B1 - 195100200111042 - Dinda Salsabila - Penyimpanan Produk Menggunakan Metode MAS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENYIMPANAN PRODUK MENGGUNAKAN METODE MAS



Disusun oleh: NAMA



: DINDA SALSABILA



NIM



: 195100200111042



KELOMPOK



: B1



ASISTEN



: 1. ILHAM RIZKI WIDIYONO 2. BEATRICE VITRIA PRIHASTINI



LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pertanian buah maupun sayur merupakan jenis produk yang cepat rusak, baik kerusakan fisik, tekstur maupun kandungan kimia. Pada dasarnya kerusakan kualitas buah dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti terjadinya luka, gangguan patogen, respisari, transpirasi dan lainnya. Akibatnya produk tersebut mengalami penurunan kandungan gizi, perubahan warna serta komponen lain yang dapat berakibat pada menurunnya nilai jual maupun daya tarik produk pertanian tersebut. Sehingga untuk menjaga kualitas hasil pertanian agar tetap baik dan menarik diperlukan suatu metode penanganan pasca panen yang optimal untuk mengurangi atau menghambat laju respirasi maupun faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas buah tersebut. Salah satu metode untuk mengurangi laju respirasi dan transpirasi untuk menunda proses pematangan buah dan sayur agar tidak cepat rusak antar lain yatu dengan cara modifikasi atmoster. Penyimpanan atmosfer termodifikasi atau Modified Atmosphere



Storage



(MAS)



merupakan



salah



satu



teknologi



yang



mampu



memperlambat penurunan kualitas dan memperpanjang umur simpan darl buah maupun sayur segar. Penyimpanan dengan MAS secara umum dilakukan dengan mengurangi tingkat kandungan O2 dan kandungan CO2 ditambah (dibandingkan dengan udara biasa) melalui pengaturan pengemasan yang menghasilkan kondisi konsentrasikonsentrasi tertentu melalui interaksi penyerapan dan respirasi buah yang disimpan. 1.2 Tujuan a. Menghitung laju respirasi jamur tiram selama penyimpanan b. Membuat grafik perubahan laju respirasi jamur tiram selama penyimpanan c. Menganalisis susut bobot jamur tiram selama penyimpanan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Prinsip Penyimpanan Produk Menggunakan Metode MAS Penyimpanan atmosfer termodifikasi atau modified atmosphere storage (MAS) merupakan salah satu teknologi yang mampu memperlambat penurunan kualitas dan memperpanjang umur simpan dari buah maupun sayur segar. Penyimpanan dengan MAS secara umum adalah penyimpanan dimana tingkat kandungan O2 dikurangi dan kandungan CO2 ditambah (dibandingkan dengan udara biasa) melalui pengaturan pengemasan yang menghasilkan kondisi konsentrasi-konsentrasi tertentu melalui interaksi penyerapan dan respirasi buah yang disimpan. Penyimpanan dengan cara tersebut diharapkan mampu mempertahankan kualitas bahan pangan sehingga tidak cepat rusak dan umur simpannya lebih lama (Susilo et al., 2016). Proses respirasi dan tanda-tanda pemotongan dapat dihambat jika buah dan sayuran agar disimpan dalam atmosfer yang mengandung CO2 tinggi dan O2 rendah dibandingkan udara normal. Modified Atmosphere Storage (MAS) merupakan penyimpanan dengan menggunakan prinsip teknologi yang menyimpan buah atau sayur segar dalam atmosfer (udara) menggunakan komposisi CO2 yang tinggi dan komposisi O2 yang rendah dan telah diatur pada awal penyimpanan, atau tidak diatur sama sekali atau digunakan kemasan atau film tertentu yang dapat mengatur sendiri komposisi udara di dalamnya (Libyawati et al., 2017). 2.2 Fungsi dan Keuntungan Penyimpanan Produk Menggunakan Metode MAS Modifikasi atmosfer memiliki keuntungan dapat menghambat pelayuan pada produk, menurunkan laju respirasi dan laju pelunakan jaringan. Modifikasi atmosfer juga dapat menghambat pencoklatan (browning) akibat oksidasi, penyimpangan atau perubahan warna, dan pelunakan berbagi jenis buah. Karbondioksida dapat menghambat aktivitas enzim polifenol oksidase yang menyebabkan terjadinya oksidasi senyawa fenol dan menghasilkan senyawa yang berwarna gelap. Namun apabila konsentrasi oksigen yang terlalu rendah dapat mengubah pola respirasi dari aerobik menjadi anaerobik, yang akan menimbulkan berbagai kerusakan yang tidak dikehendaki (Muslikhah, 2013). Modifikasi atmosfer memiliki fungsi sebagai penyimpanan untuk memperpanjang masa simpan makanan segar, seperti makanan nonrespiring seperti daging, keju, atau kacang. Modifikasi atmosfer melibatkan mengganti udara normal dalam produk kemasan dengan suasana tertentu suasana umumnya terdiri dari N2, O2, dan CO2. Keuntungan dari penyimpanan modifikasi atmosfer diperoleh dengan menerapkan gas



dalam konsentrasi berbeda, mungkin akan berbeda untuk produk yang berbeda (Muslikhah, 2013). Penyimpanan atmosfer termodifikasi termasuk dalam kategori penyimpanan atmosfer. Dalam penyimpanan dengan metode atmosfer termodifikasi, gas dalam bahan kemasan dipengaruhi oleh respirasi buah dan sayuran, serta dimungkinkan adanya interaksi dengan udara di sekitarnya. Penyimpanan atmosfer dapat berfungsi untuk menjaga buah dan sayuran dalam kondisi kurang matang (hijau) dengan menunda penuaan. Penyimpanan dengan metode MAS juga berfungsi untuk mengurangi tingkat kerusakan buah dengan menghambat proses respirasi dan transpirasi buah. Hal ini dapat membuat daya tahan kesegaran buah menjadi lebih panjang sehingga dapat mempertahankan mutu buah setelah pemanenan (Fang dan Wakisaka, 2021). 2.3 Jelaskan Teknik Modifikasi Atmosfer pada Penyimpanan Produk Menggunakan Metode MAS Teknik modifikasi atmosfer adalah pengubahan komposisi udara dengan pengurangan atau penambahan gas tertentu ke dalam udara normal (20.95% O2, 0.03% CO2, dan 78.08% N2) menjadi udara modifikasi (0% O2, 30% CO2, 70% N2). Teknik modifikasi atmosfer adalah sesuatu cara penyimpanan dimana tingkat konsentrasi O2 lebih rendah dan tingkat konsentrasi CO2 lebih tinggi bila dibandingkan dengan udara normal. Hal ini dapat dicapai dengan pengaturan melalui kemasan. Pada prakteknya ada dua macam penyimpanan modifikasi atmosfer yaitu aktif dan pasif. Penyimpanan modifikasi atmosfer pasif keseimbangan antara CO2 dan O2 didapat melalui pertukaran udara di dalam kemasan melalui film kemasan. Jadi keseimbangan yang dinginkan tidak dikontrol pada awalnya melainkan mengandalkan permeabilitas dari kemasan yang digunakan. Sedangkan penyimpanan modifikasi atmosfer aktif adalah penyimpanan dengan modifikasi atmosfer dimana udara di dalam kemasan pada awalnya dikontrol dengan cara menarik semua udara di dalam kemasan untuk disi dengan udara dan konsentrasi yang telah diatur dengan menggunakan alat, sehingga keseimbangan langsung tercapai. Dalam penyimpanan modifikasi atmosfer permeabilitas kemasan memegang peran penting karena pertukaran gas terjadi lewat kemasan yang digunakan (Muslikhah, 2013). 2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyimpanan Produk Menggunakan Metode MAS Penyimpanan modifikasi atmosfer adalah penyimpanan dimana kandungan O2 dikurangi dan kandungan CO2 ditambah dari udara normal dengan pengaturan pengemasan yang menghasilkan kondisi konsentrasi tertentu melalui interaksi perembesan gas dan metabolisme tempe yang disimpan. Modifikasi atmosfer



merupakan cara terbaik untuk memperpanjang umur simpan produk. Gas yang digunakan dalam modifikasi atmosfer adalah oksigen, karbondioksida, nitrogen dalam kombinasi tergantung dengan jenis produk yang dikemas. Disamping untuk keperluan respirasi oksigen juga berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri areob dan menghambat pertumbuhan bakteri anaerob Nitrogen gas yang bersifat inert yang digunakan sebagai gas pengisi kemasan untuk menjaga kemasan tidak kempes. Sehingga,



faktor



yang



dapat



mempengaruhi



penyimpanan



produk



dengan



menggunakan metode penyimpanan atmosfer termodifikasi adalah laju respirasi dan metabolisme (Muslikhah et al., 2013). Pengaruh penyimpanan buah atau sayur segar dalam atmosfer dengan komposisi CO2 tinggi dan O2 rendah antara lain dapat menyebabkan respirasi terhambat, asam tertimbun, pembentukan asetaldehida, peningkatan jumlah gula, penurunan jumlah zat yang larut dalam alkali, jumlah pektin total tinggi, dan proses perombakan klorofil dihambat. Respirasi terhambat karena ketersediaan O2 rendah dan CO2 tinggi, hal ini mengakibatkan pematangan dapat dihambat sehingga umur penyimpanan buah dan sayur dapat lebih lama. Proses penimbunan asam yang terjadi akibat respirasi menurun, peningkatan penambahan CO2 atau enzim menjadi tidak begitu aktif (Libyawati et al., 2017). 2.5 Faktor-Faktor yang Dapat Merusak Penyimpanan Produk Menggunakan Metode MAS Faktor yang dapat merusak penyimpanan produk adalah tingginya laju respirasi dan suhu penyimpanan serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Metode penyimpanan menggunakan kombinasi suhu rendah dan atmosfer termodifikasi merupakan salah satu cara memperlambat laju respirasi buah sehingga buah dapat bertahan lebih lama. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai umur simpan yang pendek. Laju respirasi tergantung pada konsentrasi CO2 dan O2 yang ada dalam udara. Aktivitas respirasi dengan menggunakan oksigen pada proses respirasi berbeda-beda, semakin banyak oksigen yang digunakan akan semakin aktif proses respirasinya. Suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi laju respirasi pada buah. laju respirasi sendiri terbagi menjadi beberapa tipe pola, yaitu tipe menurun dengan lambat (gradualy decrease type), tipe meningkat sementara (late peak type), dan tipe puncak kasip (temporary rise type) (Fransiska, 2013). Akibat buruk penyimpanan karena komposisi atmosfer yang tidak tepat atau kemasan yang tidak baik membuat perubahan warna daging buah, perubahan citarasa, gagal matang, penimbunan asam organik dan kerusakan jaringan. Sedangkan dengan tingginya konsentrasi dapat CO2 menyebabkan penurunan reaksi sintesis pematangan, penghambatan beberapa kegiatan enzimatik, penurunan produksi zat atsiri/aroma,



penimbunan asam organik, kelambatan pemecahan pektin, penghambatan sintesis klorofil dan penghilangan warna hijau, perubahan perbandingan berbagai gula, produksi bau dan rasa yang tidak dikehendaki, kenaikan pH penurunan asam askorbat, perubahan warna daging buah, pertumbuhan jamur terhambat, dan menghambat peran etilen (C2H4). Kondisi penyimpanan (CO2, O2) masing-masing komoditas berbeda-beda (Libyawati et al., 2017).



BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu dan tempat praktikum teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian pada materi penyimpanan produk menggunakan metode MAS dilaksanakan secara online melalui Zoom Meeting. Hari pelaksanaan praktikum pengeringan pada hari Senin tanggal 01 November 2021. Waktu pelaksanaan praktikum penyimpanan produk menggunakan metode MAS pada pukul 18.30 – 19.30 WIB. 3.2 Alat dan Bahan Beserta Fungsi No



Alat dan Bahan



Fungsi



1.



Jamur Tiram



Sebagai bahan perlakuan



2.



Gas Nitrogen



Sebagai bahan konsentrasi gas nitrogen



3.



Respiration Chamber



Sebagai wadah penyimpanan jamur tiram



4.



Pompa Vakum



Untuk memvakum udara di respiration chamber



5.



Gelas Beaker



Untuk mengukur volume jamur



6.



Timbangan Digital



Untuk menimbang massa jamur



7.



O2 dan CO2 Analyzer



Untuk mengukur konsentrasi gas O2 dan CO2 dalam penyimpanan



8.



Tabung Nitrogen



Untuk menambah konsentrasi gas nitrogen dalam wadah penyimpanan



9.



Selang Spray



Untuk menyalurkan gas



10.



Kamera Digital



Untuk mendokumentasikan perubahan fisik jamur tiram



3.3 Cara Kerja (Diagram Alir) 3.3.1 Pengukuran Laju Respirasi Jamur Tiram Alat dan Bahan disiapkan Jamur Tiram Ditimbang sebanyak 61,6 gram dan disimpan di dalam respiration chamber Respiration Chamber Diatur tekanannya menggunakan vakum sebesar -30 cmHg



pompa



Diberikan nitrogen hingga tekanan 0 cmHg Diberi paraffin pada tutupnya. Ukur dan catat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada O2 dan CO2 analyzer tiap 30 menit sekali selama 5 jam



Ulangi langkah tersebut pada penggunaan tekanan -42, -54, dan -63 cmHg



Hasil



3.3.2 Pengujian Parameter Perlakuan Susut Bobot Alat dan Bahan Disiapkan Jamur Tiram Ditimbang sebanyak 50 gram dan disimpan di dalam respiration chamber Jamur Tiram Dicatat massanya dan disimpan kembali dalam respiration chambler Dilakukan penimbangan 1 kali sehari hingga jamur membusuk dan dicatat massa penimbangannya



Ulangi langkah tersebut pada penggunaan tekanan -42, -54, dan -63 cmHg



Hasil



BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan W jamur: 0.0616 V wadah total: 1080 V jamur: 98.718 V wadah bebas: 981.282 Vbebas/Wjamur: 15929.9



kg ml ml ml kg/ml



4.1.1 DHP Laju Oksigen dan Karbondioksida 4.1.1.1 DHP Laju Oksigen 4.1.1.1.1 Data Perlakuan Menit



A (%) 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300



Total Jadi ke /jam



20.5 16.2 12.9 11.8 10.1 8.2 7.4 5.3 3.6 2 0.7 32.9 0.548333



B (%) C (%) D (%) E (%) 12.4 9.2 5.9 3.5 8.6 5.3 3.8 1.6 4.8 3.7 1.5 0.5 2.3 1.2 0.8 0.5 0.7 0.5 0.4 0.5 0.5 0.6 0.5 0.7 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 10.6 7.666667 5.133333 3.266667 0.176667 0.127778 0.085556 0.054444



4.1.1.1.2 Data Perhitungan



0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300



A



B



0 324.793 257.5334 218.5936 193.8138 161.954 138.0591 112.3943 78.76451 49.55969 23.89485



0 185.8488 118.5893 62.83461 26.54983 10.61993 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944



C 0 128.3241944 79.6495 43.36472778 15.04490556 9.734938889 9.734938889 8.849944444 8.849944444 8.849944444 8.849944444



D



E



0 85.84446 46.90471 20.35487 10.61993 7.96495 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944



0 45.13472 18.58488 8.849944 8.849944 10.61993 10.61993 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944



4.1.1.1.3 Grafik



4.1.1.2 DHP Laju Karbondioksida 4.1.1.2.1 Data Perlakuan Menit



A (%) 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300



Total Jadi ke /jam



0.03 2.2 3.1 4.1 5.1 6.2 6.6 8 9 10.2 11.4 21.97667 0.366278



B (%) 0.03 1.8 2.8 4.5 5.5 6.1 6.4 6.8 7.2 7.6 7.9 18.87667 0.314611



C (%) D (%) E (%) 0.03 0.03 0.03 1.5 1.2 1.1 2.2 2 1.3 3.7 2.7 1.5 4.3 3.2 1.6 4.6 3.3 1.8 4.8 3.6 2 5.1 3.7 2.2 5.4 3.8 2.3 5.7 4 2.6 6 4.1 2.7 14.44333 10.54333 6.376667 0.240722 0.175722 0.106278



4.1.1.2.2 Data Perhitungan A B C 0 0 0 30 19.73538 16.1954 60 46.90471 40.70974 90 63.7196 64.60459 120 81.41949 88.49944 150 100.0044 102.6594 180 113.2793 110.6243 210 129.2092 116.8193 240 150.4491 123.8992 270 169.9189 130.9792 300 191.1588 137.1741 4.1.1.2.3 Grafik



D 0 13.540415 32.74479444 52.21467222 70.79955556 78.76450556 83.18947778 87.61445 92.92441667 98.23438333 103.54435



E



F



0 10.88543 28.31982 41.59474 52.21467 57.52464 61.06462 64.60459 66.37458 69.02957 71.68455



0 10.00044 21.23987 24.77984 27.43483 30.08981 33.62979 37.16977 39.82475 43.36473 46.90471



4.1.2 DHP Susut Bobot 4.1.2.1 Data Hasil Perlakuan - Perlakuan A1 Hari ke parameter pengamatan u1 u2 u3 u1 u2 u3 0 1 2



50 50



50 50



50 50



48.2 47.9



47.5 46.5



Rerata Susut bobot % 50 0 48.2333 3.53333 49 3 3 48.1 47.5 5



3



50



50



50



47.5



47.3



48.3



- Perlakuan B1 Hari ke u1



47.7



parameter pengamatan u2



u3



u1



u2



u3



0 1



50



50



50



47.5



47.6



48.7



2



50



50



50



47.3



48.1



47.6



3



50



50



50



47.2



47.8



46.4



- Perlakuan C1 Hari ke u1



4.6



50 47.9333 3 47.6666 7 47.1333 3



0 4.1333 33 4.6666 67 5.7333 33



parameter pengamatan u2



u3



u1



u2



u3



0



50



0



1



50



50



50



47.5



48.6



48.5



48.2



3.6



2



50



50



50



48.1



48.3



47.9



48.1



3.8



3



50



50



50



48.3



47.4



49 48.23333 3.533333



4



50



50



50



48.1



48.6



48.6 48.43333 3.133333



- Perlakuan D1 Hari ke u1 u2 0



parameter pengamatan u3 u1 u2



u3 50



0



1



50



50



50



48.8



48.9



48.5 48.73333 2.533333



2 3



50 50



50 50



50 50



47.6 49.9



50 46.5



48.1 48.56667 2.866667 49.1 48.5 3



4



50



50



50



48.6



48.3



48.1 48.33333 3.333333



- Perlakuan E1 Hari ke u1 u2 0



parameter pengamatan u3 u1 u2



u3 50



0



1 2 3 4



50 50 50 50



50 50 50 50



50 50 50 50



46.6 49 48 48.2



49 48.4 49.1 49



48.5 48.03333 3.933333 48.6 48.66667 2.666667 48.5 48.53333 2.933333 48.9 48.7 2.6



4.1.2.2 Grafik



4.2 Analisa DHP dan Perhitungan Praktikum penyimpanan produk dengan metode MAS menggunakan 5 perlakuan yang diberi tanda sebagai A, B, C, D, dan E. Dimana perlakuan A yaitu 21 % O2 (atmosfer normal), perlakuan B yaitu 12,4 – 12,5 % O2, perlakuan C yaitu 9,2 – 9,3 % O2, perlakuan D yaitu 5,9 – 6,1 % O2, dan perlakuan E yaitu 3,5 – 3,7 % O2. Pada konsentrasi oksigen dan karbondioksida didapatkan W jamur sebesar 0.0616 kg, V wadah total sebesar 1080 ml, V jamur sebesar 98.718 ml, V wadah bebas sebesar 981.282 ml, dan V bebas / W jamur sebesar 15929.9 kg/ml. Praktikum ini menggunakan menit yang sama pada laju oksigen dan karbondioksida yaitu pada menit ke- 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, dan 300. Data laju oksigen pada perlakuan A dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 20.5, 16.2, 12.9, 11.8, 10.1,



8.2, 7.4, 5.3, 3.6, 2, dan 0.7 %. Laju oksigen pada perlakuan B dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 12.4, 8.6, 4.8, 2.3, 0.7, 0.5, 0.5, 0.5, 0.5, 0.5, dan 0.5 %. Laju oksigen pada perlakuan C dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 9.2, 5.3, 3.7, 1.2, 0.5, 0.6, 0.5, 0.5, 0.5, 0.5, dan 0.5 %. Laju oksigen pada perlakuan D dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 5.9, 3.8, 1.5, 0.8, 0.4, 0.5, 0.5, 0.5, 0.5, 0.5, dan 0.5 %. Laju oksigen pada perlakuan E dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 3.5, 1.6, 0.5, 0.5, 0.5, 0.7, 0.5, 0.5, 0.5, 0.5, dan 0.5 %. Sehingga, didapatkan total dari masingmasing perlakuan A, B, C, D, dan E secara berturut sebesar 32.9, 10.6, 7.666667, 5.133333, dan 3.266667 %. Nilai konsentrasi / jam dapat dihitung dengan total / 60 menit sehingga pada tiap perlakuan mendapatkan nilai secara berturut sebesar 0.548333, 0.176667, 0.127778, 0.085556, dan 0.054444 %. Perhitungan laju respirasi O2 dan CO2 menggunakan rumus R1= R2=



� �







��2 , ��



� �







��1 ��



dan



dimana R adalah laju respirasi (ml/kg.jam), V adalah volume bebas wadah



(ml), W adalah bobot bahan (kg), x1 adalah konsentrasi gas O2 (%), x2 adalah konsentrasi gas CO2 (%), t adalah waktu (jam), dx/dt adalah laju perubahan konsentrasi O2 atau CO2 (%/jam). Pada laju oksigen dan karbondioksida waktu yang digunakan yaitu pada menit ke- 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, dan 300. Perhitungan laju oksigen menggunakan rumus R1=



� �







��1 ��



dimana nilai



dx1 adalah penjumlahan konsentrasi dari O2.



� �



sebesar 15929.9 kg/ml dan



Perlakuan A pada konsentrasi di menit 30 akan menjadi R1= 15929.9 x



((20.5+16.2)/30 menit / 60 menit). Sehingga, pada perlakuan A dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara beturut sebesar 0, 324.793, 257.5334, 218.5936, 193.8138, 161.954, 138.0591, 112.3943, 78.76451, 49.55969, dan 23.89485 ml/kg.jam. Pada perlakuan B dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara berturut sebesar 0, 185.8488, 118.5893, 62.83461, 26.54983, 10.61993, 8.849944, 8.849944, 8.849944, 8.849944, dan 8.849944 ml/kg.jam. Pada perlakuan C dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara berturut sebesar 0, 128.3241944, 79.6495, 43.36472778, 15.04490556, 9.734938889, 9.734938889, 8.849944444, 8.849944444, 8.849944444, dan 8.849944444 ml/kg.jam. Pada perlakuan D dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara berturut sebesar 0, 85.84446, 46.90471, 20.35487, 10.61993, 7.96495, 8.849944, 8.849944, 8.849944, 8.849944, dan 8.849944 ml/kg.jam. Pada perlakuan E dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara berturut sebesar 0, 45.13472, 18.58488, 8.849944, 8.849944, 10.61993, 10.61993, 8.849944, 8.849944, 8.849944, dan 8.849944 ml/kg.jam.



Data laju karbondioksida pada perlakuan A dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 0.03, 2.2, 3.1, 4.1, 5.1, 6.2, 6.6, 8, 9, 10.2, dan 11.4 %. Laju oksigen pada perlakuan B dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 0.03, 1.8, 2.8, 4.5, 5.5, 6.1, 6.4, 6.8, 7.2, 7.6, dan 7.9 %. Laju oksigen pada perlakuan C dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 0.03, 1.5, 2.2, 3.7, 4.3, 4.6, 4.8, 5.1, 5.4, 5.7, dan 6 %. Laju oksigen pada perlakuan D dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 0.03, 1.2, 2, 2.7, 3.2, 3.3, 3.6, 3.7, 3.8, 4, dan 4.1 %. Laju oksigen pada perlakuan E dengan menit yang sama secara berturut mendapatkan konsentrasi 0.03, 1.1, 1.3, 1.5, 1.6, 1.8, 2, 2.2, 2.3, 2.6, dan 2.7 %. Sehingga, didapatkan total dari masing-masing perlakuan A, B, C, D, dan E secara berturut sebesar 21.97667, 18.87667, 14.44333, 10.54333, dan 6.376667 % dengan nilai konsentrasi / jam dapat dihitung dengan total / 60 menit sehingga pada tiap perlakuan berturut sebesar 0.366278, 0.314611, 0.240722, 0.175722, dan 0.106278 %. Perhitungan laju oksigen menggunakan rumus R2=



� �







��2 ��



dimana nilai



� �



sebesar 15929.9 kg/ml dan dx2 adalah penjumlahan konsentrasi gas CO2. Perlakuan A pada konsentrasi di menit 30 akan menjadi R2= 15929.9 x ((2.2+0.03)/30 menit / 60 menit). Sehingga, pada perlakuan A dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara beturut sebesar 0, 19.73538, 46.90471,



63.7196, 81.41949, 100.0044, 113.2793, 129.2092, 150.4491, 169.9189, dan 191.1588 ml/kg.jam. Pada perlakuan B dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara berturut sebesar 0, 16.1954, 40.70974, 64.60459, 88.49944, 102.6594, 110.6243, 116.8193, 123.8992, 130.9792, dan 137.1741 ml/kg.jam. Pada perlakuan C dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara berturut sebesar 0, 13.540415, 32.74479444, 52.21467222, 70.79955556, 78.76450556, 83.18947778, 87.61445, 92.92441667, 98.23438333, dan 103.54435 ml/kg.jam. Pada perlakuan D dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara berturut sebesar 0, 10.88543, 28.31982, 41.59474, 52.21467, 57.52464, 61.06462, 64.60459, 66.37458, 69.02957, dan 71.68455 ml/kg.jam. Pada perlakuan E dengan menggunakan rumus dan cara yang sama akan mendapatkan nilai laju oksigen secara berturut sebesar 0, 10.00044, 21.23987, 24.77984, 27.43483, 30.08981, 33.62979, 37.16977, 39.82475, 43.36473 dan 46.90471 ml/kg.jam. Pada perhitungan susut bobot menggunakan perlakuan dengan nama A1, B1, C1, D1, dan E1. Perlakuan A1 dan B1 menggunakan hari yang sama dimulai pada hari ke- 0, 1, 2, dan 3. Perlakuan C1, D1, dan E1 menggunakan hari yang sama dimulai pada hari ke-0, 1, 2, 3, dan 4. Parameter yang diamati yaitu massa awal (gram) dan massa akhir (gram) dengan masing-masing pengulangan sampai 3 kali yaitu u1, u2, dan



u3. Pada perlakuan A1 massa awal pada hari ke- 0 dengan setiap ulangannya memiliki nilai sebesar 0 gram dan pada hari ke-1, 2, dan 3 memiliki massa yang sama yaitu sebesar 50 gram pada tiap ulangannya. Sedangkan, dengan hari yang sama yaitu hari ke- 0, 1, 2, 3 secara berturut massa akhir pada ulangan 1 memiliki nilai sebesar 0, 48.2, 47.9, dan 47.5 gram. Pada ulangan 2 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 47.5, 46.5, dan 47.3 gram. Pada ulangan 3 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 49, 48.1, 48.3 gram. Nilai rerata pada perlakuan A1 dengan hari yang sama sebesar 50, 48.23333, 47.5, dan 47.7 gram. Pada perlakuan B1 massa awal pada hari ke- 0 dengan setiap ulangannya memiliki nilai sebesar 0 gram dan pada hari ke-1, 2, dan 3 memiliki massa yang sama yaitu sebesar 50 gram pada tiap ulangannya. Sedangkan, dengan hari yang sama yaitu hari ke- 0, 1, 2, 3 secara berturut massa akhir pada ulangan 1 memiliki nilai sebesar 0, 47.5, 47.3, dan 47.2 gram. Pada ulangan 2 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 47.6, 48.1, dan 47.8 gram. Pada ulangan 3 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 48.7, 47.6, 46.4 gram. Nilai rerata pada perlakuan B1 dengan hari yang sama sebesar 50, 47.93333, 47.66667, dan 47.13333 gram. Pada perlakuan C1 massa awal pada hari ke- 0 dengan setiap ulangannya memiliki nilai sebesar 0 gram dan pada hari ke-1, 2, 3, dan 4 memiliki massa yang sama yaitu sebesar 50 gram pada tiap ulangannya. Sedangkan, dengan hari yang sama yaitu hari ke- 0, 1, 2, 3, 4 secara berturut massa akhir pada ulangan 1 memiliki nilai sebesar 0, 47.5, 48.1, 48.3, dan 48.1 gram. Pada ulangan 2 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 48.6, 48.3, 47.4, dan 48.6 gram. Pada ulangan 3 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 48.5, 47.9, 49, dan 48.6 gram. Nilai rerata pada perlakuan C1 dengan hari yang sama sebesar 50, 48.2, 48.1, 48.23333, dan 48.43333 gram. Pada perlakuan D1 massa awal pada hari ke- 0 dengan setiap ulangannya memiliki nilai sebesar 0 gram dan pada hari ke-1, 2, 3, dan 4 memiliki massa yang sama yaitu sebesar 50 gram pada tiap ulangannya. Sedangkan, dengan hari yang sama yaitu hari ke- 0, 1, 2, 3, 4 secara berturut massa akhir pada ulangan 1 memiliki nilai sebesar 0, 48.8, 47.6, 49.9, dan 48.6 gram. Pada ulangan 2 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 48.9, 50, 46.5, dan 48.3 gram. Pada ulangan 3 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 48.5, 48.1, 49.1, dan 48.1 gram. Nilai rerata pada perlakuan D1 dengan hari yang sama sebesar 50, 48.73333, 48.56667, 48.5, dan 48.33333 gram. Pada perlakuan E1 massa awal pada hari ke- 0 dengan setiap ulangannya memiliki nilai sebesar 0 gram dan pada hari ke-1, 2, 3, dan 4 memiliki massa yang sama yaitu sebesar 50 gram pada tiap ulangannya. Sedangkan, dengan hari yang sama yaitu hari ke- 0, 1, 2, 3, 4 secara berturut massa akhir pada ulangan 1 memiliki nilai sebesar 0, 46.6, 49, 48, dan 48.2 gram. Pada ulangan 2 memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 49, 48.4, 49.1, dan 49 gram. Pada ulangan 3



memiliki nilai massa akhir secara berturut sebesar 0, 48.5, 48.6, 48.5, dan 48.9 gram. Nilai rerata pada perlakuan E1 dengan hari yang sama sebesar 50, 48.03333, 48.66667, 48.53333, dan 48.7 gram. Nilai susut bobot dapat dihitung dengan menggunakan rumus



�� −�� �100% ��



,



dimana Wa adalah bobot bahan awal penyimpanan (gram) dan Wb adalah bobot bahan akhir penyimpanan (gram). Pada perlakuan A1 didapatkan nilai susut bobot dengan hari ke- 0, 1, 2, 3 secara berturut sebesar 0, 3.533333, 5, dan 4.6 %. Pada perlakuan B1 didapatkan nilai susut bobot dengan hari ke- 0, 1, 2, 3 secara berturut sebesar 0, 4.133333, 4.666667, dan 5.733333 %. Pada perlakuan C1 didapatkan nilai susut bobot dengan hari ke- 0, 1, 2, 3, 4 secara berturut sebesar 0, 3.6, 3.8, 3.533333, dan 3.133333 %. Pada perlakuan D1 didapatkan nilai susut bobot dengan hari ke- 0, 1, 2, 3, 4 secara berturut sebesar 0, 2.533333, 2.866667, 3, dan 3.333333 %. Pada perlakuan E1 didapatkan nilai susut bobot dengan hari ke- 0, 1, 2, 3, 4 secara berturut sebesar 0, 3.933333, 2.666667, 2.933333, dan 2.6 %. 4.3 Analisa Grafik a. Hubungan Lama Waktu Penyimpanan dan Konsentrasi Oksigen (%)



Berdasarkan grafik diatas, pada perlakuan A, B, C, D, dan E menunjukkan hasil yang sama. Sehingga, hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan konsentrasi oksigen adalah berbanding terbalik. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka konsentrasi oksigen pada bahan akan semakin rendah.



b. Hubungan Lama Waktu Penyimpanan dan Laju Konsumsi Oksigen (ml/kg.jam)



Berdasarkan grafik diatas, pada perlakuan A, B, C, D, dan E menunjukkan hasil yang sama. Sehingga, hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan laju konsumsi oksigen adalah berbanding terbalik. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka laju konsumsi oksigen pada bahan akan semakin rendah. c. Hubungan Lama Waktu Penyimpanan dan Konsentrasi Karbondioksida (%)



Berdasarkan grafik diatas, pada perlakuan A, B, C, D, dan E menunjukkan hasil yang sama. Sehingga, hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan konsentrasi karbondioksida adalah berbanding lurus. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka konsentrasi karbondioksida pada bahan akan semakin tinggi.



d. Hubungan Lama Waktu Penyimpanan dan Laju Produksi Karbondioksida (ml/kg.jam)



Berdasarkan grafik diatas, pada perlakuan A, B, C, D, dan E menunjukkan hasil yang sama. Sehingga, hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan laju produksi karbondioksida adalah berbanding lurus. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka laju produksi karbondioksida pada bahan akan semakin tinggi. e. Hubungan Lama Waktu Penyimpanan dan Perubahan Bobot (g)



Berdasarkan grafik diatas, pada perlakuan A, B, C, D, dan E menunjukkan hasil yang sama yaitu grafik menurun namun tidak signifikan. Sehingga, hubungan antara pengaruh perubahan bobot dengan lama penyimpanan adalah berbanding terbalik. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka perubahan bobot pada bahan akan semakin rendah.



f. Hubungan Lama Waktu Penyimpanan dan Susut Bobot (%)



Berdasarkan grafik diatas, pada perlakuan A, B, C, D, dan E menunjukkan hasil yang sama yaitu grafik naik namun tidak signifikan. Sehingga, hubungan antara pengaruh susut bobot dengan lama penyimpanan adalah berbanding lurus. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka susut bobot pada bahan akan semakin tinggi. 4.4 Perbandingan DHP dengan Literatur Hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan konsentrasi oksigen adalah berbanding terbalik. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka konsentrasi oksigen pada bahan akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan perubahan konsentrasi O2 buah semakin menurun hampir pada semua perlakuan. Buah yang disimpan dalam kondisi normal (perlakuan A) memiliki perubahan O2 yang paling cepat jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan bentuk grafik yang diperoleh dapat diketahui bahwa perubahan konsentrasi O2 pada kondisi normal relatif cepat. Berbeda dengan grafik perlakuan B,C,D, dan E yang mana menunjukkan penurunan konsentrasi O2 yang relatif lebih lambat bahkan cenderung konstan (Agustiningrum et al., 2014). Hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan konsentrasi karbondioksida adalah berbanding lurus. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka konsentrasi karbondioksida pada bahan akan semakin tinggi. Grafik perlakuan A menunjukkan perubahan konsentrasi CO2 yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sedangkan, grafik perlakuan B, C, D, dan E menunjukkan bahwa pada keempat perlakuan tersebut terjadi perubahan konsentrasi CO2 yang relatif hampir sama atau seragam. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa seluruh perlakuan mengalami pengingkatan CO2 yang relatif cepat.



Sebagai hasil respirasi, kompisisi udara dalam sistem tertutup akan berubah dimana volume O2 akan berkurang sedangkan volume CO2 akan meningkat terhadap waktu (Agustiningrum et al., 2014). Hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan laju konsumsi oksigen adalah berbanding terbalik. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka laju konsumsi oksigen pada bahan akan semakin rendah. Hal ini sesuai literature yang menyatakan bahwa perlakuan A (kondisi normal) merupakan perlakuan dengan laju konsumsi O2 tertinggi, dan perlakuan E (konsentrasi O2 paling rendah) merupakan perlakuan dengan laju konsumsi O2 terendah. Sedangkan perlakuan B, C, dan D memiliki laju konsumsi O2 cenderung terus menurun seiring dengan bertambahnya lama penyimpanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin rendah konsentrasi O2 yang digunakan dalam ruang penyimpanan laju konsumsi O2 pada buah juga semakin rendah (Agustiningrum et al., 2014). Hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan laju produksi karbondioksida adalah berbanding lurus. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka laju produksi karbondioksida pada bahan akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan grafik naik dan menyatakan bahwa penyimpanan pada kondisi normal hingga penyimpanan dengan konsentrasi O2 yang paling rendah tidak terjadi perbedaan laju produksi CO2 yang besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laju produksi CO2 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi O2 dalam penyimpanan atmosfer termodifikasi (Agustiningrum et al., 2014). Hubungan antara pengaruh perubahan bobot dengan lama penyimpanan adalah berbanding terbalik. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka perubahan bobot pada bahan akan semakin rendah atau bobot semakin berkurang. Hal ini di dukung dengan grafik hubungan antara pengaruh susut bobot dan lama penyimpanan



yang memperlihatkan adanya kenaikan persentase susut bobot



sepanjang waktu penyimpanan yang lama. Oleh karena itu, hal ini dapat dikatakan benar karena sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa semakin lama buah disimpan maka makin tinggi susut bobot buah. Laju transpirasi yang cepat berbanding lurus dengan kecepatan buah kehilangan susut bobot. Persentase susut bobot meningkat sejalan dengan semakin lamanya buah tersebut disimpan. Buah yang telah terlepas dari pohon akan mengalami gejala kehilangan bobot selama penyimpanan. Buah yang disimpan pada suhu kamar memiliki nilai susut bobot yang lebih besar karena keberadaan oksigennya lebih tinggi jika dibandingkan buah yang disimpan didalam media simpan seperti plastik (Kusumiyati et al., 2018). Hubungan antara pengaruh susut bobot dengan lama penyimpanan adalah berbanding lurus. Jika waktu penyimpanan yang dilakukan pada bahan semakin lama, maka susut bobot pada bahan akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan literature



yang menyatakan bahwa bobot buah selama proses penyimpanan mengalami penurunan. Susut bobot alami terjadi karena pada proses respirasi terjadi proses secara kimiawi antara O2 dengan karbohidrat menghasilkan CO2 dan H2O (uap air) yang dilepaskan ke udara. Kandungan O2 rendah pada penyimpanan menggunakan atmosfer termodifikasi memberikan pengaruh dalam menghambat respirasi buah, sehingga laju proses perombakan karbohidrat seperti gula menjadi senyawa yang mudah menguap seperti CO2 dapat dihambat (Agustiningrum et al., 2014).



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penyimpanan atmosfer termodifikasi atau modified atmosphere storage (MAS) merupakan salah satu teknologi yang mampu memperlambat penurunan kualitas dan memperpanjang umur simpan dari buah maupun sayur segar. Tujuan praktikum penyimpanan produk menggunakan metode MAS yaitu menghitung laju respirasi jamur tiram selama penyimpanan, membuat grafik perubahan laju respirasi jamur tiram selama penyimpanan, dan menganalisis susut bobot jamur tiram selama penyimpanan. Modifikasi atmosfer memiliki fungsi sebagai penyimpanan untuk memperpanjang masa simpan makanan segar, seperti makanan nonrespiring seperti daging, keju, atau kacang. Faktor yang dapat mempengaruhi penyimpanan produk dengan menggunakan metode penyimpanan atmosfer termodifikasi adalah laju respirasi dan metabolisme. Faktor yang dapat merusak penyimpanan produk adalah tingginya laju respirasi dan suhu penyimpanan serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Alat dan bahan yang digunakan yaitu jamur tiram, gas nitrogen, respiration chamber, pompa vakum, gelas beaker, timbangan digital, O2 dan CO2 analyzer, tabung nitrogen, selang spray, dan kamera digital. Hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan konsentrasi oksigen adalah berbanding terbalik. Hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan laju konsumsi oksigen adalah berbanding terbalik. Hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan konsentrasi karbondioksida adalah berbanding lurus. Hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan laju produksi karbondioksida adalah berbanding lurus. Hubungan antara pengaruh perubahan bobot dengan lama penyimpanan adalah berbanding terbalik. Hubungan antara pengaruh susut bobot dengan lama penyimpanan adalah berbanding lurus. 5.2 Saran Pada praktikum penyimpanan produk menggunakan metode MAS sudah dilaksanakan dengan lancar. Namun, dikarenakan pandemi praktikum tidak dapat dilaksanakan secara langsung. Sehingga praktikan hanya dapat membayangkan bagaimana praktikum berlangsung melalui bantuan video materi. Saran untuk materi ini yaitu agar praktikan dapat memperhatikan saat penjelasan bagaimana perhitungan untuk membuat data hasil pengamatan agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan dan pembuatan grafik. Hal ini harus diperhatikan agar praktikan juga tidak binggung saat pembuatan laporan praktikum



DAFTAR PUSTAKA Fang Y., Wakisaka M. 2021. A Review on The Modified Atmosphere Preservation of Fruits and



Vegetables with Cutting-Edge Technologies. Agriculture. 11. 1-16.



Fransiska A., Hartanto R., Lanya B., Tamrin. 2013. Karakteristik Fisiologi Manggis (Garcinia Mangostana L.) dalam Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 2(1): 1-6. Libyawati W., Suwandi A., Agustian H. 2017. Rancang Bangun Teknologi Modiefied Atmosphere



Storage (MAS) dengan Kapasitas 4,77 m3. Jurnal Teknologi. 9(2): 103



116. Muslikhah S. 2013. Penyimpanan Tempe dengan Metode Modifikasi Atmosfer (Modified Atmosphere) untuk Mempertahankan Kualitas Daya Simpan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Muslikhah S., Anam C., Andriani M. 2013. Penyimpanan Tempe dengan Metode Modifikasi Atmosfer (Modified Atmosphere) untuk Mempertahankan Kualitas Daya Simpan. Jurnal Teknosains Pangan. 2(3): 51-60. Susilo B., Agustiningrum D. A., Indriani D. W. 2016.Pengaruh Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi (Modified Atmosphere Storage/MAS) terhadap Karakteristik Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Agritech. 36(4): 369-378.



DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN Agustiningrum D. A., Susilo B., Yulianingsih R. 2014. Studi Pengaruh Konsentrasi Oksigen pada Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi Buah Sawo (Achras zapota L.). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 2(1): 22-34. Kusumiyati, Farida, Sutari W., Hamdani J. S., Mubarok S. 2018. Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Nilai Total Padatan Terlarut, Kekerasan dan Susut Bobot Buah Mangga Arumanis. Jurnal Kultivasi. 17(3): 766-771.



LAMPIRAN



LAMPIRAN TAMBAHAN



ACC DHP B1 2 November 2021 3.20 PM 1. DHP Laju Oksigen dan Karbondioksida 1.1 DHP Laju Oksigen 1.1.1 Data Perlakuan Menit 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 Total Jadi ke /jam



A (%) B (%) C (%) D (%) E (%) 20.5 12.4 9.2 5.9 3.5 16.2 8.6 5.3 3.8 1.6 12.9 4.8 3.7 1.5 0.5 11.8 2.3 1.2 0.8 0.5 10.1 0.7 0.5 0.4 0.5 8.2 0.5 0.6 0.5 0.7 7.4 0.5 0.5 0.5 0.5 5.3 0.5 0.5 0.5 0.5 3.6 0.5 0.5 0.5 0.5 2 0.5 0.5 0.5 0.5 0.7 0.5 0.5 0.5 0.5 32.9 10.6 7.666667 5.133333 3.266667 0.548333 0.176667 0.127778 0.085556 0.054444



1.1.2 Data Perhitungan



0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300



A



B



0 324.793 257.5334 218.5936 193.8138 161.954 138.0591 112.3943 78.76451 49.55969 23.89485



0 185.8488 118.5893 62.83461 26.54983 10.61993 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944



C 0 128.3241944 79.6495 43.36472778 15.04490556 9.734938889 9.734938889 8.849944444 8.849944444 8.849944444 8.849944444



D



E



0 85.84446 46.90471 20.35487 10.61993 7.96495 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944



0 45.13472 18.58488 8.849944 8.849944 10.61993 10.61993 8.849944 8.849944 8.849944 8.849944



1.1.3 Grafik



1.2 DHP Laju Karbondioksida 1.2.1 Data Perlakuan Menit A (%) B (%) C (%) D (%) E (%) 0 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 30 2.2 1.8 1.5 1.2 1.1 60 3.1 2.8 2.2 2 1.3 90 4.1 4.5 3.7 2.7 1.5 120 5.1 5.5 4.3 3.2 1.6 150 6.2 6.1 4.6 3.3 1.8 180 6.6 6.4 4.8 3.6 2 210 8 6.8 5.1 3.7 2.2 240 9 7.2 5.4 3.8 2.3 270 10.2 7.6 5.7 4 2.6 300 11.4 7.9 6 4.1 2.7 Total 21.97667 18.87667 14.44333 10.54333 6.376667 Jadi ke /jam 0.366278 0.314611 0.240722 0.175722 0.106278 1.2.2 A 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300



Data Perhitungan B C 0 0 19.73538 16.1954 46.90471 40.70974 63.7196 64.60459 81.41949 88.49944 100.0044 102.6594 113.2793 110.6243 129.2092 116.8193 150.4491 123.8992 169.9189 130.9792 191.1588 137.1741



1.2.3



Grafik



D 0 13.540415 32.74479444 52.21467222 70.79955556 78.76450556 83.18947778 87.61445 92.92441667 98.23438333 103.54435



E



F



0 10.88543 28.31982 41.59474 52.21467 57.52464 61.06462 64.60459 66.37458 69.02957 71.68455



0 10.00044 21.23987 24.77984 27.43483 30.08981 33.62979 37.16977 39.82475 43.36473 46.90471



2. DHP Susut Bobot 2.1 Data Hasil Perlakuan Hari ke u1 0 1 2 3



Perlakuan A1 parameter pengamatan u2 u3 u1 u2



50 50 50



Hari ke



50 50 50



47.5 46.5 47.3



Susut bobot % 50 0 49 48.23333 3.533333 48.1 47.5 5 48.3 47.7 4.6



parameter pengamatan



0 1 2 3



u2 50 50 50



u3 50 50 50



u1 50 50 50



u2 47.5 47.3 47.2



u3 50 0 48.7 47.93333 4.133333 47.6 47.66667 4.666667 46.4 47.13333 5.733333



47.6 48.1 47.8



Perlakuan C1 u1



0 1 2 3 4



48.2 47.9 47.5



Rerata



Perlakuan B1



u1



Hari ke



50 50 50



u3



parameter pengamatan u3 u1 u2



u2 50 50 50 50



50 50 50 50



50 50 50 50



47.5 48.1 48.3 48.1



u3 48.6 48.3 47.4 48.6



48.5 47.9 49 48.6



50 0 48.2 3.6 48.1 3.8 48.23333 3.533333 48.43333 3.133333



Hari ke



Perlakuan D1 u1



0 1 2 3 4 Hari ke



u2 50 50 50 50



2.2 Grafik



50 50 50 50



50 50 50 50



48.8 47.6 49.9 48.6



u3 48.9 50 46.5 48.3



48.5 48.1 49.1 48.1



50 0 48.73333 2.533333 48.56667 2.866667 48.5 3 48.33333 3.333333



48.5 48.6 48.5 48.9



50 0 48.03333 3.933333 48.66667 2.666667 48.53333 2.933333 48.7 2.6



Perlakuan E1 u1



0 1 2 3 4



parameter pengamatan u3 u1 u2



u2 50 50 50 50



u3 50 50 50 50



parameter pengamatan u1 u2 50 50 50 50



46.6 49 48 48.2



u3 49 48.4 49.1 49