Asuhan Keperawatan Kritis Pada Klien Chronic Kidney Disease [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA KLIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN GANGGUAN ASAM BASA



Kelompok 9 Wenny Afrilianti



(PO72201191583)



Yopy Octaviana Hasibuan



(PO72201191584)



Zedhia Pangestasya Sabilah



(PO72201191585)



Zesti Dwi Sandra



(PO72201191586)



Dosen Pengampu : Indah Dwi Astuti, S.Kep., Ners., M.Kep



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN T.A 2021/2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Klien Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Gangguan Asam Basa” ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas kelompok keperawatan kritis. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat.



Tanjung Pinang, 23 Agustus 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................i DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2 1.3 Tujuan ................................................................................................................2 1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................................2 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Gangguan Asam Basa...........................................................................3 2.1.1 Pengertian Gangguan Asam Basa............................................................3 2.2 Definisi Asidosis Dan Alkalosis........................................................................4 2.2.1 Definisi Asidosis.............................................................................4 2.2.2 Definisi Alkalosis..............................................................................6 2.3 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Asam Basa................................................................................................................6 2.3.1 Pengkajian..........................................................................................6 2.4 Diagnosa Keperawatan......................................................................................8 2.5 Intervensi Keperawatan......................................................................................8 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian........................................................................................................11 3.1.1 Pengumpulan Data.................................................................................11 3.2 Analisa Data....................................................................................................17 3.3 Diagnosakeperawatan......................................................................................22 3.4 Intervensi Keperawatan....................................................................................22 3.5 Pembahasan Analisa Data................................................................................26 3.6 Pembahasan Diagnosis Keperawatan...............................................................27



ii



3.7 Pembahasan Perencanaan Keperawatan...........................................................29 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan......................................................................................................30 4.2 Saran ...............................................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan (Horne, 2000) Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH 7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter. Menurut penjelasan tersebut menjelaskan tentang keseimbangan asam basa serta berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa (Horne, 2000). Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh karena dapat mempengaruhi fungsi organ vital.2 Gangguan keseimbangan asam basa yang berat, dapat mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal (Horne, 2000)



1



1.2 Rumusan Masalah Bagaimana gambaran “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Klien Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Gangguan Asam Basa?” 1.3 Tujuan Untuk mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Kritis pada Klien Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Gangguan Asam Basa. 1.4 Manfaat Penulisan Untuk menambah pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan Kritis pada Klien Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Gangguan Asam Basa.



2



BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Gangguan Asam Basa 2.1.1 Pengertian gangguan asam basa Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3 - ) Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat (HCO3 - ), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat (H2CO3).1 Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting. Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH yang sangat rendah. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan 3



keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam. Beberapa prinsip yang perlu diketahui, diantaranya : 1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45 2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg. 3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L. 4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah komponen basa. 5.



Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah komponen asam.



2.2 Definisi Asidosis dan Alkalosis 2.2.1 Definisi Asidosis Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi. Kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, misalnya napas pendek, linglung, atau sakit kepala. Normalnya, pH darah di dalam darah adalah sekitar 7,4. Asidosis terjadi saat pH darah kurang dari 7,35 (asam). Hal ini berkebalikan dengan kondisi alkalosis yang terjadi saat pH darah lebih dari 7,45 (basa). Perubahan pH ini akan sangat memengaruhi fungsi dan kerja berbagai organ tubuh. 1. Definisi asidosis respiratorik Asidosis respiratorik merupakan peningkatan kadar asam di dalam tubuh, namun dengan mekanisme yang berbeda. Kondisi ini



4



disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan yang meningkatkan kadar karbon dioksida di dalam darah. 2. Definisi asidosis metabolik Kondisi ini terjadi ketika produksi asam di tubuh terlalu berlebihan atau saat ginjal tidak mampu mengeluarkan asam dari dalam tubuh. Etiologi Asidosis Respiratorik 2.2.2 Definisi Alkalosis Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi. Kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, misalnya napas pendek, linglung, atau sakit kepala. Normalnya, pH darah di dalam darah adalah sekitar 7,4. Asidosis terjadi saat pH darah kurang dari 7,35 (asam). Hal ini berkebalikan dengan kondisi alkalosis yang terjadi saat pH darah lebih dari 7,45 (basa). Perubahan pH ini akan sangat memengaruhi fungsi dan kerja berbagai organ tubuh. 1. Alkalosis respiratorik Alkalosis respiratorik merupakan kondisi bnapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Kondisi tersebut dikenal dengan hiperventilasi. 2. Alkalosis metabolik Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh meningkat. 2.3 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Keseimbangan Asam Basa 2.3.1 Pengkajian 1. Identitas Asidosis & alkalosis : respiratorik terjadi dua kali lebih sering pada pria dari pada wanita. Namun angka kematian pada wanita meningkat lebih cepat karena kebiasaan merokok. Asidosis & alkalosis : metabolik terjadi lebih tinggi sedikit pada usia anak-anak, dibandingkan dewasa.



5



Kemudian asma pada anak akan hilang sebagian, dan akan muncul lagi setelah dewasa karena perjalanan alamiah. a. Keluhan Utama 1). Asidosis respiratorik Pernapasan lambat dan dalam (hipoventilasi), dispnea, kelemahan. 2). Alkalosis respiratorik Pernapasan cepat dan dangkal (hiperventilasi), dispnea, kelemahan. 3). Asidosis metabolic Mual, muntah, kelemahan, pernapasan kussmaul. 4). Alkalosis metabolic Disritmia jantung, kejang. b. Riwayat Penyakit Terdahulu 1). Asidosis respiratorik Penyakit paru obstuksi menahun, asma, Penyakit neuromoskular: miastenia gravis, sindrom Guillain-Barre, poliorlielitis, dan sklerosis lateral amiotropik, kifoskoliosis, Obesitas yang berlebihan: sindrom pickwickian, Edema paru akut, Pneumotoraks, Cedera dinding dada seperti patah tulang-tulang iga, Laringospasme atau edema naring, bronkospasme berat. 2). Alkalosis respiratorik Demam, cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, pneumonia, asma, edema paru, gagal jantung kongestif, fibrosis paru, sirosis hepatis. 3). Asidosis metabolic Diare, ileostomi, ureterosigmoidostomi, ketoasidosis diabetik, kurang kalori protein (KKP), gagal ginjal aku atau kronis, dan intoksikasi alkohol. 4). Alkalosis metabolic Disritmia jantung, diare, gagal jantung kongestif, sirosis, dan sindrom nefrotik. c. Riwayat Penyakit Keluarga



6



1). Asidosis respiratorik Asma, miastenia gravis, kifoskoliosis, dan obesitas yang berlebihan. 2). Alkalosis respiratorik Tumor otak, pneumonia, asma, dan gagal jantung kongestif. 3). Asidosis metabolic Diabetes melitus, gagal ginjal akut atau kronis. 4). Alkalosis metabolic Gagal jantung kongestif. d. Pemeriksaan Fisik 1). B1 (Breath) RR Abnormal, sianosis, dispnea, hiperkapnia, hipoksia, hipoksemia, takikardia, gelisah, bradipnea, perubahan kedalaman pernapasan, fase ekspresi memanjang, pernapasan bibir mencucu, penggunaan otot bantu pernapasan. 2). B2 (Blood) Sianosis, CRT > 3dtk, parestesia, penurunan nadi, perubahan td, warna yang tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan, aritmia, bradikadia, takikardia, kelitihan, distensi vena jugularis, murmur, dispnea, penurunan nadi perifer, bunyi jantung S3 dan S4, ansietas,gelisah, kelelahan pada saat aktivitas, takipnea, bardipnea, TD dan nadi yang abnormal karena aktifitas. 3). B3 (Brain) Perubahan prilaku, penurunan tingkat kesadaran, perubahan pola napas, pusing, sakit kepala, mual, muntah, gelisah, kejang. 4). B4 (Bladder) Pembentukan HCO3, ginjal meningkat, ginjal menurun, kadar elektrolit serum menurun. 5). B5 (Bowel) Output cairan melalui anus menurun, perubahan kadar elektrolit, membran mukosa kering, TD menurun, nadi cepat, turgor kulit buruk,



7



haus, kelemahan, mual, muntah, enggan untuk makan, asupan makan tidak adekuat. 6). B6 (Bone) PH albumin menurun, albumin mudah berikatan dengan Ca2+ , kejang, spasitas otot. 2.4 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah arteri. 2. Ketidakefektifan



pola



napas



b.d



hiperventilasi



(atau)



sindrom



hipoventilasi. 3. Kekurangan volume cairan b.d pengeluaran aktif sekunder akibat diare. 2.5. Intervensi Keperawatan No



Diagnosa



NOC



. 1.



Keperawatan Ketidakefektifan perfusi



jaringan



perifer



b.d



NIC  Jelaskan



- Mengurangi



semua



kecemasan dan lebih



prosedur yang akan



kooperatif.



dilaksanakan.



penurunan aliran  Latihan



tersebut  Ajarkan pasien untuk



darah arteri



sirkulasi



membantu



melakukan



latihan



kolateral pada tungkai



buergerallen



pasien.



ehari,



 Untuk



meningkatkan



sirkulasi



pada



ekstremitas  Untuk



tinggikan



ekstremitas yang sakit lebih



tinggi



2 menit.



pada  Ajarkan



ekstremitas



bawah



pasien.



melakukan pada



mengurangi



resiko kerusakan kulit. yang dapat dipalpasi



untuk ambulasi



tingkat



dapat



yang



ditoleransi



pasien



 Denyut nadi perifer  Tinggikan



8



dari



jantung tahan selama



meningkatkan



sirkulasi



 Untuk



2xs



bagian



kepala tempat tidur



dan



kuat



pasien 30o .



an  Ubah



mengindikasik



aliran arteri yang baik.



posisi



pasien



setiap 2 jam.  Cek



frekuensi



nadi



perifer pasien setiap 4 2.



Ketidakefektifan



jam.  Jelaskan



 Mengurangi



semua



pola napas b.d



kecemasan dan lebih



prosedur



hiperventilasi



kooperatif.



dilakukan



atau



sindrom  Mempertahankan



Hipoventilasi



program



 Mempertahankan



 Lakukan



pernapasa adekuat



program



pengobatan



 Meningkatkan



 Posisikan pari-



pasien



dengan posisi fowler  Monitor



paru  Mengetahui



akan



 Berikan oksigen sesuai



oksigen arteri



pengembangan



yang



status



pernapasan



jumlah



pernapasa. Penggunaan otot bantu pernapasan,



tanda-



tanda



warna



vital,



kulit, AGD



3.



 Mengurangi



kekurangan volume b.d aktif



cairan



pengeluaran sekunder



akibat diare



 Jelaskan



semua



kecemasan dan lebih



prosedur yang akan



kooperatif.



dilakukan.



 Memenuhi kebutuhan makan dan minum  Menurunkan pergerakan usus dan



9



 Berikan makanan dan cairan.  Berikan



pengobatan



seperti antidiare dan



muntah



antimuntah.



 Takikardia,



dispnea



atau hipotensi dapat mengindikasik kekurangan



an volume



 Pantau dan catat TTV setiap 2 jam.  Kaji turgor kulit dan membrane



mukosa



cairan



atau



mulut setiap 8 jam



ketidakseimba



ngan



 Ukur dan catat setiap



elektrolit



4



 Untuk



memeriksa



dehidrasi. dan



kebutuhan cairan dan elektrolit



BAB III TINJAUAN KASUS



10



BUN,



elektrolit, hematokrit,



dan hemoglobin.



 Menentukan kehilangan



jam:



3.1 Pengkajian 3.1.1 Pengumpulan Data 1. Identitas Klien adalah seorang ibu dan nenek bernama “Ny.S” usia 68 tahun, beragama Islam. Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Klien adalah anak pertama dari lima bersaudara dengan satu adik laki-laki, satu adik perempuan, dan dua adik perempuan lagi tetapi sudah meninggal karena sakit. Klien tinggal didaerah Surabaya bersama suami dan cucu perempuannya.Status sosial ekonomi klien sebagai istri dari purnawirawan. Klien MRS di ICU IGD RUMKITAL Dr. Ramelan pada tanggal 17 Juli 2013 pukul 01.00 WIB dengan Chronic Kidney Disease (CKD) dengan Asidosis metabolik. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Klien mengatakan sesak. b. Riwayat Kejadian Berdasarkan ananmesa yang didapatkan dari anak klien, klien mengatakan sesak dan dadanya nyeri tembus sampai belakang. Klien kelelahan menjaga suaminya yang MRS akibat kecelakaan dan selalu terpikir anaknya yang satu setengah bulan yang lalu meninggal dunia akibat kecelakaan pula. Menurut keterangan dari anaknya, klien sudah merasa sakit tetapi tidak dirasakan sampai suaminya KRS. Setelah satu minggu suami klien dirumah sepulang dari KRS, klien merasa sesak dan mengutarakan hal itu kepada anaknya, anak klien segera membawa ke rumah sakit dekat rumah. Klien diadvis untuk rawat jalan. Dua hari rawat jalan klien tetap merasa sesak dan sakit di dadanya semakin parah. Akhirnya anak klien memutuskan untuk membawa klien ke RUMKITAL Dr.Ramelan Surabaya.



11



Berdasarkan anamnesa yang didapatkan dari klien bahwa klien mengatakan sudah merasa sesak sejak lima hari yang lalu tepatnya tanggal 11 Juli 2013, klien mengatakan sudah memeriksakan diri ke RS dekat rumah tetapi sesaknya kambuh lagi dan dirasakan semakin parah, klien mengatakan langsung diantar anaknya ke RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya. Klien datang ke IGD tanggal 16 Juli 2013 pukul 22.30 WIB dengan menggunakan mobil pribadi diantar oleh anaknya. Pada saat di IGD, klien langsung dibawa ke P1 dilakukan pemeriksaan dan didapatkan data bahwa: 1). GCS 4-5-6 2). Kesadaran compos mentis 3). Pemeriksaan tanda – tanda vital saat di IGD didapatkan bahwa Tekanan darah : 155/80mmHg Nadi : 89x/menit, RR : 46x/menit, Suhu: 360C SpO2: 90%. 4). Pada pemeriksaaan fisik, didapatkan bunyi jantung S1S2tunggal, suara napas vesikuler, pada pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus (+) 25x/menit, tidak ada nyeri tekan, akral hangat, tidak ada edema. 5). Dari hasil laboratorium dan EKG didapatkan diagnosa medis CKD dengan asidosis metabolik. Klien dikonsulkan oleh dokter IGD 6). Klien mendapatkan terapi Infus D5 + Insulin 10 I.U 10 tpm, drip Nabic 50 mEq/50cc/1jam, Injeksi ceftriaxon 2 gr/iv. 7). Setelah observasi penuh dalam ± 3 jam di P1 IGD, pada pukul 01.00 WIB klien dipindah ke ICU . Klien pindah ruangan untuk menerima perawatan



dan pemantauan



intensif



ketidakseimbangan asam-basa. 3. Riwayat Penyakit Dahulu



12



dalam



memulihkan



keadaan



Klien mengatakan tidak mengetahui jika menderita DM, klien tidak pernah mengecek gula darahnya, klien juga tidak pernah dirawat di RS sebelumnya. 4. Riwayat Alergi Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat, makanan maupun pada debu terbukti saat menjalani ceftriaxone skin test tidak ada kemerahan atau ruam pada kulit daerah skin test. 5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum Keadaan umum klien lemah dengan berat badan klien 78 kg dan tinggi badan 158 cm. Kesadaran klien adalah compos mentis, GCS 4-5-6. Pada klien didapatkan pemeriksaaan tanda – tanda vital yaitu tekanan darah: 150/69 mmHg, nadi: 89x/menit, RR: 30x/menit, suhu: 36,3 oC. b. Airway Berdasarkan pengkajian didapatkan jalan napas paten, pada pemeriksaan inspeksi daerah pernapasan ditemukan tidak ada penumpukan sputum, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada retraksi klavikula. c. Breathing Pada klien terdapat pergerakan dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas, bentuk dada normochest, pola napas Kussmaul. Pada pemeriksaan palpasi paru didapatkan irama napas yang reguler, nilai RR: 30x/menit, tidak ada batuk. Pada pemeriksaan perkusi, daerah paru didapatkan suara sonor.Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan suara napas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan. Klien menggunakan alat bantu nafas O2 masker dengan aliran 10 lpm. Cek BGA dengan hasil : 1). pH: 6,986 2). PO2 : 196 3). PCO2: 12,7 4). TCO2: 6,7 5). HCO3- : 3,1



13



6). Beb: -22,0 7). Beecf: -23,9 8). SBC 14,6 9). SO2: 99%; O2 ct: 10,8 ml/dl d. Circulation Pada pemeriksaan sirkulasi klien di dapatkan inspeksi jantung tidak tampak ictus cordis, tidak ditemukan edema perifer maupun sentral.Pada pemeriksaan palpasi ditemukan perabaan ictus cordis di intercostal ke-5, irama nadi reguler, kekuatan pulsasi denyut jantung lemah, CRT < 2 detik. Pada pemeriksaan perkusi jantung didapatkan batas jantung yang normal yaitu batas kanan atas di intercostal-2 linea para sternalis dextra, batas kanan bawah di intercostal ke-4 linea para sternalis Neurologi, pada pemeriksaan status neurologi didapatkaN pemeriksaan nervus kranialis yaitu : 1). Nervus I (olfaktorius) terkaji baik dan normal tidak ada gangguan penciuman 2). Nervus II (optikus) terkaji normal 3). Nervus III (okulomotorius) didapatkan reflek pupil (+) dan pupil isokor di kedua mata, klien dapat melihat kearah atas dalam dan kearah bawah luar 4). Nervus IV (trokhlearis) didapatkan kedudukan mata normal, klien dapat melihat kearah bawah 5). Nervus V (abdusen) didapatkan klien bisa melihat kearah lateral abduksi. 6). Nervus VI (trigeminus) didapatkan otot maseter dan temporal teraba kuat 7). Nervus VII (fasialis) didapatkan dari wajah klien simetris 8). Nervus VIII (vestibulokoklearis) pendengaran terkaji baik tetapi keseimbangan tidak terkaji karena klien membutuhkan istirahat 9). Nervus IX (glosofaringeus) dan nervus X (vagus) terkaji baik dan normal



14



10)



Nervus



XI



(aksesorius)



klien



didapatkan



otot



sternokleidomastoideus teraba kuat, nervus XII (hipoglosus) terkaji baik dan normal. e. Perkemihan Pada pemeriksaaan perkemihan didapatkan inspeksi klien terpasang folley kateter, produksi urin ± 290 ml dalam 24 jam (oliguri : < 400cc/24 jam), warna urin kuning pekat keruh, pemeriksaan palpasi ginjal tidak teraba. f. Pemeriksaan Penunjang 1). Rekam EKG tanggal 16 Juli 2013 jam 23.10 2). Sinus Rhytm, HR : 100 bpm, PR interval : 74 ms, QRS Dur : 144 ms, QT/QTC : 490/640 ms, PRT axes : -65 101 -64 g. Hasil laborator Hasil laboratorium tanggal 16 – 17 Juli 2013 sebagaiberikut: Hasil laboratorium pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) dengan asidosis metabolik pada tanggal 16-17 Juli 2013 di Ruang Intensive Care Unit RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.



15



No Tanggal . 1. 16-07-13



Pemeriksaan



Hasil



Nilai normal



6,986



7,35 – 7,45



- PCO2



12,7



35 – 45



- PO2



196



80 – 100



- TCO2



6,7



- HCO3-



3,1



22 – 26



- BEb



-22,0



-3 – 3



- BEecf



-23,9



- %SO2



99



90 – 100%



- GDA



129



76 –110mg/dl



- BUN



mg/



10 – 24mg/dl



BGA:



23.00 WIB - pH



Kimia Klinik:



- Creatini



0,5 – 1,5 mg/dl



ne Serum



135 – 145



- Na



mmol/L



-K dl



- Cl Hematologi



137



- Leukosit



,24



- Hemoglobin



16,



- Hct



60



Trombosit 132 ,8 8,0 0 104 12, 9x 103 7,4 22 274 x 2.



17-07-13



BGA:



06.13



- pH



WIB



7,09



7,35 – 7,45



- PCO2



19,6



35 – 45



- PO2



194



80 – 100



16



h. PemberianTerapi 1). Terapi tanggal 17 Juli 2013 2). Injeksi extra lasix 1 amp/iv jam 06.00 3). Infus NS 100 cc + Nabic 100 mEq 10-12tpm 4). O2 masker 10lpm 5). Jika sesak berkurang, advis O2 nasal kanul 3lpm 6). Infus D5 + Insulin 10 I.U 10tpm 7). Injeksi ceftriaxon 2x1 gr/iv(12,24) 8). Kalitake 3 x 1 sachet(12,18,6) 3.2 Analisis Data Analisis Data Asuhan Keperawatan Kritis pada Klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)dengan Asidosis Metabolik pada tanggal 17 Juli 2013 di Ruang Intensive Care Unit RUMKITAL Dr. RamelanSurabaya. No 1. DS :



Data



 Klien



mengatakan



Etiologi Faktor yang menghambat fungsi nefron



sesak napas. DO :  Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan



penurunan fungsi nefron di glomerulus



sebagaiberikut:  TD: 150/69 mmHg  HR: 89, pulsasi teraba lemah,



Kerusakan pada nefron di glomerulus



iramareguler  RR:



30x/menit,



17



Masalah Ketidakefektifan pola napas



suara



Destruksi struktur



napasvesikuler,



ginjal



 T:36,3oC



 Pola napas Kussmaul  Pemeriksaan



Penurunan GFR



BGA didapatkan sebagaiberikut:  pH



6,986



 PO2



196



 PCO2



12,7



 HCO-



3,1



 BE



-22



Kegag alan ginjal dalam mempertahankan metabolisme



Peningkatan toksikuremik dalamdarah



Sindrom Uremik



Respon Asidosis Metabolik



Sesak napas Napas cepat dan dalam



18



2.



(Kussmaul) Faktor yang



DS : Klien mengatakan susah



menghambat fungsi



BAK, jika bisa BAK



nefron



keluarnya hanya sedikit. DO :



penurunan fungsi



 Oliguria: Up kateter ±



nefron di glomerulus



290 cc/24jam  Asidosis



Metabolik



dengan



peningkatan



kalium, penurunan



pH



Kerusakan pada nefrondi glomerulus



dan bicarbonat,



Destruksi struktur ginjal Penurunan



Anemia, Peningkatan:



GFR



BUN,



serum kreatinin



Kegagalan



 PemeriksaanBGA



ginjal dalam keseimbangan



didapatkan sebagaiberikut:  Hb



7,4



 pH



6,986



 PO2



196



 PCO2 12,7



cairan dan elektrolit



Peningkatan toksik uremik dalam darah



 HCO -3,13  BE



-22



 KimiaKlinik:  BUN



Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit



137,24



19



Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Renal



 Kreatinin Serum1



Kerusakan nefron



6,60  Na 132,8



Penurunan







pertukaran sel



Ginjal gagal mengeluarkan sisa metabolisme



Oliguri



3



DS :



Faktor yang



Klien mengatakan



tidak



menghambat fungsi



ada keluhan.



nefron



DO :



(DM yang tidak



 Pemeriksaan



terkontrol)



tanda



tanda



vital.



didapatkan



sebagai penurunan fungsi



berikut:



nefron di



TD: 150/69 mmHg



glomerulus



HR: 89, pulsasi teraba lemah, irama reguler RR:



30x/menit,



suara



napas vesikuler,



Kerusakan pada



T: 36,3oC Keadaan



nefron di umum



klien



glomerulus



lemah. 20



Risiko Ketidakstabilan glukosa darah



 GDA : 129 mg/dl Destruksi struktur



(Hipergli



ginjal



kemia) Cek ulang: 



GDA : 34 (hipoglikemi)



Penurunan GFR



mg/dl



Kegagalan ginjal dalam mempertahankan metabolisme



Peningkatan toksik uremik dalam darah Sindrom Uremik Respon endokrin Gangguan metabolisme glukosa dan lemak GDA : 129 mg/dl (Hiperglikemia) Cek ulang: GDA : 34 mg/dl (hipoglikemi)



21



Ketidakstabilan glukosa darah



3.3 DiagnosaKeperawatan Dari analisis data yang telah didapatkan maka diperoleh proritas masalah keperawatan sebagai berikut: 1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan respon asidosis metabolik. 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan renal berhubungan dengan kerusakan nefron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisametabolisme. 3. Risiko ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan pemantauan glukosa



darah



yang



tidak



adekuat



dan



kurangnya



rencana



penatalaksanaan. 3.4 Rencana Keperawatan Adapun rencana keperawatan dari setiap diagnosa yang sudah ditegakkan yaitu sebagai berikut: 1. Diagnosa Keperawatan 1: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan respon asidosismetabolik. N Diagnosa O Keperawatan 1 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan respon asidosismetabolik



Tujuan /Kriteria



Rencana Tindakan



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola napas efektif dengan Kriteria hasil : 1). RR dalam batas normal(16-24x/menit)



1. Monitoring



2). Jalan napas paten, suara napas vesikuler, pola napas normal, irama



napas klien.



22



respiratory rate dan status O2 tiap jam. 2. Monitoring pola 3. Pertahankan jalan



nafas reguler, tidak ada suara napastambahan.



napas paten 4. Auskultasi suara napas tambahan tiap jam. 5. Monitoring/korek si dan cek BGA ulang. 6. Jalankan O2 sesuai advis dokter. 7. Jalankan terapi sesuai advis dokter seperti: a. Nabic b. Insulin c. Lasix d. Ceftriaxon



2. Diagnosa Keperawatan 2: Ketidakefektifan perfusi jaringan renal berhubungan dengan kerusakan nefron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme. N Diagnosa Keperawatan o 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan renal berhubungan dengan kerusakan nefron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme.



Tujuan /Kriteria



Rencana Tindakan



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer menjadi efektif dengan



1. Pantau



kriteriaHasil : 1. Klien dapat BAK 2. Klien dapat



23



dan



dokumentasikan asupan haluaran



dan klien



setiap jam hingga haluaran



lebih



dari 30 ml/jam,



mempertahankan jumlah urin dalam batas normal 3. Klien dapat mempertahankan stabilitas hemodinamik.



kemudian setiap 2 hingga 4 jam.. 2. Dokumentasikan warna



dan



karakteristik urin klien.



Laporkan



semua perubahan yang terjadi. 3. Pantau



adanya



edema pada area tergantung



pada



klien. 4. Monitoring/korek si BGA ulang 5. Monitoring



data



laboratorium (BUN dan serum kreatinin). 4. Monitoring/koreks i BGA ulang 5. Monitoring data laboratorium (BUN dan serum kreatinin). 6. Jalankan terapi sesuai advis dokter. 7. Observasi respon terhadap pengobatan.



24



3. Diagnosa Keperawatan 3: Risiko ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat dan kurangnya rencana penatalaksanaan. N o 1



Diagnosa Keperawatan Risiko ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat dan kurangnya rencana penatalaksanaan.



Tujuan /Kriteria



Rencana Tindakan



Setelah dilakukan 1. Observasi asuhan keperawatan keadaan umum selama 3x24 jam diharapkan glukosa pasien (lelah, darah pasien stabil / baik, lemah, risiko tidak tejadi. dengan kriteria Hasil: sedang, pucat, 1. GDA dalam akral hangat. batas normal (76-110mg/dl) 2. Observasi dan 2. 2 jpp dalam batas pantau faktor normal (80-125 mg/dl) yang 3. Hasil tanda-tanda mengakibatkan vital dalam rentang normal. ketidakstabilan glukosa



darah



(meliputi



aturan



makan



dan



penggunaan insulin). 3. Pantau



glukosa



darah dengan cek GDA ulang. 4. Observasi tandatanda vital. 5. Jalankan



terapi



dari



advis



dokter/sesuai advis dokter.



25



3.5 Pembahasan Analisa Data Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massaginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas. Pada klien Ny. S, analisis data dapat dijelaskan bahwa terdapat tiga masalah yaitu ketidakefektifan pola napas, ketidakefektifan perfusi jaringan renal, risiko ketidakstabilan glukosa darah yang ketiganya didasarkan pada etiologi yang sama



melalui



faktor



yang



menghambat fungsi nefron.



Akibatnya terjadi sindrom uremik yang menimbulkan respon asidosis metabolik sehingga klien mengalami sesak napas, oliguri akibat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan ketidakstabilan glukosa darah akibat gangguan metabolisme dan lemak oleh ginjal. 3.6 Pembahasan Diagnosis keperawatan Pada klien Ny. S terdapat 3 diagnosis keperawatan saja yang terjadi pada klien.Secara teori pada tinjauan pustaka terdapat 12 diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami CKD dengan asidosis metabolik.Dari diagnosis keperawatan diatas pada tinjauan pustaka tidak semua terjadi pada tinjauan kasus. Diagnosis keperawatan pada tinjauan kasus yaitu :



26



1. Ketidakefektifan



pola



napas



berhubungan



dengan



respon



asidosismetabolik. 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan renal berhubungan dengan kerusakan nefron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisametabolisme. 3. Risiko ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat, tidak menerima diagnosis, tidak mematuhi rencana penatalaksanaan, kurangnya rencanapenatalaksanaan. Diagnosis ini di dukung oleh tanda dan gejala pada klien yaitu terdapat pola napas kussmaul (pernapasan cepat dan dalam) dengan frekuensi 30x/menit. Hasil BGA, angka BE sangat asam. Hal ini dikarenakan komplikasi dari CKD yang menyebabkan asidosis tubulus renal sehingga ginjal gagal dalam usaha untuk membuang asam dalam tubuh melalui urin yang kemudian tercampur kembali dalam darah sehingga klien melakukan napas cepat dan dalam untuk mengeluarkan CO2sebagai kompensasi untuk mengurangi keasaman dalam darah . Keluhan utama klien adalah sesak, dimana hasil dari BGA didapatkan pH yang rendah dan peningkatan keasaman pada BE dan terjadi asidosis metabolik yang memberikan dampak klinis berupa pernapasan yang cepat. Berdasarkan hasil tersebut, penulis mengambil diagnosis ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan respon asidosismetabolic Adapun alasan dalam mengambil tiga diagnosis tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan respon asidosis metabolik. 2. Ketidakefektifan kerusakan



perfusi



nefron



jaringan



sehingga



renal



tidak



berhubungan mampu



dengan



mengeluarkan



sisametabolisme.Diagnosis ini di dukung oleh tanda dan gejala pada klien yaitu terdapat oliguri dengan up kateter sekitar ±290 cc/24 jam, asidosis metabolik dengan peningkatan kalium, penurunan pH dan bikarbonat, anemia, peningkatan BUN dan serum kreatinin.



27



3. Risiko



ketidakstabilan



glukosa



darah



berhubungan



dengan



pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat dan kurangnya rencanapenatalaksanaan.Diagnosis ini di dukung oleh tanda dan gejala pada klien yaitu terdapat variasi kadar glukosa darah. Diagnosis ini di dukung oleh tanda dan gejala pada klien yaitu terdapat pola napas kussmaul (pernapasan cepat dan dalam) dengan frekuensi 30x/menit. Hasil BGA, angka BE sangat asam. Hal ini dikarenakan komplikasi dari CKD yang menyebabkan asidosis tubulus renal sehingga ginjal gagal dalam usaha untuk membuang asam dalam tubuh melalui urin yang kemudian tercampur kembali dalam darah sehingga klien melakukan napas cepat dan dalam untuk mengeluarkan CO2sebagai kompensasi untuk mengurangi keasaman dalam darah (Muttaqin, 2011). Keluhan utama klien adalah sesak, dimana hasil dari BGA didapatkan pH yang rendah dan peningkatan keasaman pada BE dan terjadi asidosis metabolik yang memberikan dampak klinis berupa pernapasan yang cepat. Berdasarkan hasil tersebut, penulis mengambil diagnosis ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan respon asidosismetabolic 3.7 Pembahasan perencanaan 1. Perencanaan Diagnosis Keperawatan 1 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan respon asidosis metabolik. Pada pasien CKD perlu dilakukan tindakan monitoring respiratory rate dan status O2 tiap jam, monitoring pola napas klien, pertahankan jalan napas paten, auskultasi suara napas tambahan tiap jam, monitoring/koreksi dan cek BGA ulang, pemberian O2 sesuai advis dokter, pemberian terapi sesuai advis dokter seperti: nabic, insulin, lasix, dan ceftriaxon (Muttaqin, 2011). 2. Perencanaan Diagnosis Keperawatan 2 Ketidakefektifan



perfusi



jaringan



renal



berhubungan



dengan



kerusakan nefron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme.



28



Pada pasien CKD perlu dilakukan tindakan pantau dan dokumentasikan asupan dan haluaran klien setiap jam hingga haluaran lebih dari 30 ml/jam, kemudian setiap 2 hingga 4 jam. Bila klien tidak memiliki riwayat penyakit ginjal, haluaran urin merupakan indikator yang baik untuk mengetahui perfusi jaringan, dokumentasikan warna dan karakteristik urin klien, laporkan semua perubahan yang terjadi. 3. Perencanaan Diagnosis Keperawatan 3 Risiko



ketidakstabilan



glukosa



darah



berhubungan



dengan



pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat, tidak menerima diagnosis, tidak



mematuhi



rencana



penatalaksanaan,



kurangnya



rencana



penatalaksanaan.Pada klien Ny. S direncanakan tindakan observasi keadaan umum klien (lelah, baik, lemah, sedang, pucat, akral hangat, dingin), observasi dan pantau faktor yang mengakibatkan ketidakstabilan glukosa darah (meliputi aturan makan dan pengguanaan insulin), memantau glukosa darah dengan cek GDA ulang, observasi tanda- tanda vital, jalankan terapi dari advis dokter/sesuai advis dokter.



29



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil kasus yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan klien dengan kasus (Chronic Kidney Disease) CKD dengan asidosis metabolic. Pada sistem circulation didapatkan kondisi klien yang lemah akibat ketidakstabilan glukosa darah. Pada sistem perkemihan didapatkan keluhan susah BAK, dan jika bisa BAK keluarnyanya hanya sedIkit. Pada sistem abdomen didapatkan klien merasa mual tidakmuntah. Diagnosa keperawatan dengan masalah yang dialami oleh klien dimana diagnosa yang muncul diantaranya adalah ketidakefektifan pola



napas



berhubungan



dengan



respon



asidosis



metabolik,



ketidakefektifan perfusi jaringan renal berhubungan kerusakan nefron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme dan Risiko ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat, tidak menerima diagnosis, tidak mematuhi



rencana



penatalaksanaan,



kurangnya



rencana



penatalaksanaan. 4.2 Saran 1. Bagi Rumah Sakit, untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien kasus (Chronic Kidney Disease) CKD dengan asidosismetabolik. 2. Bagi Institusi pendidikan, kiranya lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan menambah literatur/referensi untuk kelengkapanperkuliahan.



30



DAFTAR PUSTAKA Asmadi. (2009). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Kowalak, Jennifer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala.(2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin, Arif.(2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika. Saputra, Lyndon. (2011). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perawat Dan Paramedis. Tillwell, Susan B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah.(2011).



Kebutuhan Dasar Manusia



dan Proses Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.