Asuhan Keperawatan Bronkitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BRONKITIS



Disusun Oleh : (1) Etik Sugiarti



(P27820304092)



(2) Ni Ketut Ayu S.W



(P27820304105)



(3) Suryati



(P27820304115)



Kelompok 11 / Kelas : II C



DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA PRODI KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA 2005/2006



PENDAHULUAN Dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kemajuannya dapat membawa dampak bagi manusia secara langsung maupun tidak langsung dapaat mempengaruhi kehidupan manusia baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya tergantung dari kita sebagai manusia mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan maupun teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka makin berkembang pula berbagai jenis-jenis penyakit yang sebenarnya tidak kita pikirkan dan tidak kita anggap untuk dapat mungkin terserang. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah supaya kita dapat lebih mengetahui seberapa jauh tentang penyakit paru yang pada khususnya mengenai bronkitis. Kita juga mengharapkan agar dapat mencegah lebih dini dan mengobati secara bertahap terhadap penyakit bronkitis.



KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah, rahmat, taufik, dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan tugas KMB I, mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Bronjitis. Dalam menyusun tugas KMB I (Konsep Medikal Bedah) itu penulis mendapatkan masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis membantu terselesaikannya tugas diskusi KMB I mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis bronkitis. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dan teman-teman lainnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan tugas KMB I mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis bronkitis. Surabaya,



September 2005



Penulis



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKITIS A. KONSEP DASAR 1.



Definisi  Bronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus, dan trakea oleh berbagai sebab (Purnawan Juadi; 1982; 206)  Bronkitis adalah inflamasi lapisan mukosa jalan napas trakeobronkial dan produksi mukus yang berlebihan. Hal ini dapat akut atau kronis  Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran napas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (radang tekak : lubang atau rongga kerongkongan; faring) (Ngastiyah; 1997; 36)  Bronkitis kronis adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan atau hambatan jalan dan peningkatan produksi spuntum mokoid, menyebabkan sinosis. (Amin Muhamad, dkk. Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya) Bronkitis biasa juga disebut dengan laringo trakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun.



II.



Etiologi Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbili, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae. Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphy lokokus,



streptokokus,



pneumokokus,



nemo



phylus



influenzae).



Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askarasis dan jamur. (Purnawan Junadi; 1982; 206).



Penyebab non infeksi adalah akibat aspirasi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor predesposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran napas atas kronik memudahkan terjadinya bronkitis. Faktor predesposisi terjadinya bronkitis kronik adalah batuk-batuk kronik dengan mengeluarkan dahak sepanjang hari dan kadang-kadang disertai sesak napas. III. Patofisiologi Virus dan kuman biasa masuk melalui part de entry mulut dan hidung dropplet intechan (berhenti untuk menular) yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melawan perlawanan. Alergen Aktivasi IG. E Edema mukosa  sel goblet Memproduksi mukus Infeksi sekunder oleh beberapa penyakit



Virus/bakteri memasuki tubuh (bakterimia/viremia) Batuk kering, setelah 2-3 batuk mulai berdahak dan timbul lendir



Demam Hipertermi a



Ketidakefektifan bersihan jalan napas



Mungkin dahak berwarna kuning (infeksi sekunder) Malaise Peningkatan frekwensi pernapasan



Perubahan pola napas



Penggunaan otot-otot bantu pernapasan



Nutrisi kurang dari kebutuhan



Nyeri pada retrosternal



1.



Gangguan keseimbangan cairan



Manifestasi Klinik 2. Gejala yang timbul : malaise (keadaan lesu atau perasaan kurang sehat), demam, badan terasa lemas, banyak keringat, tachycardia, tachypnoe 3. Tanda iritasi : batuk, ekspektorasi/peningkatan produksi sekret, rasa sakit di bawah sternum 4. Tanda obstruksi (hambatan) : sesak napas, rasa mau muntah



5.



Diagnostik Klinik Untuk terapi disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya disebabkan oleh virus maka belum ada obat kasual. Obat yang diberikan biasanya untuk mengatasi gejala simptomatis (antipiretika, ekspektoran, antitusia, rohurantia). Bila ada unsur alergi maka bisa diberikan antihistamin. Bila terdapat bronkopasme berikan bronkodilator.



6.



Penatalaksanaan Penatalaksanaan adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok), minum lebih banyak dari pada biasanya dan tingkatkan intake nutrisi yang adekuat. Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan, pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika ada perbaikan perlu dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps perlu segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernapasan dan tuberkulosis.



7.



Komplikasi - Bronkitis akut yang berulang maka terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik (pada usia dewasa) - Pneumonia (radang paru-paru) - Asma bronkial - Bronkietasis



a. I.



ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian - Biodata : (nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, dll) - Keluhan Utama Biasanya penderita (kx) mengeluh sesak napas. - Riwayat Penyakit Sekarang Klien pada umumnya mengeluh dadanya terasa sesak dan terasa sulit untuk bernapas. - Riwayat Penyakit Dahulu Merupakan faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran napas, adanya riwayat alergi, stress). Frekuensi timbulnya wheezing. Lama penggunaan obat-obat sebelumnya. Adakah riwayat asma ataupun adanya faktor keturunan terhadap alergi. - Riwayat Penyakit Keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang ? atau penyakit lain misalnya DM, dan hipertensi. - Riwayat Psikososial-Spiritual a. Psikologis :



perasaan



yang



cemas/sedih ?



dirasakan



oleh



klien,



apakah



b. Sosial



: bagaimana hubungan klien dengan orang lain maupun orang terdekat klien dan lingkungannya ?



c. Spiritual



: apakah klien tetap menjalankan ibadah selama perawatan di rumah sakit ?



II.



Pemeriksaan Fisik - Observasi tanda-tanda vital (TTV)  TD, N, S, pernapasan Pada umumnya tidak panas, jika ada biasanya rendah - Keadaan umum biasanya baik, tidak tampak sakit, tidak sesak - Melakukan observasi tingkat kesadaran a. Compos mentis : sadar sepenuhnya dapat menjawab semua pernyataan tentang keadaan sekelilingnya b. Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikap acuh tak acuh c. Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi d. Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak berteriak dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu e. Sopor/semi koma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri f. Koma : keadaan kesadaran yang tulang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun Pada umumnya tingkat kesadaran compos mentis dengan GCS : 4 56



i.



Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari - Pola makan Kaji kebiasaan pola makan klien selama di rumah ataupun di rumah sakit. Biasanya nafsu makan klien dengan diagnosa medis bronkitis berkurang karena penurunan masukan sekunder terhadap kelelahan dan anoreksia.



- Pola minum Kaji kebiasaan pola minum klien selama di rumah sakit, apakah pola minum klien teratur atau tidak ? karena pada pola minum yang teratur dan banyak dapat membantu klien untuk mengeluarkan sekret. - Eliminasi alvi (BAB) Pola teratur 1x sehari dengan konsistensi lunak dan warna kuning. - Eliminasi urine Pola kebiasaannya biasanya dalam batas normal (5-6 x/hari) dengan warna kuning jernih. - Istirahat tidur Pola tidur klien dilakukan dengan posisi setengah duduk, dengan istirahat tidur yang cukup. Untuk membantu saluran pernapasan yang membantu keluarnya sekret. - Aktivitas Membatasi kegiatan yang berlebihan. III. Pengkajian persistem - Sistem muskuloketel Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal.



- Sistem penglihatan Pergerakan bola mata



yang normal, tidak terdapat pelebaran



isokhor (pelebaran pupil pada mata). - Sistem pernapasan 



Inspeksi : lihat bentuk dada klien simetris / tidak







Auskultasi : adakah kemungkinan terjadi perubahan bunyi napas yang kasar atau rales atau ronki kering yang tidak tetap dan mengtulang bila batuk







Adakah peningkatan produksi sekret



- Pemeriksaan penunjang



X-foto dada : untuk  tidak nampak kelainan atau hanya hiperemia (kelebihan darah pada suatu bagian tubuh) Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap,



untuk mengetahui jumlah Hb



(haemoglobin), LED, Leukosit, dll - Sistem kardiovaskuler Biasanya bunyi jantung normal, pola nadi normal. - Sistem persyarafan Gerakan reflek tubuh normal dengan GCS 4 5 6. - Sistem pencernaan Kx biasanya merasa perutnya kembuh, dan adanya nyeri telan. - Sistem reproduksi Tidak adanya penyakit kelamin. - Sistem perkemihan Tidak adanya perubahan pada warna urine, tidak terdapat albumin (protein yang terdapat pada jaringan tubuh) dalam kemih. IV. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema mukosa 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa malaise 3. Rasa cemas berhubungan dengan sesak, penggunaan alat medis yang tidak dikenal/alat bantu pernapasan



Intervensi dan rasional Diagnosa 1 : ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema mukosa Tujuan : Jalan napas bersih dan patent setelah mendapatkan tindakan keperawatan



Kriteria : Pada saat bernapas tidak menggunakan otot-otot bantu frekwensi napas dalam batas normal, suara napas bronchovaskuler. Intervensi : 1. Anjurkan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret R/ : pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan 2. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien R/ : peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan 3. Lakukan fisioterapi napas dan latihan batuk efektif R/ : fisioterapi napas melepaskan sekret dari tempat perlekatan postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat Diagnosa 2 : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa malase Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat setelah mendapat tindakan keperawatan Kriteria : Berat badan dalam batas normal, terjadi peningkatan berat badan, klien akan menghabiskan makanan yang disajikan. Intervensi : 2. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang adekuat R/ : pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan 3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik



R/ : merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal 4. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering R/ : dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah Diagnosa 3 : rasa cemas berhubungan dengan sesak, penggunaan alat medis yang tidak dikenal/alat bantu pernapasan Tujuan : Rasa cemas berkurang setelah mendapat penjelasan Kriteria : Klien mengungkapkan sudah tidak merasa takut/cemas terhadap tindakan perawatan, klien tampak tenang, klien kooperatif Intervensi : 1. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan R/ : penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan 2. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan perawatan klien R/ : peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien 3. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan R/ : deteksi dini terhadap perkembangan klien V.



Implementasi Merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat untuk dapat mengatasi diagnosa keperawatan yang telah ada.



VI. Evaluasi 1. Apakah ketidak efektifan jalan napas pada klien sudah berkurang ? 2. Apakah klien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisi seperti biasanya ?



3. Apakah rasa cemas pada diri klien sudah hilang / berkurang ?



DAFTAR PUSTAKA Amin, M. dkk. (



). Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press : Surabaya.



Baughman. C. (2002). Keperawatan Medical Bedah. EGC : Jakarta. Manyoer, A. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. Sarwono, W. dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Edisi III Jilid 2. FKUI : Jakarta. Swearingen. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. EGC : Jakarta.