19 0 267 KB
DOKUMENTASI KEBIDANAN
“APLIKASI DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWATDARURATAN MATERNAL”
Di Susun Oleh Kelompok 4 : 1. Nadia Utari Pratiwi
P00340421015
2. Nanda Dwi Sapitri
P00340421016
3. Okta Savitri
P00340421017
4. Putri Fadjriyah
P00340421018
5. Raras Dwi Astuti
P00340421019
6. Rizki Yuniati
P00340421020
7. Shela Rahayu Putri
P00340421021
Dosen Pengajar : Kurniyati, SST.M.Keb KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU PRODI DIV ALIH JENJANG KEBIDANAN CURUP TA.2021/2022
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT.Karena berkat dan rahmat-Nya jualah kami bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Aplikasi dokumentasi asuhan kebidanan pada
kegawatdaruratan maternal” . Di harapkan dengan adanya makalah ini bisa membantu para pembaca dalam mempelajari dan mendalami pengetahuan tentang Aplikasi dokumentasi asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. . Kami berharap mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca.Kami sadari dalam pembuatan makalah masih terdapat kekurangan di sanasini,oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan dari pembaca. Agar kedepannya bisa menjadi penyempurnaan bagi kami untuk lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT. Selalu memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kita. Aamiin yaa robbal ‘alamin.
Curup, September 2021
Kelompok
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
1
A. Latar Belakang....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................................
2
C. Tujuan Penulisan................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
4
A. Dokumentasi..........................................................................................
4
B. Dokumentasi dalam kebidanan .......................................................... 4 C. Tujuan dokuemtasi kebidanan ............................................................. 5 D. Yang perlu diperhatikan dalam dokumentasi ....................................... 6 E. Teknik dokumentasi ........................................................................... 7 F. Model-model dokumentasi asuhan kebidanan...................................... 7-14 G. kegawat daruratan maternal ................................................................ 14-25 H. asuhan kebidanan ibu hamil TM III dengan Preeklamsia Berat ............ 26-58 BAB II PENUTUP .......................................................................................
59
A. Kesimpulan.........................................................................................
59
B. Saran...................................................................................................
59-60
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................................
iii
61-62
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kewajiban mendokumentasikan asuhan kebidanan diatur didalam standar profesi bidan yaitu pada standar IX tentang dokumentasi yang menjelaskaaaan bahwa asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi kebidanan yang diberikan yaitu, dilaksanakan pada setiap tahapan asuhan kebidanan, dilaksanankan secara sistematis, tepat, dan jelas serta dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan dalam layanan kebidanan bidan harus mengerjakan pendokumentasian. Bidan mempunyai kewajiban sebagaimana Permenkes No 28 tahun 2017 pada Pasal 28 yaitu Bidan mempunyai kewajiban melakukan pencatatan dokumentasi secara sistematis. Pencatatan asuhan kebidanan harus dicatat sesuai dengan standar pelayanan kebidanan sesuai dengan Kepmenkes No 369 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan. Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumentasi asli yang dapat dijadikan bukti dalan persoalan hukum. Dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Hal ini karena asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami olrh klien berkaitan dengan pelayanan yang diberikan. Selain sebagai pencatatan dan pelaporan, dokumentasi kebidanan juga digunakan sebagai informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan. Disamping itu dokumentasi berperan sebagai pengumpulan, penyimpanan, dan desiminasi informasi guna
1
mempertahankan sejumlah fakta yang penting secara terus menerus pada suatu waktu terhadap sejumlah kejadian. Dengan kata lain sebagai keterangan baik tertulis maupun terekam, mengenai identitas, anamnesis, penentuan fisik laboratorium, segala diagnosa pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, serta pengobatan rawat inap dan rawat jalan maupun pelayanan gawat darurat. World Health Organization memperkirakan pada tahun 2015 sebanyak 303.000 wanita di seluruh dunia telah meninggal karena masalah kehamilan dan persalinan. Hingga saat ini penyumbang AKI dan AKB yang menyebabkan 75% dari semua kematian ibu di dunia adalah perdarahan hebat, infeksi, hipertensi dalam kehamilan, serta komplikasi dari persalinan dan abortus. Sedangkan 25%nya disebabkan oleh penyakit lain seperti malaria dan AIDS selama kehamilan. (WHO, 2018). Preeklampsia adalah salah satu klasifikasi dari hipertensi dalam kehamilan yang disertai kerusakan organ lain, terdeteksi sejak usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang bila tidak dilakukan tatalaksana komprehensif maka dapat menyebabkan sakit berat, kecacatan jangka panjang, serta kematian pada ibu, janin maupun neonatus (Denantika, 2017:213). B. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan dokumentasi ? Apa yang dimaksud dokumentasi dalam kebidanan ? Apa tujuan dokuemtasi kebidanan ? Apa saja yang perlu diperhatikan dalam dokumentasi ? Bagaimana teknik dokumentasi ? Apa saja model-model dokumentasi asuhan kebidanan?
2
kegawat daruratan maternal ? asuhan kebidanan ibu hamil TM III dengan Preeklamsia Berat ?
C. Tujuan Mengetahui yang dimaksud dengan dokumentasi Mengetahui apa yang dimaksud dokumentasi dalam kebidanan Mengetahui tujuan dokuemtasi kebidanan Mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam dokumentasi Mengetahui bagaimana teknik dokumentasi Mengetahui apa saja model-model dokumentasi asuhan kebidanan Mengetahui kegawat daruratan maternal Mengetahui asuhan kebidanan ibu hamil TM III dengan Preeklamsia Berat
3
BAB II PEMBAHASAN A. Dokumentasi Dokumentasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah surat yang tertulis/tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian, dan sebagainya). B. Dokumentasi dalam kebidanan Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang di miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan Klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan). Dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Hal ini karena asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh klien berkaitan dengan pelayanan yang diberikan. Selain sebagai sistem pencatatan dan pelaporan, dokumentasi kebidanan juga dipakai sebagai informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan. Disamping
itu,
dokumentasi
berperan
4
sebagai
pengumpul,
penyimpan,
dan
penyebarluasan informasi guna mempertahankan sejumlah fakta yang penting secara terus menerus pada suatu waktu terhadap sejumlah kejadian. Dengan kata lain, dokumentasi digunakan sebagai suatu keterangan, baik tertulis maupun terekam, mengenai data subyektif yang diambil dengan anamnesa (wawancara), hasil pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang (laborat, USG dsb), analisa (diagnosa), perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi, tindakan medis,pengobatan yang diberikan kepada klien baik rawat jalan maupun rawat inap, serta pelayanan gawat darurat. Dokumentasi mempunyai 2 sifat yaitu tertutup dan terbuka. Tertutup apabila di dalam berisi rahasia yang tidak pantas diperlihatkan, diungkapakan, dan disebarluaskan kepada masyarakat. Terbuka apabila dokumen tersebut selalu berinteraksi dengan lingkungannya yang menerima dan menghimpun informasi. Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di rumah sakit dikenal dengan istilah rekam medik. Dokumentasi berisi dokumen/pencatatan yang memberi bukti dan kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu. C. Tujuan dokumentasi kebidanan Sebagai sarana komunikasi: a. membantu koordinasi asuhan yang diberikan oleh tim kesehatan, b. mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan c. mencegah tumpang tindih d. untuk mengurangi kesalahan dalam tindakan e. meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan kebidanan f. membantu tim bidan dalam mengurangi waktu sebaik-baiknya g. sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
5
h. bukti pelayanan yang bermutu i. sebagai i formasi statistik j. sebagai sarapan pendidikan k. pemenuhan pelayanan standar l. untuk menjamin penggantian biaya pasien m. untuk perencanaan pelayanan dimasa yang akan datang. D. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Dokumentasi a. Jangan mencoret–coret tulisan yang salah , karena akan terlihat seperti bidan mencoba menutupi sesuatu/informasi atau merusak catatan. Jika ada kesalahan dalam mencatat lebih baik diberi garis pada tulisan yang salah dengan diberi catatan ”salah” dan diberi paraf dan kemudian ditulis catatan yang benar. b. Jangan memberi komentar/menulis hal yang bersifat mengkritik klien atau tenaga kesehatan lain. Ditulis hanya uraian objektif perilaku klien atau tindakan yang dilkukan c. Koreksi terhadap kesalahan dibuat dengan sesegera mungkin, karena kesalahan mencatat dapat diikuti dengan kesalahan tindakan. d. Catat hanya fakta, jangan membuat spekulasi atau perkiraan dari situasi yang ada. e. Semua catatan harus ditulis dengan tinta dan dengan menggunakan bahasa yang lugas, karena tulisan yang tidak dimengerti dapat disalah tafsirkan dan menimbulkan persepsi yang salah (jangan pakai pensil, karena mudah terhapus). f. Hindari catatan yang bersifat umum, karena informasi yang spesifik tentang klien atau tentang keadaannya akan hilang. g.
Ingat
bahwa
bidan
akan
bertanggung
jawab
atas
informasi
yang
dicatatnya/ditulisnya. Asuhan kebidanan komprehensif membutuhkan data informasi
6
yang lengkap, objektif dan dapat dipercaya, karena hal tersebut dapat menjadi bumerang bagi bidan jika dilaksanakan secara tidak sesuai ketentuan yang ada. E. Teknik dokumentasi. Tehnik pendokumentasian merupakan cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Ada 2 (dua) macam tehnik pendokumentasian, yaitu : a.
Naratif Teknik merupakan tehnik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi, yang mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Teknik narative merupakan teknik yang paling sering digunakan dan yang paling fleksible. Teknik ini dapat digunakan oleh berbagai petugas kesehatan. Contoh : Pada tanggal 13 November 2007, Ny. ”A” datang ke bidan ”B” untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu mengaku hamil 8 bulan anak kedua dan merasakan pergerakan janinnya.
b.
Teknik dokumentasi Flow sheet/Checklist adalah bentuk catatan perkembanggan aktual yang dirancang untuk memperoleh informasi dari pasien secara spesifik menurut parameter yang telah ditentukan sebelumnya.. flow sheet memungkinkan petugas untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien. Flow sheet/Checklist
merupakan
catatan
perkembangan
yang
didesain
untuk
mengumpulkan informasi yang spesifik dari pasien dengan format yang lebih singkat. Contoh : Kartu akseptor KB Lembar pementauan suhu basal Kolom pemantauan DJJ pada partograf.
F. Model model dokumentasi asuhan kebidanan a. SOR (Source Oriented Record)
7
Dalam model ini pencatatan berdasarkan atas disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan, dimana pengelola catatan dapat berasal dari anggota tim petugas kesehatan yang berwenang untuk memberikan informasinya. Masing–masing petugas kesehatan itu, mendeskripsikan hasil observasinya, atau tindakan yang telah dilakukannya. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat/bidan menggunakan catatan tersendiri, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing. Keuntungan penggunaan SOR: 1. Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi. 2. Memudahkan perawat/bidan untuk secara bebas bagaimana informasi akan dicatat. 3. Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan, intervensi dan respon klien atau hasil. Kerugian penggunaan SOR : 1. Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi, karena tidak berdasarkan urutan waktu. 2. Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya jika tidak melihat data awal. 3. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien. 4. Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak. 5. Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa. 6. Perkembangan klien sulit di monitor. b.
CBE (Charting By Exception)
8
sistem dokumentasi yang mencatat secara narative dari hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar CBE mengintegrasikan dua komponen kunci yaitu : 1. Flowsheet Kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan indikator pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan pencatatan pemulangan klien. 2. Dokumentasi Berdasarkan standar praktik keperawatan, sehingga mengurangi pencatatan tentang hal rutin secara berulang kali. Oleh karena itu standar harus cukup spesifik. Keuntungan pencatatan CBE : 1. Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi. 2. Data yang tidak normal nampak jelas. 3. Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami. 4. Data normal atau respon yang diharapkan tidak mengganggu informasi lain. 5. Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan. 6. Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi. 7. Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya. 8. Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi. 9. Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen. Kerugian pencatatan CBE: 1. Pencatatan secara narasi sangat singkat. 2. Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada. 3. Pencatatan rutin sering diabaikan. 4. Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan. c. PIE (problem intevention and evaluation)
9
Keuntungan PIE (problem intevention and evaluation): rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan, sangat jelas, perkembangan klien mulai dari masuk sampai pulang dapat dengan mudah digambarkan, dapat diadaptasi untuk catatan yang otomatis. Kerugian PIE (problem intevention and evaluation): tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu, pembatasan rencana tindakan yang tidak diaplikasikan untuk beberapa situasi kebidanan. d. POR (Problem oriented record) Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Sistem ini mengintegritaskan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainnya. Terdiri dari empat komponen, yaitu data dasar, daftar masalah, evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat, daftar awal rencana asuhan. e. Dokumentasi SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita mengatur pola pikir kita dan memberikan asuhan yang menyeluruh. Metode ini merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan guna menyusun dokumentasi asuhan. SOAP merupakan singkatan dari : S = Data Subjektif Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa, tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasik bertanya pada klien, suami atau keluarga. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau
10
ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data belakang “S” diberi tanda “O” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang dibuat. O = Data Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan, dan data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa A = Data Assesment Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun
objektif
yang
dikumpulkan
atau
disimpulkan.
Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi (diagnosa masalah dan antisipasi masalah lain/diagnosa potensial) P = Data Planning Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assesment. Untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukkan dalam data planning. f. Manajemen varney Merupakan metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut Varney ada 7(tujuh) langkah, meliputi : i.Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
11
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemriksaan penunjang (Mizawati.2016). ii. Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar Data
dasar
yang
telah
dikumpulkan
diinterpretasikan
sehingga
dapat
merumusakan diagnosa atau masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak daapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian (Mizawati.2016). iii.
Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benarbenar terjadi (Mufdlilah, dkk. 2012).
iv.
Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada
12
kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi. Contohnya pada kasus keputihan pada kehamilan, yang memerlukan penanganan serius apabila terjadi infeksi (Betty Mangkuji,dkk.2012). v.
Langkah V (kelima) : Merencanakan asuhan yang komrehensif atau menyeluruh Rencana asuhan yang menyeruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentufukasi dari kondisi/masalah klien, tapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu konseling, penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Mizawati, 2016).
vi.
Langkah VI (keenam) : Melaksanankan perencanaan dan penatalaksanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyelutuh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh seluruh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia
tetap
memikul
tanggung
jawab
untuk
mengarahkan
pelaksanaannya( memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
13
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan (Mufdlilah, dkk, 2012). vii.
Langkah VII (ketujuh) : evaluasi Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpebuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif (Mufdlilah,dkk.2012).
G. Kegawatdaruratan Maternal 1. Pengertian Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas (Maryunani A, 2016:28). 2. Prinsip dasar penanganan gawat darurat Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis) dan tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang (tidak panik), walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarannya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, tepat dan terarah (Maryunani A dan Eka P, 2013:1 - 3). a) Menghormati pasien
14
b) Kelembutan c) Komunikatif d) Hak pasien e) Dukungan Keluarga 3. Prinsip umum penanganan kasus gawat darurat Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah sama – sama subjek, sebagai mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu kasus kegawatdaruratan (Maryunani A dan Eka P, 2013: 3 – 6). a) Stabilisasi pasien b) Terapi cairan c) Resusitasi jantung paru (RJP) 4. Penanganan kasus gawat darurat pada ibu hamil trimester 3 dengan preeklampsia berat a) Pengertian Preeklampsia Menurut Prawirohardjo (2014:531), preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg, pengukuran darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dengan interval 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi. Sedangkan proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urine selama 24 jam. Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang
15
disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuria yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multisistem lain yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak mengalami proteinuria. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria. diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal (PNPK, 2016:6). b) Patofisiologi Preeklampsia Menurut Sukarni dan Wahyu (2013:115-117) pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan trofoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan trofoblastik menyebabkan terjadinya
endotheliosis
menyebabkan
pelepasan
tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tromboksan dan aktivasi agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi
fibrin
akan
menyebabkan
koagulasi
intravaskular
mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. c) Manifestasi Klinis
16
yang
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah diatas menurut Padila (2015:148-149) adalah sebagai berikut. 1) Tekanan darah 2) Kenaikan Berat Badan 3) Proteinuria d) Faktor Risiko Preeklampsia 1) Status Gravida 2) Riwayat Hipertensi 3) Penyakit Ginjal Kronis 4) Diabetes Mellitus(DM) 5) Obesitas 6) Faktor keturunan 7) Umur 8) Kunjungan kehamilan/ANC e) Pemeriksaan pada Preeklampsia Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan preeklampsia menurut Hasan dan Sandu (2013:184-185) adalah sebagai berikut. 1) Laboratorium a. Pemeriksaan
spesimen
urine
mid-stream
untuk
menyingkirkan
kemungkinan infeksi urine b. Pemeriksaan darah lengkap c. Pemeriksaan fungsi hati d. Tes kimia darah. Asam urat meningkat (normal 2,4-2,7 mg/dl)
17
e. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina f. Pemeriksaan kadar Human Laktagen Plasenta (HPL) dan estriol di dalam plasma serta urine untuk menilai faal unit fetoplasenta 2) Radiologi a. Elektrokardiogram dan foto dada untuk menunjukkan pembesaran ventrikel dan kardiomegali b. Kardiotokografi untuk mengetahui denyut jantung janin lemah c. Ultrasonografi untuk menemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus, pernafasan uterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit. d) Penegakkan Diagnosis Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada preeklampsia, dan jika gejala tersebut didapatkan, akan dikategorikan menjadi kondisi pemberatan preeklampsia atau disebut dengan preeklampsia berat. Kriteria
gejala
dan
kondisi yang
menunjukkan
kondisi
pemberatan
preeklampsia atau preklampsia berat adalah salah satu dibawah ini. 1) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama. 2) Trombositopenia : trombosit 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya.
18
4) Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik/regio kanan atas abdomen. 5) Edema Paru. 6) Didapatkan gejala neurologis : nyeri kepala, gangguan visus, stroke. 7) Gangguan
pertumbuhan
janin
menjadi
tanda
gangguan
sirkulasi
uteroplasenta: oligohidramnion, dan/atau Fetal Growth Restriction (FGR). e) Komplikasi Preeklampsia 1) Pada Ibu Menurut Faiqoh, dkk (2014:218-219) komplikasi pada preeklampsia adalah sebagai berikut. a. Eklampsia b. Solusio Plasenta c. Sindrom HELLP (Haemolysis, Elevated Liver Enzymes, Low Platelet count) d. Gagal ginjal e. Koagulopati (Disseminated coagulation intravascular/DIC) f. Disfungsi hati 2) Pada Janin a. Keterbatasan pertumbuhan intrauterin atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR) b. Prematuritas c. Asfiksia neonatorum d. Kematian dalam Uterus, Peningkatan Angka Kematian dan Kesakitan Perinatal
19
f) Pencegahan Preeklampsia Pencegahan timbulnya preeklampsia berat dapat dilakukan dengan pemeriksaan ANC secara teratur sehingga gejala dapat ditangani secara tepat. (Maryunani, 2016:173). Preeklampsia harus dideteksi dan dikelola dengan tepat sebelum timbulnya kejang (eklampsia) dan komplikasi yang mengancam jiwa lainnya. Pemberian obat-obatan seperti magnesium sulfat untuk preeklampsia dapat menurunkan risiko seorang wanita mengalami eklampsia (WHO, 2018). Menurut Magee LA, dkk (2014 36(5):416–438) dalam Journal of Obstetrics and Ginaecology of Canada (JOGC) menjelaskan bahwa pencegahan
preeklampsia dilakukan
sesuai dengan kebutuhan untuk
mencegah preeklampsia dan/atau komplikasinya. Wanita hamil diklasifikasikan sebagai wanita berisiko rendah atau tinggi mengalami preeklampsia, biasanya dengan adanya satu atau lebih faktor risiko. Intervensi pencegahan mungkin sebaiknya dimulai sebelum kehamilan 16 minggu ketika sebagian besar transformasi fisiologis arteri spiral uterus terjadi. Intervensi dini tersebut memiliki potensi terbesar untuk mengurangi bentuk preeklampsia awal. Wanita dengan risiko rendah preeklampsia biasanya berasal dari populasi wanita nulipara dan multipara yang tidak dipilih. Adapun rekomendasinya adalah sebagai berikut. 1) Suplementasi kalsium minimal 1 gr perhari secara oral, direkomendasikan untuk wanita dengan asupan kalsium yang rendah (110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg. b. Memasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih). Menurut Anthony dan Schoeman (2013:101), pemberian cairan intravena dapat digunakan sebagai terapi pemeliharaan atau untuk penggantian volume intravaskular yang hilang. Terapi pemeliharaan biasanya diberikan secara perlahan selama 24 jam dan dapat dihitung sesuai dengan keluaran urin yang dikombinasikan dengan kehilangan yang
21
berlebihan. Laju pemberian dapat dikontrol dan dengan adanya fungsi ginjal
normal
tidak
mungkin
menyebabkan
komplikasi.
Terapi
penggantian diberikan sesuai dengan perkiraan defisit dan biasanya ditransfusikan
dengan
cepat.
Komorbiditas
akibat
gagal
ginjal
mempersulit pemberian cairan intravena karena ginjal mungkin tidak berespons terhadap terapi diuretik yang membuat transfusi berlebihan menjadi penyebab edema paru. c. Mengukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload. d. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria. Pemantauan terapi cairan dapat didasarkan pada pengamatan. e. Jika jumlah urin 35 tahun
Agama
: Islam/kristen/budha/hindu/...
Pendidikan
: SD/SMP/SMA/PT
Pekerjaan
: PNS/Petani/Dagang/...
Suku
: Jawa/Rejang/Padang/...
Alamat
: ....
26
Biodata Suami
Nama
: Tn ....
Umur
: .... tahun
Agama
: Islam/kristen/budha/hindu/...
Pendidikan
: SD/SMP/SMA/D../S..
Pekerjaan
: PNS/Petani/Dagang/...
Suku
: Jawa/Rejang/Padang/...
2. Keluhan Utama a. Ibu dibawa ke rumah sakit oleh keluarga/rujukan dari bidan. b. Ibu sedang hamil dengan usia kehamilan 7-9 bulan. c. Keluarga/bidan mengatakan adanya bengkak pada kaki, jari tangan dan muka. d. Keluarga mengatakan berat badan terakhir ibu saat ditimbang yaitu .. kg. e. Keluarga mengatakan ibu sering mengeluh kepalanya sakit dan tidak hilang bila dibawa istirahat serta penglihatannya kabur. f. Ibu cemas dengan kondisinya saat ini. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
27
1) Ibu tidak memiliki riwayat darah tinggi saat sebelum hamil dan terdeteksi memiliki darah tinggi sejak usia kehamilan ≥ 5 bulan 2) Ibu mungkin pernah mengalami hipertensi/preeklampsia/ preeklampsia berat pada kehamilan sebelumnya. 3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas sebelum hamil 4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis atau diabetes mellitus. b. Riwayat Kesehatan Sekarang 1) Ibu merasa sakit kepala didaerah frontal 2) Gangguan visus: penglihatan kabur, skotoma, dan/atau diplopia 3) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan 4) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan tidak tenang 5) Edema pada wajah dan ektremitas 6) Kenaikan berat badan tidak sesuai dengan IMT. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Kemungkinan mempunyai riwayat hipertensi/preeklampsia/ preeklampsia berat pada ibu dan saudara perempuan. 4. Riwayat Menstruasi Menarche
: ... tahun
Lamanya haid
: ... h
28
Siklus
: ... hari
Jumlah darah haid
: ... kali ganti pembalut
Dismenorrhae
: Ada/Tidak ada
Flour/keputihan
: Ada/tidak ada
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu No 1
Kehamilan
Persalinan
UK
ANC
TT
Tgl
mgg
....x
...x
...
Tempat
Penolong
...
...
Bayi Jenis
Penyulit
...
JK/BB
...
...
Hidup/ Mati ...
2
6. Riwayat Kehamilan Sekarang Ibu hamil anak ke....
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
: ../../....
Tafsiran Persalinan (TP)
: ../../....
Usia Kehamilan (UK)
: ≥ 28 Minggu
ANC
: .... kali
Skrining TT
: T1-T5
BB
: Pada kehamilan normal kenaikan BB yang dianjurkan yaitu sesuai dengan Indeks Masa Tubuh (IMT), pada ibu
dengan preeklampsia terjadi
peningkatan BB yang berlebihan yaitu 1 kg atau lebih per minggu (Padila, 2015:149).
29
Ket ...
TB
: ... cm
Keluhan TM I
: Mual muntah, hipersalivasi, pusing, mudah lelah, sering BAK, konstipasi
Keluhan TM II
: Pusing, sering BAK, nyeri perut bawah, nyeri punggung, flek dan sikatrik, sekret vagina berlebih, konstipasi
Keluhan TM III
: Konstipasi, sering BAK, Kesemutan pada jari, bengkak pada kaki, varises dan wasir, sesak napas, gangguan tidur dan mudah lelah, nyeri perut bawah, heartburn, serta kontraksi braxton hicks
7. Riwayat Kontrasepsi Alkon yang pernah digunakan
: Pil/implant/IUD/suntik
Lamanya Pemakaian
: .... bulan / .... tahun
Masalah
: Ada/Tidak ada
8. Pola pemenuhan Kebutuhan Seharihari a. Nutrisi 1) Makan Sebelum Hamil Pola makan
: 2-3 kali sehari
Jenis
: Nasi/Sayur/Buah dl
30
Porsi
: 1 piring
Pantangan
: Ada/Tidak ada
Saat Hamil Pola makan
: 2-3 kali sehari
Jenis
: Tinggi garam, karbohidrat, dan lemak/rendah protein, dan kalsium
Porsi
: 1 piring
Pantangan
: Ada/Tidak ada
Masalah
: Ada/Tidak ada
2) Minum Sebelum Hamil Jenis
: Air putih/Teh/Susu dll
Frekuensi
: 8-9 gelas sehari
Saat Hamil Jenis
: Air putih/Teh/Susu dll
Frekuensi
: 8-9 gelas sehari
b. Eliminasi 1) BAB Sebelum Hamil Frekuensi
: 1-2 kali/hari
Konsistensi
: Lunak
31
Warna Bau Masalah
: Kekuningan : Khas Feses : Ada/Tidak ada
Saat Hamil
Frekuensi
: 1-2 kali/hari
Konsistensi
: Lunak
Warna
: Kekuningan
Bau
: Khas Feses
Masalah
: Ada/Tidak ada
2) BAK Sebelum Hamil Frekuensi
: 3-4 kali/hari
Warna
: Kuning Jernih
Bau
: Khas Amoniak
Masalah
: Ada/Tidak ada
Saat Hamil Frekuensi
: 3-4 kali/hari
Warna
: Keruh
Bau
: Khas Amoniak
Masalah
: Oliguria/anuria
c. Istirahat dan Tidur
32
Sebelum Hamil Tidur siang
: 1-2 jam
Tidur malam
: 7-8 jam
Masalah
: Ada/Tidak ada
Saat Hamil Tidur siang
: 1-2 jam
Tidur malam
: 5-6 jam
Masalah
: Gangguan tidur
d. Personal Hygiene Sebelum Hamil Mandi
: 2 kali sehari
Cuci rambut
: 3-4 kali seminggu
Gosok gigi
: 3 kali sehari
Ganti pakaian dalam : 2-3 kali sehari Saat Hamil Mandi
: 2 kali sehari
Cuci rambut
: 3-4 kali seminggu
Gosok gigi
: 1-2 kali sehari
Ganti pakaian dalam : 2-3 kali sehari e. Aktifitas Sebelum Hamil
33
: Rutinitas ibu rumah tangga (memasak,
Jenis kegiatan
membersihkan rumah, mencuci, dll) Masalah
: Ada/Tidak ada
Saat Hamil Jenis kegiatan
: Rutinitas ibu rumah tangga (memasak,
membersihkan rumah, mencuci, dll) Masalah
: Ada/Tidak ada
f. Pola Seksualitas Sebelum Hamil Frekuensi
: 2-3x seminggu
Keluhan
: Ada/Tidak ada
Saat Hamil Frekuensi
: 2-3x seminggu
Keluhan
: Ada/Tidak ada
9. Keadaan Psikososial dan Spiritual Keadaan Emosional Hubungan
: Cemas
suami istri Hubungan istri
: Baik/Tidak
dengan keluarga Hubungan istri
: Baik/Tidak
dengan tetangga Keyakinan
: Baik/Tidak
terhadap agama
: Taat/Tidak
34
B. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan umum Keadaan Umum (KU)
: Baik/lemah
Kesadaran
: Compos mentis/Somnolen
Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan Darah (TD)
: Sistolik ≥160 mmHg Diastolik ≥110 mmhg
Nadi (P)
: 60-100 x/ menit
Pernapasan (RR)
: 16-24x/menit
Suhu (T)
: 36,5-37,5 C
BB
: Pada
O
ibu dengan
terjadi
preeklampsia
peningkatan
BB yang
berlebihan yaitu 1 kg atau lebih per minggu (Padila, 2015:149). TB
: ... cm
Lingkar Lengan Atas
: >23,5 cm (Santosa dalam Padila,
(LILA)
2015:75)
35
2. Pemeriksaan fisik a. Kepala Keadaan
:Simetris/Tidak simetris
Kerontokan
: Ada/Tidak ada
Distribusi rambut
: Merata/tidak merata
Warna rambut
: Hitam/Putih/...
Nyeri tekan
: Ada
Benjolan
: Ada/Tidak ada
b. Muka Warna
: Pucat/Tidak pucat
Edema
: ≥ Derajat 1
Nyeri tekan
: Ada/Tidak ada
c. Mata Bentuk
: Simetris/Tidak semetris
Konjungtiva
: Anemis/An-anemis
Sclera
: Ikterik/An-Ikterik
Kelopak mata
: Edema/Tidak
Masalah
: Penglihatan Kabur
d. Hidung
36
Bentuk
: Simetris/tidak simetris
Pengeluaran
: Ada/Tidak ada
Polip
: Ada/Tidak ada
Nyeri tekan
: Ada/Tidak ada
e. Teliga Bentuk
: Simetris/Tidak
Pengeluaran
: Ada/ Tidak ada
Respon Pendengaran
: Baik/Tidak
Masalah
: Ada/Tidak ada
f. Mulut Warna Bibir
: Tidak pucat/Pucat
Mukosa
: Lembab/Kering/...
Lidah
: Bersih/tidak
Scorbut
: Ada/Tidak ada
Karies gigi
: Ada/Tidak ada
Stomatitis
: Ada/Tidak ada
g. Leher Pembengkakan Kelenjar Tiroid
: Ada/Tidak ada
Pembengkakan Kelenjar Limfe
: Ada/Tidak ada
Pembengkakan Vena Jugularis
: Ada
h. Dada / Payudara
37
Bentuk
: Simetris/Tidak
Kebersihan
: Bersih/Tidak
Papila mamme
: Menonjol/Tidak
Nyeri tekan
: Ada/Tidak ada
Benjolan
: Ada/Tidak ada
Massa
: Ada/Tidak ada
Kolostrum
: (+/-)
Krepitasi
: Ada/Tidak ada
i. Abdomen Kebersihan: Bersih/Tidak Pembesaran
: Sesuai usia kehamilan/Tidak
Linea
: Ada/Tidak ada
Striae Gravidarum
: Ada/Tidak ada
Bekas luka oprasi
: Ada/Tidak ada
Benjolan
: Ada/Tidak ada
Palpasi (Padila, 2015:77): Leopold I
: UK 28 minggu TFU 3 jari diatas pusat,
UK
32
minggu
TFU
pertengahan pusat-PX, UK 36 minggu TFU 3 jari dibawah PX, UK 40
38
minggu
pertengahan
pusat-PX.
(Mc.Donald TFU ... cm) Untuk menentukan umur dan bagian
kehamilan
apa yang terdapat pada
fundus Leopold II
: Untuk menentukan bagian apakah Yang terdapat di sisi kanan dan kiri perut ibu
Lepold III
: Untuk menentukan bagian apakah yang terdapat pada bagian bawah perut ibu dan apakah sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP) atau belum
Leopold IV
: Untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin masuk PAP
Auskultasi DJJ
:+
Frekuensi
: 120-160 x/menit
Intensitas
: Kuat/Lemah
Irama
: Teratur/Tidak teratur
Tafsiran Berat Janin (TBJ): jika kepala belum masuk PAP, TBJ (gram) = 155 x (TFU - 12)
39
jika kepala sudah masuk PAP, TBJ (gram) = 155 x (TFU - 11)
j. Genetalia Kebersihan
: Bersih/Tidak
Varises
: Ada/Tidak ada
Edema
: Ada/Tidak ada
Pengeluaran
: Ada/Tidak ada
Masalah
: Ada/Tidak ada
k. Ekstremitas atas dan bawah 1) Atas kanan / kiri Bentuk
: Simetris/Tidak simetris
Kebersihan
: Bersih/Tidak
Edema
: ≥ Derajat 1
Varises
: Ada/Tidak ada
Warna kuku
: Pucat/Tidak Pucat
Pergerakan
: (+/-)
2) Bawah kanan / kiri Bentuk
: Simetris/Tidak simetris
Kebersihan
: Bersih/Tidak
Edema
: ≥ Derajat 2
Varises
: Ada/Tidak ada
40
Warna kuku
: Pucat/Tidak Pucat
Pergerakan
: (+/-)
Reflek patella ka/ki
: hipertonik/hipotonik
3. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi urine 2. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif 1+ pada urine kateter atau mid-stream (Padila, 2015:149) 3. Kreatinin serum >1,1 mg/dL 4. Pemeriksaan darah lengkap, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk menilai kerusakan pada ginjal), hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%), trombosit 3
menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm ), dan kadar hemoglobin terjadi penurunan, nilai rujukan atau kadar normal haemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%) 5. Pemeriksaan fungsi hati 1) Billirubin meningkat (normal 60 ul
41
4) Serum Glutamat Pirufat Transminase (SGPT) meningkat (normal 15-45 u/ml) 5) Serum Glutamat Oxaloacetic Transminase (SGOT) meningkat (normal 160/110 atas, mual, HELLP mmHg malaise, edema, - Proteinuria 500ml/24jam vasodilator yang magnesium sulfat. merupakan agen - Tidak ada pencegahan eklampsia skotoma dan paling efektif, dan obat gangguan visus ini pertama untuk terapi - Tidak terjadi kejang pada eklampsia. perdarahan Selain itu, retina direkomendasikan - Tidak ada untuk profilaksis edema eklampsia pada wanita pulmonum. dengan preeklampsia berat (Dennis AT dalam Myrtha, 4. Melakukan 2015:265) kolaborasi dengan dokter untuk 4. Evaluasi laboratorium pemeriksaan maternal harus laboratorium dilakukan setiap hari setiap hari. untuk mengetahui adanya sindrom HELLP dan dapat dilakukan tatalaksana 5. Lakukan yang tepat. pengontrolan tanda-tanda vital 5. Melakukan dan DJJ secara pemeriksaan TTV ketat setiap 30 setiap 30 menit menit diharapkan dapat memantau perubahan pada tekanan darah, nadi, temperatur dan pernafasan pada ibu dan dengan memantau DJJ dapat mengetahui kondisi janin sehingga
52
dapat memberikan penanganan secara cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan
6. Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan 6. Melakukan terminasi terminasi kehamilan diharapkan kehamilan Jika dapat mengurangi usia kehamilan komplikasi pada ibu >34 minggu. dan janin MP2 Tujuan : 1. Lakukan 1. Diharapkan dapat Tidak terjadi pengontrolan memantau perubahan eklampsia tekanan darah pada tekanan darah, Kriteria : secara rutin setiap nadi, temperatur dan - KU : Baik 30 menit napas pada ibu dan - Kesadaran : kondisi janin. CM TTV : 2. Pantau refleks 2. Tidak adanya refleks -TD : Tekanan patella ibu setiap 1 patella menandakan darah tidak jam. gangguan pada sistem lebih dari saraf. Selain itu reflek 180/120 mmHg patella merupakan salah - P : 60-100 satu syarat dalam kali/menit pemberian MgSO4, - RR: 16-24 apabila reflek patella kali/menit negatif maka MgSO4 - T : 36,5-37,5 tidak bisa diberikan OC karena MgSO4 menjadi racun bagi ibu. 3. Catat tingkat 3. Penurunan kesadaran merupakan indikasi kesadaran pasien penurunan aliran darah ke otak (Padila, 2015:153). 4. Kaji dan jelaskan 4. Diharapkan keluarga mengetahui tanda-tanda adanya tanda-tanda eklampsia yang eklampsia, yaitu mendahului status hiperaktif dan kejang (Padila, 2015: reflek patella
53
dalam, penurunan nadi, sesak napas, nyeri epigastrium, dan oliguria
155).
5. Monitor adanya tanda-tanda dan 5. Kejang akan meningkatkan kepekaan gejala persalinan uterus yang akan atau adanya memungkinkan kontraksi uterus terjadinya persalinan (Padila, 2015:155). 6. Kolaborasi dengan dokter dalam 6. Magnesium sulfat berperan dalam pemberian menghambat reseptor antikonvulsan N-metil-D-aspartat (MgSO4). (NMDA) di otak, yang apabila teraktivasi akibat asfiksia, dapat menyebabkan masuknya kalsium ke dalam neuron, yang mengakibatkan kerusakan sel dan dapat terjadi kejang (Anthony dan Schoeman, 2013). MP3 Tujuan : 1. Tidak terjadi gawat janin Kriteria : - Frekuensi DJJ : 120-160 x/m - Irama DJJ teratur - Gerakan janin normal yaitu 2. minimal 10x/12 jam - Usia kehamilan ≥ 34 minggu
Anjurkan ibu agar 1. Berbaring miring kiri berbaring miring diharapkan vena cava ke kiri di bagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga aliran darah ke plasenta menjadi lancar (Mitayani, 2012:21) Pantau DJJ setiap 2. Pemantauan bunyi 1 jam jantung janin dapat mengetahui bunyi jantung janin lemah
54
- TFU sesuai dengan UK
atau menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta berkurang, sehingga dapat direncanakan tindakan selajutnya (Mitayani, 2012:21) 3. Kolaborasi dengan 3. Pemeriksaan USG dokter untuk perlu diukur untuk pemeriksaan USG menentukan minimal 2 pertumbuhan janin dan kali/minggu. cairan amnion. 4. Ajarkan ibu untuk 4. Diharapkan dapat dilakukan tatalaksana memantau gerakan segera jika ibu dapat janin dengan cara: segera melapor kepada a. Metode petugas kesehatan bila : sadovsky: a. Metode sadovsky: Berbaring Jika gerakan ≤3 miring kiri dan kali dalam 1 jam. menghitung gerakan janin, normalnya dalam 1 jam janin bergerak minimal 3 kali. atau b. Metode b. Jika dalam 12 jam gerakan janin ≤10 Cardiff count kali to ten: dalam 12 jam janin bergerak minimal 10 kali.
MP4 Tujuan : 1. Jelaskan adanya 1. Diberikan penjelasan Tidak terjadi tanda-tanda solutio diharapkan ibu dapat solusio plasenta . plasenta yaitu segera menghubungi Kriteria : nyeri perut, petugas kesehatan - Uterus tidak perdarahan apabila ditemukan teraba tegang bewarna merah tanda-tanda solusio dan tidak ada kehitaman, rahim plasenta agar dapat
55
nyeri tegang, aktifitas dilakukan tatalaksana - Tidak terdapat janin turun. tepat dengan segera. perdarahan jalan lahir 2. Kolaborasi dengan 2. Pemeriksaan USG dokter untuk dapat mengetahui letak melakukan USG dan kondisi plasenta pada ibu apakah terdapat hematoma pada endometrium tempat implantasi plasenta. 3. Monitor DJJ setiap 3. Peningkatan DJJ 30 menit dengan sebagai indikasi menggunakan terjadinya hipoksia, NST/dopppler. persalinan prematur dan solusio placenta (Padila, 2015:155). 4. Anjurkan kepada 4. Ibu senantiansa ibu untuk taat mematuhi perawatan terhadap yang diberikan perawatan yang diharapkan kondisi ibu sedang dijalankan dapat stabil sehingga dapat mencegah timbulnya masalah potensial. MP5 Tujuan: 1. Pantau TFU setiap 1. TFU yang lebih rendah Tidak terjadi minggu. dibanding normal IUGR. merupakan salah satu Kriteria: tanda IUGR. - TFU sesuai dengan usia 2. Kolaborasi dengan 2. Melalui pemeriksaan kehamilan. dokter untuk USG diharapkan dapat - Tidak terdapat pemeriksaan USG diketahui adanya oligohidramnion tiap 2 minggu tanda-tanda IUGR. sekali. MP6 Tujuan : 1. Lakukan Tidak terjadi kolaborasi partus prematurus. dokter Kriteria : pemberian
56
1. Diberikannya terapi dengan diharapkan dapat dalam mempertahankan cairan dan elektrolit, kontraksi
- Kehamilan ibu kortikosteroid bertahan hingga berupa >36 minggu dexamethason 6 - DJJ normal : mg 4 kali/hari. 120-160 x/m - Gerakan janin minimal 10x/24 2. Observasi tandajam tanda vital dan denyut jantung janin setiap 30 menit
dapat terhenti dan dapat membantu dalam pematangan paru
2. Observasi TTV ibu dan DJJ diharapkan dapat melakukan penanganan secara cepat dan ketat sesuai dengan kebutuhan
3. Monitor dan 3. Diharapkan ibu jelaskan pada ibu mengetahui tanda dan keluarga persalinan dan keluarga mengenai tandadapat segera melapor tanda atau gejala ke petugas sehingga persalinan atau dapat dilakukan adanya kontraksi tatalaksana segera. uterus MP7 Tujuan: 1. Auskultasi paru 1. Krepitasi merupakan Tidak terjadi untuk memantau tanda edema paru yang edema paru. adanya krepitasi. berupa bunyi seperti Kriteria: gemertak akibat - Tidak ada gesekan antaralveolus. krepitasi - Tidak terjadi 2. Pantau 2. Cairan yang overload sianosis keseimbangan pada ibu dapat - Tidak terjadi cairan. memnyebabkan dekompensasi penumpukan cairan di kordis alveoli yang menyebabkan edema paru. 3. Pantau adanya 3. Kematian ibu pada preeklampsia dan tanda-tanda eklampsia biasanya dekompensasi disebabkan oleh edema kordis. paru yang menimbulkan
57
dekompensasi kordis yang merupakan suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung akibat gagalnya memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peningkatan pengisian ventrikel kiri.
VI. IMPLEMENTASI Sesuai dengan intervensi
VII. EVALUASI Sesuai dengan implementasi
58
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg, pengukuran darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dengan interval 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi. Sedangkan proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urine selama 24 jam. B. Saran 1. Bagi tenaga kesehatan Preeklamsia berat masih menjadi salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian ibu.
Penulis menyarankan untuk terus meningkatkan
pelayanan kesehatan dibidang promotif dan preventif. Dokter dan bidan disarankan untuk selalu memberikan edukasi kepada ibu hamil tentang pentingnya melaksanakan ante natal care (ANC). Program saat ini adalah melakukan ANC minimal 4 kali selama kehamilan. Sejak kunjungan pertama dari trimester I dokter atau bidan disarankan sudah mencari faktor-faktor risiko preeklamsia pada ibu hamil. Bagi ibu hamil yang mempunyai faktor risiko preeklamsia berat disarankan untuk melakukan pengukuran tekanan darah setiap bulannya kepada dokter atau bidan. Jika terdapat keluhan tambahan seperti nyeri kepala, nyeri abdomen atas, gangguan penglihatan, dan kejang, dokter atau bidan dapat menyarankan ibu hamil untuk segera ke puskesmas agar dapat dirujuk ke rumah sakit karena dicurigai terjadi perburukan dari preeklamsia berat. Kegiatan edukasi yang dilakukan
59
diharapkan dapat mencegah terjadinya preeklamsia berat dan mencegah onset yang lebih dini dari preeklamsia berat. 2. Bagi Mahasiswa Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai preeklampsia berat sehingga mahasiswa dapat ikut serta dalam mendeteksi secara dini dan dapat memberikan asuhan yang lebih baik sehingga dapat turut membantu dalam mencegah komplikasi, menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi akibat preeklampsia.
60
DAFTAR PUSTAKA Anasiru. 2015. Pengaturan Gizi pada Penanganan Preeklampsia. Health and Nutritions Journal,
Vol.1.
Diakses
pada
tanggal
25
Februari
2019,
http://jurnal.
poltekkesgorontalo.ac.id/index.php/JHN/article/viewFile/9/5 Anthony dan Schoeman. 2013. Fluid Management in Pre-eclampsia. Obstetric Medicine. Diakses pada tanggal 20 Februari 2019, https://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/ PMC5032921/pdf Candra, Agung. 2017. Proses Kehamilan dan Media Buku Informasi. Diakses pada tanggal 27 Desember 2017,http://elib.unikom.ac.id Darmawati. 2 017. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Kota Kendari. Diakses pada tanggal 18 Februari 2019, http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/ 598/1/pdf Denantika, dkk. 2015. Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu terhadap Kejadian preeklampsia di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2012-2013, Jurnal FK Unand. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018, jurnal.fk.unand.ac.id/index. php/jka/article Dekker GA. 2014. Management of Preeclampsia. National Center for Biotechnology Information. Dikses pada tanggal 7 Juli 2019,https:// www.ncbi.nlm.nih.gov Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.
Diakses
pada
tanggal
21
Desember
2018,
http://www.
depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2017/1702 _Bengkulu_Kab_Rejang_Lebong_2017.pdf Fatmawati,
dkk.
2016.
Pengaruh
Status
Kesehatan
Ibu
terhadap
Derajat
Preeklampsia/Eklampsia di Kabupaten Gresik. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Diakses
pada
tanggal
21
Desember
publications/63735-ID.pdf 61
2018,
https://media.neliti.com
/media/
Sukarni dan Wahyu. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
62