Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Dermatitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH DERMATITIS Dosen Pembimbing: Lutfi Wahyuni.,S.Kep.Ns.,M.Kes



Disusun Oleh: 1. Lailatul Dewi Masthuro (201701154) 2. Rosita Fenilasari 3. Nabila Desy A



(201701173)



4. M Enggar Tiasto 5. Dhiaulhaq Helmi Indra M



S1 KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH DERMATITIS.Shalawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi



dalam



pembuatan



makalah



ini.Khususnya



ibu



Lutfi



Wahyuni.,S.Kep.Ns.,M.Kesselaku dosen pembimbing kami. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata



kami



berharap



semoga



makalah tentang



ASUHAN



KEPERAWATAN DENGAN MASALAH DERMATITIS ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.



Mojokerto,25 September 2019



Penyusun



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi. Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya eksim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala



Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi Dermatitis? 2. Bagaimana klasifikasi Dermatitis? 3. Bagaimana etiologi dari Dermatitis? 4. Bagaimana patofisiologi dari Dermatitis? 5. Bagaimana manifestasi klinik dari Dermatitis? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Dermatitis? 7. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan dari Dermatitis? 8. Bagaimana penatalaksanaan dari Dermatitis? 9. Bagaimana pengkajian pada klien Dermatitis? 10. Apa saja diagnosa keperawatan pada klien Dermatitis? 11. Apa saja rencana keperawatan pada klien Dermatitis? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik pada klien Dermatitis. 2. Mengetahui pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan pada klien Dermatitis. 3. Mengetahui diagnosa dan rencana keperawatan pada klien Dermatitis.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011). Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau mengalir keluar’. (Mitchell dan Hepplewhite, 2005) Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal) (Adhi Juanda,2005). 2.2 Klasifikasi Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala berbeda: a. Dermatitis kontak Dermatitis kontak adalah respon inflamasi kulit. Terdapat dua jenis dermatitis kontak berdasarkan etiologi: iritan atau alergi. Dermatitis kontan iritan adalah yang paling sering dan diakibatkan paparan terhadap apapun yang menyebabkan respon iritan kimiawi atau fisik. Dermatitis kontak alergi adalah reaksi



hipersensitivitas



lambat



akibat



kontak



dengan



alergen.



Reaksi



hipersensitivitas ini adalah respon yang dimediasi imun oleh limfosit yang terstimulasi sebelumnya terhadap alergen spesifik.



Dua kondisi ini sulit dibedakan. Manifestasi klinis dimulai pada lokasi paparan gatal, rasa menyengat, eritema, dan edema yang meluas melibatkan lokasi yang lebih jauh. Manisfestasi dapat timbul dalam satu jam kontak atau selambatlambatnya 7-14 hari setelah kontak dan dapat berkisar dari eritema ringan hingga vesikel hingga ulserasi. Bahkan dengan kontak yang singkat antara substansi dan kulit, respons alergi mungkin terjadi. b. Neuro Dermatitis Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher. c. Seborrheic Dermatitis Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson. d. Dermatitis statis Dermatitis statis dicirikan oleh timbulnya area kulit yang sangat kering dan gelap dan kadang ulkul dangkal pada tungkai bawah, terutama akibat insufisiensi vena. Dermatitis menggunakan agen pelembab antithistamin; sediaan antifungal juga dapat membantu. Jika terdapat ulserasi kulit yang rapuh, luka disebut ulkus statis vena. e. Dermatitis atopik Dermatitis atopik adalah jenis eksim yang umum, kronis, sering kambuh, gatal yang dimulai dari masa kanak-kanak. Klien dengan dermatitis atopik



memiliki alergi terhadap serbuk bunga familial, asma, kulit sensitif dan/atau riwayat dermatitis atopik pada keluarga. 2.3 Etiologi Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a) Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur). b) Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentolbentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. 2.4 Manifestasi Klinis Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna. a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah. b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.



c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. 2.5 Patofisiologi Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit lain.



2.6 Pathway Sabun, deterjen, zat kimia



allergen: s.sensitizen



Sel langerhans & makrofag



Iritan primer



Mengiritasi kulit



Gangguan integritas kulit



Peradangan kulit (lesi)



Resiko infeksi



nyeri



Gangguan citra tubuh



Sel T



Sensitasi sel T oleh saluran limfe



Terpajang ulang



Reaksi hipersensitivitas IV



Sel efektor mengeluarkan limfokin



Gejala klinis: gatal, panas, kemerahan pada kulit



Gangguan pola tidur



2.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin b. Urin : pemerikasaan histopatologi 2. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi) Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak iritan. Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen, seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.



2.8 Penatalaksanaan Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. 1. Pencegahan Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen. 2. Pengobatan a. Pengobatan topikal Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah : a) Kortikosteroid Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat



diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis. b) Radiasi ultraviolet Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLADR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxypsoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. c) Siklosporin A Pemberian



siklosporin



A



topikal



menghambat



elisitasi



dari



hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis. d) Antibiotika dan antimikotika Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.



e) Imunosupresif Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral. b. Pengobatan sistemik Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah : a) Antihistamin Maksud



pemberian



antihistamin



adalah



untuk



memperoleh



efek



sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin. b) Kortikosteroid Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada



sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF. c) Siklosporin Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1. d) Pentoksifilin Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan. e) FK 506 (Trakolimus) Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal. f) Ca++ antagonis Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan amilorid. g) Derivat vitamin D3 Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol. h) SDZ ASM 981 Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin 2.9 Komplikasi 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus



3. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi 4. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi



BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Identitas Pasien 3.2 Keluhan Utama. Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal pada kulit, suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan, kulit kering, edema disertai nyeri, dan rasa terbakar pada kulit. Keluhan tersebut bisa muncul tergantung bagaimana respon kulit dari masing-masing orang. 3.3 Riwayat Kesehatan. a) Riwayat penyakit sekarang Biasanya penderita dengan dermatits akan mengalami rasa gatal-gatal pada kulit yang dapat menimbulkan lesi akibatnya adanya infeksi sehingga suhu tubuh dapat meingkat/demam, kemerahan, edema disertai nyeri, rasa terbakar/panas pada kulit. Keluhan-keluhan yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh penderita sehingga penderita harus datang ke pelayanan kesehatan b) Riwayat penyakit dahulu Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga disebabkan oleh adanya riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu, kemudian juga dapat dilihat dari sensivitas kulit seseorang tersebut. c) Riwayat penyakit keluarga Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit keluarga yang sama dengan yang dialami penderita, selain itu pada anak-anak sering ditemukan alergi terhadap bahan tertentu yang mungkin diketahui oleh keluarganya. 3.4 POLA FUNGSIONAL GORDON a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi kesehatan terutamaterhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan



dermatitis. Jika penderita merasakan keluhan biasanya pasien minum obat dan apabila penyakitnya tidak sembuh pasien pergi ke pelayanan kesehatan. b. Pola nutrisi dan metabolisme Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan terganggu karena yang rasakan seperti rasa panas, demam, nyri pada bagian kulit yang biasanya membuat nafsu makan turun tertapi tergantung dari masing-masing individu. c. Pola eliminasi Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan masalah eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada daerah genetalia sehingga membuat penderita takut untuk BAK. d. Pola aktivitas/olahraga Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas sehari-hari tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi sakit yang dirasakan. e. Pola istirahat/tidur Biasanya pola istirahat penderita dermatitis terganggu karena rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa terbakar yang dialaminya. f. Pola kognitif/persepsi Pada penderita dermatitis biasanya mengalami nyeri. g. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara normal, masih mampu berinteraksi sosial. Namun terkadang pasien merasa malu karena sakit yang dialami klien. h. Pola peran hubungan Biasanya hubungan dengan keluarga, teman dan tetangga terganggu karena penyakit yang dirasakan.



i. Pola seksualitas/reproduksi Pada



klien



dengan



masalah



dermatitis



biasanya



pada



pola



seksualitas/reproduksi mengalami gangguan jika dermatitis menyerang pada daerah genetalia. j. Pola koping-toleransi stress Biasanya pada klien dengan dermatitis mengatasi rasa nyeri dengan mengonsumsi obat anti nyeri. Terkadang klien merasa cemas karena kurang pengetahuan tentang penyakitnya. k. Pola keyakinan nilai Biasanya pada klien dengan dermatitis menyebabkan malaise, demam, rasa panas pada kulit sehingga dapat menganggu rutinitas ibadahnya. 3.5 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan B1B6 a. Sistem pernafasan (B1) Tidak ada gangguan pernafasan, bunyi nafas vasikuler, tidak ada wheezing dan ronkhi, irama reguler. b. Sistem Kadiovaskuler (B2) Tidak ada gangguan sirkulasi darah, irama jantung normal, tidak ada takikardi, dan nadi teraba normal. c. Sistem Persyarafan (B3) Kesadaran composmentis, adanya nyeri tekan pada kulit yang mengalami lesi. d. Sistem Perkemihan (B4) Klien tidak mengalami gangguan pada sistem perkemihan kecuali klien mengalami dermatitis pada daerah genetalianya.



e. Sistem Pencernaan (B5) Tidak ada masalah pada sistem pencernaan f. Sistem Muskuloskeletal (B6) Nyeri tekan pada bagian otot, otot yang lesi mengalami penurunan fungsi otot akibat nyeri tekan, warna putih tidak ikterik, tidak ada sianosis, kulit terlihat kering, integritas kulit ditemukan luka bekas garukan seperti kemerehan timbul/pastulla turgor. 3.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit 3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus 5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. 6. Defisit pengetahuan tentang perawatan kulit serta cara menangani kelainan pada kulit 3.7 INTERVENSI No



Diagnosa



. 1.



Nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit



Tujuan dan kriteria hasil



Intervensi



1. Berikan tindakan Setelah dilakukan nyaman, misalnya tindakan pijatan keperawatan punggung, ciptakan selama 3x24 jam lingungan diharapkan nyeri yang tenang. bisa teratasi. 2. Kolaborasi Kriteria Hasil: pemberian 1. Pasien tampak obat nyeri. rileks. 3. Ajarkan 2. Pasien mampu tekhnik tidur/istirahat relaksasi, Tujuan :



Rasional



1. Untuk mengalihkan rasa nyeri. 2. Untuk mengurangi rasa nyeri pasien. 3. Untuk membantu meringankan kecemasan pasien 4. Untuk meningaktkan kesehatan tubuh.



dengan tenang. Pasien tidak gelisah, tidak merintih



distraksi . 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengar uhi nyeri seperti suhu, pencahayaa n dan kebisingan. 5. Anjurkan untuk meningkatk an istirahat. 6. Monitor



5. Untuk mengetahui keadaan umum pasien



tanda-tanda vital 2.



3.



Kerusakan



Setelah dilakukan 1. Monitor warna kulit integritas kulit tindakan 2. Monitor berhubungan adanya keperawaan infeksi dengan kekeringan selama ... x 24 3. Monitor pada kulit temperatur jam, integritas kulit kulit klien dapat 4. Jaga kebersihan membaik dengan kulit agar kriteria hasil : tetap bersih 1. Tissue dan kering Integrity : 5. Anjurkan Mucous klien untuk Membran menggunaka Temperatur n pakaian jaringan baik longgar 2. Sensasi baik 6. Monitor 3. Hidrasi baik status nutrisi 4. Tidak ada lesi klien atau luka 7. Oleskan lotion pada daerah yang tertekan



1. Mengetahui perubahan warna kulit 2. Mengetahui infeksi yang terjadi 3. Mengetahui kelembaban kulit 4. Mempermud ah proses penyembuha n 5. Agar kulit dapat mendapatkan udara yang cukup 6. Agar kebutuhan akan nutrisi tercukupi 7. Untuk



Resiko



1. Mencegah terjadinya



infeksi Tujuan :



berhubungan



1. Observasi dan



mengurangi infeksi pada kulit



dengan les, bercak- Setelah dilakukan bercak merah



laporkan tanda dan tindakan gejala infeksi keperawatan seperti selama 3x24 jam kemerahan, panas. diharapkan infeksi 2. Kaji tidak terjadi temperature pasien Kriteria hasil : setiap 4 jam 1.Tidak terjadi 3. Cuci tangan sebelum infeksi. dan sesudah 2.Tanda-tanda melakukan tindakan infeksi bisa 4. Pastikan ditangani. teknik perawat



infeksi 2. Untuk mengetahui kodisi imun 3. Mencegah infeksi 4. Agar tidak terjadi infeksi. 5. Supaya tubuh tetap sehat. 6. Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi



luka secara tepat.



4.



5. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup. 6. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Evaluasi tingkat tidur berhubungan tindakan kelelahan, dengan pruritus anjurkan keperawatan pasien untuk selama….x24 jam istirahat 1-2 jam pada diharapkan siang hari gangguan pola dan 8 jam pada malam tidur bisa stabil hari Kriteria hasil : 2. Anjurkan 1. Tidur pasien tekhnik sesuai relaksasi,



1. Meringankan rasa lelah 2. Ansietas, ketidaknyama na fisik dapat mempersulit tidur 3. Memahami akibat dari perubahan pola tidur 4. Membuat kenyamanan pasien sehingga



kebutuhan/nor mal 2. Pasien tidak cemas



dan penurunan aktivitas 3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat 4. Ciptakan



mudah tertidur.



lingkungan yang nyaman 5.



Gangguan



citra Setelah dilakukan 1. Observasi



1. Gangguan adanya citra diri akan tubuh berhubungan asuhan gangguan menyertai dengan pada citra setiap keperawatan diri pasien penyakit atau penampakan kulit selama …x 24 (menghindar keadaan yang yang tidak bagus. i kontak tampak nyata jam, klien dapat mata, bagi pasien. menerima keadaan ucapan yang Kesan merendahka sesorang dirinya dengan n diri terhadap baik. sendiri, dirinya ekpresi sendiri akan Dengan Kriteria keadaan berpengaruh Hasil : muak pada konsep 1. Mengembangk terhadap diri. an peningkatan kondisi 2. Terhadap kemauan untuk kulitnya). hubungan menerima 2. Identifikasi antara keadaan diri. stadium stadium 2. Mengikuti dan psikososial perkembanga turut tahap n, citra diri berpartisipasi perkembang dan reaksi dalam tindakan an. serta perawatan diri. 3. Berikan pemahaman kesempatan pasien 3. Melaporkan perasaan dalam untuk terhadap pengendalian pengungkap kondisi an kulitnya 4. Bantu 3. Pasien pasien yang membutuhkan cemas pengalaman dalam yang harus mengemban didengarkan gkan dan dipahami. kemampuan 4. Tindakan ini



untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi masalah.



6.



Defisit



memberikan kesempatan pada petugas kesehatan untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi.



1. Memberikan Setelah dilakukan 1. Tentukan apakah data dasar pengetahuan asuhan pasien untuk tentang perawatan keperawatan mnegetahui mengembang (memahami kan rencana kulit serta cara selama 3 x 24 jam, dan salah penyuluhan. menangani mengerti) 2. Pasien harus klien mengetahui kelainan pada kulit tentang memiliki tentang kondisi perasaan dirinya. bahwa ada penyakitnya. 2. Jaga agar sesuatu yang Dengan Kriteria pasien dapat mereka mendapatka perbuat. Hasil : n informasi Kebanyakan 1. Memiliki yang benar ; pasien pemahaman memperbaik merasakan terhadap i kesalahan manfaatnya. perawatan kulit konsepsi / 3. Memungkinka 2. Mengikuti n pasien informasi. terapi seperti memperoleh 3. Peragakan yang kesempatan penerapan diprogramkan untuk terapi yang dan dapat menunjukkan diprogramka mengungkapka cara yang tepat n (kompres unutk n secara basah ; obat melakukan rasional topical). terapi tindakan yang dilakukan. 3. Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang



diprogramkan. 4. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit



3.8 EVALUASI a. Nyeri teratasi, pasien tampak rileks.pasien mampu tidur/istirahat dengan tenang, pasien tidak gelisah, tidak merintih b. Integritas kulit klien dapat membaik mucous membran temperatur jaringan baik sensasi baik, hidrasi baik tidak ada lesi atau luka c. Infeksi tidak terjadi, tanda-tanda infeksi bisa ditangani d. Gangguan pola tidur bisa stabiltidur pasien sesuai kebutuhan/normal, pasien tidak cemas e. Mampu menerima keadaan dirinya dengan baik mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri, mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri, melaporkan perasaan dalam pengendalian f. Klien mengetahui tentang penyakitnya yaitu memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit, mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat



mengungkapkan



secara



rasional



tindakan



yang



dilakukan,



menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai diprogramkan



yang



BAB IV TINJAUAN KASUS 4.1 Kasus