Asuhan Keperawatan Pre Diabetes Mellitus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PRE DIABETES MELLITUS Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan DM 1



Dosen Pengampu : Ns. Harmilah,S. Pd. S.Kep, M.Kep, Sp. MB



Disusun Oleh : 1. Hima Yunita



P07120218004



2. Purwanti Nurindah Sari



P07120218027



3. Pascana Kurnia An-Nafisati



P07120218041



4. Agusta Adhie Pradana



P07120218048



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA 2020



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan metabolisme, karbohidrat, protein, dan lemak. Hal ini diakibatkan oleg kurangnya sensitivitas otot ataupun jaringan terhadap insulin, yang disebut dengan resistensi insulin atau pun oleh kurangnya hormon insulin atau disebut dengan defisiensi insulin (Guyton & Hall, 2007). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Syahbudin, 2009). Bahaya diabetes sangat besar dan dapat memungkinkan penderita menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki, dan banyak komplikasi serius, serta menyebabkan tingkat kematian tinggi. Penderita DM menghadapi bahaya setiap harinya karena kadar gula darah yang tidak terkontrol. Glukosa darah mengandung kadar yang berubah-ubah sepanjang hari terutama pada saat makan dan beraktifitas. Diabetes Mellitus adalah salah satu bagian dari penyakit tidak menular. Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah akibat gangguan pada pankreas dan insulin. Empat jenis penyakit tidak menular utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskulair (Penyakit Jantung Koroner dan Stroke), Kanker, Penyakit Pernafasan Kronis (Asma Dan Penyakit Paru Obstruksi Kronis), dan Diabetes Mellitus (Depkes, 2012). Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal namun belum dikategorikan ke diabetes tipe 2. Meski demikian, penderita prediabetes bisa mengalami diabetes tipe 2 jika tidak segera mengubah gaya hidupnya. Tercatat kenaikan populasi prediabetes dari 11.6% pada tahun 2003 menjadi 35.3% pada tahun 2011. Sebanyak 36.2% orang dewasa di Amerika Serikat dan 50.1% di Cina tergolong ke dalam kelompok prediabetes.[2-5] Tidak jarang pasienpasien dengan status prediabetes mendapatkan intervensi nonfarmakologis dan farmakologis. Hal ini dapat bermanfaat mengurangi angka DM dan komplikasinya, tetapi juga dinilai dapat menyebabkan overdiagnosis dan overterapi serta membuat pasien terpapar efek samping obat yang tidak diperlukan.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pasien dengan pre diabetes 2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu memperoleh gambaran dan mampu menjelaskan tentang : a. Pengertian pre dm b. Etiologi pre dm c. Tanda dan gejala pre dm d. Patofisologi dan pathway pre dm e. Penatalaksanaan pre dm f. Konsep asuhan keperawatan pre dm g. Asuhan keperawatan pre dm C. Manfaat Manfaat yang diperoleh adalah mahasiswa mampu memahami tentang : a. Pengertian pre dm b. Etiologi pre dm c. Tanda dan gejala pre dm d. Patofisologi dan pathway pre dm e. Penatalaksanaan pre dm f. Konsep asuhan keperawatan pre dm g. Asuhan keperawatan pre dm



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian pre dm Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal namun belum dikategorikan ke diabetes tipe 2. Meski demikian, penderita prediabetes bisa mengalami diabetes tipe 2 jika tidak segera mengubah gaya hidupnya. Tercatat kenaikan populasi prediabetes dari 11.6% pada tahun 2003 menjadi 35.3% pada tahun 2011. Sebanyak 36.2% orang dewasa di Amerika Serikat dan 50.1% di Cina tergolong ke dalam kelompok prediabetes.[2-5] Tidak jarang pasien-pasien dengan status prediabetes mendapatkan intervensi nonfarmakologis dan farmakologis. Hal ini dapat bermanfaat mengurangi angka DM dan komplikasinya, tetapi juga dinilai dapat menyebabkan overdiagnosis dan overterapi serta membuat pasien terpapar efek samping obat yang tidak diperlukan. B. Etiologi pre dm Prediabetes terjadi saat gula (glukosa) mulai menumpuk dalam aliran darah karena tubuh tidak bisa mengolahnya dengan baik. Glukosa berasal dari makanan, dan akan masuk ke aliran darah saat makanan dicerna. Agar glukosa bisa diolah menjadi energi, tubuh membutuhkan bantuan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Pada penderita prediabetes, proses tersebut terganggu. Glukosa yang seharusnya masuk ke sel tubuh untuk diolah menjadi energi, semakin menumpuk di aliran darah. Hal tersebut terjadi karena pankreas tidak banyak menghasikan insulin, atau karena resistensi insulin, yaitu ketika sel tubuh tidak bisa memanfaatkan insulin dengan seharusnya. Jika kondisi ini terus berlanjut, kadar gula dalam darah akan terus meningkat, sehingga penderita prediabetes akan terserang diabetes tipe 2. Faktor risiko pada prediabetes sama seperti faktor risiko pada diabetes tipe 2. Hal ini karena umumnya penderita diabetes tipe 2 sebelumnya mengalami kondisi prediabetes. Faktor risiko tersebut, antara lain:



a. Berusia di atas 45 tahun. b. Terlalu banyak mengonsumsi soda, makanan kemasan, daging merah dan minuman manis. c. Merokok. d. Aktivitas fisik kurang. e. Hipertensi. f. Kolesterol tinggi. g. Berat badan lahir rendah. h. Obesitas. i. Menderita diabetes saat kehamilan (diabetes gestasional). j. Menderita PCOS.



C. Tanda dan gejala pre dm Prediabetes umumnya tidak menunjukkan gejala tertentu. Meski demikian, agar dapat lebih waspada, seseorang yang kadar gula dalam darahnya melebihi batas normal harus mengetahui gejala pada penderita diabetes tipe 2, seperti: a. Mudah lelah. b. Penglihatan menjadi kabur. c. Sering merasa haus dan lapar. d. Lebih sering buang air kecil. e. Berat badan menurun.



D. Patofisiologi dan Pathway Pre dm



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRE DIABETES MELLITUS 1. PENGKAJIAN a. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. c. Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. d. Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah e. Integritas Ego Stress, ansietas f. Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare g. Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. h. Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan. i. Nyeri / Kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat) j. Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) k. Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit. (Marilyn E. 2012)



2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang bisa diambil pada klien dengan Pre-DM yaitu : a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan glukosa darah puasa. b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient. c. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia. d. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan integritas kulit). e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. f. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang manajemen diabetes. 3. INTERVENSI KEPERAWATAN No 1.



Diagnosa



Tujuan dan criteria hasil



Intervensi (SIKI)



Keperawatan Ketidakstabilan kadar



(SLKI) Setelah dilakukan



Manajemen Hiperglikemia



gula darah



tindakan asuhan



Observasi :



berhubungan dengan



keperawatan selama …



resistensi insulin.



x24 jam, Luaran : Kestabilan Gula



1) Identifkasi



kemungkinan



penyebab hiperglikemia 2) Identifikasi



situasi



Darah



menyebabkan



Ekspetasi : meningkat



insulin



Kriteria hasil :



penyakit kambuhan)



1. Kadar glukosa dalam darah meningkat 2. Rasa lelah/lesu menurun



yang



kebutuhan



meningkat



(mis.



3) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu 4) Monitor



tanda



hiperglikemia



dan (mis.



gejala poliuri,



3. Rasa haus menurun



polidipsia,



polifagia,



4. Keluhan lapar



kelemahan,



malaise,



menurun



pandangan kabur, sakit kepala) 5) Monitor intake dan output cairan



Terapeutik : 1) Berikan asupan cairan oral 2) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk Edukasi : 1) Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL 2) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri 3) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga 4) Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu 5) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan) Kolaborasi : 1) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu 2) Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu 3) Kolaborasipemberian kalium, jika perlu 2.



Defisit nutrisi



Setelah dilakukan



Manajemen Nutrisi



berhubungan dengan



tindakan asuhan



Observasi :



ketidakmampuan



keperawatan selama …



mengabsorbsi nutrient. x24 jam,



1) Identifikasi status nutrisi 2) Identifikasi alergi dan



Luaran : Status nutrisi Ekspetasi : Membaik Kriteria Hasil : 1. Berat badan membaik 2. Indeks massa tubuh membaik 3. Pengetahuan tentang pilihan makanan sehat meningkat 4. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat 5. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat



intoleransi makanan 3) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient 4) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik 5) Monitor asupan makanan 6) Monitor berat badan 7) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik : 1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 2) Sajikan



makanan



secara



menarik dan suhu yang sesuai 3) Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 4) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 5) Berikan suplemen makanan, jika perlu 6) Hentikan



pemberian



makan



melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi : 1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu 2) Ajarkan



diet



yang



diprogramkan Kolaborasi : 1) Kolaborasi



pemberian



medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu



2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk



menentukan



jumlah



kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu Promosi Berat Badan Observasi : 1) Identifikasi



kemungkinan



penyebab BB kurang 2) Monitor



adanya



mual



dan



muntah 3) Monitor berat badan Terapeutik : 1) Berikan



perawatan



mulut



sebelum



pemberian



makan,



jika perlu 2) Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien( mis. Makanan dengan tekstur halus, makanan



yang



diblander,



makanan cair yang diberikan melalui NGT atau Gastrostomi, total perenteral nutritition sesui indikasi) 3) Hidangkan



makan



secara



menarik 4) Berikan suplemen, jika perlu 5) Berikan pujian pada pasien atau



keluarga



untuk



peningkatan yang dicapai Edukasi : 1) Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau 2) Jelaskan peningkatan asupan



3.



Perfusi perifer tidak



Setelah dilakukan



kalori yang dibutuhkan Perawatan Sirkulasi



efektif berhubungan



tindakan asuhan



Observasi :



dengan hiperglikemia



keperawatan selama …



1) Periksa sirkulasi perifer (mis.



x24 jam,



Nadi perifer, edema, pengisian



Luaran : Perfusi Perifer



kapiler, warna, suhu, ankle-



Ekspetasi : Meningkat



brachial index)



Kriteria Hasil : 1.



2) Identifikasi factor risiko



Denyut nadi perifer



gangguan sirkulasi (mis.



meningkat



Diabetes, perokok, orang tua,



2.



Sensasi meningkat



hipertensi, dan kadar



3.



Warna kulit pucat



kolesterol tinggi)



menurun 4. 5.



Nyeri ekstremitas



nyeri atau bengkak pada



menurun



ekstremitas



Pengisian kapiler membaik



6.



3) Monitor panas, kemerahan,



Terapeutik : 1) Hindari pemasangan infuse



Turgor kulit



atau pengambilan darah di area



membaik



keterbatasan perfusi 2) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi 3) Lakukan pencegahan infeksi 4) Lakukan perawatan kaki dan kuku 5) Lakukan hidrasi Edukasi : 1) Anjurkan berhenti merokok 2) Anjurkan berolahraga rutin 3) Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah lemak jenuh, minyak ikan OMEGA 3) 4) Informasikan tanda dan gejala



darurat yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa) 5) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah tinggi secara teratur Manajemen Sensasi Observasi : 1) Identifikasi penyebab perubahan sensasi 2) Periksa perbedaan benta tajam atau tumpul 3) Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin 4) Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda 5) Monitor perubahan kulit Terapeutik : 1) Hindari pemakaian bendabenda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin) Edukasi : 1) Anjurkan penggunaan thermometer untuk menguji suhu air 2) Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak 3) Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah 4) Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu



5) Kolaborasi pemberian 4.



Risiko infeksi



Setelah dilakukan



Kortikosteroid.jika perlu Pencegahan Infeksi



berhubungan dengan



tindakan asuhan



Observasi :



ketidakadekuatan



keperawatan selama …



pertahanan primer



x24 jam,



(kerusakan integritas



Luaran :



kulit)



- Tingkat infeksi



1) Batasi jumpah pengunjung



menurun (luaran utama)



2) Cuci tangan sesudah dan



1) Monitor tanda dan gejala infeki local dan sistemik Terapeutik :



- Kontrol risiko



sebelum kontak dengan pasien



meningkat (luaran



dan lingkungan pasien



tambahan) Kriteria Hasil : 1. Kemampuan klien mencari informasi tentang factor risiko meningkat 2. Kemampuan klien



3) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi Edukasi : 1) Ajarkan cara cuci tangan dengan benar 2) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi



mengidentifikasi



Manajemen lingkungan



factor risiko



Observasi :



meningkat 3. Kemampuan klien melakukan strategi kontro risiko meningkat 4. Kadar sel darah putih membaik 5. Kultur area luka membaik



1) Identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan Terapeutik : 1) Sediakan ruang berjalan yang cukup dan aman 2) Sediakan tempat tidue dan lingkungan yang bersih dan aman Edukasi : 1) Jelaskan cara membuat lingkungan rumah yang aman 2) Ajarkan pasien dan keluarga/pengunjung tentang upaya pencegahan infeksi



5.



Intoleransi aktivitas



Setelah dilakukan



Manajemen Energi



berhubungan dengan



tindakan asuhan



Observasi :



kelemahan.



keperawatan selama …



1) Identifkasi gangguan fungsi



x24 jam,



tubuh yang mengakibatkan



Luaran : Toleransi



kelelahan



aktivitas Ekspetasi : Meningkat Kriteria hasil : 1. Keluhan lelah menurun 2. Perasaan lemah menurun



2) Monitor kelelahan fisik dan emosional 3) Monitor pola dan jam tidur 4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik



3. Frekuensi nadi



1) Sediakan lingkungan nyaman



meningkat



dan rendah stimulus (mis.



4. Saturasi oksigen meningkat 5. Frekuensi napas membaik 6. Tekanan darah membaik



cahaya, suara, kunjungan) 2) Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif Edukasi : 1) Anjurkan tirah baring 2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 3) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi : 1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan Terapi Aktivitas Observasi : 1) Identifikasi deficit tingkat aktivitas 2) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu



3) Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas 4) Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas Terapeutik : 1) Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami 2) Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas 3) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social 4) Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia 5) Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih 6) Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk mengakomodasikan aktivitas yang dipilih 7) Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan 8) Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu 9) Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya



sendiri untuk mencapai tujuan 10) Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari 11) Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas Edukasi : 1) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih 2) Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi dan kesehatan 3) Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas Kolaborasi : 1) Rujuk pada pusat atau program 6.



Risiko ketidakstabilan



Setelah dilakukan



aktivitas komunitas, jika perlu Edukasi kesehatan



kadar gula darah



tindakan asuhan



Observasi :



berhubungan dengan



keperawatan selama …



kurang terpapar



x24 jam,



kemampuan menerima



informasi tentang



Luaran :



informasi



manajemen diabetes



- Kontrol risiko menurun



mellitus.



(luaran tambahan)



1) Identifikasi kesiapan dan



Terapeutik : 1) Sediakan materi dan media



- Tingkat Pengetahuan



pendidikan kesehatan terkait



meningkat (luaran



penyakit DM



tambahan) Kriteria hasil : 1. Kemampuan klien mencari informasi tentang factor risiko meningkat 2. Kemampuan klien



2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi : 1) Jelaskan factor risiko penyakit DM yang dapat mempengaruhi



mengidentifikasi factor risiko



kesehatan 2) Ajarkan perilaku hidup bersih



meningkat



dan sehat



3. Perilaku klien sesuai



3) Ajarkan strategi yang dapat



anjuran meningkat



digunakan untuk meningkatkan



4. Verbalisasi dalam



perilaku hidup bersih dan sehat



belajar tentang Diabetes Mellitus meningkat 5. Kemampuan klien menjelaskan pengetahuan tentang Diabetes Mellitus meningkat 6. Persepsi klien yang keliru terhadap manajemen Diabetes Melitus menurun 4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Pelaksanaan



adalah



tahap



pelaksananan



terhadap



rencana



tindakan



keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. 5. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.



DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marilyn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.



Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI https://www.semanticscholar.org/paper/One-step-from-prediabetes-to-diabetes%3A hypothalamic-Cai/edd7214e88ef8461185eaa7571f0d0854bf021b0 / diakses pada tanggal 20 Agustus 2020 pukul 19.00 WIB