Askep Tumor Tulang [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Mala
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASKEP KEGANASAN TUMOR TULANG



1.KHAIRUL UMAM 2. KOMALA SARI 3. LAELA BADRIA 4. M.IRWAN SURYADI 5. MUH. SYAHRON AL FAZARI 6. MUH. SOHIB 7. MUH. SOPIAN 8. MUH. MAKSUM 9. MUHAMAD RAMLI 10.NI NYOMAN SULASTRI



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 2015 KATA PENGANTAR 1



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KEGANASAN TUMOR TULANG” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang Dermatitis Kontak. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang ikut membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Mataram, 21 Desember 2015



Penulis



DAFTAR ISI 2



HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... KATA PENGANTAR........................................................................................................ DAFTAR ISI....................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1.1 Latar B elakang............................................................................................ 1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................ BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT........................................................................... 2.1 Konsep Medis................................................................................................ 2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.......................................................... BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOSARKOMA................ 3.1 Pengkajian..................................................................................................... 3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................ 3.3 Intervensi Keperawatan............................................................................... 3.4 Implementasi Keperawatan......................................................................... 3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................. BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 4.1 Simpulan........................................................................................................ 4.2 Saran.............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



3



Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah Keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Proses keperawatan itu sendiri merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, serta pengevaluasian hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan. Setiap tahap saling bergantung dan berhubungan(A. Aziz Alimul H, 2009). Bahasan neoplasma pada system muskuloskeletal menjadi dua, yaitu neoplasma jaringan lunak dan neoplasma kerangka. Tumor tulang di luar tulang, kulit, dan sistem organ besar biasanya disebut tumor ganas jaringan lunak dan bukan sarkoma, karena berbagai tumor mesenkim dengan derajat keganasan rendah dan tumor dengan penumbuhan infiltratif setempat juga termasuk dalam golongan ini. Reeves (2001), terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu primer dan metastasis. Tumor yang berasal dari tulang (primer) mencakup tumor yang tidak berbahaya seperti osteoma, kondroma, tumor sel raksasa, kista dan osteid osteoma. Tumor primer tumbuh dengan lambat, pada area terbatas, dan jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas sangat jarang menyerang orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini mencangkup osteosarkoma dan multiple myeloma. Doenges (2000), memakai istilah kanker untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler, kanker merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal. Sarkoma merupakan kanker yang berasal dari tulang, otot, atau jaringan penyambung. Tumor ganas sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap awalnya. Osteosarkoma merupakan keganasan tulang yang utama, sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya terdapat di paru-paru, payudara, prostat, ginjal, ovary, atau tiroid. Insiden osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada tumor tulang primer dan memiliki prognosis yang buruk. Karsinoma akan lebih sering bermetastatis ke tulang daripada sarkoma.



4



Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan adalah: 1.2.1 Untuk mengetahui konsep medis dari keganasan tumor tulang. 1.2.2 Untuk mengetahui konsep keperawatan dari keganasan tumor tulang. 1.3 Manfaat Penulisan Manfaat penulisan adalah: 1.3.1 Sebagai sarana pembelajaran untuk dapat mengidentifikasi berbagai kebutuhan dasar manusia yang bersifat tidak mampu dilakukan, tidak mau dilakukan, atau 1.3.2



tidak diketahui bagaimana cara melakukannya. Sebagai sarana pembelajaran untuk dapat menentukan diagnosis keperawatan setelah dilakukan identifikasi, Khususnya dalam asuhan keperawatan pada klien



1.3.3



tumor muskuloskeletal. Sebagai sarana pembelajaran untuk dapat menentukan rencana tindakan setelah diagnosis ditegakkan, Khususnya dalam asuhan keperawatan pada klien tumor muskuloskeletal.



5



BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT 2.1 KONSEP MEDIS 2.1.1 Definisi Karsinoma (keganasan) tulang adalah pertumbuhan sel baru yang bersifat ganas dan abnormal pada tulang primer, tulang rawan, jaringan ikat, dan sum-sum tulang. Karsinoma tulang disebut juga dengan neoplasma tulang atau tumor tulang. Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-selnya tidak pernah menjadi dewasa. Tumor tulang primer merupakan tumor tulang dimana sel tumornya berasal dari sel-sel yang membentuk jaringan tulang, sedangkan tumor tulang sekunder adalah anak sebar tumor ganas organ non tulang yang bermetastasis ke tulang.



6



Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana selsel tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan “Tumor Tulang”, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas. Tumor tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan. Sedangkan setiap pertumbuhan yang barudan abnormal disebut neoplasma. Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya. 2.1.2



Anatomi dan Fisiologi Muskuluskeletal Sistem muskuloskeletal merupakan



penunjang



bentuk



tubuh



dan



bertanggung jawabterhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringankhusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. 1) Tulang a. Bagian-bagian utama tulang rangka b. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yangakan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertigadari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis. c. Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah : d. 1.Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh2.Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-ototyang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit



yangdigerakan



oleh



kerja



otot-otot



yang



melekat



padanya.3.Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain4.Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsummerah tulang tertentu e. Struktur tulang f. Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :1.Tulang panjang ditemukan di ekstremitas2.Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan3.Tulang pipih pada tengkorak dan iga4.Tulang ireguler (bentuk yang 7



tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah,dan rahang.Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusundari jaringan tulang yang padat, sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagaiepiphyseyang berbatasan denganmetaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulangtumbuh memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal sebagaidiaphysisyang berbentuk g. h. i. j.



silindris. Perkembangan dan pertumbuhan tulang Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal : 1.Tulang didahului oleh model kartilago. 2.Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilagodalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan



meninggalkanruang-ruang. k. 3.Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang(osteoklast). Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago. l. 4.Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisisyang menghasilkan tiga pusat osifikasi. m. 5.Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yangsehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisahsecara vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluasmendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runagmebesar untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalamidegenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang. n. 6.Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusidengan korpus.Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut : o. Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90% posfor.Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagaicontoh, apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar posfor akan berkurang. 8



p. Calcitonin,



diproduksi



oleh



kelenjar



typoid



memilki



aksi



dalam



menurunkankadar kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal. q. Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan osteomalacia pada usia dewasa. r. Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum menurun, sekresihormone paratiroid akan meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkanaktivitas osteoplastic dan menyalurkan kalsium kedalam darah. s. Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masasebelum pubertas. t. Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme protein. u. Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan menghambat peran hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada saatmenopause, wanita sangat rentan terhadap menurunnya kadar estrogen dengankonsekuensi



langsung



terhadap



kehilangan



masa



tulang



(osteoporosis). Androgen,seperti testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa tulang. 2) Sendi Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulangtulang inidipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya. a. Sendi fibrosa (sinartrodial) Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-seratkolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak. b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial) Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan fibrosakuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis.Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas. c. Sendi synovial (diartrodial) Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkangerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan



9



tangan, dll.) tetapi beberapasendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkusdalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis. Membran ini mensekresicairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yangditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-selmononuclear. Cairan synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. 3) Otot Rangka Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya adalahuntuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan(kontraksi)



otot.



Dengan



memanjang



(relaksasi)



otot



memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.Otot ada yang



melekat



langsung



pada



tulang,



tetapi



dimana



bagian



terbesarnyamempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan langsung dengantulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendonfibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system saraf.Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot bisep darilengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap stasioner danadalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatanini untuk menggerakan otot dan diketahui sebagaiinsersio dari otot.Bisep adalah otot fleksor ; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia memendek.Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak tengadah karenatitik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah ototekstensor ; otot inimeluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot bisep 2.1.3



Etiologi a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi



10



b. Keturunan, Contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang adalah: 1) Multiple exostoses 2) Rothmund-Thomson sindrom 3) Retinoblastoma genetik 4) Li-Fraumeni sindrom c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat pajanan radiasi ). 2.1.4



Patofisiologi Gambaran patologik yang penting untuk meramalkan perjalanan klinis dan menentukan cara penanggulangannya ialah banyaknya mitosis dan banyaknya nekrosis. Tumor ganas ini dibagi dalam tiga derajat maliknitas. Bila klien mendapat terapi optimal, prognosis pertahanan hidup setiap lima tahunnya, berdasarkan derajat keganasan tumor dari derajat I – III adalah 90%, 70%, dan 45%. Banyaknya mitosis dari derajat I – III berturut-turut adalah < 4/2 mml 2, 4-25/2 mm2 (2mm2 artinya banyaknya mitosis pada lapangan mikroskopik 2mm2).



2.1.5



Pathway Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi



faktor genetika



kondisi patologis



Adanya tumor tulang



Jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor



Reaksi tulang normal



Osteolitik (destraksi tulang), osteoblastik (pembentukan tulang)



11



Pertumbuhan tulang yang abortif Osteoporosis



Tumor



Fraktur



Pembedahan Penumbuhan massa tulang



NYERI



Resti Gangguan harga diri



Deformitas



Kerusakan mobilisasi fisik



2.1.6



Insiden Tumor Tulang Insiden dari beberapa neoplasma berkaitan dengan usia, misalnya osteosarkoma terjadi kebanyakan pada anak dan remaja, dan osteoklastoma terjadi pada dewasa. Lokasi anatomi juga mempunyai kekhususan, yaitu sering terjadi pada daerah metafisis tulang panjang seperti femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.



2.1.7



Klasifikasi Tumor tulang 1) Tumor tulang jinak (Benigna) Tumor tulang jinak (benigna), tumor inu biasanya tumbuh lambat, gejalanya sediktit, dan tidak menyebabkan kematian. 2) Tumor tulang ganas (Maligna) Tumor tulang ini relative datang dan biasanya tumbuh dari sel jaringan ikat dan penyokong/elemen sumsum tulang (Myeloma). Tumor tulang ganas di golongkan berdasarkan TMM (Tumor, Nodus, Metastasis), yaitu penyebaran setempat dan metastatis. Klasifikasi tumor tulang menurut Sjamsuhidajat R (1997) sebagai berikut: a. T = Tumor Induk b. TX = Tumor tidak dapat dicapai c. T0 = Tidak ditemukan tumor primer d. T1 = Tumor terbatas didalam periosteum 12



e. f. g. h. i. j. k. l. 2.1.8



T2 T3 N N0 N1 M M0 M1



= = = = = = = =



Tumor menembus periosteum Tumor masuk organ atau struktur seputar tulang Kelenjar limfe regional Tidak ditemukan tumor di kelejar limfe Tumor di kelenjar limfe regional Metastatis jauh Tidak di temukan metastasis jauh Metastasis jauh



Manifestasi Klinik Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri. Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga yang jinak. Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah jinak. Beberapa manifestasi klinis tumor tulang, antara lain: a. Persendian yang bengkak dan inflamasi. b. Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh Manifestasi klinis yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala tumor tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.



2.1.9



Jenis – Jenis Tumor a. Multipel myeloma Tumor ganas tulang yang paling sering ditemukan adalah multiple myeloma, akibat proliferasi ganas dari sel-sel plasma. Myeloma multiple merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan pengantian sumsum tulang, destruksi tulang dan pembentukan paraprotein. Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri tulang, dan lokasi nyeri seringkali pada tulang iga dan tulang belakang. Tanda lain adalah teraba lesi tulang, terutama pada tulang tengkorak, dan klavikula. Lesi-lesi pada tulang punggung dapat menyebabkan vertebra kolaps dan kadang-kadang menjepit saraf spinal. 13



Pengobatannya memerlukan berbagai usaha sebab myeloma multiple menyerang banyak organ. Tujuan terapi myeloma sering kali paliatif, jika penyakit yang di temukan di temukan dalam keadaan minimal atau jika diagnosis keganasan meragukan, pasien harus di observasi tanpa dilakukan terapi sebelumnya. b. Tumor Raksasa Tumor ini biasanya berasal dari sarumg tendo. Sifat khas dari tumor sel raksasa adalah adanya stroma vascular dan seluler yang terdiri atas sel-sel berbentuk oval yang mengandung sejumlah nucleus, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel ini mengandung sejumlah nucleus yang vesikuler dan menyerupai selsel stroma. Tumor sel raksasa sering terjadi pada orang dewasa muda dan lebih banyak pada wanita. Tumor ini sering menyerang pada ujung-ujung tulang panjang, terutama lutut dan ujung bawah radius. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri, disamping gejala keterbatasan gerak sendi dan kelemahan. Tumor ini (sekitar 60% atau lebih) cenderung kambuh secara local dan biasanya tumor yang kambuh karena tidak bersihnya eksisi akan bersih bersifat lebih ganas. Untuk memastikan jenis tumor dilakukan biopsi, kemudian perlu dilakukan eksisis local yang cukup luas, termasuk pengangkatan jaringan normal dari tepi tumor. Dengan melakukan biopsy maka diagnosis dapat ditegakkan dan operasi lokal yang disertai tindakan rekonstruksi segera dapat dilakukan. c. Osteoma Merupakan lesi tulang yang bersifat jinak yang ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal. Osteoma klasik berwujud sebagai benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak nyeri. Jika lesi menimbulkan gejala, maka perawatan yang dipilih adalah eksisi osteoma dengan pembedahan. Operasi pembuangan bagian tulang yang membesar ini juga dilakukan utuk keperluan diagnostic pada lesi-lesi yang besar. Eksisi biasanya memberikan penyembuhan pada tulang. Pada pemeriksaan radiografi, osteoma perifer tambak sebagai lesi radio – opak yang meluas dari permukaan tulang. Osteomas sentral tampak sebagai suatu massa sklerotik berbatas jelas dalam tulang. 14



d. Kondroblastoma Adalah tumor jinak yang jarang ditemukan, dan biasanya menyerang anak laki-laki yang berusia remaja. Tumor ini secara unik ditemukan di Epifisis. Tempat yang paking sering terserang adalah humerus. Gejala yang muncul seringkali berupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan tulang rawan. Perawatannya



dilakukan



dengan



eksisi



pembedahan.



Jika



mengalami



kekambuhan, maka tumor ini akan di tangani dengan eksisi, bedah beku atau radioterapi. e. Enkondroma Enkondroma atau kondroma sentral adalah tumor jinak dari sel-sel tulang rawan dispalstik yang timbulnya pada metafisis tulang tubular terutama pada tangan dan kaki, seperti falang, metacarpus, dan metatarsus. Pada pemeriksaan radiografi didapati titik-titik perkapuran yang berbatas tegas, membesar,dan menipis. Tanda itu merupakan cirri khas dari tumor enkondroma. Tumor berkembang selama massa pertumbuhan pada anak-anak atau remaja. Keadaan tersebut meningkatkan kemungkinan terjadinya fraktur patologis. Enkondroma tidak menimbulkan gejala nyeri sampai terjadi pembengkakan, atau fraktur patologis pada tulang yang korteksnya menjadi tipis karena absorbs enkondroma. Untuk jenis gangguan ini biasanya dilakukan pembedahan dengan kuret dan pencangkokan tulang. f. Sarkoma Osteogenik (osteosarkoma) Merupakan neoplasma tulamg primer yang sangat ganas kedua. Neoplasma ini sering di temukan pada anak, remaja, dan dewasa muda. Tumor ini tumbuh pada bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Osteosarkoma paling banyak menyerang anak remaja dan mereka yang mengijak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang klien penyakit paget yang berusia lebih dari 50 tahun. Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari osteosarkoma. Penampakan luar dari osteosarkoma dapat berupa osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor, atau periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai



15



bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik. Tumor ini dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Pada radiogram akan terlihat sebagai suatu sunburst (pancaran sinar matahari). g. Kondrosarkoma Tumor ini paling sering menyerang pria berusia di atas 35 tahun (price,1995). Gejala yang paling sering adalah adanya massa tanpa nyeri yang berlangsung lama tetapi mungkin akan diikuti pertumbuhan yang cepat dan agresif. Tempat-tempat yang sering ditumbuhi tumor ini adalah pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu, dan tulang-tulang kraniovasial. Tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan bercak-bercak berkapuaran yang tidak jelas, pada penampakan radiogram. Penatalaksanaannya terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah dengan eksisi radikal, juga dengan bedah beku, radioterapi, dan kemoterapi. Untuk lesi-lesi yang agresif dan kambuh berulang-ulang, penatalaksanaannya yang paling tepat adalah dengan amputasi. Terapinya adlah dengan mengangkat kelainan yang disusul dengan kemoterapi bila perlu. Walaupun bermetastasis, tetapi prognosisnya lebih baik daripada osteosarkoma. h. Sarkoma Ewing Sarkoma ewing adalah jenis tumor tulang lain yang sangat ganas. Tumor ini sering memenuhi sum-sum tulang panjang dan merupakan neoplasma tulang primer ketiga yang paling sering dijumpai. Tumor ini paling terjadi pada anak-anak belasan tahun dan paling sering pada kortus tulang panjang. Penampilan secara kasarnya adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sum-sum tulang dan merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran berupa kulit bawang. Tanda dan gejala yang khas berupa nyeri,benjolan nyeri tekan,dema seperti pada klien osteomielitis akut (38-40oc), dan leukositosis (20.000-40.000 leukosit/mm3).penatalaksanaannya berupa pengobatan dengan penyinaran, pemberian obat-obat sitostatik, dan pembedahan dilakukan untuk membuang



16



tumor. Tumor ewing bersifat relative radiosensitive. Prognosis sarcoma ewing mirip osteosarkoma yaitu buruk dan tidak jarang klien meninggal beberapa tahun setelah didiagnosis. 2.1.10 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003). contoh hasil rontgen:



2.1.11 Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi



pembedahan,



kemoterapi,



radioterapi,



atau



terapi



kombinasi.



Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis 17



tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau



dalam



kombinasi.



Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999). b. Tindakan keperawatan Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ). Mengajarkan mekanisme koping yang efektif, Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan. Memberikan nutrisi yang adekuat, Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter. Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.(Smeltzer. 2001) 2.1.12 Penobatan Tumor Tulang Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang primer, antara lain : a. Pembedahan. Kanker tulang umumnya diterapi dengan pembedahan. Pembedahan dilakukan pada kanker yang belum menyebar dan mengangkat jaringan kanker dan jaringan yang ada disekitarnya. Beberapa tumor mungkin masih memerlukan kemoterapi atau radiasi selain pembedahan. b. Terapi radiasi Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tertentu untuk mengecilkan tumor atau menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan merusak DNA sel, sehingga sel tidak mampu berkembang. Meskipun terapi radiasi dapat 18



merusak sel sehat yang ada disekitarnya, sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi dan akan mati saat diradiasi. sel sehat disekitarnya akan rusak karena radiasi, namun mereka akan segera pulih. c. Kemoterapi. Kemoterapi sering diberikan untuk pengobatan kanker tulang. Obat kemoterapi bekerja dengan menghilangkan sel-sel yang memiliki kecepatan dalam membelah diri, seperti sel kanker. Namun, ada beberapa jenis sel normal yang juga memiliki sifat cepat membelah diri seperti sel rambut. Sehingga kadangkala kemoterapi menyebabkan kerontokan rambut. Adakalanya dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya. Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya, tingkat penyebaran atau bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya. 2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 2.2.1 Pengkajian a. Aktivitas /Istirahat Gejala: 1) Kelemahan dan atau keletihan. 2) Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktorfaktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam. 3) Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan. 4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi. b. Sirkulasi Gejala : 1) palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih. 2) Perubahan pada TD. c. Integritas Ego Gejala : 1) Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual). 2) Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat, pembedahan. 3) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan. Tanda : 1) Kontrol depresi. 19



2) Menyangkal, menarik diri, dan marah. d. Eliminasi Gejala : Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih. Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen. e. Makanan/Cairan Gejala: 1) Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet). 2) Anoreksia, mual/muntah. 3) Intoleransi makanan. Tanda: 1) Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot. 2) Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema. f. Neurosensori Gejala : Pusing, sinkope. g. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit). h. Pernafasan Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajananasbes. i. Keamanan Gejala : 1) Pemajana pada kimia toksik, karsinogen. 2) pemajanan matahari lama/berlebihan. 3) Demam. Tanda : Ruam kulit, ulserasi. j. Seksualitas Gejala : 1) Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan. 2) Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.



20



3) Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital. k. Interaksi Social Gejala : 1) Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung. 2) Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran. 2.2.3



Diagnosa Keperawatan Berdasarkan penyimpangan KDM pada klien dengan tumor muskuloskeletal, maka diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya (tumor tulang). 2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan kerusakan



rangka



neuromuskuler. 3. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisika (kecacatan bedah, efek samping kemo terapi miss kehilangan rambut, kelelahan berlebih,dll). 4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pembedahan. 2.2.4



Rencana Asuhan Keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan Pertama: penyakitnya(tumor tulang). a. Ditandai dengan: keluhan sendiri/penyempitan



fokus,



Nyeri nyeri,



distraksi/



berhubungan



dengan



memfokuskan perilaku



proses



pada



berhati-hati,



diri



respons



autonomil/ gelisah. b. Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri c. Kriteria hasil: - Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan - Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu. d. Intervensi:



21



INTERVENSI 1. Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi,



durasi,



dan



intensitas nyeri ) 2. Berikan



RASIONAL 1. memberikan data dasar untuk menentukan evaluasi



lingkungan



yang



dan



intervensi



mengyang



diberikan. 2. meningkatkan relaksasi klien.



nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi ) 3. Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi. 4. Kolaborasi: Berikan



analgesik



3. meningkatkan relaksasi yang



dapat menurunkan rasa nyeri klien 4. mengurangi nyeri dan spasme



otot sesuai



kebutuhan untuk nyeri.



2.



Diagnosa Keperawatan Kedua: Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler. a. Ditandai dengan: ketidakmampuan bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan fisik, dilakukan pembatasan dan penurunan kekuatan/kontrol otot. b. Tujuan: klien dapat melakukan aktivitas secara minimum. c. Kriteria hasil: - Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan - Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu. d. Intervensi:



22



INTERVENSI 1. Kaji derajat imobilitas yang



RASIONAL 1. Pasien mungkin dibatasi oleh



dihasilkan oleh cedera/pengo-



pandangan diri/ persepsi diri



batan dan perhatikan persepsi



tentang



pasien terhadap imobilisasi.



aktual,



keterbatasan



fisik



memerlukan



informasi/ intervensi untuk meningkatkan 2. Bantu/dorong



perawatan



diri/kebersihan



(contoh



mandi, mencukur)



kemajuan



kesehatan. 2. meningkatkan kekuatan otot



dan sirkulasi, meningkatkan pasien



dalam



situasi



dan



meningkatkan kesehatan diri 3. Berikan



alat bantu dalam



mobilisasi dengan kursi roda, kruk,



tongkat,



mungkin keamanan



dan



sesegera instruksikan



dalam



meng-



gunakan alat bantu. 4. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan pusing. 5. Ubah posisi secara periodik



dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.



langsung. 3. Mobilisasi dini menurunkan



tirah baring (contoh flebitis) dan



meningkatkan



mbuhan,



serta



penye-



normalisasi



fungi organ. 4. Hipotensi



masalah



postural umum



adalah



menyertai



tirah baring lama. 5. Mencegah



insiden



/menurunkan komplikasi



kulit/



pernapasan.



3. Diagnosa Keperawatan Ketiga: Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisika (kecacatan bedah, efek samping kemo terapi miss kehilangan rambut, kelelahan berlebih,dll). a. Ditandai dengan: - Mengungkapkan perubahan gaya hidup tentang tubuh; perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu 23



- Preokupasi dengan perubahan atau kehilangan b. Tujuan: klien dapat mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu. c. Kriteria hasil: - Mengungkap pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri -



dalam situasi Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi



-



masalah secara efektif Mendemonstrasikan adaptasi terhadap berubahan/ kejadian yang telah terjadi yang dibuktikan oleh penyusunan tujuan realistis dan partisipasi aktif dalam kerja/bermain/hubungan personal dengan



tepat d. Intervensi: INTERVENSI dengan



1. Diskusikan



orang



RASIONAL dalam memastikan



1. membantu



terdekat pengaruh diagnosis dan



masalah untuk memulai proses



pengobatan terhadap kehidupan



pemecahan masalah.



pribadi pasien dan keluarga. 2. Motivasi pasien dan keluarga



untuk mengungkapkan perasaan tentang



efek



kanker



dengan



keluarga



dan



pasien



bicara



dalam



pemecahan



masalah



atau



pengobatan. 3. Pertahankan kontak mata selama interaksi



2. membantu



dan



dengan



3. menunjukkan rasa empati dan



menjaga percaya



hubungan dengan



pasien



saling dan



keluarga.



menyentuh pasien 4. Diagnosa Keperawatan Ke empat: Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pembedahan. a. Faktor risiko meliputi: - Ketidak adekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi - Malnutrisi, proses penyakit kronis - Prosedur invasif b. Tujuan: menurunkan risiko infeksi c. Kriteria hasil:



24



-



Mengidentifikasi



dan



berpartisipasi



dalam



intervensi



untuk



mencegah/ mengurangi risiko infeksi - Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat pada waktunya d. Intervensi:



INTERVENSI prosedur mencuci



1. Tingkatkan



tangan yang baik dengan staf dan



RASIONAL 1. Lindungi pasien dari sumber-



sumber infeksi.



pengunjung. Batasi pengunjung yang



mengalami



infeksi.



Tempatkan pada isolasi sesuai indikasi. 2. Tekankan higine personal. 3. Ubah



2.2.5



posisi



dengansering;



pertahankan linen kering dan bebas kerutan



2. Membantu



potensial



sumber



infeksi dan /atau pertumbuhan. 3. Menurunkan tekanan dan iritasi



pada jaringan dan mencegah kerusakan



kulit(sisi



potensial



untuk pertumbuhan bakteri) 4. Menurunkan risiko kontaminasi,



4. Hindari/batasi prosedur invasi.



Taati teknik aseptik.



membatasi entri portal terhadap agen infeksius



Evaluasi Evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam menghubungakan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Tahap evaluasi ini terdiri atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau menilai respons pasien, sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target tujuan yang diharapkan (A. Aziz Alimul H, 2009). Berdasarkan rencana asuhan keperawatan diatas maka evaluasi hasil yang didapat adalah : 1. Klien mengalami pengurangan nyeri 2. Klien dapat melakukan aktivitas secara minimum.



25



3. Klien dapat mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu. 4. Menurunkan risiko infeksi



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARKOMA KASUS Tomi ( 14 th) adalah murid sekolah sepak bola. Sejak 4 bulan ini timbul bengkak di lutut kanan tomi. Awalnya tomi jatuh saat main bola, kemudian timbul pembengkakan di atas lututnya. Orang tuanya menganggap lutut Tomi terkilir, dan dibawa berurut ke dukun. Semakin lama pembengkakan itu semakin besar dan badan semakin kurus. Melihat keadaan Tomi yang semakin memburuk, ayah Tomi membawanya berobat ke rumah sakit. Dokter melakukan pemeriksaan dan mendapatkan adanya pembengkakan diatas lutut Tomi dengan diameter 20 cm, keras dan terlihat adanya venektasia. Pada pangkal paha kanan belum terdapat pembengkakan kelenjar limfe. Dokter menduga Tomi menderita tumor ganas tulang, sehingga dokter memeriksa seluruh tubuh tomi untuk mencari apakah ada metastase ke organ lainnya. Selanjutnya dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan rontgen paha, lutut dan dada. Dokter radiologi melihat adanya gambaran “sun ray appereance” dan “Codman Triangle”. Dokter kemudian merencanakan open biopsy, sehingga nanti bisa ditentukan diagnosis dan penatalaksanaan yang lebih tepat.



26



1.1 PENGKAJIAN 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama : An. T Umur : 14 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status : Siswa Alamat :2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Klien mengatakan timbul pembengkakan diatas lututnya setelah terjatuh b. Riwayat Penyakit Sekarang Keluarga klien mengatakan sejak 4 bulan ini timbul bengkak di lutut kanan tomi. awalnya tomi jatuh saat main bola, kemudian timbul pembengkakan di atas lututnya. Orang tuanya menganggap lutut Tomi terkilir, dan dibawa berurut ke dukun. Semakin lama pembengkakan itu semakin besar dan badan semakin kurus. Melihat keadaan Tomi yang semakin memburuk, ayah Tomi membawanya berobat ke rumah sakit. Dokter melakukan pemeriksaan dan mendapatkan adanya pembengkakan diatas lutut Tomi dengan diameter 20 cm, keras dan terlihat adanya venektasia. Pada pangkal paha kanan belum terdapat pembengkakan kelenjar limfe. Dokter menduga Tomi menderita tumor ganas tulang, sehingga dokter memeriksa seluruh tubuh tomi untuk mencari apakah ada metastase ke organ lainnya. Selanjutnya dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan rontgen paha, lutut dan dada. Dokter radiologi melihat adanya gambaran “sun ray appereance” dan “Codman Triangle”. Dokter kemudian merencanakan open biopsy, sehingga nanti bisa ditentukan diagnosis dan penatalaksanaan yang lebih tepat. c. Riwayat Penyakit Dahulu Keluarga klien mengatakan anaknya pernah terkena penyakit gagal hati. d. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga klien mengatakan pernah mengalami osteoma. 3. Pola-pola Fungsi Kesehatan 27



a. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan SMRS



: keluarga klien mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada seperti rumah sakit, dokter, perawat dan tim kesehatan lain. Keluarga juga mengatakan bahwa kebersihan amatlah penting.



b. Pola nutrisi dan metabolisme SMRS



:Orang tua klien mengatakan anaknya makan dua atau tiga kali sehari dengan porsi 1 piring terdiri dari nasi, sayur, lauk pauk (tempe, tahu,



MRS



telur dan daging), buah-buahan seperti pisang, pepaya dan lain-lain. : Orang tua klien mengatakan nafsu makan klien menurun hanya menghabiskan 4 sendok makan sehingga berat badannya juga berkurang, berat badan sebelum sakit 35 kg, TB 130 cm sedang saat sakit BB 28 kg, TB 130 cm, rambut kusam. Di rumah sakit klien makan dihabiskan separuh porsi, susu diminum ½ gelas, air putih ± 150 CC. Suhu klien meningkat 39°C.



c. Pola aktifitas dan latihan SMRS



: orang tua klien mengatakan klien makan, minum, mandi dan ganti



MRS



pakaian sendiri. : orang tua klien mengatakan klien sering terbaring di tempat tidur ditunggu keluarganya sesekali minta ganti posisi tidur karena lutut terasa nyeri. Makan, minum dan ganti pakaian dibantu oleh keluarga. Klien terbaring lemah. Klien takut menggerakkan lututnya.



d. Pola eliminasi Eliminasi alvi : SMRS : orang tua klien mengatakan BAB satu kali sehari secara teratur dengan konstitensi lunak tidak ada gangguan, buang air besar MRS



dilakukan sendiri. : orang tua klien mengatakan buang air besar tidak teratur kadang 2



kali sehari dengan konstitensi agak keras. Eliminasi urine : SMRS : orang tua klien mengatakan buang air kecil 3 – 5 kali sehari secara teratur warna kuning jernih.



28



MRS



: orang tua klien mengatakan buang air kecil 1 – 2 kali sehari warna kuning jernih. Klien tidak mau kencing pakai pot urinal, inginnya kencing ke kamar mandi.



e. Pola tidur dan istirahat SMRS



: orang tua klien mengatakan klien tidur 12 jam sehari (10 jam pada



MRS



malam hari dan 2 jam pada siang hari : orang tua klien mengatakan klien tidak dapat tidur karena benjolan di lututnya terasa nyeri, jika sering terbangun pada malam hari karena mengeluh nyeri.



f. Pola sensori dan kognitif Sensori



: Indera pendengaran berfungsi dengan baik begitu juga dengan indera perasa dan pembauan. Indera penglihatan juga berfungsi dengan baik dan setelah masuk rumah sakit tidak ada gangguan fungsi hanya saja



Kognitif



terasa nyeri. : Klien seorang anak berusia 14 tahun tidak mengerti tentang penyakitnya dan keluarga pun tidak mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya.



g. Pola hubungan dan peran SMRS



: orang tua klien mengatakan hubungan klien dengan anggota keluarga



MRS



lainnya baik-baik saja, demikian pula dengan teman-temannya. : Klien hanya berbicara dengan keluarganya.



h. Pola persepsi diri dan konsep diri Keluarga klien merasa takut dan cemas tentang penyakit yang dialami anaknya, keluarga tidak mau pulang dulu sebelum anaknya sembuh.



i. Pola reproduksi dan seksualitas Saat ini klien berumur 14 tahun, masalah reproduksi dan seksualitas tidak terlalu dipikirkan. j. Pola penanggulangan stress Keluarga klien sebelum memasukkan anaknya ke RS , membawa anaknya ke dokter dan keluarga klien mematuhi anjuran dokter dan petugas kesehatan lainnya.. 29



k. Pola tata nilai dan kepercayaan Klien menganut agama islam, sebelum masuk rumah sakit klien tidak menjalankan ibdah shalat karena lutut yang susah digerakkan. Keluarga juga sering berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa 4. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum lemah Kesadaran compos metis b. Pemeriksaan TTV dengan hasil : TD : 110/70 RR : 20x/menit S : 37,50C N : 100x/menit c. Pemeriksaan Head To-Toes 1) Kepala dan leher Bentuk kepala lonjong, warna rambut hitam dan kusut, tidak terdapat benjolan, pada leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena jugularis. 2) Mata Warna konjungtiva tidak pucat, mata nampak merah. 3) Hidung Pada hidung terdapat sekret, bentuk hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan polip.



4) Mulut dan tenggorokan Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tidak terdapat stomatitis. Lidah tertutup selaput putih kotor, pada tonsil tidak ada hyperemi dan tenggorokan tidak nyeri waktu menelan. 5) Telinga Bentuk simetris, tidak ada cairan yang keluar, fungsi pendengaran telinga kanan dan kiri normal. 6) Dada



30



Bentuk dada simetris, pergerakan otot pernafasan simetris, tidak ada refraksi, tidak terdengar suara tambahan (ronchi dan wheezing). 7) Abdomen Bentuk abdomen simetris, tidak buncit, pada palpasi ada nyeri tekan di perut bagian atas, tidak ada tanda-tanda hepatomegali, splenomegali, bising usus terdengar lemah, frekuensi peristaltik usus 5x/menit. 8) Punggung Punggung teraba panas, basah karena banyak berkeringat, lembab dan nampak kotor tidak terdapat lecet. 9) Genetalia Kebersihan anus cukup, tidak ada haemoroid, tidak ada lecet dan kemerahan. 10) Muskoloskeletal Adanya masa pada lutut kanan, nyeri tekan serta hangat. 1. ANALISA DATA N O 1



DATA



MASALAH



DS : Gangguan 1. Klien mengatakan jatuh Fisik saat main bola 2. Klien mengatakan timbul pembengkakan



diatas



PENYEBAB



Mobilitas Nyeri



karena



ekspansi



tumor



mekanan



ke



jaringan sekitarnya,



lututnya setelah terjatuh. 3. Keluarga klien mengatakan bengkak yang dialami



oleh



anaknya



akibat terkilir 4. Klien mengeluh



nyeri



dengan skala 8. 5. Klien mengeluh



nyeri



ketika lututnya



benjolan disentuh



pada dan 31



digerakkan. 6. Klien mengeluh



nyeri



sering timbul pada malam hari. 7. Klien mengatakan kakinya tidak dapat digerakkan. DO : 1. Tampak adanya benjolan pada lutut klien. 2. Klien tampak meringis 3. Klien tampak sulit untuk bergerak. 4. Pada pemeriksaan



fisik



ditemukan adanya masa pada lutut kanan, nyeri tekan serta hangat. 5. Hasil pemeriksaan radiologi



ditemukan



adanya gambaran “sun ray appereance” dan “Codman 2



Triangle” DS : 1. Keluarga



Gangguan klien



mengatakan klien tidak nafsu makan. 2. Keluarga mengatakan



nutrisi Proses



Penyakit,



kurang dari kebutuhan Anorexia, Malaise. tubuh



klien makan



hanya habis 4 sendok. 3. Keluarga klien mengatakan tidak bisa membujuk untuk makan. 4. Keluarga mengatakan



anaknya Klien badan



anaknya semakin kurus. 32



DO : 1. Klien tampak meringis. 2. Klien tampak sulit untuk bergerak. 3. Kemungkinan BB klien 35



kg



dan



sekarang



turun menjadi 28 kg. 4. Kemungkinan TB klien 130 cm 5. Pemeriksaan laboratorium



dengan



hasil : Hb : 9 g /dl ( 14-16g/dl) Ht : 45 % (40-48%) Albumin : 1,5 gr/dl (3,85,1 gr/dl) 3



DS : 1. Keluarga



Ansietas klien



mengatakan membawa



pernah anaknya



dukun untuk diurut. 2. Keluarga



ke klien



mengatakan tidak tahu apa yang



terjadi



anaknya. 3. Keluarga



kepada



situasi



(kanker), ancaman/perubaha n



pada



status



kesehatan/sosial ekonomi, peran,



fungsi pola



interaksi, ancaman klien



mengatakan cemas dengan kondisi anaknya. 4. Keluarga



Krisis



kematian, perpisahan



dari



keluarga klien



mengatakan takut dengan kondisi anaknya. 5. Keluarga



klien



mengatakan tidak tahu apa yang



harus



dilakukan 33



terhadap anaknya. DO : 1. Keluarga



klien



tampak



gelisah 2. Keluarga



klien



tampak



bingung 3. Keluarga



klien



tampak



khawatir dengan kondisi anaknya. 4. Keluarga



klien



tampak



cemas



1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri karena ekspansi tumor mekanan ke jaringan sekitarnya b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit, Anorexia, Malaise. c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga. 1.3 INTERVENSI a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri karena ekspansi tumor menekan ke jaringan sekitarnya Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24jam diharapkan gangguan mobilitas fisik tidak terjadi. Dengan kriteria hasil ; 1) Nyeri Hilang atau nyeri terkontrol. 2) Pasien terlihat rileks 3) Pasien dapat istirahat atau tidur dengan nyaman 4) Pasien dapat berpatisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuannya 5) Pasien dapat mempertahankan fungsi posisi dengan tidak adanya pembatasan kontraktur. 6) Pasien dapat mendemonstrasikan tekhnik atau perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas. INTERVENSI Mandiri 34



1. Kaji nyeri, missal lokasi nyeri, frekwensi, durasi, dan itensitas (skala 1-10), serta tindakan penghilang nyeri yang digunakan. Rasional : Informasi memberikan data



dasar



untuk



mengevaluasi



kebutuhan/keefektifan intervensi. 2. Evaluasi terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi.Ajarkan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan. Rasional : Ketidaknyamanan adalah umum, (missal nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala), tergantung pada prosedur yang digunakan. 3. Tingkatkan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) dan aktivitas hiburan (missal music, televise). Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian. 4. Dorongan penggunaan keterampilan managemen nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, music, dan sentuhan terapeutik. Rasional : Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol. 5. Evaluasi penghilang nyeri/control. Rasional : Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS). 6. Dorong klien untuk melaksanakan apa saja bila mungkin, missal mandi duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kebutuhan. Rasional : Meningkatkan kekuatan atau staminadan menjadikan klien lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti. 7. Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, missal perubahan TD atau frekuensi jantung dan pernafasan. Rasional : Toleransi sangat bervariasi bergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbanagn cairan, dan reaksi terhadap aturan terapeutik. 8. Dorong masukan nutrisi. Rasional : Masukan nutrisi yang adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energy selama aktivitas. Kolaborasi 9. Kembangkan rencana manajemen nyeri bersama klien dan tim medis. Rasional : Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk control nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, klien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah. 10. Berikan analgesic sesuai indikasi, misalnya : morfin, metadon, atau campuran narkotik IV khusus. PAstikan hal tersebut hanya untuk memberikan analgesic 35



dalam sehari. Ganti dari analgesik dalam sehari. Ganti dari analgesic kerja pendek menjadi kerja panjang bila ada indikasi. Rasional : Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individu berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan. 11. Berikan/nutrisikan penggunaan Patient Controlled Analgesia (PCA) dengan tepat. Rasional : Analgesik dikontrol klien sehingga pemberian obat tepat waktu, mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri. Sering diberikan dengan dosis total rendah melalui metode konvensionaal. 12. Siapkan/bantu prosedur, misalnya : blok saraf, kordotomi, dan mielotomi komisura. Rasional : Mungkin digunakan pada nyeri berat yang tidak berspon pada tindakan lain. b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit, Anorexia, Malaise Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. INTERVENSI 1. Pantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi. Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi. 2. Ukur tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan kulit, triseps atau dengan antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini. Rasional : Membantu dalam identifiksi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antroprometik kurang dari normal. 3. Dorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sedikit tapi sering. Rasional : Kebutuhan metabolic jaringan ditingkatkan, begitu juga cairan (untuk menghilagkan produk sisa). Suplemen berguna untuk mempertahankan masukan kalori dan protein. 4. Kontrol faktor lingkungan, missal bau/tidak sedap atau bising. Hindari makanan terlalu manis, berlemak atau makan pedas. Raional : Dapat meningkatkan respon mual/muntah. 5. Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan saat atau sebelum makan.



36



Rasional : Dapat mencegah timbulnya/menurunkan beratnya mual, penurunan anoreksia, dan memungkinkan klien meningkatkan masukan oral. 6. Identifikasi klien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi. Rasional : Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai, secara umum tidak berespon terhadap obat antiemetik. 7. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia. Rasional : Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang menginginkan memberikan makan dengan sering. 8. Evaluasi hematest feses, sekresi lambung. Rasional : Terapi tertentu, misalnya : antimetabolit menghambat pembaruan lapisan sel-sel epitel saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan perubahan menjadi eritema sampai ulserasi berat dengan perdarahan. Kolaborasi 9. Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya : jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin. Rasional : Membantu mengidentifikasi



derajat



ktidakseimbangan



biokimia/malnutrisi dan mempengaruhi pilihan intervensi diet. 10. Berikan obat-obat sesuai indikasi : a. Fenotiazin b. Kortikosteroid c. Vitamin, khususnya A, D, E, dan B6 d. Antasid Rasional : Obat-obat sesuai indikasi : e. Umumnya antiemetic bekerja untuk memengaruhi stimulasi pusat muntah dan kemoreseptor mentriger agen, juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltic. f. Terapi kombinasi, misalnya : torecan dengan decadron atau valium sering kali lebih efektif dari pada agen tunggal. g. Mencegah kekurangan karena penuruna absorpsi vitamin larut dalam lemak. h. Meminimalkan iritasi lambung dan mengurangi risiko ulserasi mukosa. 11. Rujuk pada ahli diet. Rasional : Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan masalah terkait dengan malnutrisi protein/kalori dan defisiensi mikronutrien. 12. Pasang/pettahankan selang (NGT)/enteral, atau jalur sentral untuk hiperalimentasi parenteral bila ada indikasi. Rasional : Malnutrisi berat (kehilangan BB 25-30 % dalam dua bulan ), atau klien dipuaskan selama lima hari dan tidak mungkin untuk mampu makan selama dua



37



minggu, pemberian makan per selang (NGT) mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan ansietas tidak terjadi. INTERVENSI 1. Tinjauan ulang pengalaman klien/orang terdekat sebelum mengalami kanker. Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan kopnsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker. 2. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut, realisasi serta kesalahan konsep tentang diagnosis. 3. Berikan lingkungan terbuka, dimana klien merasa aman mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara. Rasional : Membantu klien untuk merasa diterima apa adanya, kondisi tanpa perasaan di hakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan control. 4. Pertahankan kontak sering dengan klien. Berbicara dengan menyentuh klien bila memungkinkan. Rasional : Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak. Berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan. 5. Sadari efek-efek isolasi pada klien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implan radiasi. Batasi penggunaan pakaian /masker isolasi bila mungkin. Rasional : Penyimpangan sensori dapat terjadi bila nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan ansietas/takut. 6. Bantu klien/orang terdekat dalam mengenalidan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping dalam menghadapi rasa takut. Rasional: Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda. Konseling dan dukungan perlu untuk memunkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut untuk meyakini bahwa strategi control/koping tersedia. 7. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan tentang persepsi klien terhadap situasi. Rasional : Dapat menurun kan ansietas dan memungkinkan klien membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita. 38



8. Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikann perasaan marah, kecewa tanpa konfontasi. Berikan informasi dimana perasaan tersebut adalah normal dan diekspresikan secara tepat. Rasional : Penerimaan perasaan memungkinkan klien mulai menghadapi situasi. 9. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujaun dan efek sampingnya. Membantu klien menyiapkan pengobatan. Rasional : Tujuan pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel malignan dengan meminimalisasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan dapat berupa kuratif, preventif, paliatif, kemoterapi, radiasi atau pengobatan yang lebih baru. Transplantasi sum-sum tulang memungkinkan untuk kanker tertentu. 10. Jelaskan prosedur tindakan, berikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan jawaban jujur. Bersama klien selama prosedur yang menimbulkan ansietas dan konsultasi. Rasional : Informasi akurat memungkinkan klien menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas karena dapat menurunkan asietas dan rasa takut karena ketidaktahuan. 11. Berikan perawatan primer secara konsisten kapanpun sebisa mungkin. Rasional : Membantu menurunkan ansietas dengan mengembangkan hubunngan terapeutik dan memudahkan perawat memberikan perawatn kontinu. 12. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang. Rasional: Memudahkan istirahat, menghemat energy, dan meningkatkan kemampuan koping. 13. Identifikasi dan antisipasi stadium berduka klien dan orang terdekat. Rasional : Pilihan intervensi ditentukan oleh tahap berduka, perilaku koping, missal marah/menarik diri atau menyangkal. 14. Perhatikan koping tidak efektif, missal interaksi social buruk, tidak berdaya. Rasional : Mengidentifikasi masalah individu dan memberikan dukungan pada klien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilan koping efektif. 15. Waspada pada tanda menyangkal/depresi, missal menarik diri, marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 1-10. Rasional : Klien dapat menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Perasaan bersalah,distress spiritual,gejala fisik atau kurang perawatan diri dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan yang tepat. 16. Dorong dan kembangkan interaksi klien dengan sistem pendukung.



39



Rasional: Mengurangi perasaan isolasi. Bila sistem pendukung keluarga tidak tersedia,sumber luar mungkin diperlukan dengan segera,missal kelompok pendukung kanker lokal. 17. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten serta dukungan orang terdekat. Rasional: Memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih baik dan menurankan ansietas dan rasa takut. 18. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan akan dibuat. Rasional: Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat. 1.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN NO DX 1



IMPLEMENTASI



PARAF



1. Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. 2. Mengevaluasi terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi.Ajarkan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan. 3. Meningkatkan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) dan aktivitas hiburan (missal music, televise). 4. Mendorongan penggunaan keterampilan managemen nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, music, dan sentuhan terapeutik. 5. Mengevaluasi penghilang nyeri/control. 6. Memaantau respon fisiologis terhadap aktivitas, missal perubahan TD atau frekuensi jantung dan pernafasan. Kolaborasi 7. Meninjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya : jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin.



2



1. memantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi 2. Mengukur tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan kulit, 40



triseps atau dengan antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini. 3. Mendorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sedikit tapi sering. 4. Mengontrol faktor lingkungan, missal bau/tidak sedap atau bising. Hindari makanan terlalu manis, berlemak atau makan pedas. 5. mendorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan saat atau sebelum makan. 6. Mengidentifikasi klien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi. Kolaborasi 7. Meninjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya : jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin. 8. Memberikan obat-obat sesuai indikasi : a. Fenotiazin b. Kortikosteroid c. Vitamin, khususnya A, D, E, dan B6 d. Antasid 9. Merujuk pada ahli diet. 3



1. Meninjauan ulang pengalaman klien/orang terdekat sebelum mengalami kanker. 2. Mendorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. 3. Memberikan lingkungan terbuka, dimana klien merasa aman mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara. 4. Mempertahankan kontak sering dengan klien. Berbicara dengan menyentuh klien bila memungkinkan. 5. Menyadari efek-efek isolasi pada klien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implan radiasi. Batasi penggunaan pakaian /masker isolasi bila mungkin. 6. Membantu klien/orang terdekat dalam mengenalidan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping dalam 41



menghadapi rasa takut. 7. Melibatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan akan dibuat. 8. Memberikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten serta dukungan orang terdekat.



1.5 EVALUASI DX 1.



EVALUASI S : Klien mengeluh nyeri dengan skala 5.



PARAF



Klien mengeluh nyeri ketika benjolan pada lututnya disentuh dan digerakkan. Klien mengeluh nyeri sering timbul pada malam hari. O : Klien tampak meringis Klien tampak sulit untuk bergerak. A : masalah keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik P : intervensi di lanjutkan  Kaji nyeri, missal lokasi nyeri, frekwensi, durasi, dan itensitas (skala 1-10), serta tindakan penghilang nyeri  2.



yang digunakan. Evaluasi terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi,



kemoterapi, bioterapi. S : Keluarga klien mengatakan klien tidak nafsu makan. Keluarga klien mengatakan makan hanya habis 5 sendok. O : Klien tampak di bantu dlam beraktifitas Klien tampah lemah Pemeriksaan laboratorium dengan hasil : Hb : 9 g /dl ( 14-16g/dl) Ht : 45 % (40-48%) Albumin : 1,5 gr/dl (3,8-5,1 gr/dl) A : masalah keperawatan gangguan nutrisi belum yteratasi P : Intervensi Di Lanjutkan  Pantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai 42







indikasi. Ukur tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan ketebalan



lipatan



kulit,



triseps



atau



dengan



antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini. 3.



S : Klien mengatakan sudah mengetahui tentang kondisi penyakitnya O : Klien tampak mengerti tentang kondisinya A : Masalah keperawatan ansietas teratasi P : Intervensi di hentikan



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak



normal,



tetapi



umumnya



lebih



digunakan



untuk tumor tulang



utama,



seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya. Kanker tulang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : radiasi sinar radio aktif dosis



tinggi,



keturunan (adapun



contoh



faktor



keturunan/genetika



yang



dapat



meningkatkan resiko kanker tulang adalah: multiple exostoses, rothmund-Thomson sindrom, retinoblastoma genetic, Li-Fraumeni sindrom). Selain itu juga kanker tulang 43



disebabkan oleh beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat pajanan radiasi ). Manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Akan tetapi manifestasi lainny juga yang sering muncul, yaitu : persendian yang bengkak dan inflamasi, patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh. Tumor tulang di bagi menjadi beberapa jenis, antara lain : Multipel myeloma, Tumor



Raksasa,



Osteoma,



Kondroblastoma,



Enkondroma,



Sarkoma



Osteogenik



(osteosarkoma), Kondrosarkoma, Sarkoma Ewing. Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang, yaitu : pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi. Adakalanya dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya. Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya, tingkat penyebaran atau bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya. 4.2 Saran Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien untuk bertahan hidup, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan. Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita kanker tulang maupun penderita kanker lainnya.



44



DAFTAR PUSTAKA Alimul H, A. Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Doenges E. Marilynn,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta. Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Salemba Medika, Jakarta. Ns. Mutawin Arif, S. Kep. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuluskeletal. Jakarta. EGC Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC Price Silvia A,Wilson L. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC



45