Auto Etnografi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Review Auto-etnografi By Mulyadin 1806166532



Pembahasan soal auto-etnografi, James Buzard dalam essainya yang berjudul “On AutoEthnographic Authority” menjelaskan tentang auto-etnografi sebagai sebuah studi, representasi, atau pengetahuan tentang suatu kebudayaan oleh salah satu atau lebih anggota kebudayaan tersebut. Sudah banyak sekali para ilmuan sosial dan humanis kritis pada beberapa dekade terakhir membuat dua klaster penting atas suara (voice) dan tempat (place) terhadap isu “Letting the Silenced Speak,” “Telling our Own Story,” atau “Speaking for Uurselves” di satu pihak dan isu soal “Situated Knowledges,” “the Politics of Location,” atau “Standpoint Epistemologies” di pihak lain yang telah menggunakan konsep auto-etnografi. Sudah diakui dalam berbagai human sains bahwa auto-etnografi muncul sebagai pengayoman yang sempurna hingga saat ini bagi setiap silenced group untuk mengungkap dan mengkomunikasikan dari tempat mereka sendiri berdasarkan agenda dan visi mereka sendiri terhadap dunia. Upaya terhadap auto-etnografi sudah dilakukan oleh, misalnya, David Hayano dalam essay “AutoEthnography: Paradigms, Problems, and Prospects,” yang menariknya dari dari istilah yang digunakan dalam strukturalismenya Raymond Firth, dan perdebatan yang terjadi 30 tahun sebelum Firth, yaitu dalam seminar Malinowski yang membahas argumen Jomo Kenyatta dan L. S. B Leakey tentang budaya Gikuyu. Argumen itu terkait penilaian validitas data antropologi dengan melihat karakteristik, interest, dan asal muasal orang yang melakukan penelitian lapangan (etnografi). Buku tahun 1938 Kenyatta “Facing Mount Kenya” yaitu tentang orang di masyarakat di mana Kenyatta itu sendiri berasal, kemudian melakukan kajian antropologi budaya British oleh orang Britons sendiri. Begitu pula dengan Malinowski yang mendeklarasikan “Home-Coming Anthropology” dan Frans Boaz mendorong, seperti yang disampaikan oleh Robert Lowie di Amerika, pelatihan antropologantropolog asal (native) dengan asumsi bahwa mereka menjadi orang yang terlatih untuk menjadi penerjemah kehidupan native dari dalam.



Kemudian Michael D. Jackson dalam tulisannya “Between Biography and Ethnography” mencoba mengatasi antinomi antara yang partikular dengan yang universal dengan menggali apa yang dirujuk oleh Sartre sebagai “singular universal” dan apa yang disebut oleh Michael Herzfeld “ethnography biography” – di mana kehidupan individual dan kebudayaan di sekelilingnya tidaklah dimaknai secara ontologis atau dipolarisasi, tetapi dilihat sebagai aspek yang saling bermunculan dan kontrapuntal terhadap keberlanjutan pergeseran pandangan atas diri kita sendiri (ourselves) sebagai “kamu” (you) atau “aku” (you) dan anggota kelas atau budaya seperti dalam “We, the Tikopia” karya Raymond Firth. Persoalan utamanya adalah bagaimana mengurai hubungan antara pengalaman empirik di satu sisi, dan teori (theorizing), rasionalisasi (rationalizing), naratisasi (narrativatizing), dan interpretasi (interpreting) kita sendiri di sisi lain.