Askep Tumor Orbita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS



TUMOR ORBITA DI RUANG PERAWATAN MATA RSUD ULIN BANJARMASIN Tanggal 10 s/d 15 September 2012



Oleh : SYAMSU RIZALI NIM I1B108626



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2012



LEMBAR PENGESAHAN Judul



: Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Tumor Orbita di Ruang Perawatan Mata RSU Ulin Banjarmasin Disusun oleh : Syamsu Rizali NIM. I 1B108626



Dengan ini telah disetujui pembuatannya oleh Pembimbing Lahan dan Pembimbing Akademik sebagai penugasan individu dalam Stase Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Tahun 2012 Banjarmasin,



September 2012



Menyetujui Pembimbing Akademik



Pembimbing Lahan



_______________________



______________________



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR ORBITA I.



KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata dan kelenjar air mata. Rongga orbital dibatasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah inferior oleh atap sinus maksilaris. B. Penyebab Tumor mata dapat disebabkan oleh berbagai factor, termasuk faktor genetic yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor mata pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek. -



Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14)



-



Malformasi congenital



-



Kelainan metabolism



-



Penyakit vaskuler



-



Inflamasi intraokuler



-



Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis



-



Trauma



C. Patofisiologi Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas



1



pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek. Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal. D. Klasifikasi Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai berikut : 1. Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti: -



Tumor palpebra yaitu tumor yang tumbuh pada kelopak mata, misalnya : Tumor Adeneksa, tumor menyerang kelopak mata (bagian kulit yang dapat membuka dan menutup).



-



Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata bagian depan



2. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata, contoh : Retinoblastoma (RB). Jenis ini adalah tumor ganas retina dan merupakan tumor primer bola mata terbanyak pada anak. 3. Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata Berdasarkan sifatnya, dibedakan sebagai berikut : (Sidarta, ilyas), • Tumor primer, biasanya tumor jinak pada orbita dengan gejala-gejala seperti gangguan pergerakkan bola mata, gangguan penglihatan, gangguan lapang pandangan, pembendungan darah dalam orbita, adanya perubahan fundus



2



mata. Contoh : Hemangioma, Meningioma, Kista dermoid, Neurofibroma, Sarkoma, Glioma saraf optik. • Tumor sekunder, adalah tumor yang berasal dari tempat-tempat yang berhubungan dengan rongga orbita dan terjadi perluasan tumor ke dalam rongga orbita misalnya dari sinus, rongga otak atau kelopak mata. Contoh : Basalioma Carsinoma • Tumor metastasis, biasanya tumor ini dapat menjadikan metastasis ke hati, paru-paru dan tulang. E. Manifestasi Klinis Beberapa tanda dan gejala tumor mata yaitu : 1. Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa 2. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas). 3. Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa 4. Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel. 5. Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus 6. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler. F. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan), dilatasi foramen optik (meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal). Meningioma sering menyebabkan sklerosis lokal. 2. CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan adanya setiap perluasan keintrakranial. 3. Venografi orbital: mungkin membantu. 3



Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut : a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic. b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma. c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma. e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme. f. Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik / infeksi. G. Penatalaksanaan Medis Tumor jinak : memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservativ. Apabila terjadi eksisi atau pembedahan, akan dilakukan perawatan di rumah sakit, yaitu : - Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi pada bagian tubuh lain. tirah baring dilaksanakan kurang lebih 5 hari setelah operasi atau tergantung pada kebutuhan klien. - Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencegah cidera. - Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina. - Pasien tidak boleh terbaring telungkup. - Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi (atropin). (Sidarta, Ilyas. 2009)



4



Tumor ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon) Penatalaksanaan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe tumor seperti : 1. terapi medis (obat-obatan) 2. tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa tumor 3. lainnya tidak membutuhkan terapi. 4. radioterapi (sinar) dan kemoterapi. Penatalaksanaan tumor berdasarkan ganas atau tidaknya tumor yaitu : a. Tumor jinak : memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif b. Tumor ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal. Pendekatan operatif : 1. Orbital medial, untuk tumor anterior, terletak dimedial saraf optik. 2. Transkranial-frontal, untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau terletak posterior dan medial dari saraf optik. 3. Lateral, untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari saraf optik. Pembedahan : a. Enukleasi : dilakukan pada tumor yang masih tebatas intraokuler ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan memotong saraf optik sepanjang mungkin. b. Eksenterasi Orbita : dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke



jaringan



orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya sesudah operasi diberikan terapi radiasi untuk membunuh sisa-sisa sekitar tumor. 5



H. Komplikasi 1. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan. 2. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. 3. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. I. Prognosis Prognosis atau angka keberhasilan kelangsungan hidup penderita tumor orbita mencapai 80%, artinya masih ada harapan hidup yang cukup baik. Angka kematian sangat dipengaruhi oleh stadium dari tumor itu sendiri. Tentu saja pada stadium lanjut angka kelangsungan hidupnya lebih buruk. Pada jenis-jenis tertentu angka kekambuhannya juga cukup tinggi.



II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Pengkajian Riwayat Kesehatan : - Keluhan utama



(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian). Apakah klien mengalami gangguan penglihatan/adanya benjolan pada mata. - Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit). Apakah ada benjolan pada daerah sekitar mata/dahi, ada perasaan yang tidak nyaman akibat adanya benjolan, nyeri, takut. Tampak benjolan pada daerah orbita, kaji ukuran benjolan, jenis benjolan (keras, lunak, mobile/tidak ). - Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). Apakah klien punya riwayat trauma pada mata atau riwayat penyakit tumor, memiliki faktor resiko penyakit mata (memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, 6



riwayat penyakit mata dalam keluarga seperti glaukoma, atau mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi mata). -



Riwayat kesehatan keluarga (adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak). Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya



Pemeriksaan Fisik : o



Keadaan umum - GCS - Tanda Vital ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) - Kesadaran



o



Pemeriksaan Mata : Status lokalis (Visus, koreksi, skiaskopi, tonometri, kedudukan, pergerakan, Palpebrae Superior, Palpebrae inferior, Konjungtiva palpabrae, Konjungtiva bulbi, Konjungtiva forniks, skera, iris, pupil, lensa, funduskopi, refleks fundus, Corpus Vitreum, Tens oculi, Sistem Lakrimalis



Pengkajian Pola Fungsional Gordon : 1. Pola persepsi dan penanganan kesehatan  Tanyakan pada klien bagaimana pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana prosedur bedah dan kemungkinan gejala sisanya yang dikaji bersamaan dengan reaksi pasien terhadap rencana pembedahan mata.  Menanyakan pada klien tentang pengalaman pembedahan, pengalaman anestesi, riwayat pemakaian tembakau, alkohol, obat-obatan.  Biasanya klien mengalami perubahan status kognitif karena pembedahan yang akan dihadapi. 2. Pola nutrisi metabolik  Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah sakit?  Apakah ada perubahan pola makan klien?  Kaji apa makanan kesukaan klien?  Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu.



7



 Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi klien, apakah klien sebelumnya jarang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, dan vitamin E 3. Pola eliminasi  Tanyakan bagaimana pola BAB dan karakteristiknya  Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin  Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi 4. Pola aktivitas latihan  Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum menghadapi pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?  Apakah aktivitas terganggu karena gangguan penglihatan yang dihadapinya? 5. Pola istirahat - tidur  Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi, berapa lama klien tidur dalam sehari?  Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri pada mata, pusing, dan lain lain.  Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat (Ruth F. Craven, Costance J Himle, 2000). Pada pasien preoperasi yang terencana mengalami kecemasan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara 3 – 5 jam, sedangkan kebutuhan tidur dan istirahat normal adalah antara 7 – 8 jam. (Gunawan L, 2001). 6. Pola kognitif - persepsi  Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan  Apakah klien mengalami kesulitan saat membaca atau melihat  Apakah menggunakan alat bantu melihat  Bagaimana hasil visus  Apakah ada keluhan pusing dan bagaimana gambarannya  Klien akan mengalami gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap.



8



Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia. Perubahan kacamata / pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. 7. Pola persepsi dan konsep diri  Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya apakah klien merasa rendah diri ?  Biasanya klien akan takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan setelah operasi.  Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan dalam penglihatan. 8. Pola peran dan hubunagn  Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?  Pola peran hubungan klien dengan orang lain tergantung dengan kepribadiannya. Klien dengan kepribadian tipe ekstrovert pada orang biasanya memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi rasa cemas. 9. Pola seksualitas - reproduksi  Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?  Apakah ada perubahan kepuasan pada klien berkaitan dengan kecemasan dan ketakutan sebelum operasi?  Pada pasien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya 10. Pola koping dan toleransi stres  Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah?  Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?  Pada pasien pre operasi dapat mengalami berbagai ketakutan . Takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau ancaman lain terhadap



9



citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer and Bare, 2002). 11. Pola keyakinan-nilai  Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan  Tanyakan apakah ada pantangan keagamaan B. Diagnosa Keperawatan Pathway Keperawatan Infeksi virus ( Virus SV –4)



Mutasi gen pengendali pertumbuhan



Berfungsinya onkogen (karsinogenic Agent)



Gangguan mekanisme pengendalian



pertumbuhan normal



Proptosis Tumor organ



Gangguan citra tubuh



Nyeri



Gangguan fungsi organ



Gangguan struktur mata



Penurunan interpretasi lingkungan



Kecemasan



Beberapa diagnosa yang dapat muncul : 1. Sindrom Gangguan Interpretasi Lingkungan; Visual sehubungan dengan perubahan penerimaaan, transmisi dan integrasi sensori 2. Nyeri sehubungan dengan tekanan pada struktur bola mata 3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis maturasi 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan



10



C. Rencana Tindakan Keperawatan



Diagnosa Keperawatan Sindrom Gangguan Interpretasi Lingkungan; Visual



Tujuan dn Kriteria Hasil Orientasi Kognitif Indikator: - Mampu mengenal diri sendiri - Mampu mengenal orang penting lainnya - Mampu mengenal tempat yang sekarang Kompensasi tingkah laku Penglihatan Indikator: - Pantau gejala dari semakin buruknya penglihatan - Mampu memposisikan diri untuk penglihatan - Menggunakan layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah - Menggunakan alat bantu penglihatan yang lemah



Intervensi Keperawatan Peningkatan Komunikasi : Defisit Melihat 1. Kenali diri sendiri ketika memasuki ruang pasien 2. Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan menolak kenyataan) 3. Menerima reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan 4. Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya 5. Gambarkan lingkungan kepada pasien 6. Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien tanpa memberitahu pasien 7. Memprakarsai untuk menyerahkan ke ahli terapi sebagaimana mestinya 8. Rujuk pasien dengan masalah penglihatan ke agen yang sesuai Manajemen Lingkungan 1. Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien 2. Hilangkan bahaya lingkungan (misal, permadani yang bisa dilepas-lepas dan kecil, mebel yang dapat dipindah-pindahkan) 3. Hilangkan objek-objek yang membahayakan dari lingkungan 4. Kawal klien selama kegiatan-kegiatan di bangsal sebagaimana mestinya 5. Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat dengan jangkauan 6. Sediakan tempat tidur tinggi-rendah yang sesuai 7. Manipulasi pencahayaan untuk kebaikan terapeutik 8. Sediakan alat-alat yang adaptif (misal, bangku untuk melangkah atau pegangan tangan) yang sesuai 9. Susun perabotan di dalam kamar dalam tatakan yang sesuai yang bagus dalam mengakomodasi ketidakmampuan pasien ataupun keluarga



11



10. Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat dengan jangkauan 11. Kurangi stimulus lingkungan sebagaimana mestinya 12. Hindarkan mengekspos yang tak penting, draf-draf, memanasmanasi, atau menakut-nakuti 13. Batasi pengunjung 14. Bawa benda-benda yang familiar dari rumah 15. Ijinkan keluarga/orang tertentu lainnya untuk tetap bersama pasien 16. Didik pasien dan pengunjung mengenai perubahan/tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak akan dengan segaja mengganggu lingkungan yang direncanakan 17. Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi pasien Nyeri



Kontrol Nyeri Indikator : - Mengenali faktor penyebab - Mengenali onset (lamanya sakit) - Menggunakan metode pencegahan - Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri - Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan - Mencari bantuan tenaga kesehatan - Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan - Menggunakan sumber-sumber yang tersedia - Mengenali gejala-gejala nyeri - Mencatat pengalaman nyeri



Manajemen Nyeri 1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5. evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6. evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau 7. bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 8. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 9. kurangi faktor presipitasi 10. pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non



12



sebelumnya - Melaporkan nyeri sudah terkontrol Level Nyeri Indikator: - melaporkan adanya nyeri - luas bagian tubuh yang terpengaruh - frekuensi nyeri - panjangnya episode nyeri - pernyataan nyeri - ekspresi nyeri pada wajah - posisi tubuh protektif - kurangnya istirahat - ketegangan otot - perubahan pada frekuensi pernafasan - perubahan nadi - perubahan tekanan darah - perubahan ukuran pupil - keringat berlebih - kehilangan selera makan



Ansietas



Kontrol Kecemasan Indikator:: - monitor intensitas kecemasan - menyingkirkan tanda kecemasan - menurunkan stimulus lingkungan ketika cemas



11. 12. 13. 14. 15. 16.



farmakologi dan inter personal) kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi ajarkan tentang teknik non farmakologi berikan analgetik untuk mengurangi nyeri evaluasi keefektifan kontrol nyeri tingkatkan istirahat kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil



Analgetic Administration 1. tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 2. cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi 3. cek riwayat alergi 4. pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu 5. tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri 6. tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal 7. pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur 8. monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali 9. berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat 10. evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping) Pengurangan Cemas 1. gunakan pendekatan yang menenangkan 2. pahami perspektif pasien terhadap situasi stres 3. temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 4. berikan informasi mengenai diagnosis, tindakan, prognosis



13



- merencanakan strategi koping untuk situasi penuh stres - menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas - tidakada manifestasi perilaku kecemasan - melaporkan kebutuhan tidur adekuat



Gangguan Citra Tubuh



Penyesuaian Psikososial : Indikator : - Menyesuaikan antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan wujud tubuh - Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh - Keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan



5. 6. 7. 8. 9. 10.



dorong keluarga untuk menemani anak lakukan backrup dengarkan dengan penuh perhatian identifikasi tingkat kecemasan bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 11. instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi 12. berikan obat untuk mengurangi kecemasan Pencapaian Citra Tubuh : 1. Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal pasien tentang tubuhnya 2. Tentukan harapan pasien terhadap gambaran diri 3. Tentukan apakah perubahan saat ini dikaitkan ke dalam citra tubuh pasien 4. Tentukan adanya ketidaksukaan yang didapat terhadap karakteristik fisik tertentu 5. Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri 6. Identifikasi cara untuk mengurangi dampak dari segala kesalahan penggambaran diri 7. Fasilitasi kontak dengan individu 8. Gunakan latihan pengungkapan diri dengan kelompok



14



DAFTAR PUSTAKA



Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit : LWW, Philadelphia. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGC, Jakarta. Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book. Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta IOWA OUTCOMES PROJECT. (1996). Nursing Interventions Classification (NIC). 2 ed. Mosby.Inc



nd



IOWA OUTCOMES PROJECT. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). 2nd ed. Mosby.Inc Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book Nanda. (2011) Nursing Diagnoses: Definitions and Classification (NANDA) 2012 – 2014. Willey-Blackwell. Singapore National Eye Centre. (2010). “kondisi mata dan perawatan” http://www.snec.com.sg/. Diakses tanggal 16 September 2011 Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.



Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd http://cyberwoman.cbn.net.id, Waspadai kanker mata http://digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.... http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Orbita.html, Tumor Orbita http://www.dexamedica.com, Tumor Orbita http://www.klinikmatanusantara-manado.com/file/859.pdf