Asuhan Keperawatan Enchepalitis KLMP 2 .KMB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Asuhan Keperawatan Enchepalitis Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II Dosen Pengampu : Jamaludin,A.Kep.,M.Kes



Disusun Oleh : 1. Muhammad Nurul Yaqin



(20191499)



2. Putri Setiyo Ningrum



(20191510)



3. Sri Wahyuni



(20191524)



4. Sulistyaningsih



(20191525)



5. Tyas Tizzarosa



(20191528)



AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS TAHUN AJARAN 2020/2021 i



KATA PENGANTAR Puji syukur, Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep Encepalitis” tanpa ada halangan suatu apapun. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah KMB II, yang mana materi dalam makalah ini digunakan sebagai acuan persentase yang dilakukan pada hari yang bersangkutan. Ucapan terimakasih , kami sampaikan kepada dosen mata kuliah KMB II yang telah membimbing dan mengarahkan kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan yang telah memberikan sumbangsihnya kepada kami baik moril maupun materil. Di dalam penulisan makalah ini masih terdapat bagian-bagian yang belum sempurna dan banyak kekurangan untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Akhirnya, kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai amal ibadah.Amiin.



Kudus, 4 Maret 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI JUDUL..................................................................................................................................i KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................................1 C. Tujuan........................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ensefalitis.................................................................................................3 B. Krifiksi Ensefalitis.....................................................................................................3 C. Manifestasi Klinis Ensfalitis.......................................................................................3 D. Anatomi Fisiologi Ensefalitis……………………………………………………….4 E. Pathway Ensefalitis ………………………………………………………………...7 F. Komplikasi Ensefalitis………………………………………………………………8 G. Patofisiologi Ensefalitis ……………………………………………………….........9 H. Pemeriksaan Diagnostic Ensefalitis…………………………………………………9 I. Penatalaksanaan Ensefalitis…………………………………………………………9 J. Asuhan keperawatan………………………………………………………………..11 BAB III PENUTUP Kesimpulan............................................................................................................................19 Saran.......................................................................................................................................19 Daftar Pustaka........................................................................................................................20



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Infeksi - infeksi pada sistem saraf pusat menimbulkan masalah medis yang serius dan membutuhkan pengenalan dan penanganan segera untuk memperkecil gejala sisa neurologis yang serius dan memastikan kelangsungan hidup pasien. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Secara umum gejala ensefalitis berupa demam,kejang dan kesadaran menurun. Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak - anak sampai orang dewasa. Beberapa klasifikasi ensefalitis meliputi ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena parasit, ensefalitis karena fungus, riketsiosis serebri. Virus yang tersering menyebabkan ensefalitis adalah herpes simplek dan arbo virus. Ensefalitis di tandai oleh suhu yang mendadak naik, kesadaran yang menurun, dan kejang- kejang. Ensefalitis diawali dengan masuknya virus ke dalam tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh. B. Rumusan Masalah. 1. Apa yang dimaksud Ensefalitis ? 2. Apa saja klasifikasi Ensefalitis? 3. Apa saja etiologi Ensefalitis ? 4. Apa saja manifestasi klinis Ensfalitis? 5. Bagaimana anatomi fisiologi Ensefalitis? 6. Bagaimana pathway Ensefalitis ? 7. Apa saja komplikasi Ensefalitis? 8. Bagaimana patofisiologi Ensefalitis ? 9. Bagaimana pemeriksaan diagnostic Ensefalitis ? 10. Bagaimana penatalaksanaan Ensefalitis ? C. Tujuan Penulis 1. Untuk mengetahui pengertian Ensefalitis 2. Untuk mengetahui klasifikasi Ensefalitis 1



3. Untuk mengetahui etiologi Ensefalitis 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Ensfalitis 5. Untuk mengetahui anatomi fisiologi Ensfalitis 6. Untuk mengetahui komplikasi Ensfalitis 7. Untuk mengetahui pathway Ensfalitis 8. Untuk mengetahui patofisiologi Enfalitis 9. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic Enfalitis 10. Untuk mengetahui penatalaksanaan Enfalitis



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi             Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. Terkadang ensefalitis dapat di sebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (di sebabkan oleh virus) atau sifilis (di sebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.                 Sebagaimana telah dilaporkan pada tahun 1998 hingga 1999 wabah ensefalitis pada manusia telah terjadi di Malaysia. Hasil identifikasi CDC menunjukkan bahwa kasus ensefalitis ini disebabkan olehJapanese B encephalitis. Di Indonesia, kasus ensefalitis pada manusia telah banyak dilaporkan, tetapi penyebab ensefalitis tersebut masih belum banyak terungkap karena sulitnya diagnosis dan keterbatasan perangkat diagnostic yang dapat mendiagnosa antigen dan antibody virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia. Sementara itu, penyakit ensefalitis di Indonesia sangat dikaitkan erat dengan infeksi virus Japanese B  encephalitis. B. Klasifikasi 1. Ensefalitis supurativa Bakteri



penyebab



ensefalitis



supurativa



adalah



:



staphylococcus



aureus,



Streptococcus, E.coli dan m.tuberculosa. 2. Ensefalitis siphylis 3. Ensefalitis virus : Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia : Virus RNA, viruS DNA 4. Ensefalitis karena parasit: Malaria serebral, Toxoplasmosis, Amebiasis, Sistiserkosis. 5. Ensefalitis karena fungus 6. Riketsiosis serebri. C. Etiologi 3



1. Mikroorganisme: bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Macam-macam encephalitis virus menurut Robin : a) Infeksi virus yang bersifat epidermik: 1) Golongan enterovirus = poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO. 2) Golongan virus ARBO = western equire encephalitis, St. louis encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray



valley encephalitis.



b) Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan olehvirus tetapi belum jelas. c) Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. 2. Reaksi toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox. 3. Keracunan: arsenik, CO. D. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan a) Pengertian Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja otot. b) Sel sel pada sistem syaraf 1) Neuron Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ). Maka, Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan schwann ( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel – sel schwann. Kemudian mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit adalah Perpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh. 2) Neuroglial 4



Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem. 3) Sistam komunikasi sel Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya. c) Sistem Syaraf Pusat 1) Perkembangan Otak Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal,yaitu: a) Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus, serta hipotalamus. Fungsinya menerima dan mengintegrasikan informasi mengenai kesadaran dan emosi. b) Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubungan dengan penglihatan dan pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum, krus serebrium, korpus kuadriigeminus. c) Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan tersusun dari lapisan fiber ( berserat ) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan pernafasan. Otak belakang ini menjadi : Pons



vorali,



membantu



meneruskan



informasi.



Medula



oblongata,



mengendalikan fungsi otomatis organ dalam( internal ). Serebelum, mengkoordinasikan pergerakan dasar. 2) Pelindung Otak a) Kulit kepala dan rambut b) Tulang tengkorak dan columna vertebral c) Meningen ( selaput otak ) 3) Bagian – bagian Otak a) Hemifer cerebral ( otak besar )di bagi menjadi 4     lobus, yaitu : 1. Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk proses berfikir 2. Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur. 3. Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata. 5



4. Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi dari telinga. Area khusus otak besar (cerebrum ) adalah : Somatic sensory area yang menerima impuls dari reseptor sensory tubuh. Primary motor area yang mengirim impuls ke otot skeletal broca’s area yang terliabat dalam kemampuan bicara. b) Cerebelum ( otak kecil ) Fungsi cerebelum mengmbalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan suatu



mekanisme



syaraf



yang



berpengaruh



dalam



pengaturan



dan



pengendalian terhadap : 1) Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh, 2) Terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan. Ada tiga jens kelompok syaraf yang di bentuk oleh syaraf cerebrospinalis yaitu: a) Syaraf sensorik, ( syaraf afferen ), yaitu membawa impuls dari otak dan medulla spinalis ke perifer. b) Syaraf motorik ( syaraf efferen ), menghantarkan impuls dari otak dan medulla spinalis ke perifer. c) Syaraf campuran, yang mengandung serabut motorik dan sensorik, sehingga dapat mengantar impuls dalam dua jurusan. 4) Medulla Spinallis Disebut juga sumsum tulang belakang. Yang terlindung di dalam tulang belakang dan berfungsi untuk mengadakan komunikasi anatara otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting, heart rate contol atau denyut jantung, pengaturan tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah. d) Susunan Syaraf Perifer Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS. Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu : 1) Susunan syaraf somatic



6



Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja 2) Susunan syaraf otonom Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.Menurut fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu: a) Susunan syaraf simpatis b) Susunan syaraf para simpatis( Setiadi,2007) E. Patway Tonsilitis,bronkitis, typus abdominalis dan penyakit lain Mikroorganisme secara hematogen sampai ke meningen Meningitis



Mikrorganisme mensekresi toksik



Kenaikan volume dan peningkatan vikositas LCS



Toksemia Penurunan penyerapan cairan Peningkatan suhu oleh pengaturah hipotalamus Peningkatan tekanan intrakranial Hipertermi



Depresi pada pusat kesadaran, memori, respon, lingkungan luar



Peningkatan output cairan 7



Peningkatan ekstensi neuron



Penurunan sekresi trakeobronkial



Penumpukan secret



resiko ceder



kejang



Spasme otot bronkus



fisik



di trakea, bronkus



Ketidakefektifan bersihan jalan nafas



Penurunan kesadaran



Masa inkubasi 10-14 hari



Penyempitan lumen trakea, bronkus Penurunan masukan oksigen



Resiko Kejang Ulang



Penurunan oksigen



Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral F. Manifesasi Klinis Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih minus sama dan khas, sehingga dapat diberdayakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut: 1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia 2. Kesadaran dengan cepat menurun 3. Muntah 4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka) 5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997) Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah 8



G. Komplikasi Komplikasi yang dapat muncul pada kasus enchepalitis adalah : 1. Retradasi mental 2. Gangguan motorik 3. Epilepsy 4. Emosi tidak stabil 5. Sulit tidur 6. Halusinasi H. Patofisiologi 1.



Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:



2.



Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ tertentu.



3.



Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.



4.



Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.



I. Pemeriksaan Diagnostik Encephalitis disarankan ketika gejala-gejala yang digambatkan di atas hadir. Dokter mendiagnosis encephalitis setelah melengkapi suatu sejarah yang menyeluruh (menanyakan pada pasien pertanyaan-pertanyaan) dan pemeriksaan. Pemeriksaan termasuk pengaturan-pengaturan siasat khusus untuk mendeteksi tanda-tanda peradangan dari selaput-selaput yang mengelilingi otak dan berdasarkan pada sejarah dan pemeriksaan, dokter menyarankan tes-tes khusus untuk lebih lanjut membantu dalam menentukan diagnosis. Tes-tes yang digunakan dalam mengevaluasi individu-individu yang dicurigai mempunyai encephalitis termasuk darah untuk tanda-tanda dari infeksi dan kemungkinan kehadiran dari bakteri-bakteri, scanning otak (seperti MRI scan) dan analisa cairan spinal.Suatu lumbar puncture adalah metode yang paling umum untuk memperoleh suatu contoh dari cairan dalam spinal canal (cerebrospinal fluid atau CSF) untuk pemeriksaan.



9



Suatu lembar puncture (LP) adalah pemasukan dari sebuah jarum ke dalam cairan di dalam spinal canal. Ia diistilahkan suatu “lumbar puncture” karena jarumnya masuk ke dalam bagian lumbar (bagian yang lebih bawah dari tulang belakang). Jarum melewati diantara bagian-bagian yang bertulang dari spine sampai ia mencapai cairan cerebral spinal. Suatu jumlah yang kecil dari cairan kemudian diambil dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Evaluasi dari cairan spinal biasanya adalah perlu untuk diagnosis yang pasti dan untuk membantu membuat keputusan-keputusan perawatan yang optimal (seperti pilihan antibiotik-antibiotik yang tepat). 1. Pemeriksaan cairan serebrospinal Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal. 2. Pemeriksaan EEG Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas rendah. 3. Pemeriksaan virus Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap virus penyebab. 1. Elektroensefalografi Prosedur pemeriksaan ini merupakan suatu cara untuk mengukur aktivitas gelombang listrik dari otak. Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk mendiagnosa adanya gangguan kejang. Sejumlah elektroda kecil di letakkan pada kulit kepala. Elektroda inilah yang akan merangsang otak sehingga gelombang listrik dari otak akan dikirim kedalam EEG. 2. Pemeriksaan imaging otak. Diantaranya CT Scan dan MRI yang dapat mendeteksi adanya pembengkakan otak. Jika pemeriksaan imaging memiliki tanda-tanda dan gejala yang menjurus ke ensefalitis maka lumbal fungsi harus dilakukan untuk melihat apakah terdapat peningkatan tekanan intrakranial.berikut merupakan contoh gambaran edema otak yang disebabkan infeksi susunan saraf pusat. 3. Biopsi otak Biopsi otak jarang dilakukan, kecuali untuk mendiagnosa adanya herpes simpleks ensefalitis yang jika tidak mungkin dilakukan metode DNA atau CT Scan dan MRI 10



J. Penatalaksanaan. 1. Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan. 2. Pengobatan penyebab :Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari. 3. Pengobatan suportif. Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan



nonspesifik yang



bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh. Pengobatan tersebut antara lain : a. ABC (Airway, breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik- baiknya. b. Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan vitamin. c. Obat- obatan



yang



lain



apabila diperlukan



penderita tidak bertambah jelek.



11



agar



keadaan



umum



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Tanggal: 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama, umur (dapat terjadi pada semua kelompok umur), jenis kelamin (lebih sering menyerang laki-laki), suku bangsa, pendidikan, pekerjaan (biasanya cenderung menyerang orang yang bekerja di luar rumah), alamat, tanggal masuk, no. register, diagnosa medis. b. Identitas Penanggung Jawab Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Biasanya pasien mengalami suhu badan yang meningkat (hiperpireksia), kejang, adanya kaku kuduk, kesadaran menurun. b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada pasien dengan ensefalitis biasanya akan diawali dengan adanya perasaan yang gelisah, muntah-muntah, panas badan yang meningkat kurang lebih 1-4 hari, lalu diikuti dengan sakit kepala. c. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien sebelumnyamenderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita peyakit herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus, contoh: Herpes dan lain-lain. Bakteri, contoh: Staphylococcus aureus, Streptococcus, E. coli, dan lain-lain. 3. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan Keadaan Umum 1) Tingkat kesadaran menurun 2) Adanya nyeri kepala 12



3) Nystagmus 4) Ptosis 5) Gangguan pendengaran dan penglihatan 6) Peningkatan suhu tubuh 7) Mual dan muntah 8) Paralisis/kelemahan otot 9) Perubahan pola nafas 10) Kejang 11) Tanda dan gejala peningkatan TIK 12) Kaku kuduk 13) Tanda brudzinski’s dan kernig’s positif b. Pola Kesehatan Fungsional 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. 2) Pola nutrisi dan metabolisme Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan ensefalitis akan mengalami penurunan nafsu makan akibat rasa sakit yang dirasakan. 3) Pola eliminasi Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus. Selain itu pasien dengan ensefalitis biasanya mengalami inkontinensia dan/atau retensi. 4) Pola aktivitas dan latihan Akibat ensefalitis pasien akan memiliki perasaan tidak enak (malaise). Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya. Adanya keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya. 13



5) Pola tidur dan istirahat Terdapat gangguan pola tidur pada pasien ensefalitis karena adanya rasa sakit pada kepala pasien. 6) Pola hubungan dan peran Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang



siswa, pasien tidak dapat menjalankan



fungsinya sebagai seorang siswa. Disamping itu, peran pasien di masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. 7) Pola persepsi dan konsep diri Persepsi pasien terhadap dirinya tidak berubah. Pasien merasa normal tetapi mungkin aka nada gangguan dikarenakan sakit yang dideritanya. 8) Pola sensori dan kognitif a. Keluhan



yang



berkenaan



dengan



kemampuan



sensasi



(seperti



penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sensasi perabaan). b. Kemampuan kognitif (kemampuan mengingat/memory, bicara dan memahami pesan yang diterima, pengambilan keputusan yang bersifat sederhana). 9) Pola reproduksi seksual Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu karena pasien memiliki kondisi fisik yang masih lemah. 10) Pola penanggulangan stress Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya. 11) Pola tata nilai dan kepercayaan Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan. 4. Head to toe a. Kepala Inpeksi



: penyebaran rambut menyeluruh, tidak adanya ketombe pada kulit



kepala. 14



Palpasi



: pada permukaan kepala tidak ada massa.



b. Leher Inspeksi



: terlihat normal (tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid), bentuk



juga normal. Palpasi



: ketika dipalpasi tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, adanya



kaku kuduk sehingga kemampuan gerak terbatas. c. Mata Inspeksi



: Pada mata biasanya mengalami ptosis, tidak adanya juling, tidak



adannya nistagmus. d. Hidung Inspeksi



: Adanya iritasi pada hidung karena pasien mengalami influenza atau



pilek yang cukup lama. e. Telinga Bentuk telinga simetris, tidak adanya gangguan pendengaran. f. Mulut Indera pengecapan tidak mengalami perubahan, biasanya terdapat kelainan dalam proses mengunyah, persepsi pangecapan tidak mengalami perubahan, tidak ada bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit normal. g. Dada 1) Paru-paru Inspeksi



: pengembangan paru kanan dan kiri simetris



Auskultasi



: tidak ditemukannya wheezing



Palpasi



: suara fremitus kanan dan kiri sama



Perkusi



: sonor pada kedua paru



2) Jantung Inspeksi



: iktus kordis tidak tampak



Auskultasi



: denyut nadi noral



Palpasi



: iktus kordis teraba pada ics V 2 cm IMCS



Perkusi



: pekak



3) Payudara Inspeksi



: bentuknya menggantung (normal)



Palpasi



: tidak ada massa pada mammae



h. Abdomen Inspeksi



: perut datar. 15



Palpasi



: normal.



Perkusi



: tympani/dullness



Auskultasi



: bising usus normal (5-12 x/menit)



i. Genetalia Tidak ada kelainan pada genetalia. j. Ekstremitas 1) Atas Turgor baik, tidak ada edema 2) Bawah Tidak ada edema, tidak ada sianosis B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan sakit kepala. 2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi. C. Perencanaan Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan sakit kepala. Tujuan :  Diharapkan sakit kepala berkurang dan dapat teratasi. Kriteria Hasil :  Nyeri kepala berkurang atau terkontrol (skala nyeri 0-3)  Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat. Intervensi:  Observasi intensitas nyeri\  Berikan tindakan nyaman.  Berikan lingkungan yang tenng, ruangan agak gelap sesuai indikasi.  Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri pasien.  Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher/bahu.  Ajarkan gerak aktif/pasif yang dapat dilakukan baik oleh pasien atau keluarga.  Berikan analgesic sesuai indikasi.



Rasional : 16



 Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan kemudian.  Tindaka non analgesic dapat mengurangi ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik.  Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas terhadap cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.  Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.  Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.  Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.  Obat ini dapat digunakan untuk meningkatkan kenyamanan/ istirahat. 2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi. Tujuan:  Diharapkan reaksi inflamasi dapat teratasi sehingga tidak terjadi peningkatan suhu tubuh Kriteria Hasil:  Pasien mampu melakukan cara untuk menurunkan suhu dan mengatasi reaksi inflamasi.  Suhu dapat normal kembali (36,5C – 37,5C)  Pasien tidak mengeluh badannya panas Intervensi :  Observasi suhu pasien, perhatikan apakah menggigil/diaphoresis.  Observasi suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.  Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.  Ajarkan cara untuk mengompres dengan baik kepada pihak keluarga.  Berikan antipiretik sesuai indikasi. Rasional :  Suhu 38,9 – 41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut 17



 Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.  Dapat membantu mengurangi demam.  Dapat membantu mengurangi demam. 



Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.



18



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent Beberapa klasifikasi ensefalitis meliputi ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena parasit, ensefalitis karena fungus, riketsiosis serebri. Salah satu penatalaksanaanya dengan Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan. B. Saran Atas tersusunya makalah asuhan keperawatan ini kami mengharapkan : 1. Pembaca dapat mendapatkan informasi tentang ensefalitis serta bagaimana penatalaksanaanya 2. Dapat dijadikan referensi di masa mendatang



19



DAFTAR PUSTAKA Donna. (1991). Medical Surgical Nursing. WB Saunders. Brunner, S. d. (2008). Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot Company . Doenges, M. E. (2007). Nursing Care Plans,. Philadelphia: F.A. Davis Company. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Soemarmo, M. (2003). Kapita Selekta Neurologi (2 ed.). Gajah Mada University: Press. M, S. d. (1993). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. https://somelus.wordpress.com/2010/09/01/ensefalitis/ https://glorydaysds.blogspot.com/2016/12/asuhan-keperawatan-pada-klien.html http://sekedarblogperawat.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-ensefalitis.html?m=1



20