7 0 245 KB
“THYPOID” “Makalah Askep ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 1” Dosen Pengampu : Bapak Jumari S.Kep.Ns.,M.Kep,Sp.MB
Disusun Oleh Kelompok 2 Darma Putra Mantali
:
751440121011
Fikri Haykal Rucbhan
:
751440121014
Firmansyah Jadjitala
:
751440121015
Moh. Saputra Hamzah
:
751440121021
Fadhia Apriliani Tahir
:
751440121012
Fidia Floret Sumadji
:
751440121013
Herniyati Suherli
:
751440121016
Hesti Ayu Ningsih
:
751440121017
Imelda Ma’ruf
:
751440121018
Lisa Aisyiah Taludio
:
751440121019
Kelas 2A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN GORONTALO T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan tentang “THYPOID”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritiknya agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat utuk kita semua. Sehingga menambah wawasan kita.
Gorontalo. 24 Juli 2022
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4 A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4 B. Tujuan ....................................................................................................................... 5 BAB II TUNJAUAN TEORITIS ....................................................................................... 6 A. Definisi ....................................................................................................................... 6 B. Etiologi ....................................................................................................................... 6 C. Patofisiologi ............................................................................................................... 7 D. Tanda dan gejala ...................................................................................................... 8 E. Pemeriksaan penunjang (test diagnostil) ............................................................... 9 F. Penatalaksanaan ..................................................................................................... 10 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................ 12 1)
Ringkasan Kasus .................................................................................................... 12
2)
Pengkajian Head To Too ....................................................................................... 12
3)
Analisa Data ............................................................................................................ 15
4)
Diagnose Keperawatan .......................................................................................... 15
5)
Intervensi ................................................................................................................. 15
6)
Implementasi ........................................................................................................... 17
7)
Evaluasi ................................................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 21 A. Kesimpulan ............................................................................................................. 21 B. Saran ........................................................................................................................ 22 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 23
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran yang disebabkan infeksi salmonella typhi. (Sodikin, 2012) Menurut (World Health Organization) WHO demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit akut ditandai dengan demam berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan dan sembelit atau kadang-kadang diare. Gejala sering tidak spesifik dan klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit lainnya. Namun, keparahan klinis bervariasi dan kasus yang menyebabkan komplikasi yang serius bahkan kematian. Hal ini terjadi terutama berkaitan dengan sanitasi yang buruk dan kurangnya air minum yang bersih. Menurut perkiraan terbaru, sekitar 21 juta kasus dan 222.000 kematian terkait tifus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Penyakit serupa tetapi sering kurang parah, demam paratifoid, disebabkan oleh salmonella parathyphi A, B atau C. (WHO, 2018) Demam tifoid di Indonesia harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat. Permasalahannya semakin kompleks dengan meningkatnya kasus - kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan. Pada tahun 2014, angka kesakitan tifoid di Indonesia menempati urutan ke tiga dari 10 penyakit terbanyak yang dirawat inap di rumah sakit, yaitu dilaporkan sebesar 80.850, diantaranya kasus yang meninggal sebanyak 1.747 kasus. Hasil telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus tifoid dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dan kematian diperkirakan sekitar 0,6–5%, biasanya pasien dengan tifoid mempunyai gejala khas antara demam atau hipertermi ((Purba, 2015)
B. Tujuan 1) Tujuan Umum Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada anak dengan demam typhoid. 2) Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penulisan ini adalah : -
Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam melakukan pengkajian pada anak dengan demam typhoid.
-
Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam merumuskan diagnose keperawatan pada anak demam typhoid.
-
Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam menyusun perencanaan keperawatan pada anak demam typhoid.
-
Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada anak demam typhoid.
-
Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam mengevaluasi hasil keperawatan pada anak demam typhoid.
BAB II TUNJAUAN TEORITIS
A. Definisi Thypoid Abdominalis (Demam Thypoid) merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonela Typhi. Gangguan infeksi bakteri ini terjadi pada sistem pencernaan seseorang. Penyakit ini dapat ditularkan melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonela typhi. Kejadian yang paling parah pada kasus adalah kematian. tanda dan gejala yang biasa muncul seperti sakit kepala, konstipasi, malaise, menggigil, sakit otot, muntah. Tanda gejala yang sering muncul dan paling menonjol adalah hipertermi dengan masa inkubasi rata-rata 10- 14 hari (Prasetyo et al., 2017). Demam thypoid atau thypoid fever adalah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan oleh salmonella thypi. Demam thypoid merupakan jenis terbanyak dari salmonellosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam parathypoid yang disebabkan oleh S. Parathypi A, S. Schottmuelleri (S. ParathypiB) S. Hirschfeldii (S. Parathypi C). Demam thypoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain (Widagdo, 2011). Demam Thypoid (tifus abdominalis, enteric fever) merupakan penyakit infeksiakut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan Demam Thypoid ini disebabkan oleh bakteri salmonella typhy. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh tinja dan urin orang yang terinfeksi (Astuti, 2013). Berdasarkan paparan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran percernaan dengan demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi atau Salmonella Paratyphi A, B,dan C.
B. Etiologi Etiologi Typhus Abdominalis adalah Salmonella Typhi, Salmonella paratyphi A, B, dan C. Mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negative yang motil. Bergerak dengan rambut getar, bersifat Aerob dan tidak membentuk spora. Kuman ini hidup baik sekali pada tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit
serta mati pada suhu 70oC maupun oleh anti septik. Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen , diantaranya yaitu : a) Antigen O (Somotik) Terletak pada lapisan luar dari tubuh bakteri. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid. b) Antigen H (Flagel) Terletak pada flagella, fimbriae atau phili dari bakteri. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol. c) Anti Vi (Virulen) Antigen Vi terletak pada kapsul dari bakteri dan dapat melindungi bakteri terhadap fagositosis Ketiga antigen tersebut pada tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan 3 macam anti bodi yang lazim disebut Aglutinin (Inggita, 2019).
C. Patofisiologi Patogenesis demam thypoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa tahapan. Setelah kuman Salmonella thypoid tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Bakteri melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari. Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi.
Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi melalui proses inflamasi yang mengakibatkan nekrosis dan iskemia. Komplikasi perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam
organ-organ
system
retikuloendotelial
dan
berkesempatan
untuk
berproliferasi kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier (Putra, 2020).
D. Tanda dan gejala Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) a) Perasaan tidak enak badan b) Nyeri kepala c) Pusing d) Anoreksia e) Batuk f) Nyeri otot g) Muncul gejala klinis yang lain
Demam berlangsung 3 minggu. a) Minggu pertama: demam ritmen, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu pertama ini pada anak akan disertai gejala mual, muntah nyeri perut dan nafsu makan menurun. Selain itu lidah anak tampak kotor (terdapat kotoran warna putih). b) Minggu kedua: demam terus. c) Minggu ketiga: demam mulai turun secara berangsurangsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu apatis-samnolen (Moser-Van Der Geest et al., 2019).
E. Pemeriksaan penunjang (test diagnostil) Menurut Muttaqin, (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien demam thypoid antara lain sebagai berikut : 1) Pemeriksaan Laboratorium a) Pemeriksaan darah Untuk mengindentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang terbatas, malabsorspi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan penghancuran sel darah merah dalam pendarahan darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000- 4000 mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinophil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin laju endap darah meningkat. b) Pemeriksaan Leukosit Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. c) Pemeriksaan feses Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan pada usus dan perforasi. d) Tes widal Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan ati bodi (aglutinin). Agglutinin yang spesifik terhadap sallmonela terdapat dalam serum pasien demam thypoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam thypoid. Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam thypoid. Akibat infeksi oleh kuman salmonella, pasien membuat anti bodi (agglutinin), yaitu : 1) Aglutinin O, yaitu dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). 2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman).
3) Aglutinin V, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang ditentukan tinternya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, kemungkinan makin besar pasien menderita demam thypoid. Pada pasien yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari. e) Biakan darah Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negative tidak menyingkirkan demam thypoid, karena pada pemeriksaan minggu pertama penyakit berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan akan terjadi positif lagi. f) Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah adanya kelainan atau komplikasi akibat demam thypoid.
F. Penatalaksanaan 1) Tirah baring dan perawatan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring adalah perawatan ditempat, termasuk makan, minum, mandi, buang air besar, dan buang air kecil akan membantu proses penyembuhan. Dalam perawatan perlu dijaga kebersihan perlengkapan yang dipakai (Yusharmen et al., 2017). 2) Diet Diet merupakan hal penting dalam proses penyembuhan penyakit demam thypoid. Berdasarkan tingkat kesembuhan pasien, awalnya pasien diberi makan bubur saring, kemudian bubur kasar, dan ditingkatkan menjadi nasi. Pemberian bubur saring bertujuan untuk menghindari komplikasi dan pendaraham usus (Yusharmen et al., 2017). 3) Pemberian Antibiotik Menurut (Yusharmen et al., 2017) Terdapat beberapa jenis antibiotik diantaranya seperti : a) Kloramfenikol Obat pilihan utama untuk mengobati demam thypoid. Dosis yang diberikan pada anak berumur 6-12 tahun membutuhkan dosis 40-50 mg/kg/hari. Pada anak berumur 1-3 tahun membutuhkan dosis 50-100 mg/kg/hari. 50-80
mg/kg/hari untuk anak berumur 7-12 tahun, dan 50-100 mg/kg/hari untuk anak berumur 2-6 tahun. Bentuk yang tersedia di masyarakat berupa kapsul 250 mg, 500 mg, suspensi 125mg/5 ml, sirup 125 ml/5ml, serbuk injeksi 1 g/vail. Penyuntikan intramuscular tidak dianjurkan oleh karena hirolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. b) Tiamfenikol Tiamfenikol memiliki dosis dan keefektifan yang hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol untuk anak 30-50 mg/kg/hari yang dibagi menjadi 4 kali pemberian sehari. c) Kotrimoksazol Kotrimoksazol adalah kombinasi dua obat antibiotik, yaitu trimetroprim dan sulfametoksazol. Dosis untuk pemberian per oral pada anak adalah trimetroprim 320 mg/hari, sufametoksazol 1600 mg/hari. d) Ampisilin dan amoksisilin Obat ini memiliki kemampuan untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk pemberian per oral dalam lambung yang kosong dibagi dalam pemberian setiap 6-8 jam sekitar1/2 jam sebelum makan untuk anak sekitar 100-200 mg/kg/hari.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1) Ringkasan Kasus Seorang ibu datang membawa anaknya An.A berumur 6 tahun berjenis kelamin perempuan dengan keluhan demam selama 3 hari sertai muntah, dan kurang nafsu makan. Dengan BB sebelum sakit : 17kg, BB saat sakit : 13kg. turgor kulit menurun, rambut rontok dan bibir kering.
2) Pengkajian Head To Too -
Identitas Pasien Nama
: An.A
Umur
: 6 tahun
Tanggal lahir
: 12 April 2015
Suku/bangsa
: Bugis/Indonesia
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Cendrawasi
Diagnosa Medis
: Deman Thypoid
Nomor Register
: 00.14.57.xx
Tanggal MRS/Tanggal : 21 Juli 2021 Pengkajian
-
: 22 Juli 2021
Identitas Keluarga Pasien •
Ayah Nama
: Tn. I
Umur
: 26 tahun
Suku/bangsa
: Bugis/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl. Cendrawasi
•
-
Ibu •
Nama
: Tn. I
•
Umur
: 24 tahun
•
Suku/bangsa
: Bugis/Indonesia
•
Agama
: Islam
•
Pendidikan
: SMA
•
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga (IRT)
•
Alamat
: Jl. Cendrawasi
Keluhan Utama Demam
-
Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien datang ke poli dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien kemudian dianjurkan untuk rawat inap di ruang perawatan anak. Saat di kaji ibu mengatakan demam dan terjadi malam hari,ibu mengatakan pasien mengalami penurunan berat badan. Terlihat pasien lemas, bibir terlihat kering, Pasien terlihat berbaring saja ditempat tidur.
-
Riwayat Kesehatan Masalalu Tidak ada
-
Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak ada
-
Pemeriksaan Head To Too Pemeriksaan
Keadaan Umum
Anak An.A Sakit sedang
1) Kesadaran
Compos mentis & GCS : E₄V₅M₆
2) Pemeriksaan TTV
N
: 89x/menit
RR : 23x/menit T
: 38,3ºc
BB : 13kg
3) Kenyamanan/nyeri
tidak ada
4) Pemeriksaan Kepala :
Bentuk kepala normal, muka simestris
a) Kepala, muka, dan rambut
dan rambut berwarna hitam serta tidak mudah patah.
b) Mata
Mata lengkap, simestris, sclera jernih, conjuntiva merah muda. Adanya refleks cahaya pada pupil isokor dan tidak ada kelainan.
c) Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, posisi septum nasal ditengah, tidak ada polip.
d) Mulut&lidah
Keadaan mukosa bibir kering, lidah kotor, uvula letak simestris di tengah, terdapat gigi yang rusak pada bagian depan.
e) Telinga
Bentuknya sedang, simestris, lubang telinga bersih, tidak ada serumen.
f) Leher
Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid tidak teraba.
g) Pemeriksaan thorak
Tidak ada sesak nafas, tidak batuk, bentuk dada simestris, irama teratur, pola nafas normal, tidak ada pernafasan cuping hidung, perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler
h) Pemeriksaan Jantung
Pada pemeriksaan inspeksi CRT ˂ 2 detik tidak ada sianosis, akral hangat tidak bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan
i) Pemeriksaan sistem pencernaan
Bentuk
abdomen
simestris,
tidak
terdapat nyeri tekan, auskultasi bising usus 5x/menit j) Sistem persyarafan
Tidak terdapat kelainan pada reflek babinsky, patella, bisep dan trisep. Dan
pada indera penglihatan, pendengaran, penciuman tidak ada kelainan. k) Sistem musculoskeletal &
Pergerakan sendi bebas, kekuatan otot 5,
integument
tidak ada kelainan pada ekstermitas, turgor kulit baik, dan tidak ada piting edema.
l) Sistem genetalia – Anus
Keadaan genetalia dan anus bersih tidak ada kelainan pada anus dan genetalia.
3) Analisa Data Data
Masalah Keperawatan
Etiologi
Ds : Ibunya mengatakan pasien Ketidakmampuan menelan,
Defisit Nutrisi
demam selama 3 hari, mencerna, mengabsorpsi sertai muntah, dan kurang makanan nafsu makan. Do : Turgor kulit menurun Rambut rontok Bibir kering TTV :
N
: 90x/menit
RR : 26x/menit T
: 38,3ºc
BB : 13kg
4) Diagnose Keperawatan Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, mencerna, mengabsorpsi makanan dibuktikan dengan berat badan menurun, membrane mukosa pucat, nafsu makan menurun. 5) Intervensi Diagnosa (SDKI)
Tujuan (SLKI)
Intervensi (SIKI)
Defisit nutrisi
Setelah dilakukan intervensi
Observasi
berhubungan dengan
keperawatan selama 3x24
-
Identifikasi status nutisi
ketidakmampuan
jam, maka definit nutrisi
-
Identifikasi makanan
menelan, mencerna,
membaik dengan kriteria
mengabsorpsi makanan
hasil:
dibuktikan dengan berat
1. Porsi makanan di habiskan
badan menurun,
meningkat (5)
membrane mukosa pucat, 2. Kekuatan otot menelan nafsu makan menurun.
meningkat (5)
yang disukai -
makanan -
-
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
4. Rambut rontok menurun
perlu -
5. Berat badan indeks massa
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
tubuh (IMT) membaik (5) 6. Nafsu makan membaik (5)
Monitor berat badan
Terapeutik
(SDKI : D.0019, Hal.56) 3. Sariawan menurun (5)
(5)
Monitor asupan
sesuai -
(SLKI : L.03030, Hal.121)
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
-
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi -
Ajurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi -
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu (SIKI : I.03119, Hal.200)
6) Implementasi Hari/tanggal
Diagnosa
Jum’at,
Defisit nutrisi berhubungan
22/07/2021
dengan ketidakmampuan menelan, mencerna,
Implemetasai -
nutisi -
mengabsorpsi makanan dibuktikan dengan berat
Mengidentifikasi status
Mengidentifikasi makanan yang disukai
-
badan menurun, membrane
Memonitor asupan makanan
mukosa pucat, nafsu makan
-
Memonitor berat badan
menurun.
-
Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
-
Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
-
Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-
Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
-
Memberikan suplemen makanan, jika perlu
-
Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
-
Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Hari/tanggal Sabtu, 24/07/2021
Diagnosa defisit nutrisi berhubungan
-
dengan ketidakmampuan
Implemetasai Memonitor asupan makanan
menelan, mencerna,
-
Memonitor berat badan
mengabsorpsi makanan,
-
Memberikan makanan
dibuktikan dengan berat
tinggi serat untuk
badan menurun, membrane
mencegah konstipasi
mukosa pusat, nafsu makan
-
menurun.
Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
-
Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
Hari/tanggal Minggu, 25/07/2021
Diagnosa Defisit nutrisi berhubungan
-
dengan ketidakmampuan
Implemetasai Memonitor asupan makanan
menelan, mencerna,
-
Memonitor berat badan
mengabsorpsi makanan dibuktikan dengan berat badan menurun, membrane mukosa pucat, nafsu makan menurun.
7) Evaluasi Hari/tanggal Jum’at, 22/07/2021
Evaluasi S : Ibu mengatakan demam pasien mulai menurun Ibu mengatakan pasien masih tidak nafsu makan
Ibu mengatakan pasien sudah tidak mual dan muntah. O : Turgor kulit menurun Rambut rontok pasien terlihat berkurang Bibir kering pasien terlihat TTV : N
: 90x/menit
RR : 26x/menit T
: 36ºc
BB : 13kg A : Masalah defisit nutrisi teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi : 1) Monitor asupan makanan 2) Monitor berat badan 3) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu 4) Pantau TTV Sabtu, 23/07/2021
S : Ibu mengatakan pasien sudah tidak demam Ibu mengatakan setengah porsi makan dihabiskan O : Turgor kulit meningkat
Rambut rontok pasien terlihat berkurang Bibir lembab pasien terlihat TTV : N
: 90x/menit
RR : 26x/menit T
: 36ºc
BB : 13kg A : Masalah defisit nutrisi teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi :
1) Monitor asupan makanan 2) Monitor berat badan 3) Pantau TTV Sabtu, 24/07/2021
S : Ibu mengatakan porsi makan dihabiskan O : TTV : N : 90x/menit
RR : 26x/menit T
: 36ºc
BB : 14kg A : Masalah defisit nutrisi teratasi P : Hentikan intervensi
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Hasil pengkajian pada pasien demam thypoid adalah suatu penyakit yang tertular melalui pencernaan dimana bakteri salmonella thypy banyak berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular, yang ditemui di lapangan keluhan utama yang dirasakan pasien adalah demam selama 3 hari sertai muntah, dan kurang nafsu makan, penurunan BB, turgor kulit menurun, rambut rontok dan bibir kering. 2) Diagnosa keperawatan utama yang ditegakkan oleh penulis adalah Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, mencerna makanan dibuktikan dengan berat badan menurun, membrane mukosa pucat, nafsu makan menurun. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi. Kriteria hasil menunjukkan adanya peningkatan nafsu makan, tidak mual muntah. 3) Intervensi yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan adalah Identifikasi status nutisi, Identifikasi makanan yang disukai, Monitor asupan makanan, Monitor berat badan, Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu, Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi, Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, Berikan suplemen makanan, jika perlu, Ajurkan posisi duduk, jika mampu, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu. 4) Berdasarkan intervensi keperawatan dari priotitas masalah yang muncul adapun implementasinya dilakukan selama 3 hari yaitu Mengidentifikasi status nutisi, Mengidentifikasi makanan yang disukai, Memonitor asupan makanan, Memonitor berat badan, Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu, Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi, Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, Memberikan suplemen makanan, jika perlu, Menganjurkan posisi duduk, jika mampu, Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi kerja hasil selama 3x24 jam didapatkan hasil bahwa masalah defisit nutrisi teratasi sehingga intervensi diberhentikan.
B. Saran Setelah penulis melakukan pengkajian tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien demam thypoid, penulis akan memberikan saran antara lain : 1) Bagi Institusi Pendidikan Makalah ini dapat menjadi bahan referensi dan tambahan wawasan ilmu pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi pada pasien demam thypoid. 2) Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan nutrisi pada pasien demam thypoid. 3) Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. 4) Bagi Masyarakat Bagi masyarakat makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana informasi sehingga masyarakat mampu mengetahui lebih dini dan dapat menanggulangi lebih awal gejala dan tanda dari penyakit demam thypoid, sehingga pasien demam thypoid yang dibawa ke rumah sakit tidak dalam kondisi yang kritis.
DAFTAR PUSTAKA Rahman, M. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK DENGAN DEMAM THYPOID. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makssar, 15(2), 129-136.
Zurimi, S. (2019). PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DALAM PEMENUHAN KETIDAKEFEKTIFAN TERMOREGULASI PADA PASIEN DEMAM TYPOID DI RSUD dr. PP MARGETTI SAUMLAKI. Global Health Science, 4(3), 131136
Putra Pratama, F. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HIPERTERMI PADA ANAK DEMAM THYPOID (Doctoral dissertation, STIKES BINA SEHAT PPNI).
Fadillah, S. (2019). PENDERITA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
THYPOID
FEVER
DENGAN
MASALAH
DEWASA
KEPERAWATAN
HIPERTERMI Di Ruang Mas mansyur RSU Muhammadiyah Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
YULIANA AISYAH KUSUMA DEWI, A. I. S. Y. A. H (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
PADA
PASIEN
KEBUTUHAN
ANAK
FISIOLOGIS:
dissertation, Universitas Kusuma Husada Surakarta).
DEMAM
THYPOID
TERMOREGULASI
DALAM (Doctoral