Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN PUSKESMAS SEDATI – SIDOARJO



DISUSUN OLEH :



MIA DESSY NATALIA 011411223052



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapat Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana seret ukut, sehingga pada suatu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia – telah menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga, memerhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan. Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat. Salah satu peranan penting bidan adalah untuk meningkatkan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana (kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, senggama terputus), metode kontrasepsi efektif (MKE) (hormonal [suntikan KB dan susuk KB], AKDR), metode MKE kontap (bidan dapat memberi petunjuk tempat dan waktu kontap dapat dilaksanakan), metode menghilangkan



kehamilan



(bidan



dapat



menunjuk



menghilangkan kehamilan yang tidak dikehendaki).



tempat



pelayanan



untuk



1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan.



1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada akseptor KB suntik 3 bulan. 2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan diagnosa masalah pada akseptor KB suntik 3 bulan. 3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera pada akseptor KB suntik 3 bulan. 4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap akseptor KB suntik 3 bulan. 5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap akseptor KB suntik 3 bulan. 6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan terhadap akseptor KB suntik 3 bulan. 7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dalam bentuk SOAP.



1.3 Manfaat Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya secara komprehensif serta sesuai dengan teori yang ada.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Definisi KB adalah



suatu



usaha



guna merencanakan



dan



mengatur jarak



kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada wakyu yang diinginkan. (Saifuddin, 2008) KB adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan suami istri untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (WHO, 2007) Kontrasepsi adalah usaha – usaha untuk mencegah kehamilan, usaha – usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. (Wiknjosastro, 2010) 2.1.2 Tujuan Pelayanan Kontrasepsi 1. Tujuan Umum Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan keluarga berencana yaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Hartanto, 2007). 2. Tujuan Pokok Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran. Menurut Hartono (2007), yaitu : a. Fase menunda atau mencegah kehamilan Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur (PUS) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan : 1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebiaknya tidak mempunyai anka terlebih dahulu untuk berbagai alasan. 2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi sehingga angka kegagalan tinggi.



3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor masih muda. 4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap pil oral. Kontrasepsi yang cocok untuk menunda atau mencegah kehamilan adalah, pil, IUD, cara sederhana. b. Fase menjarangkan atau mengatur kehamilan Periode usia istri antara 20 – 30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan. 1) Alasan menjarangkan kehamilan : a) Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan melahirkan. b) Kegagalan yang menyebakan kehamilan cukup tinggi,



namun



disini tidak begitu berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia melahirkan yang baik. c) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama. 2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi : a) Suntik b) IUD c) Implant d) Mini pil e) Cara sederhana c. Fase menghentikan atau mengakhiri kesuburan Pada periode ini usia istri di atas 30 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai dua anak. 1) Alasan mengakhiri kesuburan a) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil karena alasan medis. b) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan kemungkinan timbul akibat samping. c) Pilhan utama adalah kontrasepsi mantap. 2) Kontrasepsi yang cocok meliputi :



a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) b) IUD c) Implant d) Cara sederhana e) Suntik f) Pil 3. Metode Kontrasepsi Menurut Saifuddin (2010), pembagian cara kontrasepsi yaitu : a. Metode amenorea Laktasi (MAL) b. Metode keluarga berencana alamiah c. Senggama terputus d. Metode barrier: 1) Kondom 2) Diafragma 3) Spemisida e. Kontrasepsi kombinasi : 1) Suntikan kombinasi 2) Pil kombinasi f. Kontrasepsi progestin : 1) Kontrasepsi duntikan progestin 2) Kontrasepsi pil progestin 3) Kontrasepsi implant 4) AKDR dengan progestin g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) h. Kontrasepsi Mantap 1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita) 2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)



2.2 Kontrasepsi Suntik 3 Bulan 2.2.1 Definisi Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita subur (Maryani, 2007).



Profil kontrasepsi suntik 3 bulan : 1. Sangat efektif 2. Aman 3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. 4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan. 5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. 2.2.2 Jenis Menurut Saifuddin (2010), jenis kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu : 1. Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular (di daerah bokong). 2. Depo noristeron enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg Noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular. 2.2.3



Mekanisme kerja kontrasepsi suntik 3 bulan Menurut Harnawati (2008), mekanisme kerja kontrasepsi 3 bulan, yaitu : 1. Menghalangi pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. 2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kempuan penetrasi sperma. 3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis. 4. Menghambat transportasi gamet dan tuba.



2.2.4



Indikasi kontrasepsi suntik 3 bulan Menurut Saifuddin (2010), indikasi kontrasepsi DMPA meliputi : 1. Usia reproduksi 2. Multipara dan yang telah memiliki anak. 3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi. 4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. 5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui. 6. Setelah abortus atau keguguran. 7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. 8. Perokok



9. Tekanan darah < 150/100 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit. 10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin). 11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. 12. Anemia defisiensi zat besi. 13. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. 2.2.5



Kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan Menurut Saifuddin (2010), kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi : 1. Hamil atau dicurigai hamil 2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea 4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 5. Diabetes melitus disertai komplikasi.



2.2.6



Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan Menurut Saifuddin (2010), keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi : 1. Sangat efektif 2. Pencegahan kehamilan jangka panjang 3. Tidak berpengaruh pada hubugan suami-istri 4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah. 5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI. 6. Sedikit efek samping. 7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. 8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause. 9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik. 10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. 11. Mencegah beberapa penyakit radang panggul. 12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).



2.2.7



Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan Menurut Saifuddin (2010), kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi : 1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :



a. Siklus haid yang memendek atau memenjang. b. Perdarahan yang banyak atau sedikit. c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting). d. Tidak haid sama sekali 2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). 3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikut. 4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering. 5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. 6. Terlambatnya



kembali



kesuburan



bukan



karena



terjadinya



kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan). 7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang. 8. Pada penggunaaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas). 9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat. 2.2.8



Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan 1. Setiap saat selaama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil. 2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid 3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang. 5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.



6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormona, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama, dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil. 8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 2.2.9



Cara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan 1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. 2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60 – 90 %. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik. 3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung – gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih



pada



dasar



ampul



usahakan



menghilangkannya



dengan



menghangatkannya. 2.2.10 Informasi lain yang perlu disampaikan 1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. 2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang.



3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. 4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datng kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut. 5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat. 6. Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya. 7. Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. 2.2.11 Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik progestin 1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan. 2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu. 3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi. 4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan. 5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid. Bila terjadi hal tersebut di atas, hubungi segera tenaga kesehatan atau klinik.



2.2.12 Penanganan efek samping yang sering dijumpai Tabel 5.1 Efek Samping Amenore



(tidak



Penanganan terjadi 



Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan bahwa darah haid tidak



perdarahan/spotting)



terkumpul dalam rahim. Nasihati untuk kembali ke klinik.







Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan.







Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera







Jangan



berikan



terapi



hormonal



untuk



menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.



Perdarahan/perdarahan



bercak 



Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah



(spotting)



serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan :







1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3 x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan



bahwa



kontrasepsi perdarahan



selesai



kombinasi banyak



pemberian dapat



selama



pil



terjadi



pemberian



suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari



dilanjutkan



dengan



1



siklus



pil



kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin



konjugasi untuk 14-21 hari.



Meningkatnya atau menurunya berat 



Informasikan



badan



berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja



bahwa



kenaikan/penurunan



terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.



2.3



Manajemen Asuhan Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007). Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah – langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat diaplikasikan dalam semua situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah – pecah sehingga sesuai dengan kondisi pasien. 1. Langkah I : Pengkajian Pengkajian adalah mengumpulkan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini dapat diperoleh melalui anamnesa, termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif. a. Data subyektif Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009). Biasanya diperoleh dari anamnesa yaitu tanya jawab antar klien dan tenaga kesehatan. 1) Identitas Klien dan suami Menurut nursalam (2009), terdiri dari



a) Nama



: untuk mengenal pasien



b) Umur



: untuk mengetahui faktor resiko. Pada akseptor KB



suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi dan pada usia > 35 tahun sampai perimenopause. (Saifudddin, 2010) c) Agama



: untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan



agamanya. d) Suku/Bangsa



: untuk mengetahui faktor pembawa ras.



e) Pendidikan



: mengetahui tingkat intelektual.



f) Pekerjaan



: mengetahui keadaan sosial ekonomi



g) Alamat



: mengetahui lingkungan tempat tinggal



2) Alasan kunjungan Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro, 2010). Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang diraskan saat pemeriksaan. (Varney,2007). 3) Riwayat perkawinan Untuk mengetahui klien pernah menikah, berapa kali menikah, usia waktu pertama menikah dan jumlah anak hasil dari pernikahan klien. 4) Riwayat menstruasi Untuk mengetahui lama menstruasi, banyak darah menstruasi, keluhan – keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai fungsi alat kontrasepsi (Nursalam, 2009). 5) Riwayat obstetri Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, bersalin, nifas yang lalu mengalami gangguan atau tidak ( Wheleer, 2004). 6) Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan KB atau belum, jika pernah lamanya berapa bulan atau tahun dan jenis KB yang digunakan (Varney, 2007). 7) Riwayat kesehatan Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit sistemik untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian KB suntik seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes melitus dengan



komplikasi. Selain itu juga tentang riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi (Nursalam, 2009). 8) Riwayat kebiasaan sehari – hari Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan sehari – hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaiman pola makan sehari – hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2006). Kebiasan sehari – hari meliputi : a) Nutrisi Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan yang dahulu dan sekarang berupa kualitas dan kuantitas frekuensi dan porsi makan (Susilowati, 2008). b) Personal Hygiene Untuk



mengetahui



kebiasaan



hidup



klien



yang



dapat



meningkatkan atau memperburuk derajat kesehatan klien. Yang dikaji meliputi : mandi, keramas, gosok gigi serta kebersihan genitalia. Hal ini dapat membantu mengetahui apakah terjadi infeksi pada alat genitalia pasien. (Saifuddin, 2010) c) Pola seksual Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien dengan suami dan adakah terdapat kelaiana atau keluhan selama hubungan seksual (Farrer, 2006). 9) Data psikososial dan budaya Untuk mengetahui apakah ada konflik mental atau tidak selama ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan (Prawirohardjo, 2005). b. Data objektif Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga kesehatan. Meliputi status generalis, pemeriksaan sistematis dan pemeriksaan penunjang (Nursalam, 2009). 1) Status generalis a) Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum ibu (1) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya terarah. (2) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.



(3) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung, gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas. b) Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu (1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik. (2) Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapt pulih bila diransang, tapi bila dirnsang berhenti pasien akan tertidur kembali. (3) Apatis adalh pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya. (4) Koma dalah penurunan kesdaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap ransangan nyeri (Prihardjo, 2007). c) Tanda Vital Pemeriksaan tanda vital, sebagai berikut (1) Tekanan darah



: untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan



hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg. (Saifuddin, 2010) (2) Suhu



:



(3) Respirasi



:



(4) Nadi



:



d) Tinggi badan Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan untuk BMI (Nursalam, 2009). e) Berat badan Untuk mengetahui berat badan ibu. Pada akseptor KB suntik 3 bulan berat badan dapat meningkat atau menurun (Nursalam, 2009). 2) Pemeriksaan sistematis Adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2009), meliputi : a) Wajah : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema (Wiknjosastro, 2010). b) Mata



: untuk mengetahui apakah konjuntiva warna merah muda dan



sklera warna putih (Nursalam, 2009).



c) Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi ada karies atau tidak, gusi berdarh atau tidak (Nursalam, 2009) d) Leher



: Adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, ada



benjolan atau tidak (Nursalam, 2009). e) Dada : untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan kiri saat bernafas, apakah payudara simetris atau tidak, apakah ada benjolan atau tidak (Nursalam, 2009). f) Axila : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak, terdapat nyeri atau tidak (Nursalam, 2009). g) Abdomen : Adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah benjolan atau tidak, palpasi dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kehamilan.



3) Pemeriksaan penunjang Dilakukan PPtest untuk mengetahui ibu hamil atau tidak jika terjadi amenorea (Nursalam, 2009).



2. Langkah II : Interprestasi Data Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interprestasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah.



3. Langkah III : Identifikasi masalah pontesial Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain yang berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah cukup diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera.



4. Langkah IV : Identifikasi Masalah Potensial Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan.



5. Langkah V : Rencana Tindakan Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil. a. Beritahu hasil pemeriksaan kesehatan pada ibu R / Dapat mengurangi kecemasan ibu terhadap kondisi kesehatannya b. Berikaan obat suntikan 3 bulan (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml). Langkah-langkahnya : 1) Jagalah privasi klien. 2) Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir. Keringkan dengan handuk atau diangin-anginkan. 3) Lakukan



pengocokan



pada



vial KB suntik 3 bulan secara lembut



sehingga obat dapat tercampur rata. 4) Buka dan buang tutup kaleng pada pada vial yang menutupi karet. Hapus karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas alkohol, biarkan kering. 5) Bila menggunakan jarum dan semprit suntik sekali pakai, segera buka plastiknya . bila menggunakan jarum dan semprit suntik yang telah disterilkan dengan DTT, pakai korentang/forsep yang telah diDTT untuk mengambilnya. 6) Pasang jarum pada semprit suntik dengan memasukan jarum pada mulut semprit penghubung. 7) Balikan vial dengan mulut vial ke bawah, masukan cairan suntik dalam semprit. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap kontrasepsi sunti dan dan menyuntikan pada klien. 8) Tentukan daerah penyuntikan yaitu pada 1/3 SIAS 9) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol, dan biarkan kering sebelum disuntik. 10) Suntikan



obat



(Medroxiprogesterone



Acetate



150



mg/3ml)



melalui



intramuscular dengan sudut 90 derajat. 11) Cabut jarum dan jangan memijat daerah suntikan 12) Buang sampah sesuai pada tempat yang sudah disediakan. c.



Isikan tanggal kembali, hasil dari berat badan dan tekanan darah pada kartu akseptor ibu dan buku register. R/ Dapat menerapkan fungsi dependen dan dokumentasi.



d.



Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan suntikan KB suntik 3 bulan berikutnya R / Efektifitas konterasepsi KB suntik 3 bulan akan hilang dalam jangka waktu 3 bulan dan ibu memiliki resiko untuk terjadi kehamilan



6. Langkah VI : Penatalaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. R/: penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan.



7. Langkah VII : Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dnegan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan oleh bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. Dalam pratiknya, langkah – langkah asuhan kebidanan tersebut ditulis dengan menggunakan SOAP.



BAB IV PEMBAHASAN Asuhan kebidanan pada Ny “P” Usia 22 Tahun P1000 Dengan Akseptor Lama KB Suntik 3 Bulan telah dilakukan pengkajian (data subyektif dan data obyektif) sesuai dengan manajemen kebidanan 7 langkah varney melalui anamnesa langsung pada pasien dan beberapa pemeriksaan. Dari pengkajian umur didapatkan usia Ny. “P” 22 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pada akseptor KB suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi dan pada usia > 35 tahun sampai perimenopause. Selain itu KB suntik juga pilihan untuk fase menjarangkan kehamilan. Periode usia istri 20 – 30 tahun merupakan periode paling baik untuk usia melahirkan (Saifudddin, 2010). Pilihan Ny. “P” dalam memilih kontrasepsi suntik adalah pilihan yang tepat, terutama pada fase ini. Dari riwayat menstruasi didapatkan pola menstruasi Ny. “P” normal dan tidak ada keluhan gangguan haid. Hal ini tidak sesuai dengan teori Saiffudin (2010) yang menyatakan kerugian KB suntik 3 bulan salah satunya sering ditemukan gangguan haid, seperti : siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) dan tidak haid sama sekali. Namun, menurut Ny. “P” pada awal pemakaian KB suntik 3 bulan, dia memang mengalami gangguan tidak haid. Setelah beberapa bulan haidnya kembali normal. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2010) : pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. Jadi selama pemakaian KB suntik 3 bulan ini, Ny. “P” tidak mempunyai keluhan terhadap pola haidnya. Riwayat kesehatan Ny. “P” dan keluarga tidak terdapat penyakit yang membatasi Ny. “P” dalam menggunakan KB suntik 3 bulan. Menurut teori KB suntik 3 bulan tidak dapat digunakan pada penderita hipertensi atau riwayat hipertensi, kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan DM disertai komplikasi (Saiffudin, 2010). Ny. “P” dan riwayat keluarga tidak menderita penyakit seperti yang disebutkan di atas. Pada pemeriksaan tekanan darah, hasil pengukuran Ny. “P” adalah 120/80 mmHg dan pemeriksaan BB hanya peningkatan 1 kg. Hasil BB sebelumnya 55 Kg dan BB pengukuran sekarang 56 Kg. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kontrasepsi suntik 3 bulan dapat diberikan pada tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah dan anemia bulan sabit dan dapat terjadi peningkatan/penurunan berat



badan sebanyak 1 – 2 kg. Perhatikan diet bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain (Saiffudin, 2010). Tekanan darah Ny. “P” dalam batas normal dan peningkatan berat badan hanya 1 kg pada bulan ini. Selama pemakaian tidak terjadi peningkatan BB setiap bulan. BB ibu berkisar antara 55 Kg dan 56 Kg. Pemeriksaan penunjang PP test tidak dilakukan pada Ny. “P” karena tidak ada keluhan amenorea. Hal ini sesuai dengan teori Nursalam (2009) yang menyatakan bahwa pemeriksaan PP test dilakukan jika terjadi amenorea. Amenorea pada Ny. “P” terjadi pada awal penyuntikan KB suntik 3 bulan dan saat ini haidnya sudah teratur kembali. Pada pengidentifikasian diagnosa dan identifikasi masalah tidak terjadi kesenjangan pula, karena diagnosa diambil dari prosedur anamnesa, pada kasus ini tidak ada masalah yang muncul. Karena ibu sudah memakai KB suntik ini sudah 2 tahun, sedangkan dalam teori juga disebutkan bahwa keluhan dari pemakain KB suntik (hormonal) ini akan berkurang dalam waktu 3 bulan Pada langkah antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini tidak ditemukan adanya masalah potensial karena dari hasil pemeriksaan dan diagnosa ibu dalam keadaan baik. Dalam identifikasi kebutuhan segera dalam kasus ini tidak memerlukan tindakan yang khusus, cepat dan segera untuk menangani ibu agar tidak terjadi kematian dan pada kasus ini tidak ada tanda tanda yang mengancam jiwa ibu. Pada pengembangan rencana dan implementasi ada sedikit kesenjangan karena dalam teori perencanaan diadakan langkah cuci tangan namun pada pelaksanaan di lapangan tidak dilakukan, dengan alasan karena petugas sibuk dengan banyak pasien sehingga lupa menyuci tangan, dan evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek. Dimana dalam praktek langkah langkah tersebut disesuaikan dengan kadaaan pasien. Sehingga tujuan dilakukan asuhan kebidanan Ny “P” Usia 22 Tahun P1000 Dengan Akseptor Lama KB Suntik 3 Bulan dapat tercapai.



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Asuhan kebidanan kontrasepsi suntik 3 bulan yang diberikan pada “Ny. P” telah sesuai dengan tujuan antara lain : a. Dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, data yang ditemukan sudah lengkap. b. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnosa sesuai teori dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial. c. Rencana disusun sesuai kebutuhan, namun tidak semua rencana yang ada di teori terdapat pula pada tinjauan kasus. Pada pemberian suntik KB 3 bulan, tidak dilakukan langkah cuci tangan. d. Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, melaksanakan prosedur pemberian KB suntik 3 bulan, dan memberitahu ibu tanggal kembali.



5.2 Saran 1. Bagi petugas yang memberikan asuhan kebidanan diharapkan mengingat langkahlangkah yang sudah ditetapkan dan tetap mempertahankan jalinan komunikasi dalam upaya menjalin kerja sama antara petugas dan klien untuk keberhasilan asuhan yang diberikan. 2. Bagi klien/ibu harus bisa mengingat jadual kembali untuk melakukan suntikan ulang.



DAFTAR PUSTAKA



Farrer, Helle. 2006. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC Hartanto, H. 2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Nursalam. 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prihardjo, robeth. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC Saiffudin. A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Varney. H. 2007. Varney’s Midwifery. Jakarta : EGC Wheeler, Linda. 2004. Perawatan Perinatal Pascapartum. Jakarta : EGC Wiknjosastro. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono