19 0 234 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI DI RUANG SAKURA RUMAH SAKIT UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIA (IPI) MEDAN D I S U S U N OLEH: KELOMPOK: IV SRI UTAMI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS IMELDA MEDAN T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada TN. S Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi Di Ruang Sakura Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Keperawatan Dasar Profesi. Dalam penyusunan Makalah ini penulis mengucapkan Terima kasih kepada Bapak/Ibu: 1. dr. H. Raja Imron Ritonga., M.Sc., selaku Ketua Yayasan Imelda. 2. Dr. dr. Imelda L. Ritonga S.Kp., M.pd., MN., selaku Rektor Universitas Imelda Medan. 3. dr. Hedy Tan, MARs., MOG., Sp. OG selaku Direktur Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan. 4. Edisyah Putra Ritonga, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Prodi Ners Universitas Imelda Medan sekaligus dosen pembimbing akademik. 5. Hamonangan Damanik, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Sekretaris Prodi Ners Universitas Imelda Medan. 6. Meriani Siahaan,S.KM,S.Kep,M.Biomed selaku pembimbing akademik Praktik Keperawatan Dasar Profesi. 7. Sarmaida Siregar S.Kep.,M.KM selaku pembimbing akademik praktik keperawatan Dasar Profesi. 8. Syahrul Handoko, S.Kep.,Ns selaku preseptor klinik keperawatan dasar profesi. 9. Teman-teman yang ikut dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat.
Medan, 01 november 2021
i
(Kelompok IV) DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................
i
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang..............................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................
2
1.3. Tujuan Penulisan ...........................................................................
2
1.3.1. Tujuan Umum .....................................................................
2
1.3.2. Tujuan Khusus ....................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Medis 2.1. Konsep Dasar Medis ....................................................................
4
2.1.1. Defenisi...............................................................................
4
2.1.2.
Klasifikasi ..........................................................................
4 2.1.3. Etiologi ...............................................................................
5
2.1.4. Manifestasi Klinis ...............................................................
6
2.1.5. Penatalaksanaan Medis ................................................. 7 2.1.6. Komplikasi .........................................................................
8
2.1.7. Patofisiologi ........................................................................
9
2.2. Konsep Dasar Keperawatan 2.2.1. Pengertian Nutrisi ..................................................... …... 11 2.2.2. Struktur dan Fungsi Nutrient…………………………... 11 2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi……….. 15 2.2.4. Penilaian Status Nutrisi…………………………………. 16 2.2.5. Masalah Kebutuhan Nutrisi…………………………….. 19 2.2.6. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi………. 20 BAB III LAPORAN KASUS
ii
3.1.
Pengkajian…………………………………………………
….. 25 3.2.
Analisa
Data…………………………………………………… 26 3.3.
Diagnosa
Keperawatan
Prioritas……………………………… 3.4.
27
Intervensi
Keperawatan……………………………………….. 28 3.5.
Implementasi
dan
Evaluasi…………………………………… 29 3.6.
Catatan
perkembangan………………………………………..
31
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan…………………………………………………. 37 4.2.
Saran………………………………………………………
…. 37 DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah Penyakit kronis progresif yang disebabkan oleh penurunan sekresi pada insulin, kerja insulin atau keduanya. Penyakit ini ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang mengarah ke hiperglikemia dikatakan hiperglikemia, yaitu dengan gula darah lebih dari 200 mg/dL pada pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) dan jika seseorang sudah dinyatakan DM, akan menimbulkan tanda dan gejala yang khas seperti polifagi (banyak makan), polidipsi (banyak minum) dan poliuria (banyak BAK). Saat ini Diabetes mellitus menjadi perbincangan serius dalam dunia kesehatan karena angka kejadian yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data WHO global report tahun 2016 menyatakan bahwa diabetes merupakan penyebab 1,5 juta kematian di tahun 2012 dan bertambah 2,2 juta kematian akibat gula darah yang melebihi batas maksimum. Di Indonesia, menurut hasil survey dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa terdapat peningkatan prevalensi angka kejadian diabetes mellitus yang signifikan, yaitu dari 6,9 % pada tahun 2013 naik menjadi 8,5 % pada tahun 2018. Sehingga diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai lebih daari 16 juta orang (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan data penyakit diabetes mellitus menurut kabupaten dan puskesmas provinsi sumatera utara jumlah penderita diabetes tahun 2018 sebanyak 202.872 orang, sedangkan data penderita diabetes mellitus menurut kota disumatera utara, kota medan peringkat ke dua tertinggi penderita diabetes mellitus dengan perhitungan di kota deli serdang sebanyak 37.749 orang, kota medan sebanyak 37.010 orang dan kota simalungun sebanyak 13.898 orang (Dinkes Sumut, 2018). Berdasarkan data didapatkan dari data Rekam Medik Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI) pertanggal 1 Januari 2020 sampai 30 Juni 2020 jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 256 orang.
1
Peningkatan gula darah yang terjadi pada klien dengan DM dapat mengakibatkan gangguan pada keseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, klien mengalami peningkatan nafsu makan yang berlebihan dikarenakan penggunaan cadangan lemak akibat glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Gangguan pada kebutuhan cairan dan elektrolit, terjadi karena kadar glukosa dalam darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis. Selanjutnya gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, klien mengalami peningkatan kekentalan darah yang mengakibatkan aliran darah melambat dan menyebabkan iskemik pada jaringan perifer. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur, dikarenakan sumber energi menurun sehingga klien mengeluh lemah, selain itu frekuensi BAK dimalam hari menyebabkan klien mengalami gangguan pada pola tidur. Gangguan integritas kulit, diakibatkan karena penurunan atau tidak adanya sensasi akibat neuropati, penurunan fungsi jaringan akibat komplikasi kardiovaskular dan infeksi. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas, dikarenakan klien mengalami penurunan kekuatan otot dan luka yang sulit sembuh. Gangguan-gangguan tersebut apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan terjadinya komplikasi dari penyakit DM. (Riyadi & Sukarmin 2013 dan Doenges 2012). 1.2.
Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan Pemenuhan Nutrisi di Ruang Sakura Rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.
1.3.
Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum Melakukan asuhan keperawatan pada TN.S dengan gangguan kebutuhan Pemenuhan Nutrisi Di Ruang Sakura Rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus
2
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada TN.S dengan gangguan kebutuhan Pemenuhan Nutrisi Di Ruang Sakura Rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan. 2. Menentukan diagnosa keperawatan pada TN.S dengan gangguan kebutuhan Pemenuhan Nutrisi Di Ruang Sakura Rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan. 3. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada TN.S dengan gangguan kebutuhan Pemenuhan Nutrisi Di Ruang Sakura Rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan. 4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada TN. S dengan gangguan kebutuhan Pemenuhan Nutrisi Di Ruang Sakura Rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan. 5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada TN.S dengan gangguan kebutuhan Pemenuhan Nutrisi Di Ruang Sakura RSU Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Medis 2.1.1. Pengertian Diabetes mellitus adalah suatu penyakit metabolisme disebabkan karena adanya gangguan pada hormon insulin yang dihasilkan di oleh sel yang berada pada pangkreas. Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan untuk penegakan diagnosa diabetes mellitus adalah pemeriksaan gula darah, pada penderita diabetes mellitus akan di jumpai gula darah yang tinggi (hiperglikemia), hal ini akan menyebabkan cairan didalam tubuh mengandung gula berlebih (Priyoto, 2015). 2.1.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus Berikut merupakan klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan gejala klinis atau medis (Priyoto, 2015): 1. Diabetes Mellitus (DM) a. DM tipe I (Insulin dependen diabetes mellitus) yaitu diabetes mellitus yang memiliki ketergantungan dalam terapi insulin b. DM tipe 2 (Non insulin dependen diabetes mellitus) yaitu diabetes mellitus yang tidak memiliki ketergantungan dalam terapi insulin c. DMTM yaitu diabetes mellitus terkait malnutrisi d.
Diabetes mellitus yang berhubungan dengan sindrom ataupun kondisi tertentu
2. Diabetes Mellitus pada kehamilan (gestational DM) DM gestational adalah sebuah kondisi terjadinya diabetes mellitus hanya pada saat kehamilan, sementara pada sebelum kehamilan gula darah penderita dalam keadaan normal.
4
2.1.3. Penyebab Diabetes Mellitus Menurut Priyoto (2015) ada beberapa penyebab terjadinya diabetes mellitus yaitu: 1. Riwayat keluarga (faktor keturunan) Faktor keluarga atau keturunan memiliki hubungan yang sangat tinggi untuk seseorang terkena DM, hal ini bisa diartikan jika didalam keluarga memiliki penyakit DM misalnya salah satu dari orang tua terkena penyakit DM, maka anaknya akan beresiko tinggi terkena DM dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki penyakit DM didalam keluarganya. 2. Obesitas Obesitas atau kegemukan dapat menyebabkan tubuh menjadi resistensi terhadap hormone insulin, karena sel-sel tubuh saling berebut dengan jaringan lemak untuk menyerap insulin. Hal ini akan mengakibatkan pancreas dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya sehingga organ pancreas mengalami kelelahan dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan. 3. Usia Pada umumnya usia 40 tahun keatas memiliki gangguan fungsi organorgan vital yang mulai melemah dan mulai mengalami kepekaan terhadap hormon insulin. 4. Kurang aktifitas fisik Kurangnya aktifitas fisik dapat membuat tubuh mengalami kegemukan dan dapat melemahkan kerja organ-organ tubuh khususnya organ pankres yang memproduksi hormon insulin. 5. Stres yang lama Kondisi stres menjadi faktor pemicu terjadinya diabetes mellitus, hal ini dapat disebabkan karena jika seseorang stres maka tubuh bereaksi
5
terhadap stres dan akan mengakibatkan gangguan pembentukan hormon insulin. 2.1.4. Pemeriksaan penunjang 1. Kadar Glukosa Darah Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Kadar glukosa darah DM
DM
sewaktu Plasma vena 422 Darah kapiler 200 Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) Kadar glukosa darah DM
-
puasa dari tangga di lakukannya pengkajian Plasma vena Darah kapiler
l Tgl 1:196mg/dl
-
Tgl 2 :277mg/dl Tgl 3:291mg/dl Tgl 4 :292mg/dl 2. Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan - Glukosa plasma sewaktu diatas 200 mg/dl (11,1 mmol/L) - Glukosa plasma puasa diatas 140 mg/dl (7,8 mmol/L) - Glukosa plasma dari sample yang diambil 2jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 kg karbohidrat (2 jam post prandial(pp) lebih 200 mg/dl) 3. Tes laboratorium DM Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi 2.1.5. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Prinsip penatalaksanaan diabetes mellitus sesuai dengan Konsensus Pengobatan Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2006 dengan tujuan 6
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes mellitus (Fatimah Noor, 2015). 1. Diet Prinsip pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus hampir sama dengan diet yang dianjurkan pada masyarakat umum yaitu makanan seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu namun, diet pada penderita diabetes mellitus lebih ditekankan pada pentingnya keteraturan makan yaitu jadwal makan, jenis
dan
jumlah
makanan,
terutama
pada
penderita
yang
menggunakan obat penurun gula darah atau insulin. Diet yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus adalah makanan dengan komposisi seimbang dengan karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% dan protein 10-15%. 2. Olahraga (Exercise) Penderita dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur (3-4 kali seminggu) dengan waktu kurang lebih 30 menit, seperti olahraga ringan dengan jalan kaki selama 30 menit perhari. Disarankan untuk menghindari kebiasaan hidup kurang gerak atau bermalas-malasan. 3. Obat-obatan a. Antidiabetik oral Obat golongan ini ditambahakan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, namun kadar gula darah penderita tetap berada di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Pemilihan obat antidiabetik oral ini merupakan indikasi untuk menentukan keberhasilan terapi diabetes, pemilihan antidiabetik oral yang digunakan harus dipertimbangkan dari tingkat keparahan penyakit diabetes mellitus dan penyakit penyerta yang ada. Obat hipoglikemik oral merupakan golongan sulfonylurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sentizing. b. Insulin Insulin adalah protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Kandungan yang ada pada insulin yaitu 51 asam amino
7
yang disusun di dalam dua rantai yang berhubungan dengan jembatan disulfide, dan terdapat perbedaan dari kedua rantai tersebut. Bagi penderita yang tidak terkontrol dengan pengaturan diet atau pemberian hipoglikemia oral, kombinasi insulin serta obat lainnya dapat efektif digunkan. Insulin berfungsi untuk menaikkan pengambilan glukosa kedalam sel, menaikkkan penguraian
glukosa
dengan
cara
oksidatif,
menaikkan
pembentukan glukosa pada hati dan otot serta mencegah terjadinya penguraian glikogen, merangsang terjadinya pembentuka protein dan lemak melalui glukosa. 2.1.6. Komplikasi Diabetes Mellitus Komplikasi Diabetes Mellitus menurut Hasdianah (2012): 1. Nefrotik diabetic Nefrotik diabetik merupakan penyakit nefritis (ginjal) yang disebabkan oleh diabetes mellitus, hal ini terjadi karena kebocoran selaput penyaring darah. Tingginya kadar gula darah didalam tubuh akan merusak selaput penyaringan darah secara perlahan-lahan. Gula yang tinggi dalam darah juga akan bereaksi dengan protein sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk juga membrane basal di glomerulus. Akibatnya, penghalan protein rusak dan terjadilah kebocoran protein ke urin (albuminuria). 2. Neuropati Tingginya kadar gula dalam darah perlahan-lahan dapat menyebabkan luka pada dinding pembuluh darah kecil atau kapiler, hal ini dapat menyebabkan gangguan pada saraf karena pembuluh darah merupakan organ penting yang menjaga kesehatan saraf. 3. Gastropati Diabetic Gastropati diabetic merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus berupa gangguan pada otot dan saraf pada perut (neuromuscular). 4. Retinopati diabetes Retinopati diabetes atau penyakit mata diabetes merupakan salah satu komplikasi dari penyakit diabetes berupa kerusakan pada retina mata
8
akibat kerusakan dari pembuluh darah. Penyakit retinopati diabetes akan berdampak buruk terhadap penglihatan dan apabila penyakit ini tidak ditangani segera, akan menyebabkan penderita mengalami kebutaan secara permanen 5. Kaki diabetic Kaki diabetik merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya kerusakan saraf pada daerah kaki dan buruknya liran darah ke kaki disebabkan karena tingginya gula dalam darah. Hal ini dapat menimbulkan luka dan lecet pada daerah kaki yang dapat terjadinya infeksi dan bahkan dapat mengalami kerusakan yang buruk sehingga kaki penderita harus diamputasi. 2.1.7. Patofisiologi Diabetes Melitus dapat mengakibatkan berbagai komplikasi salah satunya dimana kondisi kadar gula darah yang tinggi (Hiperglikemia) dalam waktu yang sangat lama, yang mengakibatkan kerusakan pada otot dan system saraf (Neuromuskuler) di perut maka terjadi masalah pencernaan, terutama pada lambung yaitu disebut Gatropati diabetic. Gastropati diabetic ini dapat mengakibatkan gejala umum, yaitu Mual muntah yang dialami, nyeri pada ulu hati, nafsu makan berkurang, asam lambung naik, keram peut, kehilangan selera makan, cepat kenyang meski makan dengan porsi kecil, penurunan berat badan yang drastis. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2.1.8. Pathway DM Faktor Gen Infeksi virus 9
Ketidakseimbangan produksi insulin
Hiperglikemia
Kerusakan pada antibodi
Glukosaria menganme Poliuria
Kekebalan tubuh menurun Retensi Urine
Resiko Infeksi
Dehidrasi Kehilangan Kalori Kehilangan elektrolit dalam sel
Sel kekurangan bahan untuk metabolisme
Neuropati sensori perifer Nekrosis Gangrene
Resiko Syok Pusat lapar dan haus Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh Gangguan neuromuscular pada perut
Kerusakan Integritas Jaringan
Polidipsia
Polipagia
Mual & muntah, nafsu makan menurun
2.2. Konsep Dasar Keperawatan 2.2.1. Pengertian Nutrisi
10
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh. Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara
fungsi
tubuh, kesehatan
jaringan,
dan suhu tubuh,
meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan. Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal) atau kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 gr air. Kilokalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 kg air. 2.2.2. Struktur dan Fungsi Nutrient Struktur dan Fungsi Nutrient Nutrient digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu: 1. Karbohidrat Karbohidrat Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan disakarida) dan gula kompleks (polisakarida). Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Gula, sirup, madu, buah, dan susu adalah sumber karbohidrat sederhana. Roti, sereal, kentang, beras, pasta, dan gandum berisi karbohidrat kompleks. Fungsi karbohidrat adalah memberikan energi. Setiap gram karbohidrat mengandung 4 kcal. Karbohidrat juga penting dalam oksidasi lemak, meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan, yang membantu sintesis vitamin K dan B12, memproduksi komponen karbon dalam sintesis asam amino esensial. Sirkulasi darah membawa glukosa ke sel sebagai sumber energi dan untuk produksi substansi penting. Kadar glukosa darah normal 80-110 mg/dL, pada kondisi puasa kadar glukosa darah 60-80 mg/dL, dan pada 2 jam setelah puasa meningkat menjadi 140-180 mg/dL, tergantung usia. Hiperglikemia dimana kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal akibat produksi atau penggunaan insulin tidak adekuat, terjadi pada
11
diabetes militus. Hipoglikemia dimana kadar glukosa darah lebih rendah dari normal, dapat sebagai tanda dari abnormalitas liver dan pankreas. 2. Protein Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang dihubungkan dengan rantai peptida. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Tubuh mensintesis protein antara lain membentuk hemoglobin untuk membawa oksigen ke jaringan, insulin untuk regulasi glukosa darah, dan albumin untuk regulasi tekanan osmotik darah. Fungsi protein untuk pertumbuhan, regulasi fungsi dan proses tubuh, pembentukan kembali protein sel, dan energi, memelihara sistem imunitas tubuh, sel, cairan tubuh, tulang, kulit, gigi, otot, rambut, darah, dan serum. Katabolisme protein memberi 4 kcal/g. Katalis enzim dibentuk dari protein pada regulasi pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan katabolisme. Diit protein diklasifikasikan menjadi: 1) Protein lengkap, berisi asam amino esensial untuk memelihara jaringan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan. Tubuh tidak dapat mensintesis asam amino esensial. Tubuh dapat mensintesis asam amino nonesensial dari sumber lain. Sumber protein lengkap antara lain daging, ikan, susu, keju, dan telur. 2) Protein lengkap sebagian, berisi asam amino untuk memelihara kehidupan, tetapi tidak meningkatkan pertumbuhan. 3) Protein tidak lengkap, tidak berisi asam amino esensial untuk memelihara kehidupan, membentuk jaringan, dan meningkatkan pertumbuhan. Sumber protein tidak lengkap antara lain buah dan sayuran, buncis, roti, sereal, beras, pasta, kacang-kacangan. Status
protein
diukur
dalam
keseimbangan
nitrogen.
Keseimbangan nitrogen adalah jumlah nitrogen yang digunakan sama dengan jumlah nitrogen yang dikeluarkan. Keseimbangan nitrogen positif jika intake nitrogen lebih besar dari nitrogen yang dikeluarkan. Keadaan ini terjadi jika jaringan baru disintesis, misalnya sembuh dari
12
sakit, latihan, hamil, dan pertumbuhan masa anak. Keseimbangan nitrogen negatif jika pengeluaran nitrogen lebih besar dari intake nitrogen. Keadaan ini terjadi pada penyakit yang disebabkan kerusakan jaringan, atau diet protein dan/atau kalori tidak adekuat. 3. Lemak Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak, asam lemak, kolesterol, dan phospholopid. Lemak adalah zat organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak secara ideal membentuk sekitar 20% berat badan pada orang yang tidak gemuk. Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi organ vital, energi, simpanan energi pada jaringan adiposa, absorbsi vitamin, dan transport vitamin larut lemak. Lemak yang dioksidasi menghasilkan energi 9 kcal/g. Lemak memberikan rasa kenyang karena menetap di lambung lebih lama daripada karbohidrat atau protein. Lemak diklasifikasikan sebagai lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Daging sapi, daging domba, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak biji kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh lebih tinggi dan lebih keras. Daging ayam, ikan dan sayuran berisi asam lemak tidak jenuh lebih tinggi dan lebih lunak. 4. Vitamin Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta membantu dalam penggunaan energi nutrient. Vitamin diklasifikasikan sebagai vitamin larut lemak dan vitamin larut air. 5. Mineral Mineral membantu membentuk jaringan tubuh dan regulasi metabolism: 1) Calcium: Calcium berfungsi untuk membentuk dan memelihara tulang dan gigi, pembekuan darah, tansmisi syaraf, kontraksi dan relaksasi otot, permeabilitas membran sel. Tanda dan gejala kekurangan calcium adalah pertumbuhan pendek, ricketsia, osteoporosis, tetani.
13
2) Magnesium: Magnesium berfungsi untuk pembentukan tulang, relaksasi otot, sintesis protein. Tanda dan gejala kekurangan magnesium adalah penyakit ginjal, tremor mengakibatkan kejang. 3) Sodium:
Sodium
berfungsi
untuk
membantu
memelihara
keseimbangan cairan tubuh dan asam basa. Makanan rendah sodium penting bagi orang dengan penyakit jantung, hipertensi, edema, gangguan ginjal, penyakit liver. 4) Potasium/kalium:
Fungsi
potasium
untuk
sintesis
protein,
keseimbangan cairan, dan regulasi kontraksi otot. Pembatasan potasium dilakukan pada klien dengan kerusakan/gagal ginjal. 5) Fosfor: Fosfor berfungsi untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi, keseimbangan asam basa, metabolisme energi, struktur membran sel, regulasi hormon dan ko enzim. Tanda dan gejala kekurangan fosfor adalah pertumbuhan pendek, riketsia. 6) Besi (Fe): Besi berfungsi untuk membawa oksigen melalui hemoglobin
dan
myoglobin,
unsur
pokok
sistem
enzim.
Kekurangan besi ditandai dengan deplesi simpanan besi, anemi, pucat. 7) Iodine: Fungsi iodine adalah unsur pokok hormon tiroid yang meregulasi
basal
metabolisme
rate.
Kekurangan
iodine
menyebabkan goiter. 8) Zinc: Fungsi zinc untuk pertumbuhan jaringan, perkembangan dan penyembuhan, kematangan seksual dan reproduksi, unsur utama beberapa enzim dalam energi dan metabolime asam nukleat. Kekurangan
zinc
menyebabkan
kerusakan
pertumbuhan,
kematangan seksual, dan fungsi sistem imun, lesi kulit, akrodermatitis, penurunan sensasi rasa dan penghidu. 9) Air: Air diperlukan untuk memelihara fungsi sel. Air diperoleh dari minum cairan dan makan makanan tinggi air, dan dengan oksidasi makanan. Haus menandakan butuh air dan mendorong seseorang untuk minum.
14
2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Menurut Alimul (2015) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah sebagai berikut: 1.
Pengetahuan Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
2. Prasangka Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka. 3.
Kebiasaan Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
4. Kesukaan Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. 5.
Ekonomi Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
15
sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluargannya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah. 6. Penyakit Beberapa penyakit tertentu dapat menyebabkan kekurangan nutrisi 2.2.4. Penilaian Status Nutrisi Tubuh membutuhkan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk metabolisme dan perbaikan sel, fungsi organ, pertumbuhan, serta pergerakan tubuh. Laju metabolisme basal (Basal Metabolic Rate/ BMR) adalah energi yang di butuhkan untuk memepertahankan aktivitas kelangsungan hidup (bernapas, sirkulasi, denyut jantung, dan suhu) pada periode waktu tertentu saat istirahat. Faktor-faktor seperti usia, berat badan, jenis kelamin, demam, kelaparan, menstruasi, penyakit, cidera, infeksi, tingkat aktivitas, atau fungsi tiroid dapat memengaruhi kebutuhan energy. Penggunaan energi istirahat (Resting Energy Expenditure/REE) atau laju metabolisme istirahat adalah jumlah energi yang dibutuhkan oleh individu selama 24 jam sehingga tubuh dapat mempertahankan semua aktivitas kerja internal saat beristirahat. Faktor yang memengaruh metabolisme adalah penyakit, kehamilan, laktasi, dan tingkat aktivitas. Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan merupakan faktor penting dalam menentukan status nutrisi (Wartonah Tarwoto, 2006). 1. Keseimbangan energy Energi adalah kekuatan untuk bekerja. Manusia membutuhkan energi untuk
terus-menerus
berhubungan
dengan
lingkungannya.
Keseimbangan energi = Pemasukan energy – pengeluaran energi Atau Pemasukan energi = Total pengeluaran energi (panas + kerja + energi yang disimpan). a. Pemasukan energy Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Dari makanan yang dimakan kemudian dipecah secara kimiawi menjadi protein, lemak, dan
16
karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. Satu kilokalori juga disebut juga satu kalori besar (K) atau kkal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air besar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1 K atau sama dengan 1.000 kalori. Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi
pemecahan
glikogen
yang
merupakan
cadangan
karbohidrat yang disimpan dalam hati dan jaringan otot. b. Pengeluaran energi Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk mensupport jaringan dan fungsifungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin tripshsfat (ATP). Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolism Rate (BMR) dan aktivitas fisik. Kebutuhan (0,1 x (Energi energi setiap = (BMR + 24) + Konsumsi + untuk hari ditentukan kkal setiap hari) aktivitas) dengan rumus Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan negatif sehingga cadangan makanan dikeluarkan, hal ini akan berakibat pada penurunan berat badan. Sebaiknya, jika pemasukan energi lebih banyak dari pengeluaran energi maka terjadi keseimbangan positif, kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat badan. c. Basal Metabolism Rate (BMR) Basal Metabolism Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh sepergi pergerakan jantung pernapasan, peristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh. Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh: 1) Usia Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basal bertambah dengan cepat, hal ini berhubungan dengan faktor pertumbuhan. Setelah usia 20 tahun lebih konstan 2) Jenis kelamin Kebutuhan metabolisme basal laki-laki lebih besar dibanding wanita. Pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0
17
kkal/Kg BB/jam sedangkan pada wanita 0,9 kkal/Kg BB/jam. 3) Tinggi dan berat badan Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh. Makin luas pengeluaran panas akan lebih banyak sehingga kebutuhan basal metabolisme lebih besar. 4) Kelainan endokrin Hormon tiroksin berpengaruh terhadap metabolisme, peningkatan tiroksin mislanya pada hipertiroid akan meningkatkan basal metabolisme sedangkan penurunan kadar tiroksin akan menurunkan metabolisme. 5) Suhu lingkungan Suhu lingkungan yang lebih dingin akan menigkatkan metabolisme untuk menyesuaikan diri, tubuh harus lebih banyak memproduksi panas. 6) Keadaaan sakit Pada orang sakit suhu tubuh meningkat. Peningkatan suhu tersebut akan mempercepat reaksi kimia, di mana peningkatan 1 OC akan meningkatkan Bmr sebanyak 14%. 7) Keadaan hamil Konsumsi oksigen pada orang hamil meningkat untuk memenuhi kebutuhan dan pertumbuhan janin, sehingga metabolisme juga akan meningkat. 8) Keadaan stres dan ketegangan Keadaan stres dan keterangan akan merangsang produksi katekolamin yang mempunyai efek peningkatan metabolisme. Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW) (Carpenito, LJ. 2012). a. Body Mass Index (BMI) Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas. Rumus BMI diperhitungkan: BB (Kg)/ (TBxTB (M) atau BB (pon) x 704,5 TB (inci)
18
b. Ideal Body Weight (IBW) Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu. 2.2.5. Masalah Kebutuhan Nutrisi Menurut Asmadi (2008) menuliskan secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes militus, hipertensi, jantung coroner, kanker, dan anoreksia nervosa. 1. Kekurangan Nutrisi Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. 2. Kelebihan Nutrisi Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih. 3. Obesitas Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori. 4. Malnutrisi Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. 5. Diabetes Melitus Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
19
6. Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari obesitas, serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup yang berlebihan. 7. Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain. 8. Kanker Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh konsumsi lemak secara berlebihan. 9. Anoreksia Nervosa Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energy 2.2.6. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi: a. Identitas Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomer register, diagnosa medis, dan lain-lain. b. Riwayat Kesehatan Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu
20
merencanakan jenis makanan untuk sekarang dan rencana makanan untuk masa selanjutnya. c. Keluhan Utama Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian d. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah sakit e. Riwayat Penyakit Dahulu Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit di masa lalu maupun sekarang f. Riwayat Penyakit Keluarga g. Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular. h. Tingkat Aktifitas sehari-hari 1. Pola Istirahat/Tidur Waktu tidur: Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan dilakukan di rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk dapat tidur selama di rumah sakit. Waktu bangun: Waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NREM ke posisi yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum sakit dan pada saat pasien sudah di rumah sakit. Masalah tidur: Apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh pasien pada saat sebelum sakit dan pada saat sudah masuk di rumah sakit. Hal-hal yang mempermudah tidur: Hal-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur secara nyenyak. Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun:
Hal-hal
yang
menyangkut
masalah
tidur
yang
menyebabkan pasien secara mudah terbangun (Nursalam. 2011) 2. Pola Eliminasi Buang Air Kecil: Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak, dibantu atau secara mandiri Buang Air Besar: Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah bentuk dari BAB pasien (encer, keras, atau lunak) Kesulitan BAK/BAB: Kesulitankesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang kebutuhan nutrisinya kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat Upaya mengatasi BAK/BAB:
21
Usaha pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola eliminasi 3. Pola Makan dan Minum Jumlah dan jenis makanan: Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja makanan yang di konsumsi Waktu pemberian makanan: Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat mengkonsumsi makanan yang di berikan Jumlah dan jenis cairan: Berapakah jumlah dan apa sajakah cairan yang bisa dikonsumsi oleh pasien yang setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit Waktu pemberian cairan: Waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan cairan Masalah makan dan minum: Masalah-masalah yang dialami pasien saat akan ataupun setelah mengkonsumsi makanan maupun minuman 4. Kebersihan Diri/Personal Hygiene Pemeliharaan badan: Kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya mulai dari mandi, keramas, membersihkan kuku dan lain-lain Pemeliharaan gigi dan mulut: Rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok gigi dalam sehari Pola kegiatan lain: Kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan badan i. Data Psikososial Pola komunikasi: Pola komunikasi pasien dengan keluarga atau orang lain, orang yang paling dekat dengan pasien Dampak di rawat di Rumah Sakit: Dampak yang ditimbulkan dari perawatan di Rumah Sakit j. Data Spiritual Ketaatan dalam beribadah Keyakinan terhadap sehat dan sakit Keyakinan terhadap penyembuhan 2.
Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Kesadaran: composmentis, somnolen, koma, delirum b. Tanda-tanda vital Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu c. Pemeriksaan Kepala: Pada kepala yang dapat kita lihat adalah bentuk kepala, kesimetrisan, penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut.
22
d. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi: adakah sianosis, bentuk dan struktur
wajah e. Pemeriksaan Mata Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan kesimetrisan f. Pemeriksaan Hidung: Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung, keadaan membrane mukosa dari hidung g. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi: Keadaan telinga, adakah serumen,
adakah lesi infeksi yang akut atau kronis h. Pemeriksaan Leher Inspeksi: adakah kelainan pada kulit leher Palpasi: palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok), adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis i. Pemeriksaan Integumen: Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur, warna kulit j. Pemeriksaan Thorax: Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal k. Pemeriksaan Jantung 1) Inspeksi dan Palpasi: mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran jantung 2) Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen 3) Auskultasi : bunyi jantung I dan II l. Pemeriksaan Abdomen 1) Inspeksi: bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada pembesaran abdomen) 2) Auskultasi: mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit 3) Perkusi: apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung (timpani) 4) Palpasi: adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi m. Pemeriksaan Genetalia 1) Inspeksi: keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari kulit disekitar genetalia 2) Palpasi: adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi n. Pemeriksaan Anus Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
23
o. Pemeriksaan Muskuloskeletal Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada anus p. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan,
syaraf otak, fungsi motorik, fungsi sensorik q. Pemeriksaan Status Mental Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan motivasi r. Pemeriksaan Tubuh Secara Umum Kebersihan, normal, postur s. Pemeriksaan Penunjang t. Pemeriksaan
laboratorium
yang
langsung
berhubungan
dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hemoglobin, glukosa, elektrolit, dan lain-lain. (AAA.Hidayat.2006) 3.
Diagnosa Keperawatan (NANDA 2015) 1) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. 2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah 3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi
4.
Evaluasi Keperawatan Evaluasi terhadap maslah kebutuhan nurisi secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam: 1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan. 2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan 3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya proses pencernaan makan yang adekuat (Alimul, 2015).
24
BAB III LAPORAN KASUS 3.1.
Pengkajian
Tn. S berusia 62 tahun, agama islam, suku jawa, Bahasa sehari-hari bahasa Indonesia, pekerjaan wiraswasta, diagnosa medis: DM Tipe II + Gangren , no RM: 27.36.96, pendidikan terakhir: SMA, alamat: Mabar medan deli No.21. Identitas Penanggung jawab Nama: Tn. S, alamat: Mabar medan deli No.21, pekerjaan: Wiraswasta, hubungan dengan klien: Anak. Pasien masuk IGD Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan pada tanggal 31 Oktober 2021 Jam 10.58 dengan keluhan Mual dan muntah 1 minggu, keadaan umum lemah, KGD: 422 g/dl. Di IGD dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital: Td: 120/70 mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 80 x/menit, Temp: 36, 0
C, BB: 54 kg, TB: 160 cm, IMT: 23, skala nyeri: 3 Terapi/obat yang telah
diberikan: IVFD NaCl 0,9% 20 tts/menit, Inj. Ranitidine 1 amp, inj. Katerolac 1 amp, inj. Ondansetron 1 amp. Setalah itu klien di pindahkan ke ruang rawat inap Sakura pada pukul 12.29 wib. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 01 november 2021, Keluhan utama: Pasien mengatakan mual dan muntah, tidak selera makan, nyeri pada ulu hati dengan skala: 6 (sedang), klien di anjurkan cek kgd puasa oleh dokter penyakit dalam dr. ayu sppd Kgd puasa: 196 g/dl, x/menit, HR: 80 x/menit, Temp: 37
0
TTV: Td: 100/80 mmHg, RR: 20
C. frekuensi muntah pasien lebih kurang
3x/jam sebanyak ± 15 cc, dengan konsistensi nasi bercampur cairan mukosa. Pada
saat dilakukan pengkajian tanggal 02 november 2021, klien di
anjurkan cek kgd puasa:277 g/dl, Td:100/90 mmHg, RR:20x/menit, HR: 89x/menit,Temp:36,8
25
b. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 03 november 2021,klien di anjurkan cek kgd puasa:291g/dl, setelah itu dTd:140/82mmHg, RR:20x/menit, HR:80x/menit, Temp: 36,7c. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 04 november 2021, klien masih di anjurkan cek kgd puasa:292g/dl, Td: 140/80 mmhg Rr: 20 x/ menit.
Riwayat kesehatan keluarga,Pasien mengatakan di dalam keluarga hanya ibu os menderita penyakit DM . Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum dirumah sakit klien mengatakan makan 3 x sehari (porsi sedikit) dengan menu makan: nasi putih, ikan, sayur,teh manis setiap hari,dan sering makan gorengan. Selama klien sakit dirumah mengatakan tidak selera makan, mual dan muntah, Pasien tampak menghabiskan diet hanya 3 sendok dari porsi yang disajikan. Pola eliminasi: klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit buang air besar (BAB) 1 x sehari, konsistensi feses lembek. Buang air kecil (BAK) sering,terutama pada saat malam hari. Klien mengatakan selama masuk rumah sakit BAB tidak ada gangguan, BAK lancar dan terpasang kateter. Pola aktivitas, klien mengatakan dalam sehari-hari pekerjaannya adalah wiraswasta pada saat dilakukan pengkajian tanggal 01 Oktober 2021, Keluhan utama: Pasien mengatakan mual dan muntah, tidak selera makan, nyeri pada ulu hati dengan skala: 6 (sedang), Kgd puasa: 196 g/dl, TTV: Td: 100/80 mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 80 x/menit, Temp: 37 0 C. frekuensi muntah pasien lebih kurang 3x/jam sebanyak ± 15 cc, dengan konsistensi nasi bercampur cairan mukosaPada saat dilakukan pengkajian tanggal 01 Oktober 2021, Keluhan utama: Pasien mengatakan mual dan muntah, tidak selera makan, nyeri pada ulu hati dengan skala: 6 (sedang), Kgd puasa: 196 g/dl, TTV: Td: 100/80 mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 80 x/menit, Temp: 37
0
C. frekuensi muntah pasien lebih kurang 3x/jam
sebanyak ± 15 cc, dengan konsistensi nasi bercampur cairan mukosa, namun di masa pandemik ini pasien mengatakan hanya menjalani aktivitas dirumah.
26
Terapi/obat yang diberikan: IVFD Rl 20 tetes/menit, Inj. Noverapide 3x10 unit, Sucralfat Syr 4x1 sdm, Rebabipide 3x1, Inj. Omeprazole/12 jam, Inj. Buscopan/12 jam. 3.2. No 1.
Analisa Data
Data Data Subjektif: -
Etiologi DM Tipe II
Pasien mengatakan mual Hiperglikemia
dan muntah -
Pasien mengatakan tidak selera makan
-
Pasien mengatakan nyeri pada ulu hari
Gastropatiy Diabetik
Data Objektif: -
Pasien tampak muntah dengan frekuensi lebih kurang 3x/jam, ± 15 cc dengan konsistensi nasi bercampur
Gangguan fungsi otot dan saraf pada perut
cairan
Mual muntah Nafsu makan menurun Penurunan BB Gangguan nutrisi
mukosa -
Pasien
tampak
menghabiskan
diet
hanya 3 sendok dari porsi yang disajikan -
BB sebelum masuk Rs: 58 kg BB saat masuk Rs: 53 kg
-
TTV:
Td:
110/70
mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 80 x/menit, Temp: 36,5 0 C -
Kgd Ad Random: 250
27
Problem Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
g/dl 3.3. Diagnosa Keperawatan Prioritas 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Gangguan fungsi otot dan saraf pada perut/gastropaty ditandai dengan mual dan muntah, tidak selera makan, muntah dengan frekuensi lebih kurang 3x/jam, ±15 cc dengan konsistensi nasi bercampur cairan mukosa, diet hanya 3 sendok dari porsi yang disajikan, BB sebelum masuk Rs: 58 kg, BB saat masuk Rs: 53 kg, TTV: Td: 110/70 mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 80 x/menit, Temp: 36,5 0 C, Kgd Ad Random: 250 g/dl. 3.4. Intervensi Keperawatan No
Diagnosa
Noc
Nic
1.
Keperawatan Ketidakseimbang
setelah
dilakukan
-
Kolaborasi dengan ahli
an nutrisi kurang tindakan
gizi untuk menentukan
dari
jumlah kalori dan nutrisi
kebutuhan keperawatan
tubuh
diharapkan
berhubungan
pasien
nutrisi terpenuhi
yang dibutuhkan pasien -
Yakinkan
diet
yang
dengan mual dan dengan kriteria hasil:
dimakan
muntah,
Peningkatan
tinggi
nafsu makan
mencegah konstipasi
nafsu
-
makan menurun. -
-
Peningkatan
mengandung serat
untuk
Berikan
informasi
status nutrisi
tentang
kebutuhan
Tidak
nutrisi
ada
tanda-tanda
-
malnutrisi
Anjurkan pasien untuk makan
sedikit
tapi
sering -
Ajarkan bagaimana
pasien membuat
catatan makanan harian -
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
28
-
Monitor
mual
dan
muntah -
Monitor
kekeringan
pada kulit dan rambut -
Monitor
kalori
dan
intake nutrisi
3.5. Implementasi dan Evaluasi No 1.
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi
kurang
kebutuhan berhubungan
Tanggal/Jam 08/September/202
-
dari 0
Implementasi Memonitori tanda-tanda
vital Su
K
pasien
tubuh 10.0 IB
-
dengan
Memonitori Kadar gula darah tid
O
pasien
mual dan muntah, nafsu
-
Memonitori mual dan muntah
makan menurun.
-
Memonitori kekeringan pada kulit
-
dan rambut -
Mengkaji
kemampuan
pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang
29
-
dibutuhkan -
-
Meyakinkan pasien bahwa diet
-
yang dimakan mengandung tinggi
-
serat untuk mencegah konstipasi
-
Memberikan
-
informasi
tentang
kebutuhan nutrisi -
-
Menganjurkan
pasien
untuk A
makan sedikit tapi sering
Pl
Memonitor
kalori
dan
intake
-
Berkolaborasi dengan ahli gizi
-
untuk menentukan jumlah kalori
-
nutrisi -
dan
nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien (1900 Kkal) -
Berkolaborasi
dengan
dalam pemberian terapi
Catatan perkembangan No
Hari
1.
/Tanggal Senin
Implementasi -
1 2021
Memonitori tanda- Subjektif: tanda
November
Evaluasi
vital
dan
-
Kadar gula darah -
Memonitor
mual
dan muntah
30
Pasien mengatakan masih mual dan muntah
-
Tidak selera makan
-
Muntah dengan frekuensi lebih
dokter
-
-
dan intake nutrisi -
kurang 3x/jam, ± 15 cc
Memonitor kalori Menganjurkan pasien
Objektif: -
-
sering -
dengan
konsistensi
nasi dan cairan mukosa
untuk
makan sedikit tapi
Muntah
Diet hanya 3 sendok dari porsi yang disajikan
Lakukan discharge
-
TD : 110/80 mmHg
planning
tentang
-
HR: 80 x/menit
harian
-
Temp : 36,5℃
-
RR: 20 x/menit
-
KGD : 379 mg/dL
diet dirumah
Assesment: Masalah belum teratasi Planing: -
Monitor mual dan muntah
-
Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
-
Monitor
kalori
dan
intake
nutrisi 2.
Selasa
-
02 2021
Kadar gula darah Memonitori tanda- Subjektif: tanda
November
vital
dan
-
Kadar gula darah -
Memonitor
mual
dan muntah -
Monitori tanda-tanda vital dan
dan muntah -
Tidak selera makan
-
Muntah dengan frekuensi lebih
Memonitor kalori dan intake nutrisi
Pasien mengatakan masih mual
kurang 3x/jam, ± 15 cc. Objektif: -
Muntah
dengan
konsistensi
nasi dan cairan mukosa -
Diet hanya ¼ dari porsi yang disajikan
31
-
TD : 120/100 mmHg
-
HR: 85 x/menit
-
Temp : 36,5℃
-
RR: 22 x/menit
-
KGD : 259 mg/dL
Assesment: Masalah belum teratasi Planing: -
Monitor mual dan muntah
-
Monitor
kalori
dan
intake
nutrisi 3.
Rabu
-
03 2021
Kadar gula darah Memonitori tanda- Subjektif: tanda
November
vital
dan
-
Kadar gula darah -
Memonitor
mual
dan muntah -
Monitori tanda-tanda vital dan
dan muntah -
Tidak selera makan
-
Muntah dengan frekuensi lebih
Memonitor kalori dan intake nutrisi
Pasien mengatakan masih mual
kurang 3x/jam, ± 15 cc Objektif: -
Muntah
dengan
konsistensi
nasi dan cairan mukosa -
Diet hanya ¼ dari porsi yang disajikan
-
TD : 120/80 mmHg
-
HR: 80 x/menit
-
Temp : 36,8℃
-
RR: 19 x/menit
KGD : 259 mg/dL Assesment: Planing: 32
Monitor mual dan muntah
-
Monitor
kalori
dan
intake
nutrisi 4.
Kamis
-
04 2021
Kadar gula darah Memonitori tanda- Subjektif: tanda
november
vital
dan
-
Kadar gula darah -
Memonitor
mual
dan muntah -
Monitori tanda-tanda vital dan
dan muntah -
Mulai selera makan
-
Muntah dengan frekuensi lebih
Memonitor kalori dan intake nutrisi
Pasien mengatakan masih mual
kurang 1x/2jam, ± 10 cc Objektif: -
Muntah
dengan
konsistensi
cairan mukosa -
Diet hanya ½ dari porsi yang disajikan
-
TD : 100/70 mmHg
-
HR: 90 x/menit
-
Temp : 36,6℃
-
RR: 21 x/menit
-
KGD : 265 mg/dL
Assesment: Masalah belum teratasi Planing: -
Monitor mual dan muntah
-
Monitor
kalori
dan
intake
nutrisi 5.
Jumat
-
04 2021
Kadar gula darah Memonitori tanda- Subjektif: tanda
November
vital
dan
-
Kadar gula darah -
Monitori tanda-tanda vital dan
Memonitor
mual
33
Pasien mengatakan masih ada mual
-
Selera makan mulai bertambah
dan muntah -
Objektif:
Memonitor kalori
-
dan intake nutrisi
Diet hanya ½ dari porsi yang disajikan
-
TD : 120/90 mmHg
-
HR: 80 x/menit
-
Temp : 36,5℃
-
RR: 20 x/menit
-
KGD : 120 mg/dL
Assesment: Masalah teratasi sebagian Planing: -
Monitor mual dan muntah
-
Monitor
kalori
dan
intake
nutrisi 6.
Sabtu
-
06 2021
Kadar gula darah Subjektif: Memonitori tandatanda
November
vital
dan
-
Kadar gula darah -
Memonitor
mual
dan muntah -
Monitori tanda-tanda vital dan
Pasien mengatakan masih ada mual
-
Selera makan mulai bertambah
Objektif:
Memonitor kalori
-
dan intake nutrisi
Diet hanya ½ dari porsi yang disajikan
-
TD : 120/90 mmHg
-
HR: 80 x/menit
-
Temp : 36,5℃
-
RR: 20 x/menit
-
KGD : 218 mg/dL
Assesment: Masalah teratasi sebagian Planing: 34
Monitor mual dan muntah
-
Monitor
kalori
dan
intake
nutrisi 7.`
Rabu
-
16
Kadar gula darah Memonitori tanda- Subjektif: tanda
September
vital
dan
-
Kadar gula darah
2020
-
Memonitor
mual
dan muntah -
Monitori tanda-tanda vital dan
Pasien mengatakan tidak ada mual dan muntah
-
Selera makan meningkat
Objektif:
Memonitor kalori
-
dan intake nutrisi
Diet habis dari porsi yang disajikan
-
TD : 110/70 mmHg
-
HR: 85 x/menit
-
Temp : 36,5℃
-
RR: 19 x/menit
-
KGD : 308 mg/dL
Assesment: Masalah Teratasi Planing: -
Berikan
Discard
Planning
tentang diet harian, aktivitas, dan kepatuhan minum obat 8.
Senin
-
08
Kadar gula darah Memonitori tanda- Subjektif: tanda
November
vital
dan
-
Kadar gula darah
2021
18
Monitori tanda-tanda vital dan
Pasien mengatakan tidak ada mual dan muntah
Berikan
Discard
Planning
tentang Objektif:
diet
harian,
aktivitas,
dan
35
-
-
Selera makan meningkat Diet habis dari porsi yang disajikan
kepatuhan minum
-
TD : 120/90 mmHg
obat
-
HR: 80 x/menit
-
Temp : 36,7℃
-
RR: 21 x/menit
-
KGD : 200 mg/dL
Assesment: Masalah Teratasi Planing: Intervensi dihentikan
36
BAB IV PENUTUP 4.3.
Kesimpulan Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik ditandai dengan hiperglikemia (glukosa tinggi dalam darah). Diabetes mellitus terbagi menjadi 2 jenis yaitu Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) dan Non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). Glukosa yang tinggi didalam darah dapat mengakibatkan banyak kerusakan berbagai organ didalam tubuh, salah satu kerusakan/komplikasinya adalah gastropaty diabetic. Gastropaty diabetic terjadi akibat tingginya glukosa dalam darah sehingga mengakibatkan gangguan pada neuromukuler (saraf dan otot) pada perut. Hal ini dapat mengakibatkan mual, muntah, penurunaan selera makan, nyeri pada ulu hati, penurunan berat badan. Asuhan keperawatan dasar profesi yang dapat kita lakukan adalah menentukan kebutuhan dasar prioritas pada pasien tersebut.
4.4.
Saran Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi keperawatan yang akan menjadi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar secara komprehensif dengan menerapkan ilmuilmu keperawatan.
37
DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat, A. Aziz.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Buku 2 Jakarta : Salemba Medika. Dinkes sumut. 2018. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2018. Kepala dinas kesehatan sumatera utara. Fatimah Noor, R. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Lampung University. Volume 4 Nomor 5. Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa Dan Anak anak Dengan Solusi Hebat. Yogyakarta: Nuha Medika. Marselinda, U. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn. D. P. Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Komodo Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Nurarif,A.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction. Priyoto. 2015. Perubahan Dalam Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
38