -
Ibu mengatakan anaknya sulit makan
Penurunan peritaltik usus
hanya 6 sendok Do : -
BB mengalami 38
penurunan dari 11
Peningkatan asam
kg menjadi 9 kg -
Tampak lemas
-
Lidah kotor
-
HB 9,4 g/dl
-
HT 29,5 %
lambung
Anoreksia, mual dan muntah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
C. Diagnosa Keperawatan Dx I
: Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan :
Ds : -
Ibu klien mengatakan badan anaknya panas sejak 3 hari yang lalu
-
Ibu mengatakan demam terjadi malam hari
Do : -
Keadaan umum composmentis
-
GCS E4V5M6
-
S 39ºC, N 92 x/menit, RR 21 x/menit
-
Anak terlihat lemas
-
Akral teraba hangat
-
TTV
-
Trombosit 769 x103/ul
-
Uji widal : Salmonella parathypi H 1/800 positif
Dx II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia mual dan muntah ditandai dengan : Ds : -
Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan
-
Ibu mengatakan mengalami penurunan berat badan
-
Ibu mengatakan anaknya sulit makan hanya 6 sendok 39
-
Ibu mengatakan anaknya mual dan muntah
Do : -
BB mengalami penurunan dari 11 kg menjadi 9 kg
-
Tampak lemas
-
Lidah kotor
-
HB 9,4 g/dl
-
HT 29,5 %
D. Intervensi Keperawatan N o 1.
Dx Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Hipertermia berhubungan dengan NOC :
NIC
proses penyakit.
Thermoregulation
1. Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil :
2. Monitor TD, N dan RR.
-
Suhu dalam
tubuh 3. Tingkatkan intake cairan rentang
normal,
-
hangat pada sekitar axilla
celsius.
dan lipatan paha.
Nadi
dan 5. Beri pakaian yang tipis
nutrisi NOC :
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan -
kompres
36,5-37,5 derajat
rentang normal.
Ketidakseimbangan
dan nutrisi.
antara 4. Beri
pernafasan dalam
2.
Intervensi
Nutritional status Nutritional
dan menyerap keringat. 6. Kolaborasi
pemberian
obat antiperetik. NIC: 1. Kaji
adanya
makanan.
status : food and 2. Monitor
Anoreksia mual dan muntah
fluid intake -
Nutritional status : nutrient intake
-
Weight control
Kriteria hasil : -
adanya
penurunan berat badan. 3. Monitor
kulit
kering,
turgor kulit. 4. Catat jika ada mual dan muntah. 5. Anjurkan keluarga untuk
Mampu
memberikan
mengidentifikasi
sedikit tapi sering
40
alergi
makan
kebutuhan
-
6. Kolaborasi dengan ahli
nutrisi, tidak ada
gizi untuk menentukan
tanda malnutrisi.
jumlah kalori dan nutrisi
Tidak
yang dibutuhkan.
terjadi
penurunan berat badan berarti.
E. Implementasi DX
Waktu
DX
Pelaksanaan 5/5/2020
I
Tindakan Keperawatan
f 1. Mengukur suhu tubuh H/ Suhu 39ºC 2. Menghitung nadi dan respirasi H/ N : 92 x/menit RR : 21 x/menit 3. Memantau cairan IV yang diberikan H/ Terlihat cairan infus terpasang RL 500 ml/21tpm 4. Kolaborasi pemberian obat -
Sanmol syrup 3 x 1 sendok teh
-
Cefotaxim 3 x 500 mg/IV
1. Mengukur suhu tubuh 6/5/2020
Para
H/ Suhu 38ºC 2. Menghitung nadi dan respirasi H/ N : 92 x/menit RR : 21 x/menit 3. Menganjurkan ibu untuk memberikan kompres air hangat H/ ibu klien mengikuti apa yang dianjurkan 4. Menganjurkan klien memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. H/ ibu klien menyimak dan memahami 5. Memantau cairan IV yang diberikan H/ Terlihat cairan infus terpasang RL 500 ml/21tpm 6. Kolaborasi pemberian obat -
Sanmol syrup 3 x 1 sendok teh 41
-
Cefotaxim 3 x 500 mg/IV
1. Mengukur suhu tubuh H/ Suhu 37,5ºC akral dingin
7/5/2020
2. Menghitung nadi dan respirasi H/ N : 92 x/menit RR : 21 x/menit 3. Menanyakan kepada ibu apakah sudah memberikan kompres air hangat kepada An.P H/ ibu mengatakan sudah memberikan kompres air hangat dan demam anak menurun 4. Memantau cairan IV yang diberikan H/ Terlihat cairan infus terpasang RL 500 ml/21tpm 5. Kolaborasi pemberian obat
DX
5/5/2020
1.
-
Sanmol syrup 3 x 1 sendok teh
-
Cefotaxim 3 x 500 mg/IV
Mengkaji adanya alergi makanan. H/Ibu mengatakan anaknya tidak memiliki pantangan
II
makanan
2. Menimbang BB H/BB 9 kg
3. Meganjurkan keluarga untuk memberikan makan sedikit tapi sering H/ibu mengatakan hanya masuk 6 sendok dan kadang dimuntahkan 4. Kolaborasi pemberian obat -
Ondansentron 3x1 mg (IV)
6/5/2020 1. Monitor BB BB 9kg 2. Mengkaji turgor kulit H/turgor