Makalah Thypoid  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH THYPOID Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Small Group Discusion (SGD) mata kuliah Keperawatan Anak Dosen : Widyawati, S.Kep.,Ners



Disusun Oleh : Allya azahra



( AKX.18.002 )



Dede Deri Sunarya



( AKX.18.005 )



Eka Riandini



(AKX.18.009)



Ifa Adelia



(AKX.18.012)



Maelani Setiawati



(AKX.180.15)



PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN UMUM FAKULTAS KEPERAWATAN BHAKTI KENCANA UNIVERSITY BANDUNG Jl. Soekarno Hatta No.754, Cipadung Kidul, Kec. Panyileukan, Kota Bandung, Jawa Barat 40614



i



KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesarbesarnya



Bandung,06 Maret 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



C ONTENTS KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii BAB I..............................................................................................................................................1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................1 BAB II.............................................................................................................................................3 PEMBAHASAN.............................................................................................................................3 2.1



Definisi Thypoid....................................................................................................................3



2.2 Etiologi Thypoid....................................................................................................................4 2.3 Manifestasi Klinis Thypoid..................................................................................................4 2.4



Patopisiologi Thypoid..........................................................................................................5



2.5 Komplikasi Thypoid..............................................................................................................7 2.6



Pemeriksaan Penunjang Thypoid.......................................................................................8



2.7



Penatalaksanaan Thypoid..................................................................................................10



BAB III.........................................................................................................................................12 ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................12 3.1



PENGKAJIAN................................................................................................................12



3.2



DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................................................14



3.3



INTERVENSI KEPERAWATAN................................................................................16



BAB IV..........................................................................................................................................20 PENUTUP....................................................................................................................................20



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 L A T A R B E L A K A N G Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya. Kasus thypoid diderita oleh anakanak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C. Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyt typhus.



1



Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus. Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid. 1.2 R U M U SA N



M A SA L A H



1.2.1



Apa Definisi thypoid ?



1.2.2



Apa Etiologi thypoid ?



1.2.3



Apa Manisfestasi klinis thypoid ?



1.2.4



Apa Patofisiologi thypoid ?



1.2.5



Apa Komplikasi thypoid ?



1.2.6



Bagaimana Pemeriksaan penunjang thypoid ?



1.2.7



Bagaimana Penatalaksanaan medis thypoid ?



1.3 T U J U A N



PE N U L I S A N



1.3.1



Mengetahui Definisi thypoid



1.3.2



Mengetahui Etiologi thypoid



1.3.3



Mengetahui Manisfestasi klinis thypoid



1.3.4



Mengetahui Patofisiologi thypoid



1.3.5



Mengetahui komplikasi thypoid



2



1.3.6



Mengetahui cara Pemeriksaan penunjang thypoid



1.3.7



Mengetahui cara Penatalaksanaan medis thypoid BAB II PEMBAHASAN



2.1



D EF I N I S I T H Y P O I D Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2004) Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 2006) Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 2011) Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis ( Soeparman, 2007) Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejalagejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi ( Mansoer Orief.M. 2011) Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh



3



salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi



2.2



E T I O L O G I T H YP O I D Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.



2.3



M A N I F E ST A SI K L INIS T H YP O I D Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain : 1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi. 2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas. 3.



Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.



4.



Diare atau mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi



4



diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar). 5.



Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran. (Hidayat, 2009)



2.4



P A T OP I SI O L O G I T H YP O I D 1. Proses perjalanan penyakit Penularan salmonella thypi dapat ditularkan mellaui berbagai cara, yang dikenal dengan 5f yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran



darah



dan



mencapai



sel-sel



retikuloendotelial.



Sel-sel



retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi



5



berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Kumam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Kuman salmonella masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus yang melepaskan zat pirogen dan menimbulkan infeksi. Infeksi ini bisa merangsang pusat mual dan muntah dimedulla oblongata dan akan mensekresi asam lambung berlebih sehingga mengakibatkan mual dan timbul nafsu makan berkurang. Apabila nafsu makan berkurang maka terjadi intake nutrisi tidak adekuat dan terjadi perubahan nutrisi. Selain itu juga kuman yang masih hidup akan masuk ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usu shalus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan menuju sel-sel retikuloendotelial, hati, limfa dan organ-organ lainnya ( Suriadi, 2006 : 254) Basil kemudian masuk kedalam peredaran darah melalui pembuluh limpe sampai diorgan-organ terutama hati dan limpa. Basil yang masuk ke peredaran darah akan mengeluarkan endotoksin sehingga menimbulkan demam dan terjadi gangguan termoregulasi tubuh. Dari demam tadi akan menimbulkan diaporesis sehingga terjadi proses kehilangan cairan berlebih. Kehilangan cairan juga dapat meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi peningkatan absorbsi usus dan merangsang peningkatan motilitas usus. Hasil yang tidak dihancurkan juga akan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil akan kembali masuk kedalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak



6



peyer, tukak tersebut dapat mengakibatkan resiko komplikasi perdarahan, perforasi usus dan nekrosis jaringan. keadaan tersebut mengharuskan klien untuk bedrest total sehingga ADL dibantu agar terpenuhi personal hygiene klien dan gangguan aktivitas. Selain itu juga kondisi sakit akan menimbulkan efek hospitalisasi dan mengakibatkan rasa cemas pada klien dan keluarga. (Ngastiyah, 2005) Typhus



dapat



bersifat



intermitten



(sementara),



remiten



(kambuh), dan continue (terus-menerus) tergantung dari periode terjadinya demam. Demam seringkali menyebabkan perasaan tidak nyaman dan meniggalkan kehilangan cairan yang berlebihan lewat katkeringat serta udara yang ikut dalam udara ekspirasi, disamping itu pula terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan menurunnya absorbsi usus sehingga tekanan koloid ekstra sel meningkat, akibatnya cairan berpindah dari intra sel ke eekstra sel. Peningkatan cairan dapat merangsang peningkatan motilitas untuk mengeluarkan kelebihan cairan dan akhirnya timbulah diare. Timbulnya diare akan mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Disamping menimbulkan gejala diare, salah satu gejala typhoid adalah timbulnya obstipasi. Hal ini terjadi endotoksin bekerja menghambat saraf enterik sehingga motilitas usus terhambat.



2.5



K OM P L I K A SI T H YP O I D Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam: 1.



Komplikasi intestinal a.



Perdarahan usus Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perubahan tersebut hanya dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin. Jika perdarahan banyak,



7



maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. b.



Perforasi usus Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.



c. 2.



Ileus paralitik



Komplikasi ekstra intertinal a.



Komplikasi kardiovakuler: miakarditis, thrombosis, dan trombo flebitis.



b.



Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusta penia dan sindrom urenia hemolitik.



c.



Komplikai paru: pneumonia, emfiema, dan pleuritis.



d.



Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitaris.



e.



Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.



f.



Komplikasi tulang: osteomielitis, spondilitis, dan ortitis. Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan tak semua berat dan kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang sempurna. (Nursalam, 2009)



2.6



P E M E R I K SA A N P E NUNJ ANG T H YP O I D 1. Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batasbatas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak



8



ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. 2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. 3. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : a. Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. c. Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif. d. Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. 4. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang



9



yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : a.



Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).



b.



Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).



c.



Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)



Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001). 2.7



P E N A T A L A K SA N A AN T H YP O I D a.



Perawatan. 1)



Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 10 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.



2)



Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya,



tranfusi



bila



ada



komplikasi



perdarahan



(Syaifullah, 2005 : 439). b.



Diet 1)



Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.



2)



Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.



3)



Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.



4)



Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari (Ngastiyah, 2005 : 239 )



10



c.



Obat-obatan 1)



Klorampenikol Merupakan obat antimikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat. Dosis untuk anak-anak 100mg/kg BB /hari diberikan 4 kali sehari peroral atau IV atau IM



2)



Tiamfenikol Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypoid sama dengan kloramfenikol



3)



Kontrimossasol Efektivitas kontrimossasol kurang lebih sama dengan kloramfenikol



4)



Ampisilin dan Amoksilin Efektivitas



ampisilin



dan



Amoksilin



lebih



kecil



dibandingkan kloramfenikol 5)



Vitamin B kompleks dan Vitamin C Sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta menjaga kestabilan metabolisme tubuh



6) Kartikosteroid Diberikan bagi penderita toksemia berta atau gejala berkepanjangan ( Rampengan, 2008 : 58-62).



11



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



3.1



PENGKAJIAN a. Identitas Penyakit ini bisa terjadi pada semua usia dan semua jenis kelamin b.



Keluhan utama Pasien datang dengan keluhan panas sudah dua hari dan muntah



c.



Riwayat kesehatan sekarang Pasien datang dengan diantar keluarganya dengan keluhan panas, pusing, mual muntah 3kali, sewaktu dirumah sudah diperiksakan ke mantra setempat tetapi karena panas lagi maka segera dibawa kerumah sakit



d.



Riwayat kesehatan dahulu Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini dan tidak pernah dirawat dirumah sakit, hanya pilek atau batuk dan biasanya diperiksakan ke mantra setempat, tidak ada riwayat alergi pada pasien. Pasien mendapat imunisasi lengkap.



e.



Riwayat kesehatan keluarga Anggota keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini dan tidak ada penyakit lainnya.



f.



Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum



12



Pasien tampak lemah 2) Kesadaran Compos mentis 3) Kepala I : tidak terdapat benjolan, rambut dan kulit kepala bersih P : tidak terdapat nyeri tekan 4) Mata I : konjungtiva tidak anemis, mata cowong, pupil simetris 5) Hidung I : tidak terdapat pernapasan cupin hidung atau pun polip P : tidak terdapat nyeri tekan 6) Mulut I : mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat bau mulut 7) Telinga I : telinga kanan dan kiri simetris, tidak terdapt gangguan pendengaran P : tidak terdapat nyeri tekan 8) Leher I : leher simetris, tidak terdapat lesi P : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid 9) Dada I : bentuk dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur P : tidak terdapat nyeri tekan P : terdengar suara redup A : terdengar bunyi napas vesikuler, tidak terdapat bunyi napas tambahan. 10) Abdomen I : bentuk perut dtar tidak ada lesi A : bissing usus >15 kali/ menit P : terdengar bunyi hipertympani P : terdapat nyeri tekan ada epigastrum



13



11) Ekstremitas I : aktivitas dibantu keluarga dan tidak ada lesi 12) Anus Tidak terdapat hemoroid



3.2



DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko Ketidakseimbangan Cairan b/d output berlebih, mual dan muntah Definisi : Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dan intravaskuler, instestitial atau intraseluler Faktor Resiko : 1)



Prsedur pendahuluan mayor



2)



Trauma/pendarahan



3)



Luka bakar



4)



Afaresis



5)



Obstruksi instestitial



6)



Peradangan pangkreas



7)



Penyakit ginjal dan kelenjar



8)



Disfungsi intestinal



Kondisi Klinis Terkait : 1) Prosedur Pembedahan Mayor 2) Penyakit Ginjal Dan Kalenjar 3) Pendarahan 4) Luka Bakar 2.



Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat. Definisi : Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme



14



Faktor Risiko : 1) Ketidakmampuan menelan makanan 2) Ketidakmampuan mencerna makanan 3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient 4) Peningkatan kebutuhan metabolisme 5) Factor ekonomi (mis. Financial tidak mencukupi) 6) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan) Kondisi klinis terkait :



3.



1)



Stroke



2)



Cerebral palsy



3)



Amyotropic lateral sclerosis



4)



Kerusakan neuromuscular



5)



Luka bakar



6)



Kanker



7)



Infeksi



8)



AIDS



Hipertermia Definisi: Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh Penyebab: 1)



Dehidrasi



2)



Tepapar lingkungan panas



3)



Proses penyakit



4)



Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan



5)



Peningkatan laju metabolisme



6)



Respon trauma



7)



Aktivitas berlebihan



8)



Penggunaan incubator



Gejala dan tanda mayor Subjektif: (tidak tersedia)



15



Objektif: 1) Suhu tubuh di atas nilai normal Gejala dan tanda minor Subjektif: (tidak tersedia) Objektif: 1) Kulit merah 2) Kejang 3) Takikardia 4) Takipnea 5) Kulit terasa hangat Kondisi klinis terkait: 1) Proses infeksi 2) Hipertiroid 3) Stroke 4) Dehidrasi 5) Trauma



3.3



INTERVENSI KEPERAWATAN 1.



Resiko Ketidakseimbangan Cairan b/d output berlebih, mual dan muntah Kriteria Hasil : 1) Pasien Memiliki konsentrasi urine normal. Sebutkan nilai dasar berat jenis 2) Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk pasien 3)



Tidak mengalami haus yang tidak normal



4) Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mukosa lembap, mampu berkeringant)



16



5) Memiliki asupan cairan oral/atau intravena yang adekuat Aktivitas Keperawatan Pengkajian 1) Pantau kebutuhan cairan pasien baik melalui oral / intravena 2) Penyuluhan untuk Pasien/keluarga 3) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus



Aktivitas lain 1)



Lakukan hygiene oral secara sering



2) Tentukan jumlah dalam 24 jam, hitung asupan yang diinginkan sepanjang sift siang dan sore dan malam 3) Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan 4) Tingkatkan asupan oral (misalnya, sediakan seotan, beri cairan diantara waktu makan, ganti air es secara ruti, buat es bamboo dari juss ke sukaan ena, cetak agar-agar dalam bentuk yang luculucu, gunakan, cangkir obat kecil), Pasang kateter urine, bila perlu Berikan cairan, sesuai dengan kebutuhan (Wilkinson, 2015:314) Aktivitas kolaboratif 1) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi, berikan terapi IV 2.



Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat. Kriteria hasil 1)



Meningkatkan atau mempertahankan berat badan



2)



Menejelaskan komponen diet bergizi adekuat



3)



Mengungkapkan tekat untuk mematuhu diet



4)



Menoleransi diet yang di anjurkan



17



5)



Melaporkan tingkat energi yang adekuat



Aktifitas Keperawatan 1) Tentukan motifasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan 2) Pantau nilai laboratorium 3) Penyuluhan Untuk Pasien dan Keluarga 4) Ajarkan metode untuk perencanaan makan 5) Ajarkan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal



Aktifitas Kolaboratif 1)



Diskusikan dengan ahli gizi dalm menentukan protein pasien



2)



Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi



3)



Rujuk ke program gizi yang tepat



Aktivitas Lain 1) Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan 2) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien 3) 3.



Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis



Hipertmi Kriteria hasil : 1) Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu tubuh 2)



Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh



3) Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermi Intervensi NIC : Pengkajian 1)



Pantau aktivitas kejang



18



2) Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa) 3)



Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan



4)



Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu



Penyuluhan untuk pasien/keluarga 1) Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermi 2) Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan Aktivitas lain 1) Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut 2) Gunakan waslap dingin (kantong es) di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha 3) Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2liter sehari, dengan tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan Aktivitas kolaboratif 1) Berikan obat antipiretik 2) Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh



19



BAB IV PENUTUP



4.1



KESIMPULAN



Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratyphoid biasanya lebih ringan dengan gambaran klinis sama. Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Pemeriksaannya bisa melalui pemeriksaan Leukosit, pemeriksaan SGOT dan SGPT, dan Uji Widal.



4.2



SARAN



Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i Jurusan Keperawatan, hendaknya mengetahui mengenai konsep intranatal dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan



20



DAFTAR PUSTAKA DPP, T. P. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesi. Jakarta: PPNI. Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Prabowo, A. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Ridha, H. N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suriadi, Y. (2009). Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Percetakan Penebar Swadaya. Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.



21