Asuhan Keperawatan Pada Pasien Laringitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LARINGITIS Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Kuliah Keperawatan



Disusun Oleh HONI MUJAYANAH



PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2015



BAB I LANDASAN TEORITIS



A. DEFINISI Laringitis merupakan inflamasi laring yang terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajan terhadap debu, bahan kimia lainya atau sebagai bagian dari infeksi saluran napas atas. (suddart & Brunner, KMB vol.1, edisi 8, 2001). B. PEMBAGIAN LARINGITIS Laryngitis terbagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. Laryngitis akut 2. Laryngitis kronik 3. Laryngitis tuberculosis  Laryngitis akut adalah merupakan lanjutan dari rinofaringitis akut atau manifestasi dari radang saluran nafas atas dan pada anak dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas dengan cepat karena rima glotisnya relative lebih sempit.  Laringitis kronik adalah merupakan inflamasi yang menahun dan yang disebabkan oleh non spesifik dan spesifik.  Laryngitis tuberculosis adalah merupakan inflamasi laring yang disebabkan oleh tuberculosis paru yang setelah di obati tuberculosis paru sembuh namun laring tuberculosis nya menetap. C. ANATOMI FISIOLOGI Laring berada di depan dan sejajar dengan vetebre cervical 4 sampai 6, bagian atasnya yang aka melanjutkan ke faring berbentuk seperti bentuk limas segitiga dan bagian bawahnya yg akan melanjutkan ke trakea berbentuk seperti sirkular. Laring dibentuk oleh sebuah tulang yaitu tulang hioid di bagian atas dan beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf„U‟, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Saat menelan, konstraksi otot-otot (M.sternohioid dan M.Tirohioid) ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membantu menggerakan lidah. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago tiroid, krikoid, aritenoid, kornikulata, kuneiform, dan epiglotis. Kartilago tiroid, merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang. Tulang rawan ini berbentuk



seperti



kapal,



bagian



depannya



mengalami



penonjolan



membentuk



“adam‟sapple”dan di dalam tulang rawan ini terdapat pita suara, dihubungkan dengan



kartilago krikoid oleh ligamentum krikotiroid. Kartilago krikoid terbentuk dari kartilago hialin yang berada tepat dibawah kartilago tiroid berbentuk seperti cincin signet, pada orang dewasa kartilago krikoid terletak setinggi dengan vetebra C6 sampai C7 dan pada anak-anak setinggi vetebra C3 sampai C4. Kartilago aritenoid mempunyai ukuran yang lebih kecil, bertanggung jawab untuk membuka dan menutup laring, berbentuk seperti piramid, terdapat 2 buah (sepasang) yang terletak dekat permukaan belakang laring dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, sendi ini disebut artikulasi krikoaritenoid Sepasang kartilago kornikulata atau bisa disebut kartilago santorini melekat pada kartilago aritenoid di daerah apeks dan berada di dalam lipatan ariepiglotik. Sepasang kartilago kuneiformis atau bisa disebut kartilago wrisberg terdapat di dalam lipatan ariepiglotik , kartilago kornikulata dan kuneiformis berperan dalam rigiditas dari lipatan ariepiglotik. Sedangkan kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral. Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi. Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk kedalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan. Terjadi penutupan aditus laring ialah akibat karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otototot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilogo aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi m.tiro-aritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter. Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago arritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik. Selain itu dengan reflex batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan. Fungsi respirasi dan laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glottis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain. Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh



peregangan plica vokalis. Bila



plica vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan



merotasikan kartilago tiroid kebawah dan kedepan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. Krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada. D. ETIOLOGI  Bakteri : bakteri haemophilus influenza, stafilokok, steptokok, pneumokokdan virus (laryngitis akut).  Non spesifik : rangsangan fisik oleh penyalahgunaan suara, rangsangan kimia, asap rokok, (factor eksogen ), bentuk tubuh, kelainan metabolic, (factor endogen) dan spesifik : tuberculosis dan sifilis. Laryngitis kronik).  Tuberculosis paru yang menetap. E. FAKTOR PRESDIPOSISI  Perubahan cuaca / suhu.  Gizi kurang / mal nutrisi.  Imunisasi tidak lengkap.  Pencapaian suara berlebihan ( ex; guru, pembawa acara, penyanyi dll ) F. MANIFESTASI KLINIS  Pada laringitis akut dan kronik terhadap gejala radang umum seperti  Demam.  Dedar ( malaise ).  Suara parau sampai tidak dapat bersuara sama sekali ( afoni ).  Nyeri ketika menelan atau berbicara  Rasa kering ditenggorokan.  Bauk kering yang kelamaan disertai dahak kenta.  Gejala sumbatan laring sampai sianosis. Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak terutama di atas dan bawah pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut di hidung, sinus para nasal atau paru.  Laryngitis tuberculosis  Demam  Keringat malam  Penurunan BB  Rasa kering  Batuk produktif  Hemoptysis  Nyeri menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan nyeri karena radang lainya.



 Keadaan umum buruk dan dapat timbul sumbatan jalan nafas karena edema, tuberkuloma atau paralisis pita suara. Ada 4 stadium yang terlihat pada laringoskop : 1. Stadium infiltrasi : dimana mukosa laring membengkak, hiperemis bagian posterior , dan pucat serta terbentuk tuberkel didaerah submukosa dan tampak bintik kebiruan. 2. Stadium ulserasi : dimana ulkus membesar , dangkal, dasarnya dittupi perkijuan dan terasa nyeri. 3. Stadium perikorditis : dimana ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilago arytenoid, dan epiglottis, dan terbentuk nanah yang berbau sampai skuester. 4. Stadium pembentuk tumor : dimana terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik. G. PENATALAKSANAAN  istirahat bicara atau bersuara  menghirup uap lembab  dan menghindari iritasi pada laring dan faring  untuk terapi medika metosa diberikan antibiotic dan diberikan kortiko steroid  pemeberian obat anti tuberculosis primer dan sekunder dan trakeostomi bila tmbul sumbatan jalan nafas. H. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan apusan dari laringuntuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residif. Pemeriksaan laboratorium basil tahan asam dari seputum atau bilasan lambung, foto thoraks menunjukan tanda proses spesifik paru, laringoskopi langsung atau tidak langsung. I. PATOFISIOLOGI Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanyan disertai



rinitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan



dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.



Inflamasi ini



akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.



J. Pohon masalah



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN KASUS Seorang pasien RS. M.jamil Padang bernama Nn.M berusia 35 tahun mengeluh suaranya hilang Nn.M ini sehari-hari bekerja sebagai penyanyi di klub. Awalnya Nn.M merasa tenggorokannya kering, nyeri ketika menelan dan berbicara serta batuk kering yang lama-kelamaan batuknya berdahak kental, disertai demam yang sudah berlangsung sekitar 3 minggu. Nn.M mengeluh tidak nafsu makan karena sakit ketika menelan, dan Nn.M susah tidur karena rasa gatal ditenggorokan disertai batuk  Pengkajian biodata Nama : Nn. M Usia : 35 th Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : penyanyi  Riwayat Penyakit sekarang



Klien mengeluh tenggorokannya kering, nyeri ketika menelan dan berbicara serta batuk kering yang lama-kelamaan batuknya berdahak kental serta klien mengeluh suaranya hilang disertai demam.  Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya  Pemeriksaan penunjang Hasil pemeriksaan laringoskopi menunjukkan pita suara yang meradang merah dan bengkak. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis Keadaan umum : tampak sakit berat Tekanan Darah : 120/80 mmHg Frekuensi Nadi : 84x/menit Frekuensi nafas : 35 x/menit Suhu : 380C Berat badan : 45 kg  Pola persepsi dan Manajemen kesehatan Klien merasa mungkin penyakitnya disebabkan karena menyanyi berjam-jam setiap malam, dan didukung kebiasaannya merokok.klien hanya tahu suaranya hilang karena batuk dan tidak terlalu paham akan penyebab lebih rinci.  Pola nutrisi dan metabolik Klien mengeluh nafsu makannya berkurang karena sakit saat menelan,sebelum sakit klien makan normal 3x sehari, saat sakit klien makan 3x namun dengan porsi kecil,dan tidak habis. Klien tetap berusaha banyak minum walau sulit menelan. Minum klien kirakira 6-7 gelas perhari. Klien mengalami penurunan berat badan dari 47 kg- 45 kg.  Pola eliminasi Pasien tidak mengalami gangguan dalam pola miksi dan defekasi. Klien tidak menggunakan alat bantu. Volume urin klien perhari sekitar 1000 ml .Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.  Pola aktivitas-latihan Klien nyeri pada tenggorokan dan kehilangan suaranya, aktivitas menyanyi terhenti,dan aktivitas sehari-hari di rumah terbatas.  Pola istirahat dan tidur



Klien mengalami kesulitan dalam tidur, karena batuk dan nyeri yang dirasakan pada tenggorokan yang menyebabkan ketidak nyamanan klien saat tidur. Klien tidur 5jam saat malam hari, dan tidak dapat tidur pada siang hari.  Pola konsep diri dan persepsi diri Klien mengalami kesulitan dalam berbicara karena gangguan suara yang dialami, mulai dari suara serak hingga hilangnya suara.  Pola kognitif- perseptual Pasien mengalami kegelisahan karena sakit tengggorokan yang dirasakan, yang terkadang membuat hilangnya suara klien, keadaan umum klien lemah.  Pola peran dan hubungan Klien mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, karena gangguan pita suara yang dialaminya, yang dalam kebanyakan kasus menyebabkan kehilangan suara sepenuhnya. Komunikasi klien dengan keluarga terhambat.  Pola reproduksi- seksual Klien belum menikah dan tidak mengalami gangguan lainnya.  Pola pertahanan diri dan toleransi stres klien mengalami stres karena tidak dapat melakukan aktivitas dan tidak dapat berkomunikasi seperti biasanya.  Pola keyakinan dan nilai Aktivitas ibadah klien terganggu dan tidak ada pantangan agama dalam pengobatan klien.  Pemeriksaan fisik Inspeksi : menunjukan pembengkaan , lesi asimetris Palpasi : menunjukan nyeri tekan pada inflamasi Auskultasi : suara ronchi pada paru karena ada penumpukan secret pada saluran pernapasan B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi berlebihan sekunder akibat inflamasi. 2. Nyeri b/d iritasi jalan napas atau sekunder akibat infeksi. 3. Kerusakan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan. 4. Perubahan status nutrisi kurang b/d terjadinya kurang nafsu makan (anoreksia).



C. PERENCANAAN



Diagnosa : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi berlebihan sekunder akibat inflamasi Tujuan : memelihara potensi jalan napas dan pembersihan jalan napas. Kriteria hasil : 1. pasien tidak merasakan kesulitan bernapas 2. tidak ada batuk 3. Mengeluarkan sputum dari jalan napas Rencana tindakan keperawatan : 1. Observasi ttv 2. Observasi secret yang keluar 3. Posisikan pasien pada posisi ventilasi yang maksimal 4. Lakukan fisioterapi dada 5. Berikan nebulizer 6. Berikan suction 7. instruksikan bagaimana batuk yang efektif 8. dengarkan suara pernapasan Rasional : 1. mengetahui perkembangan tanda-tanda vital 2. menentukan intervensi yang tepat 3. posisi semi fowler merupakan posisi yang memudahkan dalam pernapasan 4. untuk membantu merontokan secret 5. membantu mengencerkan secret 6. untuk mengluarkan secret dengan cara di hisap. 7. Untuk mengeluarkan secret dengan cara batuk 8. Untuk mengetahui ada tidaknya secret di saluran pernapasan.



Diagnose : Nyeri b/d iritasi jalan napas atau sekunder akibat infeksi Tujuan : agar rasa nyeri dapat berkurang Kriteria hasil : 1. Klien tidak mengeluh nyeri 2. skala nyeri turun / hilang Rencana tindakan keperawatan : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, 2. 3. 4. 5. 6.



frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi Observasi penyebab nyeri Ajarkan teknik distraksi relaksasi ( miss : menonton tv, mendengarkan music). Ajarkan cara massas di lokasi nyeri Lakukan kompres dingin pada lokasi nyeri Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic



Rasional : 1. Melakukan pengkajian nyeri secara lengkap memmbantu menentukan intervensi yang tepat 2. Mengetahui penyebab nyeri dapat membatu mengatasi penyebab nyeri 3. Teknik distraksi miss menonton tv atau mendengarkan music bisa mengalihakan perhatian pasien agar tidak merasakan nyeri. 4. Memberi kenyamanan pada area nyeri 5. Kompres dingin bisa menurunkan derajat nyeri 6. Pemberian analgesic bisa menurunkan atau menghilangakan nyeri. Diagnose keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan. Tujuan : agar cara kumunikasi lebih efektif dan terpelihara Kriteria hasil : 1. Klien tidak merasakan kesulitan berbicara 2. suara klien tidak serak Rencana tidakan keperawatan : 1. Pasien di instruksikan tidak mencoba berbicara, serta menghindari



pembicaraan



sedapat mungkin dan berkomunikasi dengan cara menulis bila memungkinkan. 2. Berikan pilihan cara berkomunikasi yang lain seperti papan dan pensil. 3. Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik, antisipasi kebutuhan. Rasional : 1. Renggangan pita suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna 2. Cara komunikasi yang lain dapat mengistirahatkan laring untuk komunikasi secara verbal sehingga dapat meminimalkan penggunaan pita suara. 3. Sentuhan di yakini untuk memberikan peristiwa kopleks biokimia dengan kemungkinan pengeluaran endokrin yang menurun asietas. Diagnose keperawatan : Perubahan status nutrisi kurang b/d terjadinya kurang nafsu makan (anoreksia). Tujuan : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Kriteria hasil : 1. Nafsu makan meningkat 2. tidak merasakan lemas



Rencana tindakan keperawatan : 1. Lakukan oral hygiene 2. Sajikan makanan selagi masih hangat 3. Berikan makanan yang mudah di cerna 4. Berikan lingkungan yang nyaman saat makan 5. Berikan makanan sedikit tapi sering 6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat. Rasional : 1. Memberi kenyamanan pada mulut 2. Makanan yang hangat dapat meningkatkan nafsu makan 3. Mempermudah makanan masuk 4. Lingkungan yang nyaman meningkatkan nafsu makan 5. Makanan sedikit tapi sering membantu kubutuhan nutrisi tubuh 6. Menentukan nutrisi yang masuk ke pasien itu cukup dan menentukan makanan yang tepat bagi pasien. D. IMPLEMENTASI Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat E. EVALUASI Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menurus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. (Lismidar, 1990 : 68).



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddart, edisi 8 vol.1. keperawatan medical bedah , EGC, Jakarta, 2001. Lynda Juall Carpenito.2000. Buku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Ketiga Edisi Kedua. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Marilyn E. Dongoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC. http://www.academia.edu diakses tanggal 14 maret 2015 http:// www.scribd.com diakses tanggal 14 maret 2015