Trauma Ginjal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II LANDASAN TEORI



2.1



Pengertian



Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam. Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi.Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal.Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.



2.2



Etiologi Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolah raga.Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman.Kerusakan yang terjadi bervariasi. Cedera ringan menyebabkan hematuria yang hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis, sedangkan cedera berat bisa menyebabkan hematuria yang tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan.



1



Berikut adalah mekanisme yang umumnya terjadi pada trauma ginjal : 1. Trauma tembus 2. Trauma tumpul 3. Iatrogenik, dan lain-lain



2.3



Patofisilogi Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya pembangunan, penambahan



ruas jalan dan jumlah kendaraan,



kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma lagsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olahraga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ-organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba-tiba didalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulse pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh pedikel pembuluh darah serta ureter. Sementara massa ginjal melayang bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia gerota. Fascia gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom, tidak sempurna dalam perkembangannya. Kantong fascia ini meluas kebawah sepanjang ureter, meskipun menyatu pada dinding anterior aorta serta vena kava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan hebat sehingga



perdarahan



melewati



garis



tengah



dan



mengisi



rongga



retroperitoneal (Guerriro, 1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselarasi mendadak, yang bisa meyebabkan trauma seperti avulsi collecting system atau sobekan pada intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun komplet pebuluh darah. Sejumlah darah besar dapat terperangkap didalam rongga retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstern ini sering terjadi pada pasien yang datang diruang gawat darurat dengan kondisi stabil sementaraterdapat perdarahan retroperitonel. Korteks ginjal ditutupi kapsul



2



tipis yang cukup kuat. Trauma yang menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan pada kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma yang tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak sentral aorta sehingga lukapenetrans didaerah ini bisa menyebabkan trauma pada kedua struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara pancreas, duodenum, dan ginjal. Anatomi yang mengalami kelainansepeti hidronefrosis atau tumor maligna lebih mudah mengalami rupture hanya oleh adanya trauma ringan (Mc Aninch, 2000).



2.4



Manifestasi klinik Trauma ginjal Pada rudapaksa tumpul dapat ditemukan jejas di daerah lumbal, sedangkan pada rudapksa tajam tampak luka. Pada palpasi di dapat nyeri tekan, ketegangan otot pinggang, sedangkan massa jarang teraba. Massa yang cepat meluas sering ditandai tanda kehilangan darah yang banyak merupakan tanda cedera vaskuler.Nyeri abdomen pada daerah pinggang atau perut bagian atas.Fraktur tulang iga terbawah sering menyertai



cedera



ginjal.Hematuria



makroskopik



atau



mikroskopik



merupakan tanda utama cedera saluran kemih.



2.5



Klasifikasi trauma ginjal Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle :



1. Grade I Lesi meliputi :  Kontusi ginjal  Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem pelviocalicel  Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang) 75 – 80 % dari keseluruhan trauma ginjal 2. Grade II Lesi meliputi:  Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi extravasasi urine  Sering terjadi hematom perinefron



3



Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla 10 – 15 % dari keseluruhan trauma ginjal 3. Grade III Lesi meliputi:  Ginjal yang hancur  Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5 % dari keseluruhan trauma ginjal 4. Grade IV Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu:  Avulsi pada ureteropelvic junction  Laserasi dari pelvis renal



2.6



Komplikasi trauma ginjal



Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera: a. Urinoma b. Delayed bleeding c. Urinary fistula d. Abses e. Hipertensi Komplikasi lanjut: a. Hidronefrosis b. Arteriovenous fistula c. Piolenofritis



2.7



Pemeriksaan penunjang



1. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah urinalisis.Pada pemeriksaan ini diperhatikan kekeruhan, warna, pH urin, protein, glukosa dan sel-sel. Pemeriksaan ini juga menyediakan secara langsung informasi mengenai pasien yang mengalami laserasi, meskipun data yang didapatkan harus dipandang secara rasional.Jika hematuria tidak ada, maka dapat disarankan pemeriksaan mikroskopik.Meskipun secara umum terdapat derajat hematuria yang dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi



4



telah dilaporkan juga kalau pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak disertai hematuria.Akan tetapi harus diingat kalau kepercayaan dari pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal masih didapatkan kesulitan. 2.



Pemeriksaan radiologis Cara-cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: foto polos abdomen, pielografi intravena, urografi retrograde, arteriografi translumbal, angiografi renal, tomografi, sistografi, computed tomography (CT-Scan), dan nuclear Magnetic resonance (NMR)



3.



CT Scan Computed Tomography (CT) merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menilai traktus urinarius.Pemeriksaan ini dapat menampakkan keadaan anatomi traktus urinarius secara detail.Pemeriksaan ini menggunakan scanning dinamik kontras. Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah : a) Memeriksa keadaan anatomi dan fungsional ginjal dan traktus urinarius. b) Membantu menentukan ada atau tidaknya gangguan fungsi ginjal



4.



Angiografi Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah : a) Memiliki kapasitas untuk menolong dalam diagnosis dan penanganan trauma ginjal b) Lebih jauh dapat memberikan gambaran trauma dengan gambaran abnormalitas IV atau dengan trauma vaskuler. Kerugian dari pemeriksaan ini adalah : a) Pemeriksaan ini invasive b) Memerlukan sumber-sumber mobilisasi untuk melakukan pemeriksaan, seperti waktu. c) Pasien harus melakukan perjalanan menuju keruang pemeriksaan



5.



USG Keuntungan pemeriksaan ini adalah : a) Non invasive b) Dapat dilakukan dengan resusitasi



5



c) Dapat membantu mengetahui keadaan anatomi setelah trauma. Kerugian dari pemeriksaan ini adalah : a) Memerlukan sonografer yang terlatih b) Pada pemeriksaan yang cepat sulit untuk melihat mendeskripsikan anatomi ginjal, dimana kenyataannya yang terlihat hanyalah cairan bebas c) Trauma bladder kemungkinan akan tidak dapat digambarkan. 6. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI digunakan untuk membantu penanganan trauma ginjal ketika terdapat kontra indikasi untuk penggunaan kontras iodinated atau ketika pemeriksaan CT Scan tidak tersedia. Pada pemeriksaan CT Scan, MRI menggunakan kontras gadolinium intravena yang dapat membantu penanganan ekstravasasi sistem urinarius. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan terbaik dengan sistem lapangan pandang yang luas.



2.8



Penatalaksanaan



1. Konservatif a. Tindakan ini ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi lokal (tanda-tanda vital), kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang, adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglobin darah, hematokrit dan perubahan warna urine pada pemeriksaan urine serial. Pasien trauma minor agar dianjurkan tirah baring sampai hematuria hilang.



Infus



intravena



mungkin



diperlukan



karena



perdarahan



retroperitoneal dapat menyebabkan reflek ileus paralitik. Medikasi antimikrobial dapat diresepkan untuk mencegah infeksi akibat hematoma perirenal atau urinoma (sebuah kista yang mengandung urin) pasien harus dievaluasi dengan sering selama hari-hari pertama setelah cedera untuk mendeteksi nyeri panggul dan abdominal, spasme otot, serta bengkak di panggul. Jika selama observasi didapatkan adanya tandatanda perdarahan atau kebocoran urine yang menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan tindakan operasi.



6



b. Pasien dengan cedera major dapat ditangani secara konservatif, jika cedera tidak terlalu parah. Jika kondisi pasien dan asal cederanya tidak dapat ditangani secara konservatif maka dapat dilakukan operasi.



2. Eksplorasi a. Indikasi absolute b. Indikasi relative Tujuan dari penanganan penyakit ini adalah mencegah gejala-gejala darurat dan penanganan komplikasi.Analgesik dibutuhkan untuk mengurangi rasa sakit.Hospitalisasi dan observasi tertutup dibutuhkan karena resiko perdarahan tertutup dari trauma ginjal.Perdarahan yang cukup berat membutuhkan mengontrol



pembedahan



keseluruhan



perdarahan.Pembedahan



ginjal



dilakukan



(nefroktomi) untuk



untuk



mengontrol



perdarahan termasuk drainase pada ruang sekitar ginjal.Kadang-kadang angio-embolisasi dapat menghentikan perdarahan.Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki keadaan parenkim ginjal dan vaskularisasinya. Dimana tekhnik yang akan dilakukan tergantung pada lokasi terjadinya trauma. Pengobatan non-bedah termasuk istirahat selama 1-2 minggu atau selama perdarahan berkurang, adanya nyeri, dan observasi tertutup dan penanganan gejala-gejala dari gagal ginjal.Pengobatan ini juga harus diimbangi dengan retriksi diet dan penanganan gagal ginjal.



7



BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1



Pengkajian



1. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis. 2. Keluhan utama Klien datang dengan keluhan nyeri pinggang. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya mual, muntah dan panas. 3. Riwayat kesehatan sekarang Pada sebagian besar penderita menimbulkan gejala nyeri yang disertai rasa mual muntah. 4. Riwayat kesehatan dahulu Dikaji apakah ada riwayat penyakit trauma ginjal atau yang berkaitan dengan penyakit trauma ginjal. 5. Riwayat kesehatan keluarga Didalam anggota keluarga tidak ada keluarga yang menderita penyakit trauma ginjal.



3.2



Data Dasar Pengkajian



1. Aktivitas/istirahat Gejala :kelemahan dan atau keletihan Kebiasaan :Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari adanya faktor yang mempengaruhi tidur, misal ansietas, berkeringat malam. 2. Sirkulasi Gejala :palpitasi, nyeri abdomen pada pengerahan kerja Kebiasaan :perubahan pada TD



8



3. Integritas ego Gejala :faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran dan cara mengatasi stress (mis merokok, minum, alcohol, menunda pencarian pengobatan, keyakinan/spiritual) menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control, depresi. Tanda :menyangkal, menarik diri, marah 4. Eliminasi Gejala :perubahan pada pola defekasi, mis darah pada feses. Nyeri pada defekasi, perubahan pada eliminasi urine, nyeri saat berkemih, hematuria Tanda :perubahan pada bising usus, distensi abdomen 5. Makanan/cairan Gejala :kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak). Anoreksia, mual muntah, intoleransi makanan. Tanda :perubahan pada kelembaban, turgor kulit 6. Neurosensori Gejala :pusing, sinkop 7. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri dengan derajat bervariasi, dari ringan sampai berat 8. Pernapasan Gejala :merokok (tembakau, hidup dengan orang yang merokok), pemajana abses 9. Keamanan Gejala :pemajanan pada trauma, pemajanan kecelakaan Tanda :terdapat lesi, perdarahan 10. Seksualitas Gejala :masalah seksual missal dampak pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, herpes genital 11. Interaksi sosial Gejala :ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan).



9



3.3 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Nyeri berhubungan dengan adanya laserasi/luka diabdomen lateral 2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kantong fascia meluas sampai ureter (trauma) 3. Ketidak efektifan perfui jaringan berhubungan dengan perdarahan hebat pada dinding anterior aorta dan vena kava inferior



3.4 Rencana Keperawatan No



Diagnosa



Tujuan



Kriteria



Keperawatan 1.



Intervensi



Rasional



Hasil  Nyeri



Nyeri



Setelah



akut/kronis



dilakukan



terkontrol



berhubungan



intervensi



atau hilang



dengan



keperawata



 Klien



perdarahan



n selama 2



hebat



x 24



diginjal



diharapaka



Mandiri :  Kaji



nyeri,  Memberikan



perhatikan



informasi



lokasi,



untuk



tampak



intensitas



membantu



rileks



(skala



 Klien



0-10)



dan lama nyeri



dalam menentukan



n nyeri



mampu



pilihan



dapat



beristirahat



keefektifan



diatasi atau



dengan tepat



intervensi.  Berikan



hilang.



 Meningkatkan



tindakan



relaksasi,



kenyamana.Co



memfokuskan



ntoh:



kembali



pemijatan



perhatian



punggung,



dapat



membantu



meningkatkan



pasien



kembali



melakukan



kemampuan



posisi



koping



nyaman,



10



dan



yang



dan



mendorong penggunaan relaksasi atau latihan



napas



dalam, aktifitas terapeutik. Kolaborasi :  Berikan obat  Menurunkan sesuai



nyeri,



indikasi.



menentukan



Contoh



:



obat yang tepat



analgesic,



untuk



relakson otot.



mencegah fluktuasi nyeri berhubungan dengan tegangan.



 Berikan



 Digunakan



pemanasan



untuk



local



meningkatkan



sesuai



indikasi



relaksasi, meningkatkan sirkulasi.



2.



 Berkemih



Gangguan



Setelah



eliminasi urine



dilakukan



dengan



berhubungan



intervensi



jumlah



pemasukan



informasi



dengan trauma



keperawatan



normal dan



dan



tentang fungsi



kantong fascia



selama 2 x



pola



pengeluaran



ginjal



dan ureter



24



biasanya



dan



adanya



diharapakan



karakteristik



komplikasi.



urin normal



urin



Contoh



11



Mandiri :  Awasi



 Memberikan



dan



:



infeksi



dan



perdarahan dapat mengidikasika n peningkatan obstruksi atau iritasi ureter  Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf,



yang



menyebabkan sensasi kebutuhan  Tentukan



berkemih



pola



segera.



berkemih



Biasanya



normal



frekuensi



pasien



dan



dan



urgensi



perhatikan



meningkat bila



variasi.



kalkulus mendekati pertemuan uretro vesikal.  Peningkatan hidrasi membilas bakteri,



darah



dan debris dan dapat membantu



12



lewatnya batu.  Dorong



 Retensi



urin



peningkatan



dapat



terjadi,



pemasukan



menyebabkan



cairan



distensi jaringan (kandung kemih / ginjal) dan



potensial



resiko infeksi, gagal ginjal.  Selidiki



 Peningkatan



keluhan



BUN, kreatinin



kandung



dan



kemih penuh



mengindikasik



;



an



palpasi



untuk



elektrolit



disfungsi



ginjal.



distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urin, adanya edema periorbital



/



tergantung. Kolaborasi :  Awasi pemeriksaan



n



laboratorium.



(alkalinitas)



Contoh



untuk



elektrolit,



13



 Meningkatka



:



Ph



urin



menurunkan



BUN,



pembentukan



kreatinin.



batu asam.



 Berikan obat  Adanya ISK/ sesuai



alkalin



indikasi.



potensial,



Contoh



:



azetazolamid



pembentukan batu.



(diamox), alluporinol (ziloprim).  Antibiotic



3.5



Imlementasi Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur tekhnis yang telah ditentukan.



3.6



Evaluasi Pengukuran efektifitas intervensi askep yang telah disusun dan tujuan yang ingin dicapai ada 3 kemungkinan:



1) Tujuan tercapai 2) Tujuan tercapai sebagian 3) Tujuan tidak tercapai



14



urin



BAB IV TINJAUAN KASUS



4.1



Pengkajian



1. Identitas a. klien 



Nama : Ny. Y







Suku Bangsa : serawai







Umur : 40 th







Pendidikan: SD







Jenis Kelamin :







Pekerjaan : IRT



perempuan







Tgl masuk RS : 13 Mei







Agama : islam







Status Perkawinan : kawin



2012 



No. Register : 15665



b. Penanggung Jawab 



Nama : Tn. F







Pekerjaan : swasta







Umur : 45 th







Alamat : Hibrida 10



2. Riwayat kesehatan  Keluhan utama Klien datang ke RS dengan keluhan utama nyeri dan distensi abdomen  Riwayat kesehatan sekarang Ny. Y 40 tahun datang ke RS karena sudah beberapa bulan ini sering sakit didaerah abdomen dan perutnya terasa kembung/penuh setelah dia jatuh dari motor beberapa bulan yang lalu, tetapi klien tidak pernah memeriksakan diri ke RS. Klien mengatakan nyeri panggul dan abdominal, spasme otot, serta bengkk di panggul dan klien tampak mringis dan memegangi perutnya, kalau sedang beraktivitas semakin nyeri. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang pada hasil pemeriksaan radiologi terjadi perdarahan didalam rongga peritoneum karena robekan atau laserasi pada bagian ginjal. Teraba masa pada pinggang yang terkena / trauma.Klien mengatakan kencingnya bercampur darah.Klien mengatakan ada luka memar pada daerah pinggang setelah dia terjatuh.



15



 Riwayat kesehatan dahulu Klien tidak pernah menderita penyakit seperti yang dialami sekarang, sebelum dia jatuh.  Riwayat kesehatan keluarga Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami klien. 3. Riwayat kebiasaan sehari-hari NO. 1.



Aktivitas



Dirumah



Nutrisi a) Makan 



Frekuensi



3x sehari







Menu



Nasi, lauk pauk







Porsi



1/2 piring







Mual muntah



Ada







Kesulitan menelan



Tidak ada



b) Minum 



Air putih 5 gelas, susu 1



Jumlah



gelas/hari 



Air putih dan susu



Jenis minuman



c) Eliminasi 



BAB



-



Kebiasaan



-



Warna



-



Bau



-



konsistensi







BAK



-



Kebiasaan



-



Warna



1 kali sehari Cokelat disertai kemerahan Khas Lembek



8 kali sehari Kekuningan tetapi terkadang disertai darah



-



Khas



Bau



16



2.



3.



4.



Istirahat tidur 



Kebiasaan



4-5 jam/hari







Gangguan tidur



Susah tidur







Memakai selimut



Iya







Memakai bantal



Iya



Personal hygiene 



Mandi



2 kali sehari







Gosok gigi



2 kali sehari







Cuci rambut



1 kali seminggu



Pola aktivitas



Keterbatasan aktivitas



4. Pemeriksaan fisik  Keadaan umum: lemah  Kesadaran : compos mentis  TTV : TD : 110/90 mmHg, N : 90x/i, RR : 20x/i, S : 370C  Kepala : bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih, tidak terdapat tonjolan, penyebaran distribusi merata  Hidung : bentuk simetris, terdapat secret, berwarna kehijauan, pernapasan cuping hidung  Mata : bentuk simetris, sclera an ikterik konjungtiva anemis, refleks pupil (+), cahaya penglihatan berkunang-kunang.  Mulut: mukosa lembab, gigi lengkap  Telinga : bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, dan tidak terdapat serumen  Leher : bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan vena jugularis, terdapat kesulitan menelan  Sistem respirasi : Inspeksi : bentuk simetris Palpasi



: tidak ada massa



 Sistem kardiovaskuler : Inspeksi : bentuk simetris



17



Palpasi



: tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan



Perkusi



: bunyi jantung redup



Auskltasi : vesikuler  Sistem perkemihan : nyeri saat defekasi, hematuria  Abdomen: Inspeksi : distensi abdomen, warna kulit tidak sama dengan sekitar Auskultasi: bising usus >12 kali Perkusi



: tympani



Palpasi



: terdapat massa



 Ekstremitas : Ekstremitas atas : keterbatasan gerak Ekstremitas bawah : keterbatasan gerak



5. Analisa Data



NO 1.



Data



Etiologi



DS : -



Perdarahan



Klien



mengatakan



kencingnya bercampur darah -



Klien ada



mengatakan luka



pada



memar daerah



pinggang setelah dia terjatuh P: Perdarahan Q : terasa seperti panas terbakar R : Dibagian perut dan pinggang S : nyeri berat (skala 8) T : ketika beraktivitas



18



diginjal



Masalah hebat Nyeri



DO : - Klien tampak mringis dan kesakitan - Teraba



masa



pinggang



pada yang



terkena / trauma. - Pada pemeriksaan radiologi terjadi perdarahan didalam rongga peritoneum karena robekan atau laserasi pada again ginjal - TTV : TD : 110/90 ND : 90x/i RR : 20x/i S



4.2



: 370C



Diagnosa Keperawatan



- Nyeri berhubungan dengan perdarahan hebat diginjal



4.3



Rencana Keperawatan



No 1.



Diagnosa Nyeri



Tujuan Setelah



kriteria hasil Nyeri hilang,



Intervensi



Rasional



Mandiri :



berhubunga



dilakukan



klien



n dengan



tindaka



tampak



perhatikan



informasi



perdarahan



keperawatan



rileks



lokasi,



untuk



hebat



selama 2x24



intensitas dan



membantu



diginjal



jam,



lama nyeri



dalam



harapkan



- Kaji nyeri,



- Memberikan



menentukan



19



nyeri dapat



pilihan dan



terkontrol/hil



keefektifan



ang



intervensi - Berikan



- Meningkatka



tindakan



n relaksasi,



kenyamanan.



memfokuskan



Contoh :



kembali



Pemijatan



perhatian dan



punggung,



dapat



membantu



meningkatkan



pasien



kembali



melakukan



kemampuan



posisi



koping



nyaman, mendorong penggunaan relaksasi atau latihan napas dalam, aktifitas terapeutik Kolaborasi: - Berikan obat



- Menurunkan



sesuai



nyeri,



indikasi.



menentukan



Contoh :



obat yang



analgesic,



tepat untuk



relakson otot



mencegah fluktuasi nyeri berhubungan dengan



20



tegangan - Berikan



- Digunakan



pemanasan



untuk



local sesuai



meingkatkan



indikasi



relaksasi, meningkatkan sirkulasi



4.4



Implementasi dan Evaluasi



NO 1.



Diagnosa Nyeri berhubungan



Implementasi



Evaluasi



Jam 08.00 WIB



Jam 10.00 WIB



dengan perdarahan



Mandiri :



S:



hebat diginjal



- Mengkaji nyeri,



- Klien mengatakan



perhatikan lokasi,



nyerinya sudah



intensitas dan lama



berkurang



nyeri - Memberikan tindakan kenyamanan. Contoh : Pemijatan punggung,



O: - Klien terlihat lebih rileks - Klien tampak tidak meringis lagi - TTV : TD : 120/90



membantu pasien



mmhg, ND : 90x/mnt,



melakukan posisi



S : 370C



nyaman, mendorong



A:



penggunaan relaksasi



Masalah teratasi sebagian



atau latihan napas



P:



dalam, aktifitas



Intervensi dilanjutkan



terapeutik



- Berikan tindakan



Kolaborasi: - Memberikan obat sesuai indikasi.



21



kenyamanan - Berikan obat sesuai indikasi



Contoh : analgesic, relakson otot - Memberikan pemanasan local sesuai indikasi



22



BAB V PENUTUP



5.1



Kesimpulan Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya proses berkemih dan



nyeri.



Beberapa



trauma



dapat



menyebabkan



nyeri



tumpul,



pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok).



5.2



Saran Diharapkan dengan



adanya makalah ini dapat membantu perawatan



keluarga pasien yang mengalami trauma pada sistem urinaria. Dan sebagai pedoman bagi seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit trauma ginjal.



23



DAFTAR PUSTAKA 1. Brunner & Suddart. Keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta EGC:2001 2. Doenges M.E. (2001), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta 3. Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,, vol. 2. Jakarta : EGC. 4. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ed.8;vol 2. Jakarta : EGC 5. Suharyanto, T, & Madjid, A. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Penerbit Trans Info Media.



24