Bab 1-12 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Kelapa sawit (elaisn guineesis jacg) merupakan komoditi non migas yang



telah ditetapkan sebagai salah satu komoditi yang dikembangkan menjadi produk lain untuk diekspor. Produksi kelapa sawit di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Asia Tenggara merupakan kawasan pengembang kelapa sawit peringkat pertama dunia, baik dari segi luas areal maupun produktivitasnya. Pada tahun 2015, Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas areal 11,5 juta hektar dengan produksi minyak kelapa sawit 31 juta ton per tahun dan Malaysia menduduki peringkat kedua dengan produksi minyak kelapa sawit 19,20 juta ton per tahun. Provinsi Aceh merupakan wilayah keempat terbesar di pulau sumatera yang memiliki luas perkebunan 396.644 Ha dan produksi minyak kelapa sawit 817.525 Ton (Kementerian Pertanian, 2015). Minyak kelapa sawit menjadi komoditas andalan Indonesia dan merupakan sumber devisa negara yang tidak akan pernah kalah bersaing di pasar bebas karena kelapa sawit memiliki karakter yang khas yaitu hanya dapat dikembangkan di daerah beriklim tropis sehingga tidak semua negara dapat mengembangkannya. Pengolahan minyak sawit baik berupa minyak sawit mentah, maupun minyak inti sawit (PKO) juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Salah satu jenis produk yang dihasilkan dari pengolahan CPO ialah Asam Oleat dan Asam Palmitat. Asam oleat dan Asam Palmitat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak dikandung dalam minyak nabati. Kegunaan asam oleat dan Asam Palmitat adalah sebagai berikut : 



Industri minuman, seperti pembuatan susu,







Industri sabun dan deterjen,







Industri kosmetik,



1



2







Industri minyak goreng, dan







Industri bahan makanan. Perusahaan-perusahaan besar yang merupakan pelaku utama (major



player) dari industri oleokimia dasar adalah PT. Musim Mas (kapasitas 450.000 Ton/tahun, PT. Ecogreen (419.000 Ton/tahun), PT. Nubika Jaya (150.000 Ton/tahun), PT. Wilmar Nabati Indonesia (132.000 Ton/tahun), PT. Domba Mas (104.600 Ton/tahun), PT. Sumi Asih 101.000 (Ton/tahun), PT. Cisadane Raya (100.000 Ton/tahun), PT. Soci Mas ( 88.000 Ton/tahun), dan PT. Flora Sawita (55.100 Ton/tahun). Sehingga, total kapasitas terpasang untuk industri oleokimia dasar pada tahun 2013 adalah 1.599.700 Ton/tahun (Kementerian Perindustrian, 2014). Kapasitas pabrik merupakan faktor yang sangat penting dalam pendirian pabrik karena akan mempengaruhi perhitungan teknis dan ekonomis. Meskipun secara teori semakin besar kapastitas pabrik kemungkinan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar, tetapi dalam penentuan kapasitas perlu juga dipertimbangkan faktor lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pabrik yaitu data kebutuhan asam oleat di Indonesia dan jadwal pendirian pabrik, yang akan diuraikan berikut ini. 1.



Data Kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia Adapun data Kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia



tercantum pada Tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1 Kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia Tahun



Ton/Tahun



2008



25.650



2009



28.380



2010



30.860



2011



32.090



2012



34.750



2013



37.250



Sumber : Biro Pusat Statistik, 2013



3



Adapun grafik kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia setiap tahunnya berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik pada



Kebutuhan (Ton)



tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 1.1.



y = 2217.x + 13757 R² = 0.999



30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 2008



2009



2010



2011



Tahun



2012



2013



Gambar 1.1 Grafik hubungan antara Tahun terhadap kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat Hasil proyeksi kebutuhan asam oleat dan Asam Palmitat di Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.2 Proyeksi Kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia No



Tahun



Kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat (Ton/Tahun)



1



2014



39.750



2



2015



42.250



3



2016



44.750



4



2017



47.250



5



2018



49.750



6



2019



52.250



7



2020



54.750



Hasil proyeksi menunjukkan bahwa kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 54.750 Ton/Tahun. Dari hasil pemaparan diatas memperlihatkan bahwa kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia akan mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, prarancangan



4



pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat direncanakan akan berproduksi dengan kapasitas 20.000 ton/tahun yaitu berkisar 36,53% dari total kebutuhan ditahun 2020 dengan pertimbangan : 1) Memenuhi kebutuhan asam oleat di dalam negeri. 2) Meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor Asam Oleat dan Asam Palmitat untuk memenuhi kebutuhan dunia. 3) Menambah lapangan kerja baru.



2.



Jadwal Pendirian Pabrik Adapun rencana jadwal pendirian pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat



dapat dilihat pada tabel 1.3 dibawah ini. Tabel 1.3 Jadwal Pendirian Pabrik No



Tahun keKegiatan



1



Design Konstruksi Bangunan



2



Identifikasi Peralatan



3



Pencarian Investor



4



Legalitas Lokasi Pabrik



5



Pembelian dan Pengadaan Peralatan



6



Masa Konstruksi



7



Perekrutan Karyawan



8



Start Up Peralatan



1.2



Rumusan Masalah



2017



2018



2019



2020



Kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, dimana Asam Oleat dan Asam Palmitat ini dapat dihasilkan dengan cara hidrolisa CPO pada suhu dan tekanan tinggi. Produksi CPO dalam negeri cukup memadai jika digunakan untuk berbagai keperluan. Berdasarkan hal tersebut dapat menghindari impor Asam Oleat dan Asam



5



Palmitat serta meningkatkat nilai ekspor, maka perlu didirikan pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat dengan menggunakan bahan baku CPO (crude palm oil).



1.3



Tujuan Pra Rancangan Pabrik Tujuan dari pra rancangan pabrik pembuatan Asam Oleat dan Asam



Palmitat dari Fraksinasi Crude Palm Oil (CPO) sebagai berikut : 1. Menambah nilai produksi dalam negeri, sehingga tidak perlu adanya impor dari luar negeri serta dapat meningkatkan nilai ekspor ke luar negeri. 2. Untuk memberikan informasi awal tentang kelayakan pendirian pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat dari Fraksinasi Crude Palm Oil (CPO).



3. Untuk memberikan informasi awal tentang perkiraan tata rancangan pabrik pembuatan Asam Oleat dan Asam Palmitat dari Fraksinasi Crude Palm Oil. 4. Untuk memperkirakan total biaya



yang diperlukan dalam pendirian



pabrik dan Asam Oleat dan Asam Palmitat dari Fraksinasi Crude Palm Oil. 1.4



Manfaat Pra Rancangan Ada beberapa manfaat dan dampak positif yang dibutuhkan dari rancangan



pabrik ini yaitu : 1. Manfaat bagi Pemerintah adalah untuk memenuhi kebutuhan Asam Oleat dan Asam Palmitat di Indonesia dan menghemat devisa Negara karena mengurangi nilai impor serta meningkatkan nilai ekspor. 2. Manfaat bagi masyarakat adalah untuk menciptakan lapangan kerja sekaligus menurunkan laju pertumbuhan pengangguran di Indonesia. 3. Manfaat bagi institusi adalah menjadi suatu bahan penelitian dan pengembangan dalam riset untruk masa yang akan datang.



1.5



Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada prarancangan pabrik ini diantaranya adalah: 1. Prarancangan pabrik ini secara teknik hanya difokuskan pada pembuatan Asam Oleat dan Asam Palmitat dengan menggunakan bahan baku Crude



Palm Oil (CPO) melalui proses Hidrolisa.



6



2. Bahan baku bahan baku Crude Palm Oil (CPO) yang nantinya akan digunakan bersumber dari pabrik yang ada disekitar wilayah Aceh Utara dan Provinsi Aceh.



1.6



Pemilihan Proses Terdapat beberapa macam proses Hidrolisa dan proses Fraksinasi



diantaranya yaitu: A. Proses Hidrolisa minyak (fat splitting) Berdasarkan Shreve’s Chemical Process Industries (1986), Proses Hidrolisa minyak (fat splitting), yang saat ini dikenal ada tiga macam cara yaitu: 1. Twitchell Cara ini yang paling tua dalam fat splitting. Splitting dilakukan pada tangki terbuat dari logam monel yang dioperasikan secara batch dengan kondisi operasi pada suhu 100-105ºC dan tekanan atmosferik. Minyak dicuci terlebih dulu dengan asam kemudian bersama-sama air (20-25% dari berat minyak) dan katalis (0,1-1,25% dari berat minyak) diumpankan ke dalam tangki. Katalis (reagent twitchell) yang digunakan adalah asam-asam alkil- aril sulfonat atau asam-asam sikloalifatik sulfonat. Hidrolisis dilakukan dengan menggunakan steam selama 1248 jam. Pada cara ini dapat diperoleh konversi sebesar 85- 98%.



2. Autoclave fat splitting Splitting menggunakan autoclave merupakan proses komersial dalam pengolahan minyak menjadi asam lemak. Cara ini dilakukan tanpa menggunakan katalis didalam reaktor autoclave yang dioperasikan secara kontinyu dengan terbuat dari stainless steel. Kondisi operasi pada suhu 240- 250ºC dan tekanan 2830 atm selama 1-3 jam. Minyak dan air (30-60% berat minyak) bersama-sama dialirkan ke dalam reaktor kemudian dibiarkan bereaksi dan dapat diperoleh konversi sebesar 95-98%.



3. Colgate-emery (continuous fat splitting) Cara ini merupakan metode yang baru tetapi beresiko tinggi dan perlu



7



investasi peralatan yang besar serta skill dan pengalaman yang tinggi untuk mengoperasikannya. Cara ini dilakukan dengan menggunakan reaktor yang terbuat dari stainless-steel dan dioperasikan secara kontinyu pada suhu 250260ºC dan tekanan 45-50 atm selama 1-2 jam. Cara ini dilakukan tanpa menggunakan katalis dengan konversi yang diperoleh 97-99%. Adapun perbandingan antara ketiga proses hidrolisa beserta kelebihan dan kekurangannya dapat dilihat pada tabel 1.4 dibawah ini. Tabel 1.4 Pemilihan Proses Hirolisa (Splitting) Pembanding



Twitchell



Autoclave



Continuous



Suhu



100-105ºC



240- 250ºC



250- 260 ºC



Tekanan



1 atm



28-30 atm



45-50 atm



Katalis



Alkyl aryl sulfonic



-



-



acid Operasi



Batch



Batch



Continue



Peralatan



Tangki timbel-



Autoclave



Tower



86-98%



96-99%



tembaga Konversi Keuntungan



85-98%



 Suhu dan tekanan  Efisien pada skala  Konversi tinggi rendah



kecil



 Efisien pada skala  Biaya awal rendah kecil  Biaya awal rendah



 Lebih cepat dibandingkan



 Jumlah pekerja sedikit  Keseragaman hasil terjaga



Twitchell Kerugian



 Penanganan katalis  Konsumsi steam tinggi  Biaya pekerja tinggi



Sumber : Bailey, 1989



 Lebih lama dari proses kontinyu  Biaya pekerja tinggi



 Suhu dan tekanan tinggi  Tidak cocok untuk minyak yang rusak pada suhu tinggi



8



B. Proses Fraksinasi Asam Lemak Metode fraksinasi merupakan suatu proses yang menghasilkan Asam Miristat dan Asam Laurat (Blanded C12-C14) dan Asam Oleat (C18) dengan cara pemisahan asam lemak menjadi komponen-komponen asam lemak ringan yang kemudian akan dipisahkan lagi untuk mendapatkan hasil akhir yaitu asam Oleat. Proses fraksinasi ini terbagi dalam 4 cara . yaitu: 1. Proses Fraksinasi Kering (Winterization) Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah. 2. Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination) Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering. 3. Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (Solvent Fractionation) Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut. 4. Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation) Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik didih dari suatu zat atau bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi



Pada pra rancangan pabrik pembuatan Asam Oleat dan Asam Palmitat dari Crude Palm Oil ini, proses yang dipilih adalah proses Hidrolisa minyak Colgateemery serta proses fraksinasi pengembunan dengan pertimbangan kecepatan produksi, kemurnian yang tinggi dan konsumsi energi yang rendah.



9



1.7



Uraian Proses Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah Crude Palm Oil



(CPO) yang merupakan produk hasil pengolahan kelapa sawit. CPO dari tangki penyimpanan CPO (V-100) dipompa dengan menggunakan pompa I (P-100) menuju Heater I (HE-100) untuk dipanaskan dari suhu 50 0C menjadi suhu 90 0C, dan process water dengan mengunakan pompa II (P-101) dilewatkan ke dalam Heater II (HE-101) agar dipanaskan dari suhu air 29 0C menjadi suhu 90 0C. CPO dari Heater I (HE-100) dialirkan ke bagian bawah kolom Splitting (R-100) sementara air menuju ke bagian atas kolom Splitting (R-100). Di kolom Splitting (R-100) terjadi proses pemecahan gugus alkil dalam trigliserida (CPO) dengan air menjadi CPO-FA (asam lemak) dan gliserol. Proses ini berlangsung pada suhu 250 0C dan tekanan 45 atm. Adapun Reaksi hidrolisis yang terjadi pada kolom Splitting (R-100) dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut:



Trigliserida



Air



Fatty Acid



Gliserin



Gambar 1.2 Reaksi Hidrolisis Pada bagian bawah kolom Splitting (R-100) berupa gliserol dialirkan menuju Flash Tank I FT-100. Pada tangki ini terjadi penguapan air yang terkandung dalam gliserol sehingga gliserol yang keluar akan memiliki kadar 75% %. Proses ini berlangsung pada suhu 120 0C dan tekanan 0,5 atm. Pada bagian atas kolom Splitting (R-100) dialirkan CPO-FA menuju Flash Tank II FT-101. Pada tangki ini terjadi penguapan air yang terkandung dalam CPO-FA sehingga kadar air pada CPO-FA akan berkurang. Proses ini berlangsung pada suhu 177 0C dan tekanan 0,5 atm. Gliserol 75 % yang dihasilkan akan dialirkan menuju tangki penyimpanan



10



dan sebelumnya dilewatkan pada Cooler I (HE-102) sehingga gliserol didinginkan dari suhu 1200C menjadi suhu 800C. Selanjutnya gliserol dialirkan ke tangki penyimpanan glisrol (V-103). CPO-FA dari kolom Splitting (R-100) dialirkan ke kolom Fraksinasi I (T-100). Pemisahan atau fraksinasi adalah suatu proses yang mengubah fatty acid menjadi kombinasi tunggal dalam proses ini berdasarkan persen berat. Proses ini bertujuan untuk memisahkan suatu campuran bahan guna mendapatkan zat asalnya, dimana fraksi-fraksinya didasarkan perbedaan titik didihnya (berat atom). Unit fraksinasi terdiri dari 2 kolom fraksinasi. Pada proses fraksinasi, kondisi temperatur dan kolom divakumkan sesuai dengan jenis produk yang diinginkan. Di dalam kolom Fraksinasi I (T-100) terdapat struktur tray (plate). Proses ini berlangsung pada 0,007 atm dan 190 0C. Pada kolom Fraksinasi I (T-100) ini dipisahkan asam lemak antara fraksi ringan yaitu C14, C16, C18 dan H2O sebagai produk atas



dan fraksi berat yaitu C16,C18, C18F1, C18F2, C18F3



sebagai produk bawah. Produk atas didinginkan dengan Cooler II (HE-103) sebelum disimpan pada tangki penyimpanan asam palmitat (V-101), Sedangkan produk bawah sebagai fraksi berat akan dipompakan ke kolom Fraksinasi II (T101) untuk pemisah lanjutan dengan mendapatkan asam oleat. Umpan dari bagian bawah Fraksinasi I (T-100) dipompakan ke kolom Fraksinasi II (T-101) yang berlangsung pada kondisi 0,00128 atm dan 200 0C. Pada kolom Fraksinasi II (T-101) ini akan dipisahkan asam palmitat sebagai fraksi ringan yaitu C16,C18 pada produk atas dan asam oleat sebagai fraksi berat yaitu C18F1, C18F2, C18F3 pada produk bawah. Produk atas sebagai fraksi ringan pada fase uap dikondensasikan pada Cooler III (HE-104) dan kemudian dipompakan ke tangki penyimpanan asam palmitat (V-101), Sedangkan produk bawah sebagai fraksi berat diturunkan suhunya menjadi 800C di Cooler IV (HE-105) kemudian dipompakan ke tangki penyimpanan asam oleat (V-102).



dan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Spesifikasi Bahan Baku



2.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari serabut kelapa sawit (mesocarp) dinamakan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). CPO ini mengandung sekitar 500-700 ppm karoten, dan merupakan bahan pangan terbesar. Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi tiga golongan yaitu minyak nabati (natural oil), minyak nabati (edible oil), dan minyak atsiri (volatile oil atau essensial oil). Minyak yang terdapat pada hewani disebut sterol (kolesterol) sedangkan pada tumbuhan (fitosterol) yang mengandung asam lemak jenuh, sehingga umumnya berbentuk cair. Menurut Bailey (1989) minyak nabati dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : 1. Drying oil, yang akan membentuk lapisan keras bila mengering di udara misalkan minyak yang dapat digunakan untuk cat dan pernik contoh minyak kemiri, jarak, dan lain-lain. 2. Semi drying oil, dimana minyak akan membentuk lapisan jel bila mengering di udara. Seperti minyak jagung, biji kapas dan minyak bunga matahari. 3. Non-drying oil, dimana minyak tidak akan membentuk lapisan keras bila mengering di udara. Seperti minyak kelapa dan minyak tanah. Sifat-sifat minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh ikatan kimia unsur C dan jumlah atom C yang membangun asam lemak tersebut, sedangkan sifat-sifat fisik dipengaruhi oleh sifat-sifat kimianya. Minyak merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sedangkan titik cair gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik cair dari minyak sawit tersebut. Minyak sawit murni mempunyai titik cair 24,40C–400C. Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non trigliserida. Asam asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. 11



12



a. Komponen Trigliserida Adapun komponen-komponen trigliserida pada minyak dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak pada PKO dan CPO



Rumus Molekul



Minyak Kelapa Sawit (%)



Minyak Inti Sawit (%)



Asam Kaprilat



C8H16O2



-



3-4



Asam Kaproat



C10H20O2



-



3-7



Asam Laurat



C12H24O2



-



46-52



Asam Miristat



C14H28O2



1,1-2,5



14-17



Asam Palmitat



C16H32O2



40-46



6,5-9



Asam Stearat



C18H36O2



3,6-4,7



1-2,5



Asam Oleat



C18H34O2



39-45



13-19



Asam Linoleat



C18H32O2



7-11



0,5-2



Asam lemak



Sumber : Bailey,1989 b. Komponen Non-Trigliserida Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang menyebabkan rasa, aroma dan warna kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam jumlah sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu minyak. Minyak adalah substansi dari tumbuhan dan hewan yang terdiri dari ester gliseril dari asam lemak atau trigliserida yang tidak dapat larut dalam air. Trigliserida dapat berwujud padat maupun cair, hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Dalam pemakaian secara umum, trigliserida yang berbentuk



padat



atau



semipadat



pada



suhu



ruangan



disebut



dengan



“lemak”sedangkan yang berbentuk cair pada kondisi yang sama dikenal dengan “minyak”. Adapun sifat-sifat kimia dan fisika CPO yaitu:



13



1. Sifat Kimia CPO (Crude Palm Oil) a. Rumus Kimia



: C3H5(COOR)3



b. Bilangan iodin



: 52-54 mgI2/1000 gr



c. Bilangan penyabunan



: 198-205mg KOH/gr



d. Asam lemak bebas



: 2,5-4,5%



e. Kelembaban



: 0,1%



f. Pengaruh indeks pemutihan



: 2,3-2,4%



g. Mengandung zat warna alfa dan beta karotenoit : 0,05-0,2% h. Kandungan karoten



: 297-313



i. Bersifat hidrolisis j. Tidak stabil pada suhu kamar 2. Sifat Fisik CPO (Crude Palm Oil) o



o



a. Specific gravity (25 C /15,5 C)



: 0,917-0,919



b. Density



: 0,8910 gr/mL



c. Indeks bias



: 1,4565-1,0445



d. Berat molekul



: 200,31 gr/mol



e. Melting point



: 33-39 C



f. Boiling point, P =10 mmHg



: 170 oC



o



(Ketaren, 1986)



2.1.2 Air Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O dimana satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garamgaram, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di



14



bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Adapun sifat-sifat fisik dan kimia yaitu: 1. Sifat Fisik Air a. Rumus molekul



: H2O



b. Berat molekul



: 18,016 kg/kmol



c. Kenampakan



: Cairan tak berwarna



d. Titik didih (1 atm) : 100 oC e. Titik beku



: 0 oC



f. Densitas (50 oC)



: 1.000 kg/m3



g. Temperatur kritis



: 374,05 oC



h. Tekanan kritis



: 217,7 atm



2. Sifat Kimia Air Air bersifat normal pada pH 7, merupakan reagent penghidrolisa pada proses hidrolisa (Perry, 1997).



2.2



Spesifikasi Produk



2.2.1 Asam Oleat Asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak dikandung dalam minyak nabati. Asam oleat tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Adapun rumus kimia asam oleat yaitu CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH. Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang diperoleh dari proses pengubahan minyak menjadi asam lemak. Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang diperoleh dari hidrolisis lemak. Sifat-sifat fisika dan kimia asam oleat adalah sebagai berikut : 1. Sifat Fisika Asam Oleat a. Berat molekul (kg/kmol) : 282,45 b. Spesifik gravity



: 0,895



15



c. Melting point



:16,3 oC



d. Boiling point



: 360 oC



e. Tidak larut dalam air f. Mudah terhidrogenasi g. Merupakan asam lemak tak jenuh h. Tidak berwarna



2. Sifat Kimia Asam Oleat a. Rumus molekul



: C18H34O2



b. Bilangan asam



: 280,1



c. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol (Kirk dan Orthmer, 1971)



2.2.2 Asam Palmitat Tumbuh-tumbuhan dari famili Palmaceae, seperti kelapa (Cocos nucifera) dan kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan sumber utama asam lemak ini. Minyak kelapa bahkan mengandung hampir semuanya palmitat (92%). Minyak sawit mengandung sekitar 50% palmitat. Produk hewani juga banyak mengandung asam lemak ini (dari mentega, keju, susu, dan juga daging). Dalam industri, asam palmitat banyak dimanfaatkan dalam bidang kosmetika dan pewarnaan. Dari segi gizi, asam palmitat merupakan sumber kalori penting namun memiliki daya antioksidasi yang rendah. Sifat-sifat fisika dan kimia asam palmitat adalah sebagai berikut : 1. Sifat Fisika Asam Palmitat a. Berat molekul (kg/kmol) : 256,42 b. Densitas



: 0,853 g/cm3 (pada 63 °C)



c. Titik Lebur



: 62,9 oC



d. Boiling point



: 351-352 oC



e. Penampilan



: Kristal Putih



f. Tidak larut dalam air



16



2. Sifat Kimia Asam Palmitat a. Rumus molekul : C16H32O2 b. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol (Kirk dan Orthmer, 1971) 2.2.3 Gliserol Gliserol atau propana-1,2,3-triol merupakan suatu senyawa dengan rumus HOCH2CH(OH)CH2OH dengan berat molekul 92,02. Gliserol tidak berwarna, tidak berbau, bersifat kental, dan merupakan cairan higroskopis dengan rasa yang manis. Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil alkohol hidropilik yang menyebabkan gliserol larut dalam air dan mempunyai sifat yang higroskopis. Gliserol mempunyai tegangan permukaan 64.000 mN/m pada



20°C



dan



memiliki koefisien temperatur -0.0598 mN/(m K). Gliserol mempunyai titik leleh 18oC dan titik didih 290oC pada tekanan atmosfer. Karena terjadi sebagian dekomposisi pada temperatur ini, gliserol didistilasi pada tekanan yang direduksi. Gliserol anhidrat sangat bersifat higroskopis dan mampu menyerap air sekitar 50 % dari berat gliserol itu sendiri. Gliserol larut dalam air, alkohol, dan fenol, tetapi tidak larut pada hidrokarbon (Fessenden, 1986). Gliserol mempunyai sifat-sifat, antara lain: 1.



Sifat fisik Gliserol



a. Rumus molekul



: C3H5(OH)3



b. Berat molekul



: 92,09 kg/kmol



c. Titik didih



: 290 oC



d. Titik lebur



: 17,9 oC



e. Densitas, (pada 50 oC, 1 atm)



: 1,26 gr/mL



f. Titik api



: 204 oC



g. Flash point



:177 °C



2.



Sifat Kimia Gliserol Mutu gliserol yang dihasilkan dari hidrolisa minyak sawit berkadar lebih



dari 12% dan memiliki pH berkisar 4-5. Rendahnya pH gliserin ini disebabkan



17



asam lemak terlarut dalam jumlah yang sedikit pada gliserol. Asam lemak dapat terlarut pada gliserol pada suhu dan tekanan proses hidrolisa (Kirk dan Orthmer, 1971). 2.3



Kegunaan Produk Adapun produk yang dihasilkan pada prarancangan pabrik ini yaitu asam



oleat dan asam palmitat sebagai produk utama serta gliserol sebagai produk samping. Dalam industri asam oleat dan asam palmitat banyak digunakan sebagai surface active, emulsifier, dan dalam produk-produk kosmetika. Kegunaan produk asam oleat dan asam palmitat adalah sebagai berikut : a. Industri minuman, seperti pembuatan susu b. Industri sabun dan detergen c. Industri kosmetik d. Industri minyak goreng e. Industri bahan makanan Dalam industri, asam palmitat banyak dimanfaatkan dalam bidang kosmetika dan pewarnaan sedangkan Gliserol mempunyai banyak kegunaan, diantaranya untuk mengawetkan makanan, pemberi rasa manis pada makanan (pengganti gula), sebagai pelunak pada plastik, sebagai minyak rem, dan sebagai antifreeze. Gliserol juga digunakan dalam pembuatan nitrogliserin yang dapat digunakan sebagai bahan peledak. Sekitar sepertiga dari jumlah gliserol digunakan untuk pelapis resin alkid. Gliserol juga dapat dimanfaatkan sebagai penstabil pada industri makanan dan kosmetik dalam bentuk mono- dan digliserida, serta digunakan dalam pembuatan pasta gigi, obat perawatan kulit, obat kumur, dan lain-lain.



BAB III NERACA MASSA 3.1



Neraca Massa Neraca massa merupakan penerapan hukum kekekalan massa terhadap



suatu proses. Massa jumlahnya tetap, tidak dapat diciptakan ataupun tidak dapat dimusnahkan. Hal ini tidak berlaku bagi proses yang menyangkut reaksi-reaksi inti, karena pada reaksi inti terjadi pemusnahan massa. Di dalam industri kimia proses dapat dilaksanakan secara bertahap (batch) dan secara berkesinambungan (Continue). Proses batch yaitu pemasukan reaktan dan pengeluaran hasil dilakukan sekali dalam selang waktu tertentu, sedangkan



proses kontinu



pemasukan reaktan dan pengeluaran hasil dilakukan secara terus-menerus dengan laju tertentu. Neraca massa dibuat untuk suatu alat atau suatu unit proses dengan batasan-batasan tertentu. Bahan-bahan yang perlu dirincikan jumlahnya adalah bahan-bahan yang masuk dan bahan-bahan yang keluar dengan batasan yang ditetapkan. Berdasarkan hukum kekekalan massa, banyaknya bahan yang masuk sama dengan jumlah bahan yang keluar ditambah bahan yang terakumulasi dalam alat proses, atau dapat dirumuskan sebagai berikut: Massa Masuk = Massa Keluar + Akumulasi Massa ........................................ (3.1) (id.wikipedia.org)



Persamaan ini dapat diterapkan pada proses kontinu dengan berdasarkan pada interval waktu tertentu. Jika bahan yang masuk atau keluar berupa campuran beberapa komponen, maka neraca massa dibuat untuk massa keseluruhan dan untuk masing-masing komponen. Proses dalam keadaan mantap (steady) adalah proses di mana semua laju aliran dan komposisi yang masuk dan keluar tetap (tidak tergantung pada waktu). Perhitungan neraca massa untuk pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat ini dilakukan dengan metode alur mundur, yaitu pertama dilakukan dengan mengambil basis perjam kemudian hasil perhitungan tersebut dikonversikan sesuai kapasitas pabrik.



18



19



Adapun perhitungan neraca massa dapat dilihat pada lampiran A. Hasil perhitungan neraca massa pada proses pembuatan Asam Oleat dan Asam Palmitat dari CPO adalah sebagai berikut:



Basis Perhitungan



: 1 jam operasi



Satuan Operasi



: kg/jam



Waktu Operasi



: 24 jam



Kapasitas Produk



: 20.000 ton/tahun



Waktu kerja pertahun



: 330 hari



Kapasitas produksi perjam



: 2525,253 kg/jam



1. Reaktor Splitter (R-100) F2



F5



F3



R-100



F4



F6



Gambar 3.1 Reaktor Splitter (R-100)



Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Neraca Massa Pada Splitter (R-100) Massa Masuk Komponen



Trigliserida Gliserol



Massa Keluar



F2



F3



F4



F5



F6



(kg/jam)



(kg/jam)



(kg/jam)



(kg/jam)



(kg/jam)



2.935,33



-



-



-



58,71



-



-



-



-



299,10



20



CPO-FA H2O



-



-



-



2.753,34



-



0,09



179,64



-



199,62



798,82



-



-



994,53



-



-



2.935,42



179,64



994,53



2.952,96



1.156,63



Steam Subtotal Total



4109,59



4109,59



2. Flash Tank I (FT-100)



F7 FT-100



F6



F8 Gambar 3.2 Flash Tank I (FT-100)



Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Neraca Massa Pada Flash Tank I (FT-100) Massa Masuk Komponen



Trigliserida



Massa Keluar



F6



F7



F8



(Kg/Jam)



(Kg/Jam)



(Kg/Jam)



58,71



1,46



57,25



H2O



798,82



760,57



38,25



Gliserol



299,10



4,14



294,97



Subtotal



1.156,63



766,17



390,46



Total



1.156,63



1.156,63



21



3. Flash Tank II (FT-101)



F9 FT-101



F5



F10 Gambar 3.3 Flash Tank II (FT-101)



Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Neraca Massa Pada Flash Tank II (FT-101) Massa Masuk Komponen



Massa Keluar



F5



F9



F10



(Kg/Jam)



(Kg/Jam)



(Kg/Jam)



C14 (Asam Miristat)



53,45



0,38



53,07



C16 (Asam Palmitat)



999,87



4,96



994,91



C18 (Asam Stearat)



99,81



0,15



99,66



C18F1 (Asam Oleat)



1.300,78



1,71



1.299,07



C18F2 (Asam Linoleat)



150,31



0,23



150,08



C18F3 (Asam Linolenat)



149,12



0,19



148,93



H2O



199,96



184,00



15,62



Subtotal



2.952,96



191,63



2.761,33



Total



2.952,96



2.952,96



22



4. Kolom Fraksinasi I (T-100)



F11 F10



F12



T-100



Gambar 3.4 Kolom Fraksinasi I (T-100)



Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Neraca Massa Pada Kolom Fraksinasi I (T-100) Massa Masuk Komponen



Massa Keluar



F10



F11



F12



(Kg/Jam)



(Kg/Jam)



(Kg/Jam)



C14 (Asam Miristat)



53,07



23,07



30,00



C16 (Asam Palmitat)



994,91



190,81



804,10



C18 (Asam Stearat)



99,66



1,83



97,83



C18F1 (Asam Oleat)



1.299,07



17,28



1.281,79



C18F2 (Asam Linoleat)



150,08



3,20



146,88



C18F3 (Asam Linolenat)



148,93



1,97



146,97



15,62



15,62



0,00



Subtotal



2.761,33



253,77



2.507,57



Total



2.761,33



H2O



2.761,33



23



5. Kolom Fraksinasi II (T-101)



F13



F12



F15



T-101



Gambar 3.5 Kolom Fraksinasi II (T-101)



Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Neraca Massa Pada Kolom Fraksinasi II (T-101) Massa Masuk Komponen



Massa Keluar



F12



F13



F14



(Kg/Jam)



(Kg/Jam)



(Kg/Jam)



C14 (Asam Miristat)



30,00



30,00



0,00



C16 (Asam Palmitat)



804,10



779,94



24,16



C18 (Asam Stearat)



97,83



20,15



77,68



C18F1 (Asam Oleat)



1.281,79



238,90



1.042,89



C18F2 (Asam Linoleat)



146,88



42,12



104,76



C18F3 (Asam Linolenat)



146,97



27,32



119,64



0,00



0,00



0,00



Subtotal



2.507,57



1.138,44



1.369,13



Total



2.507,57



H2O



2.507,57



BAB IV NERACA ENERGI 4.1



Neraca Energi Neraca energi adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan



energi dalam sebuah sistem. Neraca energi dibuat berdasarkan pada hokum pertama termodinamika. Hukum pertama ini menyatakan kekekalan energi, yaitu energi tidak dapat dimusnahkan atau dibuat, hanya dapat diubah bentuknya.



4.2



Persamaan Neraca Energi Perumusan dari neraca energi suatu sistem mirip dengan perumusan neraca



massa. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suatu sistem dapat berupa sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapat terjadi perpindahan massa namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya terdapat satu neraca energi untuk suatu sistem (tidak seperti neraca massa yang memungkinkan adanya beberapa neraca komponen). Suatu neraca energi memiliki persamaan: Energi Masuk = Energi Keluar + Energi Akumulasi ...............................(4.1)



Tidak seperti neraca massa yang memiliki variabel produksi, neraca energi tidak memiliki variabel produksi. Hal ini disebabkan energi tidak dapat diproduksi, hanya dapat diubah bentuknya. Jumlah panas masuk dan jumlah panas keluar pada suatu peralatan dapat dihitung dengan persamaan: Q = m . Cp . ∆t....................................................... (4.2) (Himmelblau, 1982) Dimana: Q



= Jumlah panas yang dihasilkan (kj/jam)



m



= Massa (kg/jam)



Cp



= Panas spesifik (kj/kmol.K)



∆t



= Perubahan temperatur (K) 24



25



4.3



Hasil Perhitungan Neraca Energi Perhitungan neraca energi dilakukan untuk keadaan proses sudah mencapai



keadaan steady state. Laju alir panas dihitung untuk setiap 1 jam. 1. Heater I (HE-100) CPO in (Q2) Steam in HE-100



Steam out



CPO out (Q3)



Gambar 4.1 Heater I (HE-100)



Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Heater I (HE-100) Komponen Trigliserida



Panas Masuk



Panas Keluar



(kj/jam)



(kj/jam)



152.712,88



397.053,49



9,36



24,45



Steam



244.355,70



0,00



Total



397.077,94



397.077,94



H2O



2. Heater II (HE-101) H2O in (Q4) Steam in HE-101 H2O out (Q5) Steam out Gambar 4.2 Heater II (HE-101)



26



Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Heater II (HE-101) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(kj/jam)



(kj/jam)



Umpan H2O



2.988,20



0,00



Produk H2O



0,00



48.948,34



Steam



45.960,13



0,00



Total



48.948,34



48.948,34



3. Splitter (R-100) CPO(Q3)



Fatty Acid R-100



H2O (Q5) Steam



Gliserol Gambar 4.3 Splitter (R-100)



Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Splitter (R-100) Komponen Trigliserida



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj/jam)



397.065



27.487



48.956



429.053



C14



0,00



25.344



C16



0,00



475.555



C18



0,00



47.586



C18 F1



0,00



561.639



C18 F2



0,00



58.037



C18 F3



0,00



79.964



H2O



27



Gliserol



0,00



157.834



Qr



0,00



226.967.083,85



Steam



228.383.564,54



0,00



Total



228.829.586,88



228.829.586,88



4. Flash Tank I (FT-100) Q8 FT-100



Q6



Q9 Gambar 4.4 Flash Tank I (FT-100)



Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Flash Tank I (FT-100) Komponen Gliserol



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj/jam)



157.834,71



66.641,32



27.487,74



11.605,94



343.271,53



142.727,32



QSerap



0,00



307.619,40



Total



528.593,99



528.593,99



Trigliserida H2O



5. Condensor I (CD-100) cooling in Vapor in (Q8)



(CD-100) cooling out Condensate out (Q11) 4.5 Condensor I (CD-100) Gambar



28



Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Condensor I (CD-100) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj/jam)



Gliserol



921,80



339,61



Trigliserida



287,79



106,03



135.893,71



111.199,97



0,00



25.457,69



137.103,31



137.103,31



H2O Pendingin Total



6. Cooler I (HE-102) cooling in



Glycerol in (Q9) (HE-102)



cooling out Glycerole out (Q11) Gambar 4.6 Cooler I (HE-102)



Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Cooler I (HE-102) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj /jam)



Gliserol



65.719,52



38.048,14



Trigliserida



11.318,14



6.552,61



6.833,61



8.808,85



0,00



30.461,67



83.871,28



83.871,28



H2O Pendingin Total



29



7. Flash Tank II (FT-101)



Q12 FT-101 Q7



Q13 Gambar 4.7 Flash Tank II (FT-101)



Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Flash Tank II (FT-101) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj/jam)



C14



25.344,11



16.332,87



C16



475.555,37



306.469,01



C18



47.586,20



30.666,66



C18 F1



561.639,67



361.945,56



C18 F2



58.037,59



37.402,01



C18 F3



79.964,58



51.532,73



H2O



85.781,54



54.737,01



QSerap



0,00



474.823,20



Total



1.333.909,06



1.333.909,06



8. Condensor II (CD-101) cooling in Vapor in (Q12)



(CD-101) cooling out Condensate out (Q11)4.8 Condensor II (CD-101) Gambar



30



Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Condensor II (CD-101) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj/jam)



C14



117,11



28,27



C16



1.521,24



367,20



C18



47,10



11,37



C18 F1



474,55



114,55



C18 F2



57,22



13,81



C18 F3



66,22



15,98



50.453,87



26.901,83



0,00



25.284,31



52.737,32



52.737,32



H2O Pendingin Total



9. Kolom Fraksinasi I (T-100)



Palmitic acid (Q15)



Fatty Acid (Q13)



T-100



Bottom (Q16)



Gambar 4.9 Kolom Fraksinasi I (T-100)



31



Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Kolom Fraksinasi I (T-100) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(kJ/jam)



(kJ/jam)



C14



16.215,76



24.368,41



C16



304.947,77



371.927,86



C18



30.619,56



35.058,11



C18 F1



361.471,01



413.626,55



C18 F2



37.344,78



42.969,92



C18 F3



51.466,51



58.784,71



H2O



4.283,14



9.801,55



OTH



150.188,59



0,00



Total



956.537,12



956.537,12



10. Cooler II (HE-103) cooling in



Palmitic acid in (Q15)



(HE-103)



cooling out Palmitic acid out (Q17) Gambar 4.10 Cooler II (HE-103)



32



Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Cooler II (HE-103) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj /jam)



C14



13.937,22



2.673,74



C16



91.468,99



22.183,56



C18



853,98



212,64



C18 F1



7.769,36



1.823,96



C18 F2



1.379,53



301,80



C18 F3



992,42



257,68



9.801,55



3.597,60



0,00



95.151,77



126.203,06



126.203,06



H2O Pendingin Total



11. Kolom Fraksinasi II (T-101)



Palmitic acid (Q18)



Bottom (Q16)



T-101



Oleic acid (Q19)



Gambar 4.11 Kolom Fraksinasi II (T-101)



33



Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Kolom Fraksinasi II (T-101) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(kJ/jam)



(kJ/jam)



C14



10.431,19



20.337,32



C16



280.458,87



440.529,41



C18



34.204,14



39.717,48



C18 F1



405.857,19



473.676,11



C18 F2



41.590,39



52.164,26



C18 F3



57.792,29



65.971,78



H2O



0,00



0,00



OTH



262.062,30



0,00



Total



1.092.396,37



1.092.396,37



12. Cooler III (HE-104) cooling in



Palmitic acid in (Q18)



(HE-104)



cooling out Palmitic acid out (Q19) Gambar 4.12 Cooler III (HE-104)



34



Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Cooler III (HE-103) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj /jam)



C14



20.337,32



3.477,06



C16



431.592,04



90.677,40



C18



10.912,49



2.348,38



C18 F1



123.449,68



25.214,57



C18 F2



20.703,51



3.975,80



C18 F3



16.072,17



3.581,36



H2O



0,00



0,00



Pendingin



0,00



493.792,64



623.067,21



623.067,21



Total



13. Cooler IV (HE-105) cooling in



Oleic acid in (Q19) (HE-105)



cooling out Oleic acid out (Q21)



Gambar 4.13 Cooler IV (HE-105)



35



Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Neraca Panas pada Cooler IV (HE-105) Komponen



Panas Masuk



Panas Keluar



(Kj/jam)



(Kj /jam)



C14



0,00



0,00



C16



8.937,37



2.808,89



C18



28.804,99



9.053,00



C18 F1



350.226,43



110.071,17



C18 F2



31.460,75



9.887,67



C18 F3



49.899,61



15.682,73



H2O



0,00



0,00



Pendingin



0,00



321.825,70



469.329,15



469.329,15



Total



BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES Hasil perhitungan spesifikasi peralatan pada proses pembuatan Asam Oleat dan Asam Palmitat dari Crude Palm Oil (CPO) adalah sebagai berikut:



5.1



Tangki Penyimpanan Bahan Baku CPO (V-100)



Fungsi



: Untuk menyimpan bahan baku CPO



Bentuk



: Silinder tegak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal



Lama penyimpanan



: 7 hari



Jumlah



: 2 Unit (1 standby)



Kapasitas



: 717,98 m3



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel, SA-283 Grade C



Kondisi Operasi



:



Temperatur Desain : 50 ℃ Tekanan Desain Kondisi Fisik



: 1 atm :



Silinder Tinggi



: 14,83 m



Diameter



: 8,479 m



Tebal



: ½ in



Tutup Tinggi



: 2,11 m



Diameter



: 8,479 m



Tebal



: ½ in



5.2



Tangki Penyimpanan Gliserol (V-101)



Fungsi



: Untuk menyimpan produk gliserol.



Bentuk



: Silinder tgak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal



Lama penyimpanan



: 7 hari



Jumlah



: 2 Unit (1 standby) 36



37



Kapasitas



: 83,031 m3



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel, SA-283 Grade C



Kondisi Operasi



:



Temperatur Desain : 80 ℃ Tekanan Desain Kondisi Fisik



: 1 atm :



Silinder Tinggi



: 6,19 m



Diameter



: 4,13 m



Tebal



: ½ in



Tutup Tinggi



: 1,03 m



Diameter



: 4,13 m



Tebal



: ½ in



5.3



Tangki Penyimpanan Asam Oleat (V-103)



Fungsi



: Untuk menyimpan produk asam oleat.



Bentuk



: Silinder tgak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal



Lama penyimpanan



: 7 hari



Jumlah



: 2 Unit (1 standby)



Kapasitas



: 256,99 m3



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel, SA-283 Grade C



Kondisi Operasi



:



Temperatur Desain : 80 ℃ Tekanan Desain Kondisi Fisik



: 1 atm :



Silinder Tinggi



: 9,03 m



Diameter



: 6,02 m



Tebal



: ½ in



Tutup



38



Tinggi



: 1,05 m



Diameter



: 6,02 m



Tebal



: ½ in



5.4



Tangki Penyimpanan Asam Palmitat (V-102)



Fungsi



: Untuk menyimpan produk asam palmitat.



Bentuk



: Silinder tgak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal



Lama penyimpanan



: 7 hari



Jumlah



: 2 Unit (1 standby)



Kapasitas



: 334,97 m3



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel, SA-283 Grade C



Kondisi Operasi



:



Temperatur Desain : 80 ℃ Tekanan Desain Kondisi Fisik



: 1 atm :



Silinder Tinggi



: 9,9 m



Diameter



: 6,6 m



Tebal



: ½ in



Tutup Tinggi



: 1,65 m



Diameter



: 6,6 m



Tebal



: ½ in



5.5



Pompa CPO (P-100)



Fungsi



: Untuk mengalirkan bahan baku CPO dari tangki penyimpanan CPO (V-100) ke Heater I (HE-100)



Jumlah



: 2 Unit (1 standby)



Bahan Konstruksi



: Commercial Steel



Laju alir massa (F)



: 2.935 kg/jam



Tipe



: Centrifugal



39



Spesifikasi pipa



:



 Diameter nominal



: 1 ½ in



 Diameter dalam pipa: 1,4 in  Diameter luar pipa : 1 ½ in  Schedule



: 80



Spesifikasi pompa



:



 Jenis



: Pompa Sentrifugal



 Efisiensi Pompa



: 75 %



 Power



: 0,065 Hp



5.6



Pompa Gliserol (P-101)



Fungsi



: Untuk mengalirkan Gliserol menuju cooler I



Jumlah



: 2 Unit (1 standby)



Bahan Konstruksi



: Commercial Steel



Laju alir massa (F)



: 390,46 kg/jam



Spesifikasi pipa



:



 Diameter nominal



: 1 in



 Diameter dalam pipa: 0,9 in  Diameter luar pipa : 1 in  Schedule



: 80



Spesifikasi pompa



:



 Jenis



: Centrifugal



 Efisiensi Pompa



: 75 %



 Power



: 0,009 Hp



5.7



Pompa Fraksinasi I (P-102)



Fungsi



: Untuk mengalirkan produk bawah Fraksinasi I ke Fraksinasi II



Jumlah



: 2 Unit (1 standby)



Bahan Konstruksi



: Commercial Steel



40



Laju alir massa (F)



: 2354 kg/jam



Spesifikasi pipa



:



 Diameter nominal



: 1 ½ in



 Diameter dalam pipa: 1,4 in  Diameter luar pipa : 1 in  Schedule



: 80



Spesifikasi pompa



:



 Jenis



: Centrifugal



 Efisiensi Pompa



: 75 %



 Power



: 0,0527 Hp



5.8



Pompa Fraksinasi II (P-103)



Fungsi



: Untuk mengalirkan produk bawah fraksinasi II ke Cooler IV



Jumlah



: 2 Unit (1 standby)



Bahan Konstruksi



: Commercial Steel



Laju alir massa (F)



: 1.208 kg/jam



Spesifikasi pipa



:



 Diameter nominal



: 1 in



 Diameter dalam pipa: 0,9 in  Diameter luar pipa : 1 in  Schedule



: 80



Spesifikasi pompa



:



 Jenis



: Centrifugal



 Efisiensi Pompa



: 75 %



 Power



: 0,027 Hp



5.9



Kompresor I (K-100)



Fungsi



: Untuk mengalirkan hasil distilat Fraksinasi I ke Cooler



Jumlah



: 1 unit



41



Bahan Konstruksi



: Commercial Steel



Laju alir massa (F)



: 391,4 kg/jam



Spesifikasi pipa



:



 Diameter nominal



: 20 in



 Diameter dalam pipa: 20 in  Diameter luar pipa : 20,85 in  Schedule



: 40



Spesifikasi pompa



:



 Jenis



: Centrifugal blower



 Power



: 0,46 hp



5.10



Kompresor II (K-101)



Fungsi



: Untuk mengalirkan hasil distilat Fraksinasi II ke Cooler



Jumlah



: 1 unit



Bahan Konstruksi



: Commercial Steel



Laju alir massa (F)



: 1.146 kg/jam



Spesifikasi pipa



:



 Diameter nominal



: 24 in



 Diameter dalam pipa: 23,25 in  Diameter luar pipa : 2,375 in  Schedule



: 20



Spesifikasi pompa



:



 Jenis



: Centrifugal blower



 Power



: 38,42 hp



5.11 Fungsi



Heater I (HE-100) : Menaikkan Suhu bahan baku CPO sebelum maasuk ke alat splitter dengan pemanas dari Steam.



Jumlah



: 1 Unit



Tipe



: 4-8 Shell and Tube Exchanger



42



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel



Diameter tube



: 1 ¼ in



Jenis tube



: 18 BWG



Panjang tube



: 15 ft



Pitch (PT)



: 1 7/8 in triangular Pitch



5.12



Heater II (HE-101)



Fungsi



: Menaikkan suhu air sebelum masuk ke alat splitter dengan pemanas dari Steam.



Jumlah



: 1 Unit



Tipe



: 1-2 Shell and Tube Exchanger



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel



Diameter tube



: 1 ½ in



Jenis tube



: 18 BWG



Panjang tube



: 7 ft



Pitch (PT)



: 1 7/8 in triangular Pitch



5.13



Cooler I (HE-102)



Fungsi



: Mendinginkan produk samping gliserol yang sebelumnya dari flash tank I .



Jenis



: 1-2 Shell and Tube Exchanger



Jumlah



: 1 Unit



Bahan konstruksi



: Carbon Steel



Diameter Tube



: 1 ½ in



Jenis Tube



: 18 BWG



Panjang Tube



: 10 ft



Pitch (PT)



: 1 7/8 in triangular Pitch



Jumlah Tube



:8



Diameter Shell



: 12 in



43



5.14



Cooler II (HE-103)



Fungsi



: Mendinginkan produk distilat dari kolom fraksinasi I.



Jenis



: 1-2 Shell and Tube Exchanger



Jumlah



: 1 Unit



Bahan konstruksi



: Carbon Steel



Diameter Tube



: 1 ½ in



Jenis Tube



: 18 BWG



Panjang Tube



: 10 ft



Pitch (PT)



: 1 7/8 in triangular Pitch



Jumlah Tube



:4



Diameter Shell



: 12 in



5.15



Cooler III (HE-104)



Fungsi



: Mendinginkan produk distilat dari kolom fraksinasi II



Jenis



: 1-2 Shell and Tube Exchanger



Jumlah



: 1 Unit



Bahan konstruksi



: Carbon Steel



Diameter Tube



: 1 ½ in



Jenis Tube



: 18 BWG



Panjang Tube



: 20 ft



Pitch (PT)



: 1 7/8 in triangular Pitch



Jumlah Tube



: 46



Diameter Shell



: 19 ¼ in



5.16



Cooler IV (HE-105)



Fungsi



: Menurunkan temperatur Asam Oleat dari kolom fraksinasi II (T-101)



Jenis



: 1-2 shell and tube exchanger



Jumlah



: 1 Unit



Bahan konstruksi



: Carbon Steel



44



Diameter Tube



: 1 ½ in



Jenis Tube



: 18 BWG



Panjang Tube



: 20 ft



Pitch (PT)



: 1 7/8 in triangular Pitch



Jumlah Tube



: 54



Diameter Shell



: 21 ¼ in



5.17



Flash Tank I (FT-100)



Fungsi



: Menurunkan tekanan dan memisahkan air fasa uap dari hasil keluaran Splitter (R-100)



Bentuk



: Silinder tegak dengan alas dan tutup ellipsoidal



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel, SA-283 Grade C



Jumlah



: 1 Unit



Kapasitas



: 591,234 m3



Kondisi fisik



:



Silinder  



Diameter Tinggi



: 15,05 m : 22,15 m







Tebal



: 2 ½ in







Diameter



: 15,05 m







Tinggi



: 3,76 m







Tebal



: 1 ½ in



Tutup



5.18



Flash Tank II (FT-101)



Fungsi



: Menurunkan tekanan dan memisahkan air fasa uap dari Asam lemak hasil keluaran Splitter (R-100)



Bentuk



: Silinder tegak dengan alas dan tutup ellipsoidal



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel, SA-283 Grade C



Jumlah



: 1 Unit



Kapasitas



: 203,17 m3



45



Kondisi fisik



:



Silinder 



Diameter



: 5,17 m







Tinggi



: 7,764 m







Tebal



: 2 ½ in







Diameter



: 5,17 m







Tinggi



: 1,29 m







Tebal



: 1 ½ in



Tutup



5.19



Splitter (R-100)



Fungsi



: Mereaksikan CPO dengan air (proses hidrolisa)



Bentuk



: Silinder dengan tutup bawah ellips dan tutup datar



Bahan konstruksi



: carbon steel, SA-283 Grade C



Jumlah



: 1 Unit



Volume



: 6,8115 m3



Kondisi fisik



:







Diameter



: 2,31 m







Tinggi



: 4,23 m







Tebal



: 3 in



Waktu tinggal



5.20



: 1,2 jam



Kolom Fraksinasi I (T-100)



Fungsi



: Memisahkan asam lemak fraksi ringan sebagai produk asam palmitat dari bottom produk sebagai fraksi berat.



Jenis



: Sieve Tray Fractionation



Bentuk



: Vertikal



Jumlah



: 1 Unit



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel SA-129



Jumlah Plate



:4



46



Plate Spacing



: 0,60 m



Tebal Plate



: 5 mm



Diameter



: 1,5 m



5.21



Kolom Fraksinasi II (T-101)



Fungsi



: Memisahkan asam lemak fraksi ringan sebagai produk asam palmitat dari bottom produk sebagai fraksi berat sebagai produk asam oleat.



Jenis



: Sieve Tray Fractionation



Bentuk



: Vertikal



Jumlah



: 1 Unit



Bahan Konstruksi



: Carbon Steel SA-129



Jumlah Plate



: 10



Plate Spacing



: 0,60 m



Tebal Plate



: 5 mm



Diameter



:1,5 m



BAB VI PERENCANAN TUGAS KHUSUS 6.1



Kolom Fraksinasi II (Wulan Asmita Sari / 130140007) Fraksinasi atau juga disebut Distilasi adalah suatu proses pemisahan suatu



campuran bahan kimia berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam distilasi, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Van Winkle, 1967). Sebuah sistem distilasi umumnya mengandung beberapa komponen utama yaitu : a.



Sebuah Shell vertikal dimana pemisahan komponen liquid terjadi, terdapat pada bagian dalam kolom (internal column) seperti tray atau plate dan packing



yang digunakan untuk meningkatkan derajat pemisahan



komponen. b.



Sebuah Reboiler untuk menyediakan penguapan yang cukup pada proses distilasi.



c.



Kondenser untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap yang keluar dari atas kolom.



d.



Reflux drum untuk menampung uap yang terkondensasi dari top kolom sehingga liquid (reflux) dapat di recycle kembali ke kolom. Untuk melihat bagaimana komponen dan proses distilasi dapat dilihat pada



gambar 6.1.



47



48



Gambar 6.1 Proses Distilasi Sederhana



Fungsi kolom distilasi pada prarancangan pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat yaitu untuk memisahkan Asam Oleat sebagai bottom product dan Asam Palmitat sebagai top product. Jenis kolom distilasi yang digunakan yaitu plate tower (kolom distilasi dengan sieve tray). Adapun tujuan perancangan alat kolom distilasi adalah : a.



Menentukan tipe kolom distilasi



b.



Menentukan bahan konstruksi untuk kolom distilasi



c.



Menghitung jumlah plate aktual dan lokasi umpan masuk



d.



Menghitung dimensi kolom distilasi yang meliputi diameter kolom, tebal shell kolom, tebal head kolom, dan tinggi kolom.



6.1.1 Pengoperasian Distilasi Campuran liquid yang akan diproses dikenal sebagai feed dan diumpankan pada bagian tengah kolom pada sebuah tray yang dikenal sebagai feed tray. Feed tray dibagi menjadi kolom atas (enriching or rectification) dan kolom bottom (stripping). Feed mengalir ke bawah kolom dikumpulkan pada bagian bawah reboiler. Panas di suplai ke reboiler untuk menghasilkan uap. Sumber panas dapat berasal dari fluida, tetapi kebanyakan juga digunakan steam. Pada penguapan, sumber panas di dapat dari aliran keluar dari kolom lain. Uap terbentuk pada



49



reboiler diumpankan kembali pada bagian bottom. Liquid dikeluarkan dari reboiler dikenal sebagai produk bottom. Aliran uap bergerak ke atas kolom, didinginkan oleh kondensor. Liquid yang dikondensasi ditampung pada vessel yang dikenal sebagai reflux drum. Sebagian liquid di recycle kembali ke top yang dikenal reflux. Liquid yang terkondensasi dikeluarkan dari sistem dikenal sebagai destilat atau produk top.



6.1.2 Penentuan Bahan Konstruksi Dipilih bahan konstruksi jenis Carbon steel SA-283 grade C dengan pertimbangan : 1.



Mempunyai allowable stress yang besar.



2.



Struktur kuat.



3.



Tahan terhadap korosifitas tinggi.



6.1.3 Penentuan Tipe Kolom Distilasi Dalam perancangan kolom distilasi ini dipilih jenis tray dengan pertimbangan diameter kolom lebih dari 3 ft (0,91 m) (Walas, 1990). Sedangkan jenis tray yang digunakan adalah sieve tray dengan pertimbangan : 1.



Pressure drop rendah dan efesiensi tinggi (tab. 9.22, Ludwig, 1980).



2.



Lebih ringan, murah karena pembuatannya lebih mudah.



3.



Biaya perawatan murah karena mudah dibersihkan.



6.1.4



Perancangan Kolom Distilasi Tahapan perancangan kolom distilasi adalah sebagai berikut :



1.



Perancangan kolom distilasi a. Jumlah plate yang dibutuhkan b. Ukuran diameter kolom c. Jarak antara tray ( tray spacing) d. Konstruksi detail tray



2.



Perancangan nozzle



3.



Perancangan manhole



50



4.



Perancangan Penyangga



5.



Perancangan Pondasi Adapun



rangkuman



spesifikasi



fraksinasi



yang



digunakan



pada



prarancangan pabrik asam oleat dari CPO dengan proses hidrolisa dapat dilihat pada tabel 6.1. Tabel 6.1.Spesifikasi Distilasi Pada Prarancangan Pabrik Asam Oleat dan Palmitat Fungsi



Memisahkan asam palmitat sebagai top product dan asam oleat sebagai bottom product



Kode



T-101



Jenis



Sieve Tray



Kondisi operasi Kolom Bagian Atas Suhu



: 170oC



Tekanan



: 0,11 kpa



Kolom Bagian Bawah



Dimensi



Rancangan Alat



:



:



Suhu



: 200oC



Tekanan



: 0,13 kpa



Tray spacing



: 0,60 m



Diameter menara, (ID=Dc)



: 1,5 m



Tinggi weir



: 0,012 m



Diameter tray ( Dc )



: 1,5 m



Tray thickness



: 0,005 m



Panjang weir



: 1,14 m



Tinggi Menara



: 8,4615 m



Tinggi leg



: 7,28 m



Tinggi Total Menara



: 11,54 m



Bahan konstruksi



: Carbon steel SA-283 grade C



51



6.2



Cooler IV (Arief Novindy / 130140010) Alat penukar panas adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas



dari satu sistem ke sistem lain, tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas. Penukar panas dirancang seefisien mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efektif. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Terdapat beberapa alasan mengapa Shell & Tube Heat Exchanger (STHE) sering digunakan adalah: 1.



STHE memberikan luas permukaan perpindahan panas lebih besar dari 120 ft2dengan volume yang kecil.



2.



Memiliki range luas perpindahan panas yang lebar mulai kurang dari 1 meter kuadrat hingga seribuan meter kuadrat dan bahkan lebih



3.



Memiliki rancangan mechanical yang baik, mampu dioperasikan pada tekanan tinggi.



4.



Dapat dirancang dengan menggunakan berbagai jenis material.



5.



Mudah dibersihkan baik dengan chemical maupun mechanical cleaning;



6.



Memiliki prosedur thermal dan mechanical design yang baik.



7.



Mudah melakukan penggantian untuk komponen atau bagian-bagian yang cukup mudah rusak seperti gasket dan tube.



6.2.1



Penentuan Jenis Cooler Dalam



prarancangan



digunakan



cooler



jenis



shell



and



tube



dengan pertimbangan : 1.



Efektifitas perpindahan energi panas



2.



Konstruksi cukup sederhana



6.2.2 Penentuan Material Konstruksi Dalam prarancangan digunakan material konstruksi Carbon Steel SA285 grade C dengan pertimbangan:



52



1.



Memiliki allowable stress yang cukup besar



2.



Bahan tahan terhadap bahan korosif Langkah-langkah dalam perancangan cooler yaitu :



1.



Menentukan kondisi operasi



2.



Menghitung dimensi cooler



3.



Menghitung dimensi penyangga



Adapun rangkuman spesifikasi Cooler IV yang digunakan pada prarancangan pabrik asam oleat dari CPO dengan proses hidrolisa dapat dilihat pada tabel 6.2. Tabel 6.2. Spesifikasi Cooler IV Pada Prarancangan Pabrik Asam Oleat Fungsi



Untuk menurunkan suhu produk asam oleat keluaran dari kolom fraksinasi II.



Kode



HE-105



Jenis



1-2 Shell and Tube Exchanger Dipakai : 1 1/2 in OD Tube 18 BWG, panjang 20 ft, 2 pass



Dimensi



Diameter dalam shell



: 14 in



Diameter luar Tube (OD)



: 1 ½ in



Jumalah tube



: 54 buah



Buffle (B)



: 8 in



Square Pitch (PT)



: 1 7/8 in



Panjang tube (L)



: 20 ft



Luas permukaan pindah



: 143,09 ft2



= 1,77 ft



panas Rancangan Alat



Bahan konstruksi



: Carbon steel SA-283 grade C



BAB VII UNIT UTILITAS Dalam suatu pabrik, utilitas merupakan unit penunjang utama didalam memperlancar jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan prasarananya harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelangsungan operasi suatu pabrik. Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada pabrik pembuatan Asam Oleat dan Asam Palmitat, adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan uap (steam) 2. Kebutuhan air 3. Kebutuhan bahan kimia 4. Kebutuhan udara tekan 5. Kebutuhan listrik 6. Kebutuhan bahan bakar 7. Unit pengolahan limbah



7.1



Kebutuhan Uap (Steam) dan Oil Thermal Heat (OTH) Uap digunakan dalam pabrik sebagai media pemanas. Kebutuhan uap pada



pabrik pembuatan Asam Oleat dan Asam Palmitat sebagai berikut : Tabel 7.1 Kebutuhan Uap (steam) Nama Alat Heater I&II Splitter Total



Jumlah Uap (kg/jam) 147,11 148.919,90 149.067,02



Total kebutuhan steam adalah 149.067,02 kg/jam. Tambahan untuk kebocoran dan lain-lain diambil dari faktor keamanan sebesar 20% (Perry, 1997), maka: Untuk faktor keamanan diambil 20% = 20% x 149.067,02 kg/jam = 29.813,40 kg/jam Jadi, total steam yang dibutuhkan



= 178.880,42 kg/jam



Diperkirakan 80% kondensat dapat dipergunakan lagi (Evans, 1978). 53



54



Kondensat yang digunakan kembali = 143.104,34 kg/jam Kebutuhan air tambahan untuk umpan boiler = 20% x 178.880,42 kg/jam = 35.776,08 kg/jam



OTH digunakan dalam pabrik sebagai media pemanas reboiler. Kebutuhan OTH pada pabrik pembuatan Asam Oleat Asam Oleat dan Asam Palmitat sebagai berikut : Tabel 7.2 Kebutuhan OTH (Oil Thermal Heat) Nama Alat Kolom fraksinasi I Kolom fraksinasi II Total



Jumlah Uap (kg/jam) 2.403,02 3.412,27 5.815,29



Total kebutuhan OTH adalah 5.815,29 kg/jam. Tambahan untuk kebocoran dan lain-lain diambil dari faktor keamanan sebesar 20% (Perry, 1997), maka: Untuk faktor keamanan diambil 20% = 20% x 5.815,29kg/jam = 1.163,06 kg/jam Jadi, total OTH yang dibutuhkan



= 6.978,34 kg/jam



Diperkirakan 99% OTH dapat dipergunakan lagi (Manual Operating PT SOCI). OTH yang digunakan kembali = 6.908,56 kg/jam Kebutuhan OTH tambahan



7.2



= 1% x 6.978,34 kg/jam = 69,78 kg/jam



Kebutuhan Air Dalam proses produksi, air memegang peranan penting baik



untuk



kebutuhan proses maupun kebutuhan domestik. Kebutuhan air pada pabrik pembuatan Asam oleat dan Asam Palmitat adalah sebagai berikut: 



Air untuk umpan boiler







Air domestik diperkirakan 4 liter/jam.orang x 150 karyawan



= 35.776,08 kg/jam



= 600 kg/jam 



Air pendingin untuk proses pada cooler dan condenser: 1. Cooler 1



= 231,77



2. Cooler 2



= 723,97



55



3. Cooler 3



= 3.757,08



4. Cooler 4



= 2.448,65



5. Condenser 1 = 193,70 6. Condenser 2 = 192,38 Total air pendingin



= 7.547,54



Diperkirakan 80% air pendingin bekas dipergunakan lagi (Evans, 1978) Air pendingin yang dipergunakan kembali



= 80% x 7.547,54 = 6.038,04 kg/jam



Kebutuhan air tambahan untuk umpan WCT = 20% 7.547,54 = 1.509,51 kg/jam 



Air untuk umpan WCT = 7.547,54 kg/jam







Air proses untuk proses pada Splitter = 179,64 kg/jam



Sehingga total kebutuhan air adalah = 44.103,26 kg/jam Sumber air untuk pabrik pembuatan asam oleat ini berasal dari Sungai Peusangan kabupaten Bireun, kualitas air Sungai dapat dilihat pada Tabel 7.3, berikut ini: Tabel 7.3 Kualitas Air Sungai Peusangan, Kab. Bireun Aceh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Parameter Suhu Kandungan organik Warna Bau Rasa Ph Alumina (Al2O3) Silika (SiO3) Magnesium (MgO) Kalsium (CaO) Klorida (Cl) Sulfat (SO4) Besi (FeO3)



Satuan ℃ Mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Mg/L



Kadar/Ket 26,4 1,45 Keruh Tidak berbau Tawar 6,5 20,00 56,45 3,45 5,85 0,33 0,38 9,50



Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka dilokasi pengambilan air dibangun fasilitas penampungan air (water intake) yang juga merupakan tempat pengolahan awal air sungai. Pengolahan ini meliputi penyaringan sampah dan kotoran yang terbawa bersama air. Selanjutnya air dipompakan kelokasi



56



pabrik untuk diolah dan digunakan sesuai dengan keperluannya. Pengolahan air dipabrik terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Pengendapan 2. Klarifikasi 3. Filtrasi 4. Demineralisasi 5. Deaerasi



7.2.1 Pengendapan Pengendapan merupakan tahap awal dari pengolahan air. Pada screening, partikel partikel padat yang besar akan tersaring tanpa bantuan bahan kimia. Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju unit pengolahan selanjutnya. Diameter padat dalam air berkisar antara 10-4 m (Alaerts, 1984). Untuk membunuh kuman-kuman dalam air dilakukan proses klorinasi yaitu dengan mereaksikan air dengan klor. Klor yang digunakan biasanya berupa kaporit (Ca(ClO)2). 



Kebutuhan domestik = 600 kg/jam







Kaporit yang digunakan mengandung 70% klorin (Alaerts, 1984)







Kebutuhan klorin = 2 ppm dari berat air (Alaerts, 1984)







Kebutuhan kaporit



= 2 x 600 kg/jam / (70% x 1.000.000) = 1,7 x 10-3 kg/jam



7.2.2 Klarifikasi Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan didalam air. Air dari screening dialirkan ke clarifier setelah diinjeksi larutan alum, Al dan larutan soda abu Na2CO3. Larutan alum berfungsi sebagai koagulan utama dan soda abu sebagai koagulan tambahan yang berfungsi sebagai bahan pembantu untuk mempercepat pengendapan dan penetralan pH. Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka akan terbentuk flokflok yang akan mengendap kedasar clarifier karena gaya grafitasi, sedangkan air



57



jernih akan keluar melimpah (overflow) yang selanjutnya akan masuk kepenyaring pasir (sand filter) untuk penyaringan. Reaksi yang mungkin terjadi: Al2SO4(s)+ 6H2O(l) → Al(OH)3(l)+ 6H+ + SO42Pemakaian larutan alum umumnya hingga 50 ppm terhadap jumlah air yang akan diolah, sedangkan perbandingan pemakaian alum dan soda abu adalah 1:0,54 (Baron, 1982). 



Total Kebutuhan air



= 44.103,26 kg/jam







Larutan alum dibutuhkan



= 50 x 10-6 × 44.103,26 = 2,2 kg/jam







Larutan soda abu dibutuhkan = 0,54 x 50 x 10-6 x 44.103,26 = 1,188 kg/jam



7.2.3 Filtrasi Filtrasi berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut bersama air. Penyaringan pasir (sand filter) yang digunakan terdiri dari 3 lapisan yaitu: a.



Lapisan l terdiri dari pasir hijau (green sand) setinggi 24 in = 60,96 cm



b.



Lapisan ll terdiri dari anterakit setinggi 12,5 in = 31,75 cm



c.



Lapisan lll terdiri dari batu kerikil (gravel) setinggi 7 in = 17,78 cm Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan.



Selamapemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasisecara berkala dengan cara pencucian ulang (back washing). Dari sand filter,



airdipompakan kemenara sebelum



didistribusikan untuk berbagai



kebutuhan.Untuk air proses, masih diperlukan pengolahan lebih lanjut, yaitu prosesdemineralisasi dan deaerasi. Untuk air domestik, laboratorium, kantin, dan tempatibadah, serta poliklinik, dilakukan proses klorinasi, yaitu mereaksikan air denganklor untuk membunuh kuman-kuman dalam air. Klor yang digunakan biasanyaberupa kaporit, Ca(ClO)2.Khusus untuk air minum, setelah dilakukan proses klorinasi diteruskan ke penyaringan air (water treatment system) sehingga airyang keluar merupakan air sehat yang memenuhi syarat – syarat air minum tanpaharus dimasak terlebih dahulu.



58



7.2.4 Demineralisasi Air untuk umpan ketel dan pendinginan pada reaktor harus murni dan bebas dari garam-garam terlarut. Untuk itu perlu dilakukan proses demineralisasi. Alat demineralisasi dibagi atas: 1.



Penukar Kation (Cation Exchanger) Penukar kation berfungsi untuk mengikat logam-logam alkali dan



mengurangi kesadahan air yang digunakan. Proses yang terjadi adalah pertukaran antara kationCa, Mg dan kation lain yang terlarut dalam air dengan kation dari resin. Resin yang digunakan bermerek. Daulite C-20. Reaksi yang terjadi adalah: Na2R + Ca2+



CaR + 2Na+ .................................................... (7.1)



Na2R + Mg2+



MgR + 2Na+ .................................................... (7.2)



Untuk regenerasi dipakai NaCl berlebih dengan reaksi:



2.



CaR + 2NaCl



Na2R + CaCl2 ................................................... (7.3)



MgR + 2NaCl



Na2R + Mg Cl2 ................................................. (7.4)



Penukar Anion (Anion Exchanger) Penukar anion berfungsi untuk menukar anion yang terdapat dalam air



dengan ion hidroksida dari resin. Resin yang digunakan bermerek Dower 2. Reaksi yang terjadi adalah: 2ROH + SO22-



R2SO4 + 2 OH- ................................................ (7.5)



ROH + Cl-



RCl + OH- ....................................................... (7.6)



Untuk regenerasi dipakai larutan NaOH dengan reaksi: R2SO4+ 2NaOH RCl + NaOH



Na2SO4-+ 2ROH............................................. (7.7) NaCl + ROH .................................................. (7.8)



a. Perhitungan Kesadahan Kation Air sungai Peusangan Bireun mengandung kation Ca, Mg, dan Fe masing-masing 5,85 ppm; 3,45 ppm; 9,5 ppm 1 gram/gal = 17,1 ppm Total kesadahan kation = 5,85 + 3,45 + 9,5



59



= 18,8 ppm / 17,1 = 1,0964 gram/gal Jumlah air yang diolah



= 44.103,26 kg/jam = 44.103,26 kg/jam/995,68 kg/m3 x 264,17 gal/m3 = 11.701,307 gal/jam



Kesadahan air



= 11.701,3 gal/jam ×1,0964 gram/gal × 24 jam/hari = 307.903,534 gr/hari = 307,903 kg/hari



Volume resin yang diperlukan Total kesadahan air = 307,903 kg/hari Volume exchanger yang digunakan kapasitas



= 7,7 kgrain/ft3 (Nalco, 1979)



Kapasitas exchanger = 0,4989 kg/ft3 Volume kation exchanger



= 307,903 kg/hari / 0,4989 kg/ft3 = 617,165 ft3/hari



Direncanakan menggunakan resin 0,1 ft3 Jumlah air yang diolah = [(resin x EC)/(Total kesadahan air)] x umpan boiler = [(0,1 ft3 x 0,4989 kg/ft3)/( 307,903 kg/hari)] x 35.776,08 kg/jam x 24 jam/hari = 139,12 kg Waktu regenerasi



= air yang diolah/ air umpan boiler = 139,12 kg/ 35.776,08 kg/jam = 0,0038 jam



Untuk regenarasi digunakan 6 lb H2SO4/ft3 (Nalco, 1979) Maka kebutuhan H2SO4 = 6 lb/ft3 x 617,165 ft3/hari x 1 hari/24 jam x 1 kg/2,2 lb = 70,13 kg/jam b. Perhitungan kesadahan anion Air sungai mengandung anion Cl dan SO4, masing-masing 0,33 ppm dan 0,38 ppm. 1 gr/gal = 17,1 ppm Total kesadahan anion= (0,33 + 0,38) ppm = 0,71 ppm / 17,1



60



= 0,0415 gram/gal Jumlah air diolah



= 11.701,307 gal/jam



Kesadahan air total



= 0,0415 gram/gal × 11.701,307 gal/jam × 24 jam/hari = 11.654,50 gram/hari = 11,654 kg/hari



Volume resin yang diperlukan Total kesadahan air = 11,654 kg/hari Volume exchanger yang digunakan kapasitas = 12 kgrain/ft3 (Nalco, 1979) Kapasitas exchanger = 0,7776 kg/ft3 Volume anion exchanger



= 11,654 kg/hari/0,7776 kg/ft3 = 14,98 ft3/hari



Direncanakan menggunakan resin 0,1 ft3 Jumlah air yang diolah = [(resin x EC)/(Total kesadahan air)] x umpan boiler = [(0,1 ft3 x 0,7776 kg/ft3)/( 11,654 kg/hari)] x 35.776,08 kg/jam x 24 jam/hari = 5.729 kg Waktu regenerasi



= air yang diolah/ air umpan boiler = 5.729 kg/ 35.776,08 kg/jam = 0,16 jam



Untuk regenarasi digunakan 6 lb NaOH/ft3 (Nalco, 1979) Maka kebutuhan NaOH = 6 lb/ft3 x 14,98 ft3/hari x 1 hari/24 jam x 1 kg/2,2 lb = 1,7 kg/jam



7.2.5 Deaerator Deaerator berfungsi untuk memanaskan air yang keluar dari alat penukar ion (ionexchanger) dankondensat bekas sebelum dikirim sebagai air umpan ketel. Pada deaerator ini, air dipanaskan hingga 90°C supaya gas-gas yang terlarut dalamair, seperti O2 dan CO dapat dihilangkan, sebab gas-gas tersebut dapat menyebabkan korosi. Pemanasan digunakan dengan menggunakan koil pemanas didalam Deaerator.



61



7.3



Kebutuhan Bahan Kimia Kebutuhan bahan kimia pada pabrik pembuatan Asam Oleat dan Asam



Palmitat adalah sebagaiberikut: 1.



Al2(SO4)3



= 2,2 kg/jam



2.



Na2CO3



= 1,188 kg/jam



3.



Kaporit



= 1,7 x 10-3 kg/jam



4.



H2SO4



= 15,13 kg/jam



5.



NaOH



= 0,7 kg/jam



7.4



Kebutuhan Udara Tekan Kebutuhan udara tekan untuk perancangan pabrik Asam Oleat dan Asam



Palmitat yang menggunakan 25 alat kontrol ini diperkirakan sebesar 45,83 m3/jam dengan tekanan 45 psig dan suhu 144,46oC, dimana masing-masing alat membutuhkan udara tekan sebesar 1,83 m3/jam. Alat untuk menyediakan udara tekan berupa kompressor yang dilengkapi dengan dryer yang berisi silika untuk menyerap air.



7.5



Unit Pengadaan Listrik Pada prarancangan pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat ini kebutuhan



akan tenaga listrik dipenuhi dari PT. PLN dan generator sebagai cadangan. Generator



yang



digunakan



adalah



generator



arus



bolak-balik



dengan



perimbangan: 1.



Tenaga Listrik yang dihasilkan cukup besar



2.



Tegangan dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai kebutuhan dengan menggunakan transformator. Total kebutuhan listrik untuk keperluan proses adalah 83,88 Hp dan



utilitas adalah 22,37 HP. Diperkirakan kebutuhan listrik untuk alat yang tidak terdiskripsikan adalah sebesar ± 10% dari total kebutuhan sebesar 106,25 HP, maka total kebutuhan listrik adalah 116,87 HP atau sebesar 87,2 kW. Menentukan besarnya tenaga lsitrik untuk penerangan digunakan persamaan : L = a.F/(U.D) ................................................... (7.1)



62



Dengan : L



: Lumen per alat



a



: luas area, ft2



F



: Foot candle yang diperkirakan (tabel 13, Perrys, Edisi 3)



U



: Koefisien Utilitas (tabel 16, Perry, edisi 13)



D



: Efisiensi lampu yang diharapkan (tabel 16, perry, Edisi 13)



Kebutuhan listrik untuk penerangan dapat dilihat pada tabel 7.6 berikut. Tabel 7.6 Jumlah Lumen Berdasarkan Luas Bangunan Bangunan Luas, m2 Luas, Ft2 F U D Lumen Pos Keamanan 30 322,91 20 0,42 0,75 11.532,50 Parkir 200 2.152,78 10 0,49 0,75 32.950,71 Musholla 50 538,196 20 0,55 0,75 14.678,07 Kantin 50 538,196 20 0,51 0,75 15.829,29 Kantor 400 4.305,56 35 0,60 0,75 188.368,25 Poliklinik 50 538,196 30 0,56 0,75 21.623,95 Ruang Kontrol 100 1.076,39 40 0,56 0,75 57.663,75 Laboratorium 300 3.229,17 40 0,56 0,75 172.991,25 dan pengembangan Proses 2000 21.527,82 30 0,59 0,75 820.976,19 Utilitas 550 5.920,15 10 0,59 0,75 75.256,14 Ruang Generator 150 1.614,59 10 0,51 0,75 23.743,97 Bengkel 100 1.076,39 40 0,51 0,75 63.317,06 Produksi dan 1200 12.916,69 41 1,51 1,75 613.756,63 bahan baku Gudang 100 1.076,39 5 0,51 0,75 7.914,63 Pemadam 50 538,196 20 0,51 0,75 15.829,29 Jalan dan taman 1500 16.145,87 5 0,55 0,75 110.085,48 Area Perluasan 1400 15.069,47 5 0,57 0,75 99.141,25 Jumlah 8.230 88.586,98 2.345.658,42 Jumlah lumen : 1. Untuk penerangan dalam bangunan



= 1.565.183,24 lumen



2. Untuk penerangan bagian luar ruangan



= 780.475,18 lumen



Untuk semua area dalam bangunan dirncanakan menggunakan lampu fluorescent 40 Watt dimana satu buah lampu instant starting daylight 40 Watt mempunyai 1.920 lumen (Perry’s 3th. 1984). Jadi, jumlah lampu dalam ruangan = 1.565.183,24 /1920 = 815,2 buah



63



Untuk penerangan bagian luar ruangan digunakan lampu mercury 100 Watt, dimana lumen output tiapa lampu adalah 3.000 lumen (Perry’s 3th, 1984). Jadi, jumlah lampu luar ruangan adalah



= 780.475,18 / 3.000 = 261 buah



Total daya penerangan



= (40 W x 815,2 + 100 W x 261) = 58.708 W



Sedangkan kebutuhan listrik untuk AC diperkirakan menggunakan listrik sebesar 12.000 Watt atau 12 kW dan kebutuhan listrik untuk laboratorium dan instrumentasi listrik diperkirakan sebesar 10.000 Watt atau 10 kW. Tabel 7.7 Total Kebutuhan Listrik Pabrik Kebutuhan Listrik untuk keperluan proses dan utilitas Listrik untuk keperluan penerangan Listrik untuk AC Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi Total



kW 87,15 58,708 12,00 10,00 167,858



Generator yang digunakan sebagai cadangan sumber energi listrik mempunyai efisiensi 80%, sehingga generator yang disiapkan harus mempunyai output. Output generator



= 167,858 kW/0,8 = 209,8225 kW



Dipilih menggunakan generator dengan daya 450 kW, sehingga masih tersedia cadangan daya sebesar 240,1775 kW. Adapun spesifikasi generator yang digunakan adalah : Tipe



: AC generator



Kapasitas



: 450 kW



Tegangan



: 220/360 volt



Efisiensi



: 80 %



Jumlah



: 1 buah



Bahan bakar : IDO



64



7.5



Kebutuhan Bahan Bakar Bahan bakar diperlukan untuk generator dan bahan bakar boiler.



Untuk bahan bakar generator Nilai bakar solar



= 19.860 Btu/lb



(Labban,1971)



Densitas solar



= 0,89 kg/ltr



(Perry dkk,1999)



Kebutuhan listrik



= 167,858 KW



Daya generator



= 167,858 /0,8 = 209,8225 kW = 209,8225 kW × (0,9478 Btu/det)/kW × 3600 det/jam = 715.931,1558 Btu/jam



Jumlah bahan bakar yang dibutuhkan = (715.931,1558 Btu/jam / 19.860 Btu/lbm) × 0,4539 kg/ lbm = 16,37 lb/jam/ 0,89 lb/ltr = 18,39 ltr/jam



Untuk bahan bakar Boiler Uap yang dihasilkan Boiler



= 35.776,08 kg/jam



Panas laten superheated steam pada 400 °C, 



= 2.296,9 kj/kg



Steam yang dibutuhkan



(Reklaitis, 1983) = 35.776,08 kg/jam × 2.296,9 kj/kg = 82.174.078,152 kJ/jam



Efficiency



= 80 %



Panas yang harus disuplai



=



.



.



,



%



/



= 102.717.597,69 kJ/jam = 97.357.497,648 Btu/jam Digunakan cangkang sawit dengan nilai bakar = 5.500 kkal/kg = 9.889 Btu/lb Jumlah bahan bakar



= 97.357.497,648 Btu/jam / 9.889 Btu/lb = 9.845,03 kg/jam



Cangkang sawit yang digunakan sebagai bahan bakar boiler direncanakan diperoleh dari sisa pengolahan PKS setempat.



65



7.6



Unit Pengolahan Limbah Limbah suatu pabrik harus diolah dulu sebelum dibuang ke badan air.



Pada pabrik pembuatan Asam oleat dan Asam Palmitat dari CPO ini menghasilkan limbah yang dapat membahayakan alam sekitar maupun manusia itu sendiri. Demi kelestarian lingkungan hidup, maka pabrik harus mempunyai unit pengolahan limbah. Sumber - sumber limbah pabrik pembuatan Asam oleat dan Asam Palmitat dari CPO meliputi : 1.



Limbah proses berupa senyawa organik yaitu kondensat bekas yang tidakdapat digunakan kembali, limbah akibat zat – zat yang terbuang, bocor, ataupun tumpah, serta khusus limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dimana dalam penanganannya harus dikirim ke pengumpulan limbah B3 sesuai dengan PP RI No 18 tahun 1999 tentang pengolahan bahan berbahaya dan beracun.



2.



Limbah cair hasil pencucian peralatan pabrik Limbah ini diperkirakan mengandung kerak dan kotoran-kotoran yang melekat pada peralatan pabrik.



3.



Limbah domestik dan kantor Limbah ini mengandung bahan organik sisa pencernaan yang berasal dari kamarmandi di lokasi pabrik, serta limbah dari kantin berupa limbah padat atau cair.



4.



Limbah Laboratorium Limbah yang berasal dari laboratorium ini mengandung bahan – bahan kimia yangdigunakan untuk menganalisa mutu bahan baku yang digunakan dan mutu produk yang dihasilkan, serta yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan proses.Limbah laboratorium yang berupa limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)dimana dalam penanganannya harus dikirim ke pengumpulan limbah B3 sesuai dengan PP RI No 18 tahun 1999 tentang pengolahan bahan berbahaya dan beracun.



66



Pengolahan limbah cair pabrik ini dilakukan dengan menggunakan activate



sludge



(sistem



lumpur



aktif)



mengingat



cara



ini



dapat



menghasilkaneffluent dengan BOD yang lebih rendah dengan effisiensi mencapai 95% (Metcalf, 1991 ; Perry 1991). Perhitungan untuk sistem pengolahan limbah Diperkirakan jumlah air buangan pabrik : 1.



Limbah pencucian alat pabrik diperkirakan 100 liter / jam



2.



Limbah domestik dan kantor diperkirakan untuk tiap orang 30 galon / hari, kantor 15 galon / hari (Hammer, hal .332, 1986)



3.



Untuk 150 orang karyawan, limbah dihasilkan = (150 × (30 + 15) galon / hari × (3,785 liter . galon) / 24 jam / hari) = 1.064,53 liter/jam



4.



Limbah labolatorium diperkirakan 50 liter / jam



5.



Limbah proses = 957,79 kg/jam limbah = 999,97 kg/m3 



,



,



/



/



 0,96 m3/jam 



 



 957,82 liter/jam



Total air limbah yang harus diolah



= 100 + 1.064,53 + 50 + 957,82 liter/jam = 2.172,35 liter / jam = 2,172 m3/ jam



Asumsi menggunakan BOD5 pabrik oleokimia : BOD5 = 507 mg/l



(PT SOCI, Februari 2006)



Dari nilai BOD di atas, maka dipilihlah pengolahan limbah cair pabrik pembuatan asam oleat dengan menggunakan activated sludge (sistem Lumpur aktif). Selain itu, metode ini mudah dalam penggunaannya dan murah dalam pengadaannya. Juga mengingat cara ini dapat menghasilkan effluent dengan BOD yang lebih rendah (20-30 mg/l) dan karakteristik limbah proses yang mayoritas campuran berjenis limbah organik (Perry, 1997).



67



7.6.1 Pengolahan Limbah dengan Sistem Activated Sludge ( Lumpur Aktif) Proses lumpur aktif merupakan proses aerobik, pada proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi, pada flok inilah akan terjadi proses degradasi. Proses lumpur aktif berlangsung dalam reaktor dengan pencampuran sempurna dilengkapi dengan umpan balik (recycle) lumpur dan cairannya. Biasanya, mikroba yang digunakan merupakan kultur campuran. Flok biologis tersebut akan diresirkulasi kembali ke tangki aerasi. Data : Laju volumetrik buangan limbah air (Q) = 2,172 m3/jam = 2.172,35 ltr/jam = 52.136,45 ltr/hari. Untuk kombinasi limbah domestic dengan limbah industri, kelarutan BOD tinggidan suspended solid rendah, memiliki BOD300 mg/liter (Hammer, 1986). BOD5 (So)



= 507 mg/liter



(PT. SOCI, 2016)



Efesiensi (E)



= 95 %



(Metcalf, 1991)



Koefisien cell yield (Y)



= 0,8 mg VSS/mg BOD5



(Metcalf, 1991)



Koefisien endogenous decay(kd)



= 0,08 hari-1



(Metcalf, 1991)



Mixed Liquor Suspended Solid



= 400 mg/liter



(asumsi)



Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (X) = 300 mg/liter (asumsi) Direncanakan: Waktu tinggal sel = 10 hari 1.



2.



Penentuan BOD effluent (S) E



=



S



= So -



×100



,



= 507 –



= 25,35 mg/l



Penentuan Volume Kolam aerasi (Vr) Vr = =



(



(



. (



)



)(



)



.



,



(



= 837.050,76 liter = 837,050 m3



/



,



( , )( ×



)



,



)



/



68



3.



Penentuan Ukuran Kolam Aerasi



Direncanakan tinggi cairan dalam kolam aerasi = 3,2442 m Perbandingan lebar dan tinggi cairan = 1,5 : 1 Jadi, lebar V



= 1,5 x 3,2442 m = 6,855 m =pxlxt



837,050 m3 P



= p x 6,855 m x 3,2442 m = 37,474 m



Faktor kelonggaran = 0,5 m diatas permukaan air.



(Metcalf & Eddy, 1991)



Jadi, ukuran kolam aerasi adalah sebagai berikut: Panjang kolam, P



= 37,474 m



Lebar kolam,



L



= 6,855 m



Tinggi kolam,



T



= (3,2442 + 0,5) m = 3,75 m



4.



Penentuan Jumlah Flok yang Diresirkulasi (Qr)



Asumsi Q



= Q = 0,9250 liter/hari



Xe



= 0,001X = 0,001 x 100 mg/l = 0,1 mg/l



Xr



= 0,999X = 0,999 x 300 mg/l = 299,7 mg/l



5.



Penentuan Waktu Aerasi di bak aerasi () =



= 10,27 hari 6. Penentuan daya yang dibutuhkan 



Tipe aerator yang digunakan : surface aerator dengan laju transfer







Kedalaman air = 4,57 m dari tabel 10-11 Metcalf et.al, 1991 diperoleh daya aeratornya 10 hp.



BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK Tata letak peralatan dan fasilitas dalam suatu rancangan pabrik merupakan syarat penting untuk memperkirakan biaya secara akurat sebelum mendirikan pabrik yang meliputi desain sarana perpipaan, fasilitas bangunan, jenis dan jumlah peralatan dan kelistrikan. Hal ini secara khusus akan memberikan informasi yangdapat diandalkan terhadap biaya bangunan dan tempat sehingga dapat diperoleh perhitungan biaya yang terperinci sebelum pendirian pabrik.



8.1



Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan dan kelangsungan



dari industri, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang,karena hal ini berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang didirikan. Berdasarkan hal tersebut, maka pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat dari CPO ini direncanakan berlokasi di Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara.



Gambar 8.1 Peta Lokasi Pendirian Pabrik (Google Maps, 2017)



Dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik ini adalah: 1.



Bahan baku Bahan baku pembuatan asam oleat yaitu CPO (Crude Palm Oil) yang bisa diperoleh dari PT. Syaukath Sejahtera Kabupaten Bireun yang berjarak 9,5



69



70



Km dari lokasi rencana pabrik ataupun PTPN I Cot Girek yang berjarak 80 Km dari lokasi rencana pabrik. 2.



Letak dari pasar dan kondisi pemasaran Daerah Muara Batu merupakan daerah yang strategis untuk pendirian suatu pabik karena dekat dengan pabrik pengolahan bahan baku serta pabrik yang menggunakan asam oleat sebagai bahan baku. Selain itu dengan pelabuhan yang memudahkan ekspor asam oleat ke luar negeri.



3.



Fasilitas transportasi Transportasi sangat penting bagi suatu industri. Daerah Muara Batu dekat dengan pelabuhan untuk keperluan transportasi impor-ekspor serta jalan raya yang merupakan jalan Lintas Sumatera yang memadai sehingga memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk.



4.



Kebutuhan air, tenaga listrik dan bahan bakar Fasilitas pendukung berupa air, energi, dan bahan bakar tersedia cukup memadai. Kebutuhan utilitas dapat dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa pemenuhan kebutuhan utilitas. Kebutuhan tenaga listrik dipenuhi oleh PT. PLN yang jalurnya terdapat di kawasan ini dan air dapat diambil dari sungai Peusangan kabupaten Bireun.



5.



Tenaga kerja Daerah Muara Batu ini merupakan salah satu tujuan para pencari kerja. Tenaga kerja yang direkrut merupakan tenaga kerja yang produktif dari berbagai tingkatan baik yang terdidik maupun yang belum terdidik dari dalam maupun luar daerah.



6.



Harga tanah dan bangunan Tanah yang tersedia untuk lokasi pabrik masih cukup luas, biaya harga tanah dan bangunan untuk pendirian pabrik relatif terjangakau.



7.



Kemungkinan perluasan dan ekspansi Ekspansi pabrik asam oleat ini dimungkinkan karena tanah yang tersedia cukup luas dan di sekeliling pabrik belum banyak berdiri pabrik serta tidak mengganggu pemukiman penduduk.



8.



Masyarakat di sekitar pabrik



71



Sikap masyarakat diperkirakan akan mendukung pendirian pabrik pembuatan asam oleat dari CPO ini karena akan menyediakan lapangan kerja bagi mereka. Selain itu pendirian pabrik pembuatan asam oleat dari CPO ini diperkirakan tidak akan mengganggu keselamatan dan keamanan masyarakat di sekitarnya.



8.2



Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik adalah suatu perencanaan dan pengintegrasian aliran dari



komponen–komponen produksi suatu pabrik, sehingga diperoleh suatu hubungan yang efisien dan efektif antara operator, peralatan, dan gerakan material proses dari bahan baku menjadi produk. Tata letak suatu pabrik memainkan peranan penting dalam menentukan biaya konstruksi, biaya produksi, serta efisiensi keselamatan kerja. Oleh karena itu tata letak pabrik harus disusun secara cermat untuk menghindari kesulitan di kemudian hari. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan pada penyusunan tata letak pabrik pembuatan asam oleat dan asam palmitat dari CPO dengan mengunakan proses langsung ini adalah: 1.



Urutan proses produksi dan kemudahan/aksesbilitas operasi, jika asam oleat perlu diolah lebih lanjut maka pada unit berikutnya disusun berurutan sehingga sistem perpipaan dan penyusunan letak pompa lebih sederhana.



2.



Penambahan/perluasan lokasi untuk pabrik asam oleat ini yang belum dikembangkan pada masa yang akan datang.



3.



Distribusi ekonomis pada bahan baku maupun bahan pelengkap, pengadaan air, steam, tenaga listrik dan bahan bakar, bengkel serta peralatan pendukung lainnya.



4.



Adanya pemeliharaan dan perbaikan peralatan secara berkala membuat usia peralatan semakin lama



5.



Keamanan (safety) terutama dari kemungkinan kebakaran dan keselamatan kerja.



6.



Bangunan yang meliputi luas bangunan, kondisi bangunan dan konstruksinya yang memenuhi syarat.



72



7.



Masalah pembuangan limbah cair.



8.



Service area, seperti kantin, tempat parkir, ruang ibadah, dan sebagainya diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu jauh dari tempat kerja.



9.



Letak tempat, Misalnya di suatu lokasi yang agak tinggi, bila digunakan untuk menempatkan tangki penyimpan katalis maka cairan dalam tangki tersebut dapat dialirkan ketempat yang lebih rendah tanpa menggunakan pompa.



10. Fasilitas jalan, gudang, dan kantor sebaiknya ditempatkan dekat jalan, tujuannya untuk memperlancar arus lalu lintas. 11. Fleksibilitas



dalam



perencanaan



tata



letak



pabrik



dengan



mempertimbangkan kemungkinan perubahan dari proses/mesin, sehingga perubahan–perubahan yang dilakukan tidak memerlukan biaya yang tinggi. Pengaturan tata letak pabrik yang baik akan memberikan beberapa keuntungan,seperti: a.



Mengurangi jarak transportasi bahan baku dan hasil produksi, sehingga mengurangi biaya material handling.



b.



Memberikan ruang gerak yang lebih leluasa sehingga mempermudah perbaikan mesin dan peralatan yang rusak atau di blowdown.



c.



Mengurangi ongkos produksi.



d.



Meningkatkan keselamatan kerja.



e.



Meningkatkan pengawasan operasi dan proses agar lebih baik.



73 Tata Letak Pabrik U 2 3 3



4 1



4 T



B 1 3



15



S



14



11



5



9



8



23 1



13



20



10



22 19



6



16



17



7



21



18



Gambar 8.2 Tata Letak Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat dari CPO



12



74



8.3



Perincian Luas Tanah Luas areal yang diperlukan untuk lokasi pabrik pembuatan Asam Oleat dan



Asam Palmitat dari CPO diperkirakan sebagai berikut: Tabel 8.1 Perincian Luas Tanah No



Bangunan



Luas (m2) 50



1



Pos keamanan



2



Parkir



200



3



Taman



100



4



Areal bahan baku



800



5



Areal proses



6



Areal produk jadi dan intermediet



800



7



Areal packing



500



8



Ruang kontrol



200



9



Perkantoran



10



Unit pengembangan



200



11



Bengkel



200



12



Unit pengolahanair



500



13



Ruang boiler



300



14



Unit pembangkit listrik



300



15



Laboratorium



200



16



Poliklinik



50



17



Unit pemadam kebakaran



100



18



Gudang peralatan



300



19



Kantin



50



20



Tempat ibadah



50



21



Unit pengolahan limbah (WWTP)



800



22



Areal perluasan



3.000



23



Jalan



4.000



24



Areal antar bangunan Total



5.000



1.000



800 19.500



75



Maka total luas tanah yang dibutuhkan untuk membangun pabrik pembuatan Asam Oleat dan Asam Palmitat dari CPO adalah 19.500 m2.



8.4



Tata Letak peralatan proses Hal–hal yang perlu di perhatikan dalam penentuan tata letak peralatan



Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat ini adalah : 1.



Aliran bahan baku dan produk Pengaturan aliran bahan baku dan produk yang tepat dapat menunjang kelancaran dan keamanan produksi.



2.



Aliran udara Aliran udara dan ventilasi di sekitar area proses harus lancar agar tidak terjadi stagnasi udara pada tempat yang dapat menyebabkan akumulasi bahan-bahan kimia yang berbahaya.



3.



Pencahayaan Penerangan seluruh area pabrik terutama daerah proses harus memadai apalagi



pada



tempat–tempat



yang



prosesnya



berbahaya



sangat



membutuhkan penerangan khusus. 4.



Lalu lintas manusia Dalam perencanaan tata letak peralatan proses perlu memperhatikan ruang gerak agar dapat mencapai seluruh alat proses dengan mudah dan cepat sehingga penanganan khusus seperti kerusakan peralatan alat dapat segera teratasi.



5.



Jarak antar alat proses Untuk alat proses bertekanan tinggi atau bersuhu tinggi sebaiknya berjauhan dari alat lainnya agar bila terjadi ledakan atau kebakaran tidak cepat merambat ke alat proses lain.



6.



Setiap alat tersusun berurutan menurut fungsinya masing-masing sehingga tidak menyulitkan dalam pengoperasian. Tata letak peralatan proses ini secara garis besar berorientasi pada



keselamatan dan kenyamanan pekerja sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja. Tata letak peralatan proses di dasarkan pada areal persiapan bahan baku,



76



tahap reaksi, tahap penanganan poduk utama dan tahap penanganan produk samping. Adapun tata letak peralatan proses pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat dapat dilihat pada gambar 8.3.



V-103



V-102



HE105



HE104



T-101



V-100 V-100



HE103



HE101



T-100



HE100



R-100



FT101



FT100



V-101 HE102



Keterangan: V-100 V-101 V-102 V-103 HE-100 & HE-101 HE-102 & HE-105 R-100 FT-100 & FT-101 T-100 & T-101



: Tangki penyimpanan CPO : Tangki penyimpanan gliserol : Tangki penyimpanan palmitic acid : Tangki penyimpanan oleic acid : Heater CPO dan Process Water : Cooler Gliserol, palmitic dan oleic acid : Reaktor Splitter : Flash Tank I & II : Kolom fraksinasi I & II



Gambar 8.3 Tata Letak Peralatan Proses Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat



BAB IX MANAJEMEN PERUSAHAAN 9.1



Definisi Dalam suatu perusahaan masalah organisasi dan manajemen merupakan



salah satu faktor penting yang harus diperhatikan karena akan menetukan kelangsungan dan keberhasilan suatu perusahaan. Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses atau cara yang sistematis untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen meliputi semua tugas dan fungsi yang berhubungan dari pembentukan perusahaan sampai kebijaksanaan penting dalam hal pengambilan keputusan yang tepat. Sedangkan organisasi merupakan alat dari manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Organisasi tanpa manajemen dapat menyebabkan kekacauan (Manullang, 1987). 9.2



Bentuk Perusahaan Bentuk perusahaan yang direncancanakan pada perancangan pabrik Asam



Oleat ini adalah Persero Terbatas (PT). Persero terbatas merupakan bentuk perusahaan yang mendapatkan modalnya dari penjualan saham, dimana tiap sekutu turut mengambil bagian satu saham atau lebih. Saham adalah surat berhrga yang dikeluarkan dari perusahaan atau perseroan terbatas tersebut dan orang yang memiliki saham berarti telah menyetor modal keperusahaan yang berarti pula ikut memiliki perusahaan. Dalam perseroan terbatas, pemegang saham hanya bertanggung jawab mennyetor penuh jumlah yang disebut dalam tiap saham. Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat yang akan didirikan mempunyai : 1.



Bentuk Perusahaan



: Perseroan Terbatas (PT)



2.



Lapangan Usaha



: Industri Asam Oleat dan Asam Palmitat



3.



Lokasi Perusahaan



: Kabupaten Muara Batu, Aceh Utara



Alasan dipilihnya bentuk perusahaan ini didasarkan atas beberapa faktor, anatara lain : 77



78



1.



Mudah mendapatkan modal dengan cara menjual saham dipasar modal atau perjanjian tertutup dan meminta pinjaman dari pihak yang berkepentingan seperti badan usaha atau perseorangan.



2.



Tanggung jawab pemengang saham bersifat terbatas, artinya kelancaran produksi hanya akan ditangani oleh reksi berserta karyawan sehingga ganguan dari luar dapat diatasi.



3.



Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin karena tidak terpengaruh dengan berhentinya pemegang saham, direaksi berserta satfnya, dan karyawan perusahaan .



4.



Mudah mendapatkan kredit bank dengan jaminan perusahaan yang sudah ada.



5.



Pemilik dan pengurus perusahaan terpisah satu sama lain, pemilik perusahaan adalah para pemegang saham dan pengurus perusahaan adalah reaksi berserta stafnya yang di awasi oleh dewan komisaris.



6.



Efisiensi dari manajemen Para pemegang saham dapat memilih orang yang ahli sebagai dewan komisaris dan derektur utama yang cukup ahli dan berpengalaman.



7.



Lapangan usaha lebih luas Suatu Perseroan Terbatas dapat menarik modal yang sangat besar dari masyarakat, sehingga dengan modal ini PT dapat memperluas usahanya.



8.



9.3



Mudah bergerak dipasar modal.



Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat



menunjang kelangsungan dan kemajuan perusahaan, karena dengan berhubungan dengan komunikasi yang terjadi dalam perusahaan demi tercapainya kerjasama yang baik antar karyawan. Untuk mendapatkan sistem organisasi yang baik maka perlu diperhatikan beberapa azas yang dapat dijadikan pedoman, antara lain (Widjaja, 2003): 1.



Pendelegasi wewenanag



2.



Perumusan tujuan perusahaan dengan jelas



79



3.



Pembagian tugas kerja yang jelas



4.



Kesatuan perintah dan tanggung jawab



5.



Sistem kontrol atas kerja yang telah dilaksanakan



6.



Organisasi perusahaan yang fleksibel Dengan berpedoman terhadap asas-asas tersebut, maka dipilih organisasi



kerja berdasarkan sistem Line and Staff. Pada sistem ini, garis wewenang lebih sederhana, praktis dan tegas. Demikian pula dalam pembagian tugas kerja seperti yang terdapat dalam sistem organisasi fungsional, sehingga seorang karyawan hanya akan bertanggung jawab pada seorang atasan saja. Untuk kelancaran produksi, perlu dibentuk staf ahli yang terdiri dari orang-orang yang ahli dibidangnya. Bantuan pikiran dan nasehat akan diberikan oleh staf ahli kepada tingkat pengawas demi tercapai tujuan perusahaan. Menurut Djoko (2003), ada 2 orang berpengaruh dalam menjalankan organisasi kerja berdasarkan sistem garis dan staff ini, yaitu : 1.



Sebagai garis atau lini, yaitu orang-orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka mencapai tujuan.



2.



Sebagai staff, yaitu orang-orang yang melakukan tugas sesuai dengan keahliannya, dalam hal ini berfungsi untuk memberi saran-saran kepada unit operasional. Dewan Komisaris mewakili para pemegang saham (pemilik perusahaan)



dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya. Tugas unutk menjalankan perusahaan dilaksanakan oleh seorang Derektur Utama yang dibantu oleh Derektur Produksi dan Derektur Keuangan Umum. Derektur Produksi membawahi bidang produksi dan teknik, sedangkan direktur keuangan dan umum membawahi bidang pemasaran, keuangan, dan bagian umum. Kedua direktur ini membawahi beberapa kepala bagian yang akan bertangung jawab atas bagian dalam perusahaan, sebagai bagian dari pendelegasian wewenang dan bertangung jawab, masing-masing kepala bagian akan membawahi beberapa seksi dan masingmasing seksi akan membawahi dan mengawasi para karyawan perusahaan pada masing-masing bidangnya. Karyawan perusahaan akan dibagi dalam beberapa



80



kelompok regu yang dipimpin oleh seorang kepala regu dimana setiap regu akan bertangung jawab kepada pengawas masing-masing seksi (Widjaja, 2003). Manfaat adanya struktur organisasi adalah sebagai berikut : 1.



Menjelaskan, membagi, dan membatasi pelaksanaan tugas dari tangung jawab setiap orang yang terlibat di dalamnya.



2.



Penempatan tenaga kerja yang tepat



3.



Pengawasan, evaluasi dan pengembangan perusahaan serta manajemen perusahaan serta manajemen perusahaan yang lebih efisien



4.



Penyusunan program pengembangan manajemen



5.



Menentukan pelatihan yang diperlukan untuk pejabat yang sudah ada



6.



Mengatur kembali langkah kerja dan prosedur kerja yang berlaku bila tebukti kurang lancar



9.4



Tugas dan Wewenang



9.4.1 Pemegang Saham Pemegang saham adalah beberapa orang yang mengumpulkan modal untuk kepentingan pendirian dan berjlannya operasi perusahaan tersebut. Para pemilik saham adalah pemilik perusahaan. Kekuasaan tertinggi pada perusahaan yang mempunyai bentuk perseroan terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada RUPS tersebut para pemegang saham berwenang (Widjaja, 2003). 1.



Mentukan dan memberhentikan Dewan Komisaris



2.



Mengangkat dan memberhntikan Direksi



3.



Mengasahkan hasil-hasil usaha serta laba rugi tahunan perusahaan



9.4.2 Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan pelaksanan tugas sehri-hari dari pemilik saham sehingga dewan komisaris akan tangung jawab kepada pemilik saham. Tugas-tugas Dewan Komisarisa meliputi (Widjaja, 2003): 1.



Menilai dan menyetujui rencanan direksi tentang kebijakan umum target perusahaan, alokasi sumber-sumber dana dan pengarahan pemsaran.



81



2.



Mengawasi Tugas-tugas



3.



Membantu direksi dalam tugas-tugas penting



9.4.3 Dewan Direksi Dereksi Utama adalah pimpinan tertinggi dalam perusahaan dan bertangung jawab sepenuhnya terhadap maju mundurnya perusahaan. Direktur utama bertangung jawab kepada dewan komisaris atas segala tindakan dan kebijakan yang telah diambil sebagai pimpinan perusahaan. Direktur utama membawahi Direktur Teknik dan Produksi, serta Direjtur Keuangan dan Administrasi. Tugas-tugas Direktur Utama meliputi : 1.



Melaksanakan kebijakan perusahaan dan mempertanggung jawabkan pekerjaan secara berkala atau pada massa akhir pekerjan pada pemegang saham.



2.



Menjaga kestabilan organisasi perusahaan dan membuat kelangsungan hubungan yang baik antara pemilik sham, pimpinan, karyawan dan konsumen.



3.



Mengangkat dan memberhentikan kepala bagian dengan persetujuan rapat pemengan saham.



4.



Mengkoordinir kerja sama dengan Direktur Teknik dan Produksi , dan Direktur Keuangan Administrasi.



Tugas-tugas Direktur Teknik dan Produksi meliputi : 1.



Bertangung jawab kepada direktur utama dalam bidang produksi, teknik, dan rekayas produksi



2.



Mengkoordinir, mengatur, serta mengawasi pelaksanaan pekerjaan kepalakepala bagian yang menjadi bawahannya



3.



Memimpin pelaksanaan kegiatan pabrik yang berhubungan dengan bidang teknik, produksi pegembangan, pemeliharaan peralatan dan laboratorium.



Tugas-tugas Direktur Keuangan dan Administrasi meliputi : 1.



Bertangung jawab kepada direktur utama dalam bidang pemasaran, keuangan, administrasi, dan pelayanan umum.



82



2.



Mengkoordinir, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan kepalakepala bagian yang menjadi bawahannya.



9.4.4 Staf Ahli Staf ahli berdiri dari tenaga-tenaga ahli yang bertugas membantu direktur dalam menjalankan tugasnya, baik yang berhubungan dengan teknik maupun administrasi. Staf ahli bertangung jawab kepada direktur utama sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Tugas dan wewenang staf ahli meliputi : 1.



Mengadakan evaluasi bidang teknik dan ekonomi perusahaan.



2.



Memberi masuka-masukan dalam perencanaan dan pengembangan perusahaan.



3.



Memberi saran-saran dalam bidang hukum.



9.4.5 Kepala Bagian Secara umum tugas kepala bagian adalah mengkoordinir, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai dengan garis wewenang yang diberikan oleh pimpinan perusahaan. Kepala bagian dapat juga bertindak sebagai staf direktur. Kepala bagian bertangung jawab kepada direktur utama. Kepala Bagian membawahi Kepala Seksi. Kepala Seksi merupakan pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai dengan rencana yang telah diatur oleh kepala bagian masing-masing, agar diperoleh hasil yang maksimum dan efektif selama berlangsungnya proses produksi. Setiap kepala seksi bertangung jawab terhadap kepala bagian masing-masing sesuai dengan seksinya. 1. Kepala Bagian Produksi Utilitas Bertangung jawab kepada Direktur Teknik dan Produksi dalam bidang mutu, jalan operasinya pabrik sehari-hari, dan menjaga kelancaran proses produksi serta mengkoordinir kepala-kepala seksi yang menjadi bawahannya. Kepala Bagian produksi membawahi dua Kepala Seksi : a. Kapasitas Proses Produksi



83



Tugas



: Mengawasi jalannya proses produksi, menjalankan tindakan seperlunya terhadap kejadian-kejadian yang tidak diharapakan sebelum diambil oleh saksi yang berwenang.



Pendidikan



: Sarjana Teknik Kimia / Teknik Mesin



Jumlah



: 1 Orang



Bawahan



: 4 Orang kepala shift (S1-/D3 Teknik Kimia 12 orang operator (STM /SMA)



2. Kepala Bagian Teknik Tugas kepala bagian teknik, antara lain : a.



Mengkoordinir kepala-kepala seksi yang menjadi bawahannya



b.



Bertangung jawab kepada direktur produksi dalam bidang peralatan dan utilitas



Kepala Bagian teknik membawahi dua Kepala seksi : a. Kepala Seksi Listrik dan Instrumentasi Tugas



: Bertangung jawab terhadap penyediaan listrik serta alat- alat instrumentasi.



Pendidikan : Sarjana Teknik Elektro Jumlah



: 1 Orang



Bawahan



: 4 orang kepala shirt (S-1 /D3 Teknik Elektro) 8 orang operator (STM Listrik)



b. Kepala Seksi Peralatan dan Bengkel Tugas



: Bertangung jawab terhadap kegiatan perawatan dan penggantian alat-alat



serta



fasilitas



pendukungnya,



dan



melaksanakan



pemeliharaan fasilitas gedung dan pabrik. Pendidikan : Sarjana Teknik Mesin Jumlah



: 1 orang



Bawahan



: 4 orang kepala shift (S1 / D3 Teknik Mesin) 8 orang operator (STM Mesin)



84



3. Kepala Bagian Pengembanngan dan Penelitian (Litbang) Bertangung jawab kapada Direktur Teknik Dan Produksi bertangung jawab memimpin aktivitas laboratorium, pengendalian mutu, penelitian dan pengembangan. a. Kepala Seksi Laboratorium dan Pengendalian Mutu Tugas



: Menyelengarakan pemantauan hasil (mutu) dan penglahan limbah.



Pendidikan : Sarjana Teknik Kimia Jumlah



: 1 orang



Bawahan



: 4 orang kepala shift (S-1 Teknik Kimia/ MPA Kkimia) 8 orang operator (D3 MIPA / Analitik)



b. Kepala seksi Penelitian dan Pengembangan Tugas



: Mengkoordinasi kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan produksi dan efisiensi proses secara keseluruhan



Pendidikan : Sarjana S-1 Teknik Kimia Jumlah



: 1 orang



Bawahan



: 2 orang (S-1 Teknik Kimia / Mesin / Elektro)



4. Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran Bertangung jawab kepada direktur keuangan dan admistrasi dalam bidang administrasi, keuangan, dan pemasaran termasuk pembelian bahan baku, bahan pembatu, dan penjualan produk. Kepala Bagian Keuangan membawahi tiga kepala seksi : a. Kepala Seksi Keuangan Tugas



: Bertangung jawab terhadapa pembukaan serta hal-hal yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.



Pendidikan : Sarjana Ekonomi/ Akuntansi Jumlah



: 1 oarang



Bawahan



: 2 orang staf I (S-1 / D3 Ekonomi / Akuntansi) 2 orang staf II (SMK).



b. Kepala Seksi Pemasaran Tugas



: Mengkoordinasi kegiatan pemasaran produk dan mengatur distribusi barang dari gudang.



Pendidikan : Sarjana Ekonomi / Teknik Industri



85



Jumlah



: 1 orang



Bawahan



: 5 orang staf I (S-1 /D3 Ekonomi / Akuntansi) 5 0rang staf II (SMK)



c. Kepala Seksi Pembelian Tugas



: Mengatur dan mengumpulkan semua informasi mengenai bahan baku dan bahan lain yang dibutuhkan perusahaan dan mengadakan tender pembelian.



Pendidikan : Sarjana Ekonomi / Teknik Industri Jumalah



: 1 orang



Bawahan



: 1 orang staf I( S-1 / D3 Ekonomi / Akuntansi) 1 orang staf II (SMK).



5. Kepala Bagian Admistrasi Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan Administrasi pabrik, personalia, dan tata usaha. Kepala Bagian Administrasi membawahi dua Kepala Seksi a. Kepala Seksi Personalia Tugas



: Mengkoordinir kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian.



Pendidikan : Sarjana Hukum / Psikologi Jumlah



: 1 orang



Bawahan



: 1 orang staf 1 (S-1 / D3 komunikasi / Psikologi) 1 orang staf II (SMA)



b. Kepala Seksi Tata Usaha Tugas



: Bertangung jawab terhadap kegiatan yang berhubungan dengan rumah tangga perusahaan serta tata usaha kantor.



Pendidikan : Sarjana Ekonomi / Hukum Jumlah



: 1 orang



Bawahan



: 1 orang staff I (S-1 /D3 Manajemen Perusahaan) 2 oarang staff II (SMA).



6. Kepala Bagian Umum Bertangung jawab kepada Direktur Keuangan dan Administrasi dalam mengelola bidang hubungan masyarakat, keamanan dan kesajteraan karyawan. Kepala Bagian Umum membawahi dan Kepala Seksi : a. Kepala Seksi Hubungan Masyarakat



86



Tugas



:



Menyelenggarakan



kegiatan



yang



berkaitan



dengan



relasi



perusahaan, pemerintahan dan masyarakat serta mengawasi langsung masalah keamanan perusahaan. Pendidikan : Sarjana Hukum / Psikologi / Komunikasi Jumlah



: 1 orang



Bawahan



: 2 orang staff I (S-1 / D3 Komunikasi) 4 orang kepala shift, 20 satpam



b. Kepala Seksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Tugas



: Bertangung jawab terhadap masalah kesehatan karyawan dan keluarga serta menangani masalah keselamatan kerja dalam perusahaan.



Pendidikan : Sarjana Kedoktoran Umum Jumlah



: 1 orang



Bawahan



: 3 orang staff I (S-1 / D4 Hiperkes) 4 orang staff II (D3 Hiperkes / Akper)



9.5



Pembagian Jam Kerja Karyawan Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat ini direncanakan beroperasi selama



330 hari dalam satu tahun dan proses produksi berlangsung 24 jam per hari. Sisa hari yang bukan hari libur digunakan untuk perawatan, perbaikan, dan shutdown pabrik. Sedangkan pembagian jam kerja karyawan digolongkan dalam dua golongan yaitu karyawan shift dan non shift. 9.5.1 Karyawan non shift / harian Karyawan non shift adalah karyawan yang tidak menangani proses produksi secara langsung, Yang termasuk karyawan harian adalah direktur direktur, staf ahli, kepala bagian, kepala seksi serta karyawan yang berada di kantor. Karyawan harian akan berkerja selama 5 hari dalam seminggu dan libur pada hari sabtu, minggu dan hari besar, dengan pembagian kerja sebagai berikut : Jam kerja : Hari Senin – Juma't



: Jam 08.00 – 17.00



87



Jam Istirahat : Hari Senin – Kamis



: Jam 12.00 – 13.00



Hari Jum’at



: Jam 11.00 – 13.00



9.5.2



Karyawan Shift/ploog Karyawan shift adalah karyawan yang secara langsung menanggani



proses produksi atau mengatur bagian-bagian tertentu dari pabrik yang berhubungan dengan masalah keamanan dan kelancaran produksi. Karyawan shift, meliputi : operator produksi, sebagaian dari bagian teknik, bagian gudang dan bagian utilitas, pengendalian, laboratorium, dan bagian – bagian yang harus selalu siaga untuk menjaga keselamatan serta keamanan pabrik. Para karyawan shift dan bekerja secara bergantian selama 24 jam dengan pengaturan sebagai berikut : Shift Pagi



: Jam 07.00 - 15.00



Shift Sore



: Jam 15.00 – 23.00



Shift Malam



: Jam 23.00 – 07.00



Untuk karyawan shift ini dibagi menjadi 4 kelompok (A / B / C/ D) dimana dalam satu hari kerja, hanya tiga kelompok masuk, sehingga ada satu kelompok yang libur. Untuk hari libur atau hari besar yang ditetapakan pemerintah, kelompok yang bertugas tetap harus masuk. Jadwal pembagian kerja masing-masing kelompok ditampilkan di tabel berikut : Tabel 9.1 Jadwal Pembagian Kelompok Shift Shift Pagi Siang Malam Libur



Senin A B C D



Selasa A B C D



Rabu A B D C



Kamis A B D C



Juma’t A C D B



Sabtu B C D A



Minggu B C D A



Shift Pagi Siang Malam Libur



Senin B C D A



Selasa B C D A



Rabu B C A D



Kamis B C A D



Juma’t B D A C



Sabtu C D A B



Minggu C D A B



88



Shift Pagi Siang Malam Libur



Senin C D A B



Selasa C D A B



Rabu C D B A



Kamis C D B A



Juma’t C A B D



Sabtu D A B C



Shift Pagi Siang Malam Libur



Senin D A B C



Selasa D A B C



Rabu D A C B



Kamis D A C B



Juma’t D B C A



Sabtu Minggu A A B B C C D D (Garret, 1989)



9.6



Minggu D A B C



Status Karyawan dan Sistem Upah Pada pabrik asam oleat ini sistem upah karyawan berbeda-beda tergantung



pada status karyawan, kedudukan, tangung jawab, dan keahlian. Menurut status karyawan dapat dibagi menjadi tiga golongan sebagai berikut: 1. Karyawan Tetap Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan dengan surat keputusan (SK) direksi dan mendapatkan gaji bulanan sesuai dengan kedudukan, keahlian, dan masa kerjanya. 2. Karyawan Harian Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan direksi tapa SK direksi dan mendapatkan upah harian yang dibayar tiap akhir pekan. 3. Karyawan Borongan Yaitu karyawan yang digunakan oleh pabrik bila diperlukan saja. Karyawan ini menerima upah borongan untuk suatu pekerjaan.



9.7 Penggolongan Jabatan, Jumlah Karyawan, dan Gaji 9.7.1 Penggolongan Jabatan 1. Direktur Utama



: Sarjana Ekonomi / Teknik / Hukum



2. Direktur Teknik dan produksi



: Sarjana Teknik Kimia



3. Direktur Keuangan Dan Administrasi



: Sarjana Ekonomi / Akuntansi



89



4. Kepala Bagian Produksi dan Utilitas



: Sarjana Teknik Kimia



5. Kepala Bagian Teknik



: Sarjana Teknik Kimia / Mesin



6. Kepala Bagian Litbang



: Sarjana Teknik Kimia / Elektro



7. Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran : Sarjana Ekonomi / Akuntasi 8. Kepala Bagian Administrasi



: Sarjana Ekonomi / Hukum



9. Kepala Seksi



: Sarjana



10. Kepala Shift



: Sarjana atau D3



11. Pegawai Staff 1



: Sarjana atau D3



12. Pegawai Staff 2



: Sarjana atau D3



13. Operator



: D3 atau STM



14. Sopir, Keamanan, Pesuruh



: SMA / Sederajat



9.7.2 Jumlah Karyawan dan Gaji Jumlah karyawan harus ditentukan dengan tepat, sehingga semua pekerjaan dapat diselenggarakan dengan baik dan efektif, dapat dilihat pada tabel 9.2 sebagai berikut :



90



Tabel 9.2 Jumlah Karyawan Menurut Jabatan No Jabatan 1 Dewan Komisaris 2 Direktur utama 3 Direktur Produksi dan teknik 4 Direktur Keuangan dan umum 5 Staf ahli 6 Sekretaris 7 Kepala Bagian Produksi 8 Kepala Bagian Libang 9 Kepala Bagian Teknik 10 Kepala Bagian umum 11 Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran 12 Kepala Bagian Administrasi 13 Kepala Seksi Proses 14 Kepala Seksi Listrik dan Instrumentasi 15 Kepala Seksi Laboratorium dan Pengendalaian mutu 16 Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan 17 Kepala Seksi Peralatan 18 Kepala Seksi Utilitas 19 Kepala Seksi Tata Usaha 20 Kepala Seksi Keuangan 21 Kepala Seksi Pembelian 22 Kepala Seksi Personalia 23 Kepala Seksi Humas 24 Kepala Seksi K3 25 Kepala Seksi Pemasaran 26 Karyawan Proses 27 Karyawan Listrik Dan Intrumentasi 28 Karyawan Laboratorium 29 Karyawan Penelitian 30 Karyawan K3 31 Karyawan Peralatan 32 Karyawan Keuangan 33 Karyawan Utilitas 34 Karyawan Pembelian 35 Karyawan Tata Usaha 36 Karyawan Personalia 37 Karyawan Humas 38 Karyawan Keamanan 39 Karyawan Pemasaran 40 Dokter 41 Perawat 42 Sopir 43 Cleaning Service



Jumlah 2 1 1 1 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 8 12 2 12 8 4 12 2 3 2 3 24 3 1 1 8 12



91



Jumlah Tabel 9.3 Perincian Golongan dan Gaji Karyawan Gol. Jabatan Gaji / bulan(Rp) I Dewan Komisaris 60.000.000,00 II Direktur Utama 50.000.000,00 III Direktur 40.000.000,00 IV Staff Ahli 20.000.000,00 V Kepala Bagian 10.000.000,00 VI Kepala Seksi 7.000.000,00 VII Kepala Shift 4.000.000,00 VII Pegawai staff I 4.000.000,00 VIII Pegawai staff II 4.000.000,00 IX Security 2.500.000,00 Sopir 2.500.000,00 Cleaning Service 2.500.000,00 9.8



180 Kualifikasi S-1/S-2/S3 S-1/S-2/S3 S-1/S-2 S-1 S-1/S-2 S-1 S-1/D3 S-1/D3 SMK SMA SMA SMA



Kesejahteraan Sosial Karyawan Kesejahteraan sosial yang diberikan oleh perusahaan pada parakaryawan,



antara lain: 1. Tunjangan Adapun tunjangan karyawan terbagi 3 yaitu sebagai berikut : a. Tunjangan yang berupa gaji pokok yang diberikan berdasarkan golongan karyawan yang bersangkutan. b. Tunjangan jabatan yang diberikan berdasarkan jabatan yang dipegang karyawan. b. Tunjangan lembur yang diberikan kepada karyawan yang berkerja diluar jam kerja berdasarkan jumlah jam kerja. 2. Pakaian Kerja Diberikan kepada setiap karyawan setiap tahun sejumlah empat pasang. 3. Cuti Cuti atau libur kerja yang akan diberikan kepada setiap karyawan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut : a.



Cuti tahaunan diberikan kepada setiap karyawan selama 12 hari kerja dalam setahun.



92



b.



Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang hendak menderita sakit berdasarkan keterangan dokter.



c.



Cuti hamil diberikan kepada karyawati yang hendak melahirkan, masa cuti berlaku selama 2 bulan sebelum melahirkan samapai 1 bulan sesudah melahirkan.



4. Pengobatan Perusahaan peduli dengan kesehatan dan keselamatan kerja setiap karyawan perusahaan sehingga diberikan biaya pengobatan yang dibagi menjadi : a. Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja, ditangung oleh perusahaan sesuai dengan undang-undang. b. Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit tidak disebabkan oleh kecelakaan kerja, diatur berdasarkan kebijakan perusahaan. 5. Asuransi Tenaga Kerja Asuransi kerja diberikan oleh perusahaan bila jumlah karyawan lebih dari 10 orang atau dengan gaji karyawan lebih besar dai Rp. 1.500.000,00 per bulan.



9.9



Manajemen Perusahaan Manajemen perusahaan merupakan salah satu bagian dari manajemen



perusahaan yang fungsi utamanya adalah menyelenggarakan semua kegiatan untuk memproses bahan baku menjadi produk dengan mengatur penggunaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Manajemen produksi meliputi manajemen perancangan dan pengendalian produksi. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi mengusahakan perolehan kualitas produk sesuai target dalam jangka waktu tertentu. Dengan meningkatnya kegiatan produksi maka selayaknya diikuti dengan kegiatan perencanaan dengan pengendalian agar pemyimpanan produksi dapat dihindari. Perencanaan



sangat



erat



dikaitkan



dengan



pengendalian



dimana



perencanaan merupakan tolak ukur bagi kegiatan operasional sehingga



93



penyimpanan yang terjadi dapat diketahui dan selanjutnya dikembalikan pada arah yang sesuai.



9.9.1



Perencanaan Produksi Dalam menyusun rencanaan produksi secara garis besar ada direktur



keuangan dan umum. Hal yang dipertimbangkan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalam kemampuan pabrik sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang menyangkut kemampuan pasar terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Dinpengaruhi oleh keadaan dan kemampuan mesin yaitu jam kerja efektif dan beban yang diterima. 1.



Kemampuan Pasar Dapat dibagi menjadi 2 kemungkinan, yaitu : a.



Kemampuan pasar lebih besar dibandingkan kemampuan pabrik, maka rencana produksi disusun secara maksimal.



b.



Kemampuan pasar lebih kecil dari kemampuan pabrik. Ada tiga alternatif yang dapat di ambil :



a.



Rencana Produksi sesuai kemampuan pasar atau produksi diturunkan sesuai dengan kemampuan pasar, dengan pertimbangan untung dan rugi.



b.



Rencanaan produksi tetap dengan mempertimbangkan bahwa kelebihan produksi disimpan dan dipasarkan tahun berikutnya.



c.



Mencari daerah pemasaran baru.



2. Kemampuan Pabrik Pada umumnya kemampuan pabrik ditentukan oleh beberpa faktor, yaitu sebagai berikut : a. Bahan Baku Dengan Pemakaian yang memenuhi kaualitas dan kuantitas, maka akan mencapai jaminan produk yang diinginkan. b. Tenaga Kerja Kurang trampilnya tenaga kerja akan menimbulkan kerugian, sehingga diperlukan pelatiahan agar kemampauan kerja ketrampialannya meningkat dan sesuai dengan yang diinginkan.



94



c. Peralatan ( Mesin) Ada dua hal yang mempengaruhi kehandalan dan kemampuan mesin, yaitu jam kerja mesin efektif dab kemampuan mesin. Jam kerja mesin efektif adalah kemampuan suatu alat untuk beroperasi pada kapasitas yang diinginkan pada periode tertentu. Kemampuan mesin adalah kemampuan mesin dalam memproduksi.



9.9.2



Pengendalian Produksi Setelah perencanan produksi disusun dan proses produksi dijlankan,



perlu adanya pengawasan dan pengendalian produksi agar proses berjalan dengan baik. Kegiatan proses produksi diharapkan menghasilkan produk dengan mutu sesuai dengan standard dan jumlah produk sesuai dengan rencana dalam jangka waktu sesuai. a. Pengendalian Kualitas Penyimpangan kualitas terjadi karena mutu bahan baku tidak baik, kerusakan alat, dan penyimpangan operasi. Hal- hal tersebut dapat diketahui dari monitor atau hasil analisa laboratorium. b. Pengendalian Kualitas Penyimpangan kualitas yang terjadi karena kesalahan operator, kerusakan mesin, keterlambatan bahan baku serta perbaikan alat yang terlalu lama. Penympangan perlu diketahui penyebabnya, baru dilakukan evaluasi. Kemudian dari evaluasi tersebut diambil tindakan seperlunya dan diadakan perencanaan kembali dengan keadaan yang ada. c. Pengendalian Waktu Untuk mencapai kuanyitas tertentu perlu adanya waktu tertentu pula. d. Pengendalian Bahan Proses Bila ingin dicapai kapasitas produksi yang diinginkan maka bahan proses harus mencukupi sehinnga diperlukan pengendalian bahan proses agar tidak terjadi kekurangan.



BAB X INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA 10.1



Instrumentasi Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol



untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dalam suatu pabrik kimia, pemakaian instrumen merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan adanya rangkaian instrumen tersebut maka operasi semua peralatan yang ada di dalam pabrik dapat dimonitor dan dikontrol dengan cermat, mudah dan efisien. Alat-alat instrumentasi dipasang pada setiap peralatan proses dengan tujuan agar sarjana teknik dapat memantau dan mengontrol kondisi di lapangan. Dengan adanya instrumentasi ini pula, para sarjana teknik dapat segera melakukan tindakan apabila terjadi kejanggalan dalam proses. Namun pada dasarnya, tujuan pengendalian tersebut adalah agar kondisi proses di pabrik mencapai tingkat kesalahan (error)yang paling minimum sehingga produk dapat dihasilkan secara optimal (Considine, 1985). Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol (controller), penunjuk (indicator), pencatat (recorder), dan pemberi tanda bahaya (alarm). Instrumentasi bekerja dengan tenaga mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang diatas papan instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan peralatan (kontrol otomatis) (Timmerhaus, 2004). Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol/diukur oleh instrumen adalah: 1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan. 2. Variabel



tambahan,



seperti



densitas,



viskositas,



panas



spesifik,



konduktivitas, pH, humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, danvariabel lainnya (Considine,1985).



95



96



Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari: 1. Sensing Element / Elemen Perasa (Primary Element) Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel yang diukur. 2. Elemen pengukur (measuring element) Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya perubahan temperatur, tekanan, laju aliran maupun tinggi fluida. 3. Elemen pengontrol (controlling element) Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai yang diinginkan. 4. Elemen pengontrol akhir (final control element) Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki (Considine,1985). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen-instrumen adalah: 1. Range yang diperlukan untuk pengukuran 2. Level instrumentasi 3. Ketelitian yang dibutuhkan 4. Bahan konstruksinya 5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses (Timmerhaus,2004)



Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah: 1. -



Untuk variabel temperatur Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati



temperatur



suatu



alat



dapatmelakukan pengendalian. 2.



Untuk variabel tinggi permukaan cairan



dan



bila



terjadi



perubahan



97



-



Level



Controller



(LC)



adalah



instrumentasi



yang



digunakan



untukmengamati ketinggian cairan dalam suatu alat dan bila terjadi perubahandapat melakukan pengendalian. 3. -



Untuk variabel tekanan Pressure



Controller



(PC)



adalah



instrumentasi



yang



digunakan



untukmengamati tekanan operasi suatu alat dan bila terjadi perubahan dapatmelakukan pengendalian. 4. -



Untuk variabel aliran cairan Flow



Controller



(FC)



adalah



instrumentasi



yang



digunakan



untukmengamati laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bilaterjadi perubahan dapat melakukan pengendalian (Considine, 1985).



Instrumentasi yang digunakan dalam pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat ini disajikan dalam tabel 10.1 berikut ini: Tabel 10.1 Daftar Penggunanan Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat No.



Nama Alat



Jenis Instrumen



1.



Tangki Produk



Level Indikator (LI)



2.



Heater



Flow Controller (FC) Temperature Controller (TC) Temperature Controller (TC)



3.



Reaktor



Pressure Controller (PC) Level Controller (LC) Pressure Controller (PC)



4.



Kolom Destilasi



5.



Pompa



Flow Controller (FC)



6.



Kompresor



Pressure Controller (PC)



7.



Kondensor & Cooler



Temperature Controller (TC)



8.



Reboiler



Temperature Controller (TC)



Temperature Controller (TC) Level Controller (LC)



98



10.2



Keselamatan Kerja Pada Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik,



oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk maksud tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan pabrik pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi. Dalam rancangan pabrik Asam Oleat , usaha-usaha pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan sebagai berikut:



10.2.1 Pencegahan Terhadap Kebakaran dan Peledakan Proses produksi Asam Oleat menggunakan reaktor yang beroperasi pada tekanan 41 atm dan suhu 250 °C. Bahaya yang kemungkinan timbul adalah kebakaran atau peledakan yang berasal dari reaktor. Selain itu unit penghasil uap (boiler) juga dapat menciptakan hal yang serupa apabila pengendalian tidak berjalan optimal. Dari uraian di atas maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan penangananterhadap kebakaran dan ledakan sebagai berikut : 1.



Untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran maka sistem alarm dipasangpada tempat yang strategis dan penting seperti laboratorium dan ruang proses.



2.



Pada peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat manhole dan hand hole yang cukup untuk pemeriksaan.



3.



Sistem perlengkapan energi seperti pipa bahan bakar, saluran udara, saluran steam, dan air dibedakan warnanya dan letaknya tidak menggangu gerakan karyawan.



4.



Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station setiap saat dalamkeadaan siaga.



5.



Penyediaan racun api yang selalu siap dengan pompa hydran untuk jarak tertentu.



Sesuai dengan peraturan yang tertulis dalam Peraturan Tenaga Kerja No.Per/02/Men/1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis, yaitu :



99



1.



Detektor Kebakaran, merupakan alat yang berfungsi untuk mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal. Alat ini terbagi atas:



a.



Smoke detector adalah detektor yang bekerja berdasarkan terjadinya akumulasi asap dalam jumlah tertentu.



b.



Gas detector adalah detektor yang bekerja berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas-gas lain yangmudah terbakar.



c.



Alarm kebakaran, merupakan komponen dari sistem deteksi dan alarmkebakaran yang memberikan isyarat adanya suatu kebakaran. Alarm iniberupa: 1) Alarm kebakaran yang memberi tanda atau isyarat berupa bunyi khusus (audible alarm). 2) Alarm kebakaran yang memberi tanda atau isyarat yang tertangkap oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm).



2.



Panel Indikator Kebakaran Panel indikator kebakaran adalah suatu komponen dari sistem deteksi danalarm kebakaran yang berfungsi mengendalikan sistem dan terletak di ruangoperator.



10.2.2 Peralatan Perlindungan Diri Upaya peningkatan kesehatan keselamatan kerja (K3) bagi karyawan padapabrik ini adalah dengan menyediakan fasilitas sesuai bidang kerjanya. Fasilitas yang diberikan adalah melengkapi karyawan dengan peralatan perlindungan diri sebagai berikut: 1.



Helm



2.



Pakaian dan perlengkapan pelindung.



3.



Sepatu pengaman.



4.



Pelindung mata.



5.



Masker udara.



6.



Sarung tangan.



7.



Earplug



100



10.2.3 Keselamatan Kerja Terhadap Listrik Upaya peningkatan keselamatan kerja terhadap listrik adalah sebagai berikut : 1.



Setiap instalasi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian sekering atau pemutus arus listrik otomatis lainnya.



2.



Sistem perkabelan listrik harus dirancang secara terpadu dengan tata letak pabrik



untuk



menjaga



keselamatan



dan



kemudahan



jika



harus



tidak



boleh



dilakukanperbaikan. 3.



Penempatan



dan



pemasangan



motor-motor



listrik



mengganggulalu lintas pekerja. 4.



Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangantinggi.



5.



Isolasi kawat hantaran listrik harus disesuaikan dengan keperluan.



6.



Setiap peralatan yang menjulang tinggi harus dilengkapi dengan alatpenangkal petir yang dibumikan.



7.



Kabel – kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang bekerjapada tekanandan suhu tinggi harus diisolasi secara khusus.



10.2.4 Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan Upaya peningkatan kesehatan karyawan dalam lapangan kerja adalah: 1.



Setiap karyawan diwajibkan untuk memakai pakaian kerja selama berada di dalam lokasi pabrik.



2.



Dalam menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya, karyawan diharuskan memakai sarung tangan karet serta penutup hidung dan mulut.



3.



Bahan-bahan kimia yang selama pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,



dan



penggunaannya



dapat



menimbulkan



ledakan,



kebakaran, korosi, maupun gangguan terhadap kesehatan harus ditangani secara cermat. 4.



Penempatan bahan kimia berbahaya harus sesuai dengan petunjuk pelaksanaan K3 seperti berikut :



101



1. Gudang tempat penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus dibuat sedemikian



rupa



hingga



aman



dari



pengaruh



Alam



dan



Lingkungansekitarnya: a.



Memiliki system sirkulasi udara dan ventilasi yang cukup baik.



b.



Suhu di dalam ruangan dapat terjaga konstan dan aman setiap saat.



c.



Aman dari berbagai gangguan biologis ( Tikus, Rayap dll ).



2. Tata letak dan pengaturan penempatan bahan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a.



Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari adanya bahaya reaktivitas.



b.



Penyusunan agar tidak melebihi batas maksimum yang dianjurkan manufactur untuk menghindari roboh (ambruk) hingga tidak mengakibatkan kerusakan dan mudah pembongkaran serta kelihatanrapi.



c.



Lorong agar tetap terjaga dan tidak terhalang oleh benda apapun, jika perlu buatkan garis pembatas lintasan alat angkat dan angkut.



d.



Khusus bahan dalam wadah silinder/tabung gas bertekanan agar ditempatkan pada tempat yang teduh, tidak lembab dan aman dari sumber panas seperti ( listrik, api terbuka dll ).



3. Program House Keeping harus dilaksanakan secara periodic dan berkesinambungan yang meliputi : Kebersihan, Kerapihan dan Keselamatan. 4. Sarana K3 haruslah disiapkan dan digunakan sebagaimana mestinya. 5. Setiap pekerja yang tidak berkepentingan dilarang memasuki gudang penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya. 6. Inspeksi K3 oleh pekerja gudang harus dilaksanakan secara teratur/periodik yang meliputi pemeriksaan seluruh kondisi lingkungan, bahan, peralatan dan sistem. Segera amankan/laporkan jika menemukan kondisi tidak aman kepada atasan.



102



7. Pada setiap penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus dilengkapi dengan Labeling (Label isi, safety, resiko bahaya) beserta uraian singkat Pencegahan, Penanggulangan dan Petolongan Pertama. 8. Petugas gudang harus dilengkapi buku petunjuk/pedoman K3 yang berkaitan dengan Penyimpanan bahan kimia berbahaya. 9. Setiap Pekerja dilarang makan dan minum ditempat penyimpanan Bahan Kimia Beracun. 10. Tindakan P3K harus dilakukan oleh yang berpengalaman. Segera hubungidokter/tim medis atau bawa korban ke Rumah Sakit untuk mendapatkaperawatan lebih lanjut. 5.



Poliklinik yang memadai disediakan di lokasi pabrik.



10.2.5 Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis Upaya pencegahan kecelakaan terhadap bahaya mekanis adalah : 1.



Alat- alat dipasang dengan penahan yang cukup berat untuk mencegah kemungkinan terguling atau terjatuh.



2.



Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup lebar dan tidak menghambat kegiatan karyawan.



3.



Jalur perpipaan sebaiknya berada di atas permukaan tanah atau diletakkan pada atap lantai pertama kalau di dalam gedung atau setinggi 4,5 meter biladiluar gedung agar tidak menghalangi kendaraan yang lewat.



4.



Letak alat diatur sedemikian rupa sehingga para operator dapat bekerja dengantenang dan tidak akan menyulitkan apabila ada perbaikan atau pembongkaran.



5.



Pada alat-alat yang bergerak atau berputar harus diberikan tutup pelindung untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.



Untuk mencapai keselamatan kerja yang tinggi, maka ditambahkan nilainilai disiplin bagi para karyawan yaitu: 1.



Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman yang diberikan.



103



2.



Setiap peraturan dan ketentuan yang ada harus dipatuhi.



3.



Perlu keterampilan untuk mengatasi kecelakaan dengan menggunakan peralatan yang ada.



4.



Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan pada atasan.



5.



Setiap karyawan harus saling mengingatkan perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.



6.



Setiap kontrol secara periodik terhadap alat instalasi pabrik oleh petugas maintenance. (Timmerhaus, 2004)



BAB XI ANALISA EKONOMI Kelayakan suatu pabrik selain mempertimbangkan faktor teknis juga harus ditinjau dari segi ekonomis, apakah menguntungkan atau tidak. Untuk hal tersebut perlu dilakukan perhitungan atau analisa ekonomi terhadap pabrik tersebut. Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah laju pengembalian modal dan titik impas produksi (Break Event Point).



11.1



Modal yang Ditanamkan (Capital Investment) Capital investment adalah modal yang dibutuhkan untuk mendirikan



pabrik dan menjalankan pada masa start-up sampai diyakini pabrik berjalan dengan normal. Capital investment terdiri dari biaya untuk mendirikan pabrik (Fixed Capital Investment) dan biaya untuk menjalankan pabrik dalam waktu tertentu (Working Capital Investment). Perhitungan capital investment yang diperlukan dalam proses persiapan pabrik ini dilakukan dengan menggunakan studi pendekatan yaitu metode study estimate, dimana capital investment dihitung berdasarkan harga peralatan pabrik. Berdasarkan pada perhitungan pada lampiran F, diperoleh Total Capital Investment yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat sebesar Rp. 390.478.215.077,37,-. Sumber modal yang direncanakan dari modal pinjaman 40 % dan modal sendiri 60 %.



11.2



Biaya Produksi (Production Cost) Biaya produksi yaitu biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pabrik.



Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Manufacturing Cost dan General Expanse. Manufacturing Cost yaitu biaya yang berhubungan dengan produksi langsung, biaya tetap dan biaya overhead. General expanse yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan administrasi, distribusi, dan penjualan produk, penelitian dan pembiayaan lainnya.



104



105



11.3



Analisa Keuntungan dan Kerugian Analisa keuntungan (profitabilitas) dapat dilakukan dengan metode Cash



Flow. Analisa laba dan rugi meliputi : a) Laba kotor dan laba bersih b) Laju pengembalian modal (Internal Rate Of Return) c) Waktu pengembalian modal (Pay Out Time) d) Titik impas (Break Event Point) Pada perhitungan analisa laba dan rugi ini dilakukan beberapa asumsi dan ketentuan yang mendekati keadaan ril. 1.



Usia pabrik diperkirakan 20 tahun. Kapasitas produksi masing-masing adalah: a.



Tahun ke-1



= 80 %



b.



Tahun ke-2



= 90 %



c.



Tahun ke-3 hingga ke-18



= 100%



d.



Tahun ke-19



= 90 %



e.



Tahun ke-20



= 80 %



2.



Bunga pinjaman sebesar 10,30 % per tahun



3.



Masa kontruksi pabrik dan bangunan 2 tahun



4.



Pengembalian pinjaman direncanakan dalam jangka waktu 10 tahun setelah pabrik beroperasi



5.



Pajak penghasilan 25% per tahun



11.3.1 Laba Kotor dan Laba Bersih Laba adalah hasil yang diperoleh dari total penjualan dikurangi total ongkos produksi. Laba yang diperoleh sebelum dikurangi pajak penghasilan disebut laba kotor, sedangkan laba yang diperoleh setelah dikurangi pajak penghasilan disebut laba bersih.



11.3.2 Internal Rate Of Return (IRR) Internal Rate Of Return adalah perbandingan antara laba yang diperoleh tiap tahun terhadap modal yang ditanamkan. Internal Rate of return (IRR) dapat



106



digunakan untuk mengetahui apakah pabrik layak didirikan atau tidak. Apabila IRR yang diperoleh lebih besar dari laju bunga uang yang didepositokan di bank, maka pabrik dikatakan layak didirikan ditinjau dari segi ekonomis. Berdasarkan pada perhitungan pada lampiran F, bahwa pada pabrik asam oleat ini di peroleh IRR-nya 44,80% .



11.3.3 Pay Out Time (POT) Pay



out



time



adalah



lamanya



waktu



yang



diperlukan



untuk



mengembalikan modal yang dipinjamkan untuk mendirikan pabrik. Pay out time untuk industri-industri kimia biasanya 2 sampai 5 tahun (Coulson, 1989). Untuk pabrik Asam Oleat yang direncanakan ini diperoleh POT selama 2 tahun 4 bulan.



11.3.4 Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah titik dimana hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Berdasarkan pada hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran F dapat diketahui BEP-nya sebesar 39%.



11.4



Hasil Perhitungan Analisa Ekonomi Hasil perhitungan analisa ekonomi berdasarkan pada lampiran F adalah



sebagai berikut : 1.



Fixed Capital Investment



= Rp



331.906.482.815,77,-



2.



Working Capital Investment = Rp



58.571.732.261,61,-



3.



Total Capital Investment



= Rp



390.478.215.077,37,-



4.



Total Biaya Produksi



= Rp



310.902.491.553,18,-



5.



Hasil Penjualan



= Rp



526.834.960.917,20,-



6.



Laba Kotor



= Rp



215.932.469.364,02,-



7.



Laba Bersih



= Rp



161.949.352.023,02,-



Perhitungan analisa ekonomi yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran F



BAB XII KESIMPULAN Hasil analisa perhitungan pada Pra Rancangan Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat dari CPO dengan kapasitas produksi 20.000 ton/tahun diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Kapasitas produksi Asam Oleat dan Asam Palmitat 20.000 ton/tahun menggunakan bahan baku CPO sebanyak 2.935,42 kg/jam. 2. Bentuk badan usaha yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT). Bentuk organisasi yang direncanakan adalah garis dan staf dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 180 orang. 3. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kecamatan Muara Batu Aceh Utara karena berbagai pertimbangan antara lain kemudahan mendapatkan bahan baku, daerah pemasaran, sarana transportasi yang mudah dan cepat. 4. Luas tanah yang dibutuhkan adalah 19.500 m2. 5. Analisa ekonomi: 1.



Fixed Capital Investment



= Rp



331.906.482.815,77,-



2.



Working Capital Investment = Rp



58.571.732.261,61,-



3.



Total Capital Investment



= Rp



390.478.215.077,37,-



4.



Total Biaya Produksi



= Rp



310.902.491.553,18,-



5.



Hasil Penjualan



= Rp



526.834.960.917,20,-



6.



Laba Kotor



= Rp



215.932.469.364,02,-



7.



Laba Bersih



= Rp



161.949.352.023,02,-



8.



Break Event Point (BEP)



= 39,00 %



9.



Pay Out Time (POT)



= 2 tahun 4 bulan



10. Internal Rate of Return (IRR) = 44,80 %



6. Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan Prarancangan Pabrik Asam Oleat dan Asam Palmitat dari CPO layak untuk didirikan dengan kapasitas produksi 20.000 ton/tahun.



107