Auditing 2 Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN



DOSEN PENGAMPU: Dr. Netty Herawaty, SE., M.Si., Ak., CA



Disusun Oleh: Kelompok 3 Siti Syabriani



C0C020014



Regina Damai Ati. S



C0C020026



Anatri Islamiah



C0C020022



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS



UNIVERSITAS JAMBI 2021/2022



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audityang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan



yang



sepenuhnya



benar,



jika



dia



memeriksa



seluruh



bukti



transaksi. Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal iniakan memerlukan sumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidak dirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan cara demikian maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional. Jadi digunakannya metode pengujian dengan sampling audit diharapkan auditor dapat memperoleh hasil pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya yang minimal, sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien. Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai karakteristik populasi. Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan , seandainya ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang representative apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung kesalahan. 1



Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah apabila jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak berubah. Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil kerupakan sampel yang representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representative. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti. 1.2 Identifikasi Masalah a) Apa definisi dan tujuan sampling audit? b) Bagaimana tahapan sampling audit? c) Apakah perbedaan sampling statistik dan nonstatistik? d) Apa risiko sampling dan nonsampling? 1.3 Tujuan Makalah a) Mengetahui definisi dan tujuan dari sampling audit. b) Mengetahui tahapan-tahapan dalam sampling audit. c) Mengetahui perbedaan-perbedaan dari sampling statistik dengan sampling nonstatistik. d) Mengetahui apa saja risiko dari sampling dan nonsampling.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi dan Tujuan Sampling Audit Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai :“penerapan prosedur audit terhadap unsure-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.” Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga. 2.2 Tahapan Sampling Audit Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap: 1. Menyusun Rencana Audit Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini ditetapkan: 



Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel.







Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.



3







Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan dilakukan.







Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.



2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian. 3. Memilih Sampel Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random). 4. Menguji Sampel Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut. 5. Mengestimasi Keadaan Populasi Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan



populasi.



Misalnya



berupa



estimasi



tingkat



penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan sebagainya.



4



6. Membuat Simpulan Hasil Audit Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya. 2.3 Sampling Statistik dan Nonstatistik Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga menyatakan bahwa: “Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”. Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah: 1. Sampling statistik (statistical sampling) 2. Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) Kedua pendekatan tersebut sama-sama memerlukan pertimbangan profesional dalam perencanaan, pelaksanaan rencana penarikan sampel, dan penilaian hasilnya, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian atas sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling statistik



5



atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor mengenai: a) Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih. b) Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual. c) Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel. Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada pertimbangan manfaat dan biaya. Auditor dapat menggunakan sampling statistik atau sampling non statistik atau kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian audit. Kedua tipe penarikan sampel tadi dapat menyodorkan bahan bukti yang memadai sebagaimana yang diharuskan oleh standar pekerjaan lapangan yang ketiga, kedua jenis penariakan sampel (nonsampling risk). Perbedaan utama dalam kedua tipe penarikan tersebut adalah bahwa hukum probabilitas dipakai untuk mengendalikan risiko penarikan sampel dalam pendekatan penarikan sampel statistikal. Pilihan antara rencana penarikan sampel statistikal dan nonstatistikal terutama didasarkan pada penilaian auditor terhadap biaya dan manfaat relatifnya. Penarikan sampel nonstatistikal barangkali lebih murah dibandingkan penarikan sampel statistikal, namun manfaat penarikan sampel statistikal kemungkinan jauh lebih besar ketimbang penarikan sampel nonstatistikal. Penarikan sampel statistikal dan nonstatistikal dilakukan secara independent dan seleksi prosedur audit. Dalam keadaan tertentu penarikan sampel audit baik statistikal dan nonstatistikal tidaklah tepat, dan karena itu auditor harus menguji seluruuh populasi. Penarikan sampel juga tidak tepat dalam pengujian prosedur pengendalian yang sangat tergantung pada pembagian tugas atau tidak memberikan jejak atau jalur audit bukti dokumenter.



6



2.3.1 Sampel Statistik Penarikan sampel statistikal (statistical sampling) merupakan rencana penarikan sampel yang memakai hukum probabilitas (probability law) untuk membuat pernyataan atau generalisasi terhadap suatu populasi. Penarikan sampel statistikal memakai ancangan matematis untuk mengambil kesimpulan yang melibatkan komputasi banyaknya sampel, nilai populassi, dan kisaran presisi, dengan suatu parameter yang berhubungan dengan keandalan dan presisi yang dibutuhkan. Pendekatan penarikan sampel statistikal haruslah memenuhi dua syarat berikut : 



Sampel, yang di proyeksikan sebagai karakteristik populasi,semestinya mempunyai probabilitas seleksi yang diketahui.







Hasil sampel haruslah di evaluasi secara kuantitatif dan matematis. Penarikan sampel berlandaskan pada hukum probabilitass, auditor



mampu mengendalikan luas resiko penarikan sampel dalam menyandarkan diri pada hasil sampel. Penarikan sampel statistikal dapat menolong auditor dalam : 



Merancang sampel yang efisien.







Mengukur kecukupan bukti yang diperoleh.







Mengevaluasi secara objektif hasil sampel. Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling



non statistik. Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut : a. Perencanaan sampel yang efisien b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun c. Pengevaluasian hasil sampel Disamping



itu,



sampling



statistik



mendukung



auditor



untuk



mengkuantufikasi dan mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu :



7



a. Attribute Sampling Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah untuk



memperkirakan



tingkat



deviasi



atau



penyimpangan



dari



pengendalian yang ditentukan dalam populasi. b. Variable Sampling Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi. Keunggulan utama penarikan sampel statistikal adalah kesempatan untuk menentukan banyaknya sampel minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan tes audit dan kesempatan untuk menyatakan hasi secara kuatitatif. Teknik penarikan sampel statistikal juga memiliki kelemahan dan bisa menimbulkan masalah praktis yang dapat membuat penggunaan teknik statistikal kurang efisien ketimbang teknik penarikan sampel nonstatistikal. 2.3.2 Sampling Nonstatistik Sampling nonstatistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling non statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan. 2.4 Risiko Sampling dan Nonsampling 2.4.1 Risiko Sampling Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan. Sebagai contoh, asumsikan auditor memutuskan bahwa pengendalian dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat pengecualian



populasi



6%.



Asumsikan



auditor



menerima



bahwa



pengendalian dianggap efektif berdasarkan pengujian pengendalian dengan



8



sampel sebanyak 100 item yang memiliki dua pengecualian. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat pengecualian sebesar 8%, auditor menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili populasi. Berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil tidak menggambarkan secara benar populasi tersebut. Dalam melakukan pengujian pengendalian jenis risiko sampling berikut dapat terjadi : a. Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the risk of assessing control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap tidak cukup mendukung tingkat penilaian yang di rencanakan, b. Atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk od assessing control risk too high) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap cukup untuk mendukung tingkat penilaian yang direncakan. Risiko-risiko tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap efektivitas dan efesiensi audit. Risiko penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah dan risiko kesalahan penerimaan, masing-masing dijelaskan sebagai risiko beta (beta risk) dalam istilah umum statistik, berkaitan dengan efektivitas audit. Pada saat auditor menarik kesimpulan yang salah ini, prosedur-prosedur auditor tidak cukup untuk mendeteksi salah saji secara material, dan dia tidak mempunyai dasar alasan untuk pendapatnya. Sebaliknya, risiko penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi dan risiko kesalahan penolakan, masing-masing dapat dijelaskan sebagai risiko alfa (alpha risk) adalah istilah umum statistik berrkaitan dengan efisiensi audit. Ketika kesimpulan yang salah ini terjadi,



9



auditor akan meningkatkan pengujian substantive. Namun demikian, upayaupaya ini akan mengarah kepada kesimppulan yang benar, dan audit akan efektif. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling: 1. Menyesuaikan ukuran sampel, 2. menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi. Meningkatkan ukuran sampel dapat mengurangi risiko sampling, dan sebaliknya. [ada satu ekstrem, sampel dari semua item populasi tidak memiliki risiko sampling. Sementara pada ekstrem lainnya, sampel sebanyak satu atau dua item memiliki risiko sampling yang sangat tinggi. Penggunaan metode pemilihan sampel yang sesuai dapat meningkatkan kemungkinan menghilangkan



keterwakilan atau



bahkan



sampel



bersangkutan.



mengurangi



risiko



Hal



ini



tidak



sampling,



tetapi



memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel dan evaluasi statistik digunakan. 2.4.2 Risiko Nonsampling Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak efektif. Auditor mungkin gagal mengenali pengecualian karena kelelahan, bosan atau tidak memahami apa yang harus dicari. Contoh di asumsikan 3 dokumen pengiriman tidak dilampirkan ke salinan faktur penjualan dalam sampel sebanyak 100. Jika auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian, hal tersebut merupakan kesalahan nonsampling. Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan ke faktur penjulan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini, auditor telah melakukan pengujian dengan arah yang salah



10



karena memulainya dengan dokumen pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan review merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling. Sumber-sumber risiko nonsampling meliputi : a. Kesalahan manusia b. Penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit c. Salah menginterpretasikan hasil sampel d. Kepercayaan pada informasi yang salah diterima dari pihak lain 2.5 Metode Pemilihan Sampel 2.5.1 Sampel Probabilistik Auditor memilih secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Ada empat jenis metode pemilihan sampel probabilistik yaitu : 1. Pemilihan sampel acak sederhana Auditor menggunakan sampel ini untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi 2. Pemilihan sampel sistematis Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item yang akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut. 3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran 4. Pemilihan sampel bertahap 2.5.2 Sampel Nonprobabilistik Auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan professional dan bukan metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel nonprobabilistik. Ada tiga jenis metode pemilihan sampel nonprobabilistik yaitu :



11



1. Pemilihan sampel terarah Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel berdasarkan criteria pertimbangannya sendiri ketimbang menggunakan pemilihan acak. 2. Pemilihan sampel blok Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. 3. Pemilihan sampel sembarangan Auditor memilih item atau pos tanpa bias yang disengaja. 2.6 Sampling untuk Tingkat Pengecualian Auditor menggunakan sampling pada pengujia pengendalian dan pengujian substantifatas transaksi untuk mengestimasi persentase item item dalam populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian (accurence rate) atau tingkat pengecualian(exception rate). Sebagai contoh jika auditor menetukan bahwa  tingkat pengecualianuntuk ferivikasi internal faktur penjualan adalah sekitar 3persen, maka rata rata 3dari tiap 100 faktur tidak diverifikasi secara layak. Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi: a. Menyimpan atau deviasi daripengendalian yang diterapkan klien b. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi c. Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis pengecualian yang pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor menggunakan secara ekspensif sampling audit yang mengukur tingkat pengecualian ketika melakukanpengujian pengendalian dan pengujian ekspensif atas transaksi. Perihal jenis pengecualian ketiga, biasanya auditor harus mengestimasi jumlah total dolar dari pengecualian itu karena mereka harus memutuskan apakah salah saji yang ada bersifat material. Jika ingin mengetahui jumlah salah saji, auditor akan menggunakan mode yang mengukur nilai uang, bukan tingkat pengecualian.



12



Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal itudisebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telahdigariskan. Dalam



menggunakan



sampling



audit



untuk



menentukan



tingkat



pengecualian, auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar interval keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung(computed upper exception rate = CUER) atau yang diestimasi dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian supstantif atas transaksi. Dengan menggunakan angka dari contoh sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk dokumen pengiriman yang hilang adalah 4% dengan risikosampling sebesar 5% yang berarti auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi tidak lebih besar dari 4% dengan risiko sebesar 5% tingkat pengecualian itu akan melampaui 4%. Setelah dihitung, auditor dapat mempertimbangkan CUER dalam konteks tujuan audit khusus. Sebagai contoh, jika pengujian dilakukan atas dokumen pengiriman yang hilang, auditor harus menentukan apakah tingkat pengecualian sebesar 4%  itu merupakan risiko pengendalian yang dapat bagi tujuan keterjadian (occurrence). 2.7 Distribusi Sampling Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Disribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik  tertentu. Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilinya setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binominal, dimana setiap sampel



13



dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin atau deviasi pengendalian. 2.8 Aplikasi Sampling Audit Merencanakan sampel : 1.



menyatakan tujuan pengujian audit



2.



memutuskan apakah sampling aidit dapat diterapkan



3.



mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian



4.



mendefinisikan populasi



5.



menetapkan tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi



6.



menetapakan ARACR yang terlalu rendah



7.



mengestimasi tingkat pengecualia populasi



8.



menentukan ukuran sampel awal Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal,



mereka akan mengikuti empat langkah berikut : a) memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR. b) menempatkan TER pada bagian atas tabel. c) menempatkan EPER pada kolom bian kiri. d) membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongn dengan baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran sampel awal dampak ukuran populasi. Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit : a) Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistikdan nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut. b) Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. c) Mengevaluasi hasil.



14



d) Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel yang dikembangkan dari rimus statistik.



15



BAB III KESIMPULAN Ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh sampel yang representatif. Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi.ini berarti item item yang dijadikan sampel populasi serupa dengan item item yang tidak dijadikan sampel. Dalam praktek, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif, bahkan setelah semua pengujian selesai dilakukan. Satu satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor dapat meningkatkan kemungkinan sampel yang dianggap representatif  dengan menggunakannya secara cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko nonsampling  dan risiko sampling. Keduanya dapat dikendalikan. Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi pengecualian uang diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing masing telah dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini, auditor telah melakukan pengujian dengan arah yang salah karena memulainya dngan dokumen pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan,



dan review



merupakan



cara



untuk



mengendalikan



risiko



nonsampling. Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karna sampel populasi yang tidak representatif. Risiko 16



sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat pengecualian, auditor menerima populasi yang salah karenaa sampel tidak cukup mewakili populasi. Auditor memiliki dua carauntuk mengendalikan risiko sampling: 1. Menyesuaikan ukuran sampel 2.  Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi



17



DAFTAR PUSTAKA Elder, Randal J. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2. Jakarta : ERLANGGA. http://memebali.blogspot.co.id/2013/07/sampling-audit.html http://kamarujung.blogspot.co.id/2015/05/makalah-auditing-penarikan-audit.html http://mimiakuntansi.blogspot.co.id/2013/12/audit-sampling.html http://yasinibnmaftuh.blogspot.co.id/2013/05/makalah-samplin-audit.html



18