Askep Tuna Rungu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATA KULIAH KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS PERAWATAN PASIEN DENGAN TUNA RUNGU



oleh: Rima Dewi A. Akhmad Zainur Ridla Dian Nurani O. Fitri Nurcahyani Julvainda Eka P.U. Yesi Widya L. Edho Choirul H. Siska Novianti Ana Fauziah Mega Indah R. Nanik Sriwangi Dwi Indah W. Dina Aprillia A. Rizal Nurcahya Nur Afifah Agil Bagus Iput Hardianti Nita Eka Wijaya



102310101015 102310101017 102310101019 102310101029 102310101032 102310101052 102310101054 102310101060 102310101063 102310101064 102310101068 102310101069 102310101082 102310101083 102310101093 102310101094 102310101096 102310101097



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2013



PERAWATAN PASIEN DENGAN TUNA RUNGU 1.



Pengertian Tuna Rungu Definisi tuna rungu bila dilihat dari harfiah berasal dari dua kata yaitu tuna



yang berarti kurang dan rungu yang berarti dengar. Istilah tuna rungu mengacu pada pengertian kurang atau tidak dapat mendengar informasi dari bunyi. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa mereka tunarungu. Murni Winarsih (2007: 22) mengemukakan bahwa tuna rungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar dimana batas pendengaran yang dimilikinya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran. Permadi Somad dan Tati Hernawati (1996: 27) menyatakan tuna rungu adalah seorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar, baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak secara kompleks. Pendapat yang serupa juga dipaparkan Murni Winarsih (2007: 23) tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan mendengar baik sebagian maupun seluruhnya yang



kemampuan



diakibatkan oleh tidak



berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya



dalam kehidupan sehari-hari, yang



berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks terutama pada kemampuan bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting. Mohamad Efendi (2006: 57) menyatakan tunarungu adalah seorang yang mengalami gangguan atau



kerusakan pada organ telinga bagian luar, organ



telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam sehingga organ tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.



2.



Tujuan Perawatan pada Pasien Tuna Rungu Tujuan perawatan yang dilakukan pada pasien dengan gangguan pendengaran



atau pasien tuna rungu antara lain: a. Agar pasien tidak mengalami kehilangan pendengaran yang lebih berat; a. Agar pasien dan keluarga dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan



pendengaran oleh salah satu anggota keluarganya; b. Agar pasien dapat ikut serta dalam aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya meskipun dia mengalami kekurangan; c. Agar pasien mempunyai hubungan dan pengalaman dengan kawan sebayanya; d. Agar pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain meskipun dengan menggunakan bahasa isyarat. 3.



Penyebab Tuna Rungu Penyebab ketulian dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Prenatal, meliputi infeksi maternal (rubella), malformasi; a. Perinatal, meliputi hipoksia, prematuritas, hiperbilirubinemia; b. Postnatal, meliputi infeksi (meningitis, ensefalitis), otitis, dan obat-obatan ototoksik (Newell & Meadow, 2005). Menurut Sardjono 7(1997) dalam Kadarsih, 2009, mengemukakan bahwa



faktor penyebab ketunarunguan dapat dibagi ,menjadi 3, yaitu: 1) Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal), antara lain:



a. Faktor keturunan; b. Cacar air, campak (Rubella, Gueman measles); c. Terjadi toxaemia (keracunan darah); d. Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar; e. Kekurangan oksigen (anoxia); f. Kelainan organ pendengaran sejak lahir. 2) Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal), antara lain: a. Faktor Rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis; b. Anak lahir premature; c. Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang); d. Proses kelahiran yang terlalu lama. 3) Faktor- faktor sesudah anak dilahirkan (post natal), antara lain: a. Infeksi; b. Meningitis (peradangan selaput otak); c. Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan; d. Otitis media yang kronis; e. Terjadi infeksi pada alat- alat pernafasan. 4.



Klasifikasi Tuna Rungu



Menurut Boothroyd (dalam Murni Winarsih, 2007) klasifikasi tuna rungu adalah sebagai berikut. a.



Kelompok I Kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses atau tuna rungu ringan, daya



b.



tangkap terhadap suara cakapan manusia normal. Kelompok II Kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses atau tuna rungu sedang, daya



c.



tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya sebagian. Kelompok III Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses atau tuna rungu berat, daya



d.



tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada. Kelompok IV Kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses atau tuna rungu sangat berat,



e.



daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. Kelompok V Kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses atau tuna rungu total, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. Selanjutnya Uden (dalam Murni Winarsih, 2007) membagi klasifikasi



ketunarunguan menjadi tiga, yakni berdasar saat terjadinya ketunarunguan, berdasarkan tempat kerusakan pada organ pendengarannya, dan berdasar pada taraf penguasaan bahasa. 1. Berdasarkan sifat terjadinya a. Ketunarunguan bawaan,



artinya



ketika



lahir



anak



sudah



mengalami/menyandang tuna rungu dan indera pendengarannya sudah tidah berfungsi lagi. b. Ketunarunguan setelah lahir, artinya terjadinya tuna rungu setelah anak 2.



lahir diakibatkan oleh kecelakaan atau suatu penyakit. Berdasarkan tempat kerusakan a. Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif. b. Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat mendengar



3.



bunyi/suara disebut tuli sensoris. Berdasarkan taraf penguasaan bahasa a. Tuli pra bahasa (prelingually deaf) adalah mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda (signal) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih dan sebagainya namun belum membentuk system lambang.



b. Tuli purna bahasa (post lingually deaf) adalah mereka yang menjadi tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami system lambang yang berlaku di lingkungan. 5.



Dampak pada fungsi normal Kejadian ketulian pada seseorang tidak hanya memberikan dampak terhadap



kurangnya input sensorik namun juga gangguan dalam interaksi dan hubungan antara orang dewasa dan anak-anak. Secara keseluruhan perkembangan seseorang khususnya anak-anak yang memiliki masalah pendengaran dapat dilihat dalam aspek sebagai berikut. a.



Perkembangan bahasa dan komunikasi Kehilangan pendengaran akan menghalangi perkembangan komunikasi mendengar dan bertutur kata karena manusia berkomunikasi dengan mimik muka, sentuhan, gerak tangan, gerak badan, mendengar, dan bertutur kata



b.



tersebut. Perkembangan sosial dan emosi Pada anak yang mengalami masalah pendengaran maka perkembangan sosial dan emosinya sangat dipengaruhi oleh pengalaman, perlakuan yang diterima, dan kemampuan mereka sendiri. Masalah komunikasi akan berpengaruh pada kemandirian, kemampuan bermain, dan berbagi dengan sesama teman



c.



sebayanya. Perkembangan kognitif Perkembangan pada aspek ini merujuk pada cara memahami dan mengatur dunia anak-anak meliputi kemampuan menyerap, menyimpan dan mengingat informasi, mengklasifikasi benda, mendefinisikan, menilai, membandingkan dan membedakan, menciptakan sesuatu, menyelesaikan masalah, dan lainlain. Keterlambatan perkembangan bahasa anak dengan masalah pendengaran



d.



akan memperlambat perkembangan kognitif mereka juga. Perkembangan fisik dan motorik Perkembangan motorik kasar dan halus pada anak dengan masalah pendengaran tidak berbeda dengan anak normal lainnya.



6.



Asuhan keperawatan klien dengan tuna rungu Asuhan keperawatan meliputi 5 langkah utama yaitu pemgkajian, rumusan



diagnosa, rencana tindakan, implementasi, serta evaluasi. 1) Pengkajian



Pengkajian pada umumnya diawali dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan tersebut antara lain:



a. Inspeksi luar Inspeksi luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas, lesi, dan cairan begitu pula ukuran,simetri dan sudut penempelan ke kepala. b. Pemeriksaan dengan garputala Pemeriksaan pendengaran melalui hantaran udara pada orang dewasa dinilai dengan menempatkan garputala yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga. Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak. Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga). Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran. Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif. Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural. Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan. c. Anamnesa Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti : a) Nyeri saat pinna (aurikula) dan tragus bergerak b) Nyeri pada liang tengah c) Telinga terasa tersumbat d) Perubahan pendengaran e) Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan



Riwayat kesehatan klien diantaranya : a) Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien? b) Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang dilaut, kolam renang, ataukah danau? c) Apakah klien



sering



mengorek-ngorek



telinga



sehingga



mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan? d) Apakah klien pernah mengalmi trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan sebelumnya? e) Apakah klien seorang petinju atau pegulat yang sering mengalami trauma pada telinganya? 2) Diagnosa Keperawatan a) Diagnosa 1: Perubahan sensori/persepsi



(pendengaran)



berhubungan



dengan



gangguan pendengaran b) Diagnosa 2: Hambatan Komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan mendengar stimulus suara c) Diagnosa 3: Gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan gangguan komunikasi d) Diagnosa 4: Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan diagnosis ketulian pada e) Diagnosa 5: Resiko cedera yang berhungan dengan bahaya lingkungan, infeksi



7. Rencana Keperawatan Diagnosa Diagnosa 1: Perubahan



Tujuan pasien



Kriteria hasil



akan  anak mendapat



mendapatkan



dan



Rencana Keperawatan 1. Bantu



keluarga



menyelidiki ahli THT



sensori/persepsi



pendengaran



menggunakan



untuk



(pendengaran)



maksimal yang



alat



spesilais



berhubungan dengan mungkin gangguan pendengaran



dicapai.



bantu



pendengaran, dengan benar  keluarga



mencari dalam



masalah 8eficit88. 2. Diskusikan tipe alat bantu



pendengaran



mengetahui



dan perawatan yang



implant



layak,



koklear



tersebut



untuk



alat untuk



memastikan keuntungan maksimal 3. Tekankan pada keluarga



pentingnya



memanajemen bantu



alat



pendengaran



dengan aman dan ajari anak. 4. bantu anak berfokus pada



suara



di



lingkungan



dan



bicarakan



suara



tersebut



untuki



memaksimalkan keterampilan mendengar. 5. untuk dewasa, ajarkan cara menyembunyikan alat bantu, agar alat bantu agar



tidak



terlalu



terlihat. 6. Untuk anak



yang



mengalami kehilangan neural, manfaat



sensori tekankan



penggunaan



implant koklea sejak dini



Diagnosa 2: Hambatan Komunikasi



verbal



berhubungan dengan ketidakmampuan mendengar suara



stimulus



Pasien



akan  Keluarga



ikut



serta



dalam



proses



untuk



menghadiri



praktek



program



rehabilitasi



komunikasi



dalam



lingkungan



di



melanjutkan



rumah 2. Ajari bahasa



member stimulasi



guna



pembelajaran



rumah  Keluarga



gangguan



keluarga



melanjutkan



komunikasi keterbatan



1. Dorong



pada



di yang



memilki



tujuan



bermakna



untuk



komunikasi 3. Dorong penggunaan



anak



bahasa dan buku di rumah



untuk



menstimulasi komuniasi verbal dan meningkatkan perkembangan nomal 4. Dorong bahasa yang Pasien



akan



menunjukkan



spontan dan perbaiki



 Anak



kemampuan



berkomunikasi



untuk



degan orang lain



kemampuan berbicara untuk



meningktakan



membaca



kemampuan bicara. dalam sikap yang 5. Periksa masalah



gerak bibir



diharapkan



kesehatan pada anak yang



 Individu



mempengaruhi yang



berkomunikasi dengan



dapat



anak



memnggunakan teknik



pembelajaran



untuk



membaca gerak bibir atau



penggunaan



bahasa isyarat 6. Ajarkan keluarga dan



komunikasi yang



orang



baik



terlibat



lain



yang dengan



perilaku anak yang memfasilitasi membaca gerak bibir untuk



meningkatkan



Diagnosa 3: Gangguan pertumbuhan perkembangan



akan  anak



Pasien dan yang



berhubungan dengan gangguan komunikasi



proses komunikasi. 1. Bantu keluarga



mencapai



menunjukkan



menerapakan praktek



tingkat



aktivitas harian



normal



kemandirian



yang



sesuai



anak pada anak ini



yang



dengan



tingkat



untuk meningkatkan



optimal



sesuai dengan usia



perkembangan.  disiplin dan



pengasuhan



perkembangan



yang



optimal 2. tegaskan pentingnya peraturan yang pencapaian ditegakkan kemandirian dalam perawatan diri 3. beri anak peralatan yang



dapat



meningkatkan perkembangan kemandirian 4. diskusikan dengan keluarga pentingnya disiplin Pasien



akan



memiliki



dalam



kesempatan



aktivias



yang



untuk berpatisipasi dalam aktivitas bermain



 anak ikut serta



dan



bersosialisasi



dengan



sesuai tingkat



perkembangan



dan



menegakkan peraturan,



karena



semua



anak



mempunyai kebutuhan ini 5. deficit keluarga dalam



 anak



mainan



hubungan



dan



pengalaman sebaya



untuk



memaksimalkan



mempunyai



dengan



memilih



kawan



indera



penglihatan,



pendengaran



dan



taktil. 6. dorong anak untuk berpatisipasi aktivitas



dalam



kelompok



untuk meningkatkan sosialisasi 7. bantu



anak



mengembangan hubungan



diantara



sekawan sebaya yang dapat mendengar an yang



tuli



untuk



meningkatkan sosialisasi 8. Bantu anak mengikuti



Pasien



akan



diberi



sekolah



pendidikan dalam



ruang



kelompok



dengan



menunjuk



pembicara  anak menghadiri



kesempatan



diskusi



secara



mengatur dalam



dan kelompok setengah



lingkaran



regular



untuk



memfasilitasi



kelas regular.



mendengar



dan



membeca gerak bibir 9. sarankan penggunaan



 anak berkomunisasi



decoder, yang dapat



dalam



menayangkan



ruang



kelas



program,



tersebut



pada layar deficit. 10.Diskusikan dengan guru dan anak tentang cara



berkomunikasi



secara efektif dengan anak



untuk



menfasiitasi pendidikan anak. 11.Tingkatkan sosialisasi dengan teman sekelas mendorong menikmati Diagnosa Perubahan keluarga



 keluaraga



4: Pasien proses ( yang



keluarga



akan



)



pendidikan. 1. antisipasi



mengungkapka



berduka



n perasaan dan



bagian



reaksi sebagai dari



berhubungan dengan menyesuaikan



kekhawatiranya



diagnosis



dengan



pada



ketulian diri



terhadap



kehilangan



kehilangan



pendengaran



pendengaran



anak



anak.



penyesuaian



diri



terhadap kehilangan 2. berikan kesempatan pada keluarga, untuk mengungkapkan perasaan



dan



kekhawatiranya guna meningkatkan  keluarga menunjukkan



penyesuaian diri. 3. Bantu keluarga



pemahaman



mengatasi



perasaan



terhadap



berkenaan



dengan



implikasi



respon



kehilangan



terhadap anak, ketika



pendengaran



sifat yang salah yang



sebelumnya



sebenarnya



tidak



diketahui



untuk



meminimalkan perasaan bersalah. 4. Bantu keluarga menyadari



seberapa



besar ketidakmampuan anak dan pengaruhnya yang besar



pada



perkembangan



 keluarga



bicara



dan bahasa. 5. diskusikan



dan



keterbatasan



alat



menjadi terlibat



pengeras dengan tipe



dalam program



kehilangan



yang sesuai



pendengaran



Pasien (keluarga) mendapat



kemampuan



 keluarga



yang



berbeda



sehingga



keluarga



dapat



membuat keputusan 6. rehabilitasi formal



dukungan



mengungkapka



dengan segera untuk



emosional



n perasaan dan



meningkatkan



kekhawatiran



pertumbuhan



tentang ketidakmampu an



dan



dan



perkembangan anak 7. Siap sedia untuk keluarga, guna 13efici bantuan dan dukungan 8. dorong anggota



akibatnya



keluarga



untuk



mendiskusikan berkenaan



dengan



ketidakmampuan  Anggota



untuk



perkembangan



keluarga menyediakan diri



untuk



menjadi sumber tersedia



meningkatkan



yang



optimal anak. 9. Menjadi familiar dengan teknik yang digunakan



untuk



berkomunikasi perawat



jika



menyertai



keluarga dalam jangka panjang 10. Rujuk keluarga ke lembaga yang



komunikasi tepat



bantuan



untuk medis,



Psikiatri, pendidikan, pekerjaan



dan



keuangan



untuk



memastikan seluruh



bahwa kebutuhan



mereka terpenuhi. 11. libatkan keluarga dalam orang



kelompok tua



setempat memiliki



yang yang



anak



tuli



( tuna rungu ) untuk mendapat



dukungan



berkelanjutan. Diagnosa 5: Resiko cedera yang berhungan bahaya infeksi



dengan



lingkungan,



pasien



tidak



akan



Masa bayi  Bayi atau anak 1. dorong imunisasi pada



mendapatkan /



tidak



waktu



mengalami



mengalami



untuk



kehilangan



kehilangan



kehilangan



berat



tepat



mencegah



pendengaran



pendengaran yang



yang



sensori



neural, yang di dapat



lebih  anak



tidak



karena penyakit pada



masa kanak-kanak terpajan dengan 2. minimalkan tingkat tingkat bunyi bunyi dalam unit yang perawatan intensif, berlebihan



karena



ini



berhubungan dengan kehilangan pendengaran 3. infeksi telinga, deteksi dini



karena



adalah



infeksi



penyebab



kehilangan pendengaran umum. 4. Pastikan



paling



bayi



lahir



baru



mendapat



screening pendengaran



yang



lengkap dan dirujuk sesuai



kebutuhan



untuk



mencegah



14eficit



kemampuan



bicara / komunikasi Masa kanak-kanak 1. kaji kemampuan mendengar bayi dan



anak yang mendapat antibiotic



ototaksik



untuk deteksi dini 2. tingkatkan kepatuhan terhadap



regimen



pengobatan



untuk



otitis media, karena otitis



media



adalah



penyebab



umum



kehilangan pendengaran 3. diskusikan tindakan untuk mencegah otitis media dengan orang tua. 4. Evaluasi kemampuan mendengar anak yang  anak mendapat



rentan



terkena



masalah



telinga



imunisasi



kronis/pernafasan



dengan tepat.



untuk



deteksi



dini



gangguan pendengaran. 5. Kaji sumber yang



bunyi



berlebihan



lingkungan



di



anak,



lakukan tindakan yang tepat menurunkan



untuk tingkat



suara karena terpajan bunyi yang berlebihan adalah



penyebab



kehilangan pendengaran



sensori



neural 6. Berpatisipasi



dalam



program



imunisasi



anak untuk mencegah penyakit pada masa kanak-kanak dapat



yang



mendapatkan



kehilangan pendengaran.



2) Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan telah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. 3) Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan merupakan hasil penilain terkait implementasi yang telah dilakukan. Evaluasi pada asuhan keperawatan menggunakan berbagai format dan ketentuan, namun pada umumnya menggunakan format SOAP. S yaitu respon subjektif pasien, O adalah respon objektif pasien, A merupakan analisa dari kedua data yang diperoleh, Sedangkan P merupakan planning atau rencana kelanjutan implementasi.



DAFTAR PUSTAKA Kadarsih. 2009. Latihan Bina Persepsi Bunyi Dan Irama Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Tuna Rungu Wicara Kelas III SLB Negeri Sragen. Surakarta: Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Muhammad, Jamila K.A. 2008. Panduan Pendidikan Khusus Anak-Anak dengan Ketunaan dan Learning Disabilities. Jakarta: Penerbit Hikmah. Murni Winarsih. 2007. Intervensi Dini bagi Anak Tuna Rungu dalam Pemerolehan Bahasa. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Newell, S & Meadow R. Lecture Notes Pediatrika Edisi Ketujuh. Penerbit Erlangga. Pernamari Somad dan Tati Herawati. 1996. Ortopedagogik Anak Tuna Rungu. Bandung. Depdikbud. Wong. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik: Vol 1.Edisi 6. Jakarta: EGC.