Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Lisna
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mata Kuliah Dosen Pengampuh



: Keperawatan Gawat Darurat : Musuliadin, M,Tr.Kep



ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TRAUMA GINJAL



KELOMPOK 2 SULISNAWATI ERNI WA FARNI FINDRAYANI WA ODE PUTRI NURUL I. TAMIYA WULANDARI M. MUSDALIFA ANGGRAINI RISMAN LA UMINI NUR RAHMI AFRA



: 4201017041 : 4201017048 : 4201017005 : 4201017010 : 4201017008 : 42010170 : 4201017025 : 42010170 : 42010170 : 42010170



PROGRAM S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON BAUBAU 2019 KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan askep tentang ”Asuhan Keperawatan dengan Trauma Ginjal”.. Askpe ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan askep ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan askep ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Askep ini. Akhir kata kami berharap semoga askep  ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap teman-teman pembaca. Baubau, 22 April 2020



Kelompk 2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah..........................................................................................1 C. Tujuan Penulisan............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN I. KONSEP MEDIS A. Definisi.....................................................................................................3 B. Etiologi.....................................................................................................4 C. Manifestasi Klinis....................................................................................5 D. Patofisiologi.............................................................................................5 E. Penatalaksanaan.......................................................................................7 F. Pemeriksaan penunjang............................................................................9 G. Komplikasi...............................................................................................10 II. KONSEP KEPARAWATAN A. Pengkajian...............................................................................................10 B. Diagnosa Keperawatan............................................................................13 C. Intervensi Keperawatan...........................................................................13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................................15 B. Saran...............................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada bayak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan rupture beerupa perubahan organic pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas. Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh. Trauma ini biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12. Jika terdapat hematuria kausa trauma harus dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum. Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi passion, mendiagnosa trauma dan memutuskan penangan terapi secepat mungkin. Penanganan yang efisien dengan teknik resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk menjelaskan manajemen klinikyang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang sangat penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang besar dalam diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur tangan dari radiologis menolong penanganan trauma arterial dengan menggunakan angiografi dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian yang penting dari trauma, radiologis harus menyediakan konsultasi emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul pada daerah abdominal. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar trauma ginjal?



2. Bagaimana cara pengaplikasian asuhan keperawatan pada klien dengan trauma ginjal dengan benar? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswamahasiswi mampu memahami tentang trauma ginjal dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma ginjal. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah, agar supaya mahasiswa/i dapat : a. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar trauma ginjal b. Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma ginjal dengan benar dan bertanggung jawab.



BAB II LANDASAN TEORI I. KONSEP MEDIS A. Definisi Trauma ginjal adalah kecederaan yang paling sering pada sistem urinari. Walaupun ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks, badan verterbrata dan viscera, ginjal mempunyai mobility yang besar yang bisa mengakibatkan kerusakan parenchymal dan kecederaan vascular dengan mudah. Trauma sering kali disebabkan karena jatuh, kecelakaan lalu lintas, luka tusuk, dan luka tembak. Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam. Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasikan oleh Federle : 1. Grade I Lesi meliputi : a. Kontusio ginjal b. Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem pelviocaces c. Hematom minor dari cubcaspular atau perinefron (kadang-kadang) 7580 % dari keseluruhan trauma ginjal 2. Grade II Lesi meliputi : a. Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi extravasasi urine b. Sering terjadi hematom perinefron



c. Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla 1015% dari keseluruhan trauma ginjal 3. Grade III Lesi meliputi : a. Ginjal yang hancur b. Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5% dari keseluruhan trauma ginjal 4. Grade IV Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu a. Avulsi pada uretoropelvic junction b. Laserasi dari pelvis renal B. Etiologi 1. Trauma Tumpul Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolahraga. Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman. a. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olahraga, kerja atau perkelahian . Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ-organ lain. b. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang meyebabkan pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulse pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan thrombosis. 2. Trauma Iatrogenik Trauma iatrogenic pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi intervensi, dimana di dalamnya teermasuk retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. 3. Trauma Tajam



Trauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh tusukan benda tajam misalnya tusukan pisau. Lalu karena senjata api dan pisau merupakan luka tembus terbanyak yang mengenai ginjal sehingga bila terdapat luka pada pinggang harus dipikirkan trauma ginjal sampai terbukti sebaliknya, pada luka tembus ginjal, 80 % berhubungan dengan trauma viscera abdomen C. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala trauma ginjal antara lain : 1.



Nyeri



2.



Hematuria



3.



Mual dan muntah



4.



Distensi abdomen



5.



Syok akinat trauma multisystem



6.



Nyeri pada bagian punggung



7.



Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar



8.



Masa di rongga panggul



9.



Ekimosis



10. Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul D. Patofisiologi Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya pembagunan, penambatan ruas jalan dan jumlah kendaran, kejadian trauma akibat kecelakaan lalulintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul ginjal bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalulintas, olahraga, kerja dan perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ-organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga peritoneum.



Kejadian inidapat menyebabkan evulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan thrombosis. Ginjal yang terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh pedikel pembulu darah serta ureter, sementara masa ginjal melayang bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia gerota. Fascia gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom, tidak sempurna dalam perkembangannya. Kantong fascia ini meluas kebawah sepanjang ureter meskupun menyatu pada dinding anterior aorta serta vena cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan hebat sehingga perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga retroperitoneal. (Guerriero,1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselerasi mendadak, yang bisa menyebabkan trauma seperti avulse collecting system atau sobekan pada intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun komplet pembuluh darah. Sejumlah darah besar dapat terperangkap di dalam rongga retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstrem ini sering terjadi pada pasien yang dating di ruang gawat darurat dengan kondisi stabil sementara terdapat perdarahan retroperitoneal. Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang cukup kuat. Trauma yang menyebabkan robekan kapsul



sehingga menimbulkan



perdarahan pada kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian disbanding trauma yang tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral aorta sehingga luka penetrans di daerah ini bisa menyebabkan trauma pada kedua struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara pancreas dan pole atas ginjal kiri serta duodenum dengan tepi medial ginjal kanan bisa menyebabkan trauma kombinasi pada pancreas, duodenum dan ginjal. Anatomi ginjal yang mengalami kelainan seperti hidronefrosis atau tumor maligna lebih mudah mengalami rupture hanya oleh adanya trauma ringan (McAninch, 2000).



E. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa,



darah



rutin,



dan



kreatinin



merupakan



pemeriksaan



laboratorium yang penting. Urinalisa merupakan pemeriksaan penting untuk menegetahui adanya cedera pada ginjal. Hematuria mikroskopik atau gross, sering terlihat tetapi tidak cukup sensitive dan spesifik untuk membedakan apakah suatu trauma minor atau mayor. Tambahan pula, untuk trauma ginjal yang berat seperti robeknya ufreteropelvic junction, trauma pedikel ginjal, atau thrombosis arteri dapat tampil dapat disertai dengan hematuria. (Purnomo, 2011) Hematokrit serial dan vital sign merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma. Penurunan hematokrit dan kebutuhan untuk tranfusi darah merupakan tanda kehilangan darah dan respon



terhadapa



resusitasi



akan



menjadi



pertimbangan



dalam



pengammmbilan keputusan. peningkatan kreatinin dapat dikatakan sebagai tanda patologis pada ginjal. (Purnomo, 2011) 2. Pemeriksaan Radiologi ( Pencitraan) Indikasi untuk melakukan pemeriksaan radiologi padad trauma ginjal adalah gross hmaturia, hematuria mikroskopoik yang disertai syok, atau cedera pada organ lain. Pada luka tembus, setiap kecurigaan adalah luka yang mengarah pada ginjal maka perlu melakukan pemeriksaan radiologi tanpa mempeerhatikan derajat hematuria. 3. Pemeriksaan Intravenous Pemeriksaan intravenous adalah foto yang dapat menggambar keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras (dengan menyuntikkan bahan kontras dosis tinggi ±2 ml/kgBB) digunakan untuk menilai tingkat kerusakan ginjal dan menilai keadaan ginjal kontralateral. Periksaan IVU dilakukan apabila di duga terdapat a. Luka tusuk atau lika tembak yang mengenai ginjal



b. Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik c. Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik yang disertai syok. (Purnomo, 2011) 4. Pemeriksaan Ultrasonografi Pemeriksaan ultrasonografi (USG)



dilakukan sebagai pemeriksaan



penujang apabila diduga cedera tumpul pada ginjal yang menunjukkan tanda hematuria mikroskopik tanda disertai syok. Pemeriksaan USG ini dapat menemukan adanya kontusio parenkim ginjal atau hematoma subkapsuler. Dengan pemeriksaan ini dapat juga diperlihatkan ada atau tidak robekan kapsul ginjal. Pemeriksaan USG pada ginjal dipergunakan : a. Untuk mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefrosis kista, masa, atau pengkerutan ginjal) yang menunjukkan non visualized pada pemeriksaan IVU. b. Visualized penuntun pada saat melakukan fungsi ginjal atau nefrostomi perkutan (Purnomo, 2011). 5. Pemeriksaan Computed Temograpy Pemeriksaan computed temograpy atau CT adalah teknik pencitraan non invasive, yang lebih superior daripada USG. Pemeriksaan CT scan ini dilakukan untk menerangkan kelainan pada ginjal, arteri dna vena renalis, vena cava dan masa di retroperitoneal. Pemeriksaan CT scan dapat menunjukan adanya robekan jaringan ginjal. Selain itu, Pemeriksaan CT scanjuga dapat mendeteksi adanya trauma pada organ yang lain. Alat CT scan ini dapat mendeteksi kelainan dalam waktu cepat < 30 detik, sehingga dapat dipakai untuk menilai penyebab kolik ureter atau ginjal. Pemeriksaan CT scan merupakan pemeriksaan radiologis yang utama bagi pasien trauma ginjal dengan hemodinamik stabil. (Purnomo, 2011)



F. Penatalaksanaan 1. Konservatif Tindakan konservatif ditunjukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan observasi tanda-tanda vital



(tensi, nadi, suhu tubuh).



Kemungkinan adanay penambahan masa dipinggang, adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglobin dan perubahan warna urin pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85 % dengan hematuri akan berhenti dan sembh secara spontan. Bed rest dilakukan sampai hematuri berhenti. 2. Eksplorasi a. Indikasi Absolut Ditandai oleh adanya hematom retroperitoneal yang meluas dan brdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa renalis utama pada pemeriksaan ct scan atau arteriografi. b. Indikasi Relatif 1) Jaringan Nofiable parengkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relative untuk dilakuan eksploitasi. 2) Ekstravikasi Urin Ekstrasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila ekstrafasasi menetap maka membutuhkan intervensi bedah. 3) Incomplete Staging. Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan pemeriksaan imaging untuk menilai derajat trauma ginjal.Adanya incomplete staging memerlukan pemeriksaan imaging dahulu atau eksplorasi /rekontruksi ginjal.Pada pasien dengan kondisi tidak stabil yang memerlukan tindakan laparotomi segera,pemeriksaan imaging yang bisa dilakukan hanyalah oneshot IVU dimeja



operasi.Bila hasil IVU abnormalatau tidak jelas atau adanya perdarahan pasien pada ginjal harusdilakukan eksplorasi ginjal. 4) Trombusis Arteri Thrombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter Dibutuhkan eksplorasi segera dan revaskularisasi. 5) Trauma Tembus Pada trauma tembus indikasi absolute dilakukan eksplorasi adalah perdarahan arteri parsisten.Hampir semua trauma tembus renal dilakukan tindakan bedah. perkecualian adalah trauma ginjal tampa adanya pemetrasi peluru intraperitoneum luka tusuk sebelah posterior linea aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera organ lain.(Brandes, 2003) 3. Teknik Operasi G. Komplikasi 1. Komplikasi awal terjadi 1 bulan pertama setelah cedera a. Urinoma b. Delayed bleending c. Urinary fistula d. Abes e. Hipertensi 2. Komlikasi Lanjut a. Hidronefrosis b. Arteriovenous fistula c. Piolenofritis II. KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Anamnesa a. Identitas Klien



Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk, No registrasi dan diagnose medis. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen 2) Riwayat kesehatan sekarang : klien mengeluh nyeri pada abdomen, hematuria, mengalami pendarahan. 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat kesehatan sebelumnnya harus digali apakah ada riwayat disfungsi organ sebelum terjadinya trauma atau adanya riwayat penyakit ginjal



sebelumnya yang dpat menyebabkan trauma,



hidronefrosis, batu ginjal, kista, atau tumor telah di laporkan dapat menimbulkan komplikasi yang berat. 4) Riwayat kesehatn keluarga : dalm keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti yang dialami klien, keluarga klien juga tidak pernah mengalami hipertensi, jantung, ginjal, dm atau penyakit menular atau penyakit menurun lainnya. 2. Aktivitas Istrahat Gejal



: Keletihan, kelemahan, dan malaise



a Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus otot 3. Sirkulasi Tand



: Hipotensi, hipertensi



a Distrimia jantung Nadi lemah dan halus Edema jaringan umum Pucat kecenderungan perdarahan 4. Eliminasi Gejal a



: Perubahan pola berkemih, nyeri ketika berkemih Perubahan warna aurin, distensi urin



Tanda : Hematuria, urin pekat, merah 5. Makanan dan cairan Gejal



: Peningkatan berat badan (edema)



a Anoreksia, nyeri uluhati Tanda : Perubahan tergor kulit edema (umumnya bagian bawah) 6. Neurosensori Gejal



: Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang



a Tanda



: Penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan



elektrolit) 7. Nyeri dan Kenyamanan Gejal



: Nyeri abdomen kiri/kanan atas, insomnia



a Tanda : Perilaku berhati-hati/disraksi, gelisa, mengeluh nyeri 8. Pernapasan Gejal



: Napas pendek



a Tanda : Tachipnea, dispnea, peningkatan frekuensi 9. Pemeriksaan Diagnostik Volume Warna Berat jenis Osmolaritas SDM Ph Darah



: Biasanya 7,2 asidosis metabolic (karna kemampuan ginjal untuk mengaksresi hydrogen dan hasil akhir



PIV



metabolisme). : Dilakukan jika luka tusuk dan luka tembak melukai ginjal, cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda



USG



hemeturia makroskopik yang diserti syok. : Dilakukan pada cedera tumpul pada ginjal yang



CT SCAN



menunjukan hematuria mikroskopik tampa di sertai syok. : Pemriksaan ini dapat menunjukan adanya robekan jaringan ginjal dan adanya nekrosis jaringan ginjal yang



luas B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik 2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada ginjal 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun, malnutrisi, prosedur invasive C.



Intervensi Keperawatan Diagnose Kriteria Hasil (Tujuan) Intervensi Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intentitas berhubungan dengan



keperawatan selama 3x24



agen jam



cedera fisik



diharapkan



nyeri



perhatikan



lokasi



nyeri, dan



karakteristik.



berkurang dengan kriteria 2. Bed rest dan atur posisi hasil :



yang nyaman



1. Nyeri berkurang (0-10) 2. Luka pasien membaik 3. Klien



tidak



3. Dorong



penggunaan



teknik relaksasi



tampak 4. Anjurkan pasien untuk



meringis



menghindari posisi yang menekan lumbal, daerah trauma 5. Kolaborasi



Gangguan



pemberian



analgesik Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor asupan



eliminasi urine keperawatan selama 3x24



dan



keluaran urine



berhubungan



jam diharapkan eliminasi 2. Monitor paralisis ileus



dengan



urine



kerusakan



gangguan dengan kriteria 3. Amankan inspeksi, dan



pada ginjal



hasil :



bandingkan



1. Warna urin normal



specimen urine



tidak



2. BAK lancar



mengalami



(bising usus) setiap



4. Lakukan kateterisasi bila



diindikasikan 5. Pantau



posisi



drainase



dan



selang kantung



sehingga memungkinkan tidak terhambatnya aliran Resiko



urine tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan



infeksi



keperawatan selama 3x24



berhubungan



jam diharapkan tidak terjadi 2. Jaga



dengan



tidak infeksi



tidak



mengalami



sebelum



melakukan tindakan personal



hygiene



pasien dengan baik



adekuatnya



gangguan dengan kriteria 3. Monitor temperature



pertahanan



hasil :



4. Kaji semua sistem untuk



tubuh sekunder 1. Tidak ada tanda tanda



melihat



dan



infeksi



sistem



imun,



infeksi



2. TTV dalam batas normal 5. Kolaborasi



malnutrisi,



(TD : 120/90, N : 60



antibiotic



prosedur



x/mnt, RR : 24 x/ mnt,



indikasikan



invasive



TM : 37 ºC)



tanda-tanda pemberian bila



di



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam. Penyebabnya adalah dari trauma tumpul, trauma iatrogenic, dan trauma tajam. Adapun tanda dan gejala yang muncul diantaranya, luka, jika terkena benda tajam, jejas jika terkena benda



tumpul, nyeri, perdarahan. Adapun penetalaksanaan medis yaitu secara konservatif dan opperatif. untuk farmakologi yang bias digunakan yaitu : analgetik, antibiotic, diuretic dan kortikosteroid. B. Saran Trauma pada sistem perkemihan sangat fatal akibatnya bagi kesehatan tubuh. Hal ini tidak bisa ditindaklanjuti sembarangan. Diperlukan penanganan khusus dan serius agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah lagi. Bahkan sampai penanganannya memerlukan pembedahan. Untuk itu agar tidak terjadi trauma sistem perkemihan dapat tertangani dengan baik maka sebaiknya kita mempercayakan kepada tim medis yang sudah berpengalaman dan mengerti mengenai penanganan masalah sisitem perkemihan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA



http://id.Scribd.Com/Doc/81798526/Askep Trauma Ginjal http://id.scribd.com/document/332163050/asuhan-keperawatan-trauma-ginjal UwhaDestura Purnomo ,B.2011.Dasar-Dasar Urologi.Jakarta:Sanggang Seto



oleh