B Indo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Alfirachmi Azzahra Kelas : XII MIPA 6 1. Datalah peristiwa sejarah dari berbagai sumber (buku, majalah, koran atau internet) tentang seorang tokoh, misalnya tokoh lokal didaerahmu. Buatlah dalam bentuk tabel! Peristiwa Sejarah Rengasdengklok



Pemilu Pertama 1955 Lepasnya Timor Timur



Pengembangan Peristiwa Pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta, beserta Fatmawati dan Guntur (putra Soekarno) dibawa ke Rengasdengklok untuk menghindari segala macam bentuk bujukan Jepang yang dapat mempengaruhi keyakinan SoekarnoHatta dan menggagalkan terlaksananya proklamasi kemerdekaan. Sementara itu di Jakarta, Achmad Soebardjo melakukan perundingan dan berusaha membujuk golongan muda untuk tidak tergesa-gesa memproklamasikan kemerdekaan. Beliau setuju bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan diselenggarakan di Jakarta. Pemilu pertama yang terjadi pada tahun 1955. Indonesia dapat memilih sendiri Konstituante dan anggota DPR yang akan menjabat pertama kalinya setelah sepuluh tahun proklamasi. Pada masa di bawah pimpinan Presiden Habibie ada gejolak politik yang terjadi pada kelompok Fretilin yang mencoba memisahkan salah satu wilayah Indonesia dari negaranya, yaitu Timor Timur. Pada akhirnya provinsi tersebut pun mendirikan negaranya sendiri yang pada saat ini bernama Timor Leste pada tahun 1999.



2. Pilihlah salah satu peristiwa sejarah yang menarik bagimu atas tokoh lokal tersebut. Coba telusuri sisi lain kehidupan pribadinya, misalnya rumah tangganya, anak-anaknya, citacitanya, romantika kehidupannya. Buatlah dalam bentuk tabel juga! Saya memilih peristiwa sejarah “Lepasnya Timor Timur”, karena menurut saya tokohnya sangat menarik yaitu Presiden ke 3 Republik Indonesia, Bapak B.J. Habibie. No . 1.



Sisi Kehidupan Data Pribadi



2.



Keluarga



Jawaban Bacharuddin Jusuf Habibie lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan merupakan Presiden ke 3 Republik Indonesia yang sebelumnya menjabat sebagi Wakil Presiden Republik Indonesia ke 7. B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian



yang berasal dari etnis Gorontalo, sedangkan ibunya dari etnis Jawa. Alwi Abdul Jalil Habibie (Ayah dari B.J. Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu marga asli dalam struktur sosial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di Gorontalo. Sementara itu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (Ibu dari B.J. Habibie) merupakan anak seorang dokter spesialis mata di Yogyakarta, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah. 3.



Pendidikan



4.



Pernikahan



B. J. Habibie pernah menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas Kristen Dago. Habibie kemudian belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965, Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar Diploma Insinyur pada 1960 dan gelar Doktor Insinyur pada 1965 dengan predikat summa cum laude. Pada awalnya, kisah cinta antara Habibie dan Ainun bermula sejak masih remaja, ketika keduanya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Namun, keduanya baru saling memperhatikan ketika sama-sama bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa Barat. Komunikasi mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan kuliah dan bekerja di Jerman, sementara Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung. Akad nikah Habibie dan Ainun digelar secara adat dan budaya Jawa, sedangkan resepsi pernikahan digelar keesokan harinya dengan adat dan budaya Gorontalo di Hotel Preanger. Ketika menikah dengan Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua pilihan, memilih untuk tetap bekerja di Rumah Sakit Anak-Anak, Hamburg atau berperan serta berkarya di belakang layar sebagai istri dan ibu rumah tangga. Setelah berdiskusi dengan Habibie, Ainun pun akhirnya memilih opsi yang kedua. Dari pernikahan keduanya, Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Kisah percintaan Habibie dan Ainun sangatlah terkenal dan mungkin bisa menjadi sejarah percintaan sejati, karena Habibie begitu sangat mencintai Ainun dan begitu juga sebaliknya. Bahkan kisah percintaannya telah diceritakan dalam bentuk film Habibie&Ainun dan mendapatkan respon yang sangat baik dari



5.



Karir



masyarakat Indonesia. Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto. Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginannya untuk mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT. IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember 1990. Puncak karier Habibie terjadi pada tahun 1998, dimana saat itu ia diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7 (menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. Masih panjang lagi karir dari seorang Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng. Ia meninggal pada tanggal 11 September 2019 karena gagal jantung lalu dimakamkan di samping makam istrinya, Hasri Ainun Besari di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120, dengan upacara pemakaman dipimpin oleh Presiden ke 7 yaitu Ir. H. Joko Widodo







TUGAS! Membuat sebuah novel sejarah. Buatlah terlebih dahulu kerangka karangannya berdasarkan hasil imajinasimu terhadap tokoh yang ada pada halaman sebelumnya (B.J. Habibie), kemudian kembangkanlah kerangka tersebut menjadi sebuah novel sejarah! B.J. HABIBIE, BAPAK TEKNOLOGI NEGRIKU



1. Masa Kecilku Aku merupakan seorang anak keempat dari delapan bersaudara, terlahir dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo pada tanggal 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan dengan pencampuran dua etnis yaitu Gorontalo dan Jawa. Sejak kecil aku sudah memiliki sifat tegas dalam memegang prinsip. Aku juga suka menunggang kuda dan membaca buku, hal ini membuatku dinilai cerdas oleh orangorang disekitarku. Hidupku bersama saudara serta orangtuaku sangatlah bahagia, namun pada tanggal 3 September 1950, saat kami melaksanakan shalat Isya’ berjama’ah aku harus kehilangan sosok yang sangat berarti dihidupku yaitu sosok ayah, pada saat ayahku meninggal aku harus kuat dan bertanggung jawab menggantikan posisinya sebagai imam karena shalat ini harus tetap berlanjut sampai salam. Setelah ayahku meninggal, ibuku menjual rumah kami yang penuh dengan kenangan itu serta menjual kendaraan yang kami miliki lalu kami pindah ke Bandung dan ibuku menjadi tulang punggung keluarga untuk memenuhi kebutahan hidup kami semua. 2. Awal Dari Mengejar Mimpi Sekarang aku menjalankan pendidikanku di Gouvernments Middlebare School (Sekolah Menengah Umum). Sama seperti siswa lainnya yang mulai fokus dalam menuntut ilmunya untuk kejenjang yang nantinya lebih serius lagi. Aku tetap terkenal dengan siswa yang cerdas dan begitu sangat berprestasi terutama di pelajaran-pelajaran bidang Eksakta. Setelah aku tamat SMU di Bandung pada tahun 1954, aku melanjutkan pendidikan ku ke Universitas Indonesia Bandung atau yang sekarang dikenal dengan Institut Teknologi Bandung, tetapi aku tidak menyelesaikan kuliahku disini. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan memberikan kepercayaannya kepadaku untuk melanjutkan pendidikan beasiswa di Jerman. Teknik Penerbangan menjadi pilihanku dengan Spesialisasi Konstruksi Pesawat Terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH). Berbeda dengan mahasiswa lainnya, disini aku selalu berusaha untuk menjadi seorang yang sukses dan membanggakan kedua orangtuaku serta negaraku. Musim liburan kupergunakan untuk bekerja mencari uang dan mengikuti ujian ujian.