Makalah Thypoid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 “THYPOID”



Disusun Oleh: 1. Dwi Setia Yolanda 2. Mei Wahyuningsih Dosen Pembimbing : Heni M.S.Kep.Ns.M.Kes



STIKES PEMKAB JOMBANG D3 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019 / 2020



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan MAKALAH ini, kami mencoba membahas tentang “THYPOID ”. Apa yang kami lakukan dalam MAKALAH ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.



2



DAFTAR ISI JUDUL................................…………………………………….I KATA PENGANTAR........…………………………………….II DAFTAR ISI...............................................................................III BAB I PENDAHULUAN Latar belakang.............................................................................4 Tujuan..........................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN Pengertian ...................................................................................5 Penyebab thypoid........................................................................5 Penyebaran kuman......................................................................5 Patologi........................................................................................6 Gambaran klinik..........................................................................8 Gambaran klasik..........................................................................8 Komplikasi .................................................................................11 Pengobatan .................................................................................11 Epidemiologi dan Pencegahan....................................................13 BAB III PENUTUP Kesimpulan .................................................................................16 Saran ...........................................................................................16 BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN



3



BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik  yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 mingguyang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid(termasuk paratifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebihringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis, Typhoid fever atau Entericfever. B. Tujuan Dengan tersusunnya makalah ini, penulis dapat berharap dapat menjadi masukan dan pelajaran baru buat para tenaga kesehatan, khususnya untuk penulis sendiri.



4



BAB II PEMBAHASAN A. Demam Typhoid Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis, Typhoid fever atau Entericfever. Demam tifoid adalah penyakit sistemik  yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 mingguyang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid(termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebihringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi. B. Penyebab Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yangmemasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau didalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinarytype. Kekambuhan yang yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier jenisintestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas. C. Penyebaran Kuman Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuhmanusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannyamelalui 5



muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawaoleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran,maupun buahbuahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagiankuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usushalus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasilmelampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, danke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika demikiankeadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siapmenginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejalasakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan



membasuhtangan



manakala



airnya



mungkin



tercemar



dengan



sisa



kumbahan.Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak kedalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapagejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipasdan tikus) yang akan menyebabkan demam tifoid. D. Patologi HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalamusus penderita dengan lebih senang. Salmonella spp seterusnya memasuki folikel-folikellimfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella spp. Setelah itu, Salmonella sppmemasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam dindingkandung empedu atau secara tidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuliempedu, maka bakteria dapat mencapai empedu yang larut disana. Melalui empedu yanginfektif terjadilah invasi kedalam usus untuk



6



kedua kalinya yang lebih berat daripadainvasi tahap pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi yang luas pada jaringanlimfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi jelas. Demam tifoid merupakansalah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi menyeluruh dan toksemia yang dalam.Berbagai macam organ mengalami kelainan, contohnya sistem hematopoietik yangmembentuk darah, terutama jaringan limfoid usus kecil, kelenjar limfe abdomen, limpadan sumsum tulang. Kelainan utama terjadi pada usus kecil, hanya kadang-kadang padakolon bagian atas, maka Salmonella paratyphi B dapat menimbulkan lesi pada seluruh bagian kolon dan lambung.Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis superfisial yangdisebabkan oleh toksin bakteri atau yang



lebih



utama



disebabkan



oleh



pembuntuan pembuluh-pembuluh



darah



kecil



oleh hiperplasia sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosayang nekrotik kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepassehingga terbentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipuntidak jarang jika submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai membran serosa.Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka perdarahanyang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkankematian pada penderita demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demamtifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akanmenimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan  perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahanusus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada serangandemam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun perforasi.Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap mengandungkuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka penderita merupakan urinarykarier penyakit tersebut.Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung membesar dan melunak. Anak-anak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis. Tromboflebitis, periostitisdan nekrosis tulang dan juga bronkhitis serta meningitis kadang-kadang dapat terjadi pada demam tifoid.



7



E. Gambaran Klinik  Masa Inkubasi Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari.Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa : -



Anoreksia



-



Rasa malas



-



Sakit kepala bagian depan



-



Nyeri otot



-



Lidah kotor 



-



Gangguan perut (perut meragam dan sakit)



F. Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas) Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa langsung ditegakkan.Yang termasuk gejala khas Demam tifoid adalah sebagai berikut. -



Minggu Pertama (awal terinfeksi) Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya samadengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitusetinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepatdengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diaredan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khaslidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atautremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demamdengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruamkulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satusisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilangdengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit  perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila



8



ditekan. Pada infeksiyang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomenmengalami distensi. -



Minggu Kedua Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari.Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung.Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersamadengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatansuhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yangmengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi.



Gangguankesadaran.



Mengantuk



terus



menerus,



mulai



kacau



jika



berkomunikasi dan lain-lain. -



Minggu Ketiga Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jikaterjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat inikomplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dariulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat denganterjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, jugatekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudianmengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokalmaupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkankeringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnyamemberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga. 9



-



Minggu keempat Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpaiadanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis. Relaps Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya menghasilkankekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkangejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari demam tifoid yangtidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps. Diagnosis Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel najis atau darah bagi mengesankehadiran bakteri Salmonella spp dalam darah penderita, dengan membiakkan darah padahari 14 yang pertama dari penyakit.Selain itu tes widal (O dah H agglutinin) mulai posotif pada hari kesepuluh dan titer akansemakin meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 harimenunjukkan peningkatan progresif dari titer agglutinin (diatas 1:200) menunjukkkandiagnosis positif dari infeksi aktif demam tifoid.Biakan tinja dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin pada mingguketiga dan keempat dapat mendukung diagnosis dengan ditemukannya Salmonella.Gambaran darah juga dapat membantu menentukan diagnosis. Jika terdapat lekopeni polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam, makaarah demam tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear,maka berarti terdapat infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus. Peningkatan yang cepatdari lekositosis polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspada akan terjadinya perforasi dari usus penderita. Tidak selalu mudah mendiagnosis karena gejala yangditimbulkan oleh penyakit itu tidak selalu khas seperti di atas. Bisa ditemukan gejala-gejala yang tidak khas. Ada orang yang setelah terpapar dengan kuman S typhi, hanyamengalami demam sedikit kemudian sembuh tanpa diberi obat. Hal itu bisa terjadi karenatidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan kuman ini langsung menjadisakit. Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat kekebalan seseorang dan dayatahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman hanya sedikit yangmasuk ke saluran cerna, bisa saja langsung dimatikan oleh sistem pelindung 10



tubuhmanusia. Namun demikian, penyakit ini tidak bisa dianggap enteng, misalnya nanti jugasembuh sendiri. G. Komplikasi 1. Komplikasi Intestinal -



Perdarahan usus



-



Perforasi usus



-



Ileus paralitik



2. Komplikasi Ekstra –Intestinal~ Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatanseptik),miokarditis,trombosis dan tromboflebitis -



Komplikasi



darah



:



anemia



hemolitik



,trombositopenia,



dan /atau



DisseminatedIntravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia hemolitik -



Komplikasi paru : Pneumonia,empiema,dan pleuritis



-



Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis~ Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis



-



Komplikasi tulang : osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis



-



Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia



H. Pengobatan 1. Perawatan umumPasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan.Paasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebihselama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dilakukan secara bertahap,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktutertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.Defekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasidan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejalasimtomatik yang dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, danmeteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavasedengan glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena dapatmemberikan akibat perdarahan maupun 11



perforasi intestinal.Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan penderita, misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, danmineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunandemam. 2. Diet Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar danakhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padatdini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar)dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.3. ObatObat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah : -



Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien demam tifoid.Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oralatau intravena,sampai



7



hari



bebas



demam.Penyuntikan



kloramfenikol



siuksinatintramuskuler tidak dianurkan karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkandan tempat suntikan terasa nyeri.Dengan kloramfenikol,demam pada demamtifoid dapat turun rata 5 hari.? Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengankloramfenikol.Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarangdaripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demamtiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari -



? Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : Efektivitas kotrimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang dewasa,2kali 2 tablet sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol).dengan ko-trimoksazol demamrata-rata turun d setelah 5-6 hari.



-



? Ampislin dan Amoksisilin : Dalam hal kemampuan menurunkandemam,efektivitas ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengankloramfenikol.Indikasi mutlak penggunannnya adalah pasien demam tifoiddengan leukopenia.Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kgBBsehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam.Dengan Amoksisilin danAmpisilin,demam rata-rata turun 7-9 hari.



-



? Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwasefalosporin generasi ketiga antara lain Sefoperazon,seftriakson, dan sefotaksimefektif untuk 12



demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belumdiketahui dengan pasti. -



Fluorokinolon



:



Fluorokinolon



efektif



untuk



demam



tifoidtetapi



dosis



dan lama pemberian belum diketahui dengan pasti. -



? Furazolidon.



I. Epidemiologi Dan Pencegahan   EPIDEMIOLOGI  Demam



tifoid



yang



tersebar



di



seluruh



dunia



tidak



tergantung



pada



iklim.



Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidupumumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini. -



Penyebaran Geografis dan Musim Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak  bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.



-



Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawahini.



-



Usia Persentase 12 – 29 tahun 70 – 80 %30 – 39 tahun 10 – 20 %> 40 tahun 5 – 10 %



-



Langkah-langkah pencegahan Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan paratifoid Adan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval10 hari merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam tifoidJumlah kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan imunisasi tifoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi



13



tidak memberikan jaminan perlindungan 100 peratus.Minum air yang telah dimasak sahaja. Masak air sekurang-kurangnya lima minit penuh(apabila air sudah masak, biarkan ia selama lima minit lagi).Buat air batu menggunakan air yang dimasak.Sekiranya sedang dalam perjalanan, gunakan air botol atau minuman berdesis berkarbonat tanpa ais. Anda hendaklah lebih berhati-hati dengan ais kacang atau air batucampur yang menggunakan ais hancur, terutama sekali dalam keadaan sekarang.Makan makanan yang baru dimasak. Jika terpaksa makan di kedai, pastikan makananyang dipesan khas dan berada dalam keadaan `berasap’ kerana baru diangkat dari dapur.Tudung semua makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan ditempat tinggi.Gunakan penyepit, senduk, sudu atau garpu bersih untuk mengambil makanan.Buah-buahan hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan.Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum menyedia atau memakan makanan,membuang sampah sarap, memegang bahan mentah atau selepas membuang air besar.Anda akan mendapati insiden tifoid berkurangan dengan amalan ini yang sepatutnyamenjadi tabiat seharian dan bukan hanya musim wabak.Pilih gerai dan pengendali makanan yang bersih.Dalam keadaan sekarang, adalah baik sekiranya orang ramai mengelak daripada membelimakanan atau minuman daripada penjaja jalanan terutamanya yang menjual minumansejuk.Hapuskan tempat pembiakan lalat-lalat bagi mengelakkan pembiakan.Gunakan tandas yang sempurna.Segeralah berjumpa doktor jika mengalami tanda-tanda dijangkiti tifoid.Pusat Kawalan Penyakit Amerika Syarikat mencadangkan dua tindakan asas bagimelindungi diri anda daripada demam tifoid: a. Rebus, masak, kupas atau lupakan sahaja. Elakkan makanan serta minuman yang berisiko. Ini mungkin mengejutkan anda tetapimelihat apa yang anda makan dan minum terutamanya semasa dalam perjalanan adalahsama pentingnya seperti anda mendapat pelalian.Dengan menghindari makanan berisiko juga mampu melindungi diri anda daripada lain-lain penyakit seperti ciritbirit, kolera/taun, disenteri dan hepatitis A. b. Dapatkan pemvaksinan. Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang wabak demam kepialu, anda perlu menimbangkan pemvaksinan menentang demam



14



kepialu.Berjumpalah dengan doktor untuk mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda. Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman S. typhi dibandingkan wanita karenaaktivitas di luar rumah lebih banyak. Semua kelompok umur dapat tertular penyakittifoid, tetapi yang banyak adalah golongan umur dewasa tua. Angka kejadian demamtifoid tidak dipengaruhi musim, tetapi pada daerah-daerah yang terjadi endemik demamtifoid, angka kejadian meningkat pada bulan-bulan tertentu. Di Indonesia, angka kejadiandemam tifoid meningkat pada musim kemarau panjang atau awal musim hujan. Hal ini banyak dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan penyediaan air bersih yang kurang memuaskan.Demam tifoid masih merupakan masalah besar di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam tifoid di Indonesia,masih cukup tinggi berkisar antara 354-810 / 100.000 penduduk pertahun. Di Palembangdari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun ( 1990-1994) didapatkan sebanyak 83kasus ( 21,5 %) penderita demam tifoid dengan hasil biakan darah salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam tifoid. Demam tifoid adalah penyakit yangumum di Indonesia.



15



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalamusus penderita dengan lebih senang. Salmonella spp seterusnya memasuki folikel-folikellimfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella spp. Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuhmanusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. B. Saran -



Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidupumumnya adalah baik.



-



Dengan kasus demam typoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman mengenai bagianbagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat mengetahui cara pencegahan yang benar.



16



DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/23591220/Demam-Typhoid



17



BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN



1. Pengkajian Faktor Presipitasi dan Predisposisi Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah : a. Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah. b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat. c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi. d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik. e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat. 3. Perencanaan Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut : Diagnosa. 1 Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah. Tujuan 18



Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi Kriteria hasil Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tandatanda dehidrasi tidak ada Intervensi Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi. Diagnosa. 2 Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Tujuan Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi Kriteria hasil Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat. Intervensi Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine). Diagnosa 3 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi Tujuan Hipertermi teratasi 19



Kriteria hasil Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid. Intervensi Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik. Diagnosa 4 Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan Kebutuhan sehari-hari terpenuhi Kriteria hasil Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot. Intervensi Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi. Diagnosa 5 Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive Tujuan Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi purulen/drainase serta febris. Intervensi Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor 20



tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi. Diagnosa 6 Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat Tujuan Pengetahuan keluarga meningkat Kriteria hasil Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan. Intervensinya Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien 4. Evaluasi Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.



21



22