BAB 1 Demam Kejang Pada Anak PROPOSAL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak, kejang demam terjadi pada rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak-anak yang terjadi bersama dengan demam. Pada setiap anak memiliki ambang kerja yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta rendahnya ambang kejang seorang anak. Anak dengan ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 3,8°C, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru akan terjadi pada suhu 40°C atau bahkan lebih (Indriyaswuri & Susilaningsih, 2020). Menurut Langging, dkk. (2018). Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal yang tidak teratur dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan panas. WHO memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Namun di Asia angka kejadian kejang lebih demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang demam sekitar 77% (Saputra, dkk 2019). Kejadian kejang demam di Amerika serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat diperkirakan 2-4% dari seluruh kelainan neorologis pada anak. Dalam 25 tahun terakir. Menyatakan bahwa terjadinya kejang demam lebih sering terjadi pada saat anak berusia kurang lebih 2 tahun (17-23 bulan). Angka kejadian demam di Asia dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80 sampai 90% dari seluruh kejang demam sederhana tahun 2010. Hasil rekam medis rumah sakit Anak dan Bunda Harapan kita Jakarta tahun 2008-2010, terdapat 86 pasien dengan kejang, 41 pasien (47,7%) diantaranya mengalami kejang demam berulang (Puspita, dkk 2019). Di Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam 3-4% dari anak



yang berusia 6 bulan – 5 tahun pada tahun 2012-2013. Angka kejadian kejang demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan terdapat 80% pada tahun 2008. Di Jawa Timur terdapat 2-3% dari 100 balita pada tahun 20092010 anak yang mengalami kejang demam. Angka kejadian diwilayah Jawa Tengah mencapai 2-3% pada anak usia 6 bulan – 5 tahun pada tahun 20122013 (Indriyaswuri & susilaningsih, 2020). Angka kejang demam di Indonesia dalam jumlah persentase cukup seimbang dengan persentase negara lain, kejang demam di Indonesia dilaporkan mencapai 2-4% sedangkan untuk provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012-2013 mencapai 2-3%. Angka kejadian kejang demam di Jawa Tengah sekitar 2-5% terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun setiap tahunnya (Hapsari & Susilaningsih, 2020). Di Sumatera Barat didapatkan sebagian besar demam kejang kompleks yaitu sebanyak 33 kasus (6,7% ¿ , sedangkan pada demam kejang sederhana didapatkan 12 kasus (23,5%). Berdasarkan survey awal didapatkan data mengenai demam kejang di medical record RSI Ibnu sina Padang, sejak 3 tahun terakir kejadian kejang demam mengalami peningkatan. Tahun 2017 sebanyak 69 anak, pada tahun 2018 sebanyak 91 anak, dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 168 anak yang mengalami demam kejang (RSI Ibnu Sina Padang, 2019). Masalah yang terjadi pada pasien kejang demam seperti, hipertermia, ketidak efektifan pola nafas, resiko cidera, kecemasan. Salah satu tindakan keperawatan untuk menangani masalah hipertermia yaitu dengan pemberian Kompres hangat sangat efektif untuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan metode konduksi yaitu perpindahan panas dari derajat yang tinggi ke derajat yang lebih rendah (Indriyaswuri & Susilaningsih, 2020). Faktor yang penting pada kejang demam ialah demam, usia, genetik, prenatal dan perinatal. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wegma dan Millichap menggunakan hewan



coba disimpulkam bahwa suhu tinggi dapat menyebabkan terjadinya kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada usia tinggi serta cepatnya suhu meningkat (Kakalang, dkk 2016). Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu setiap serangan kejang harus dapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlansung lama dan berulang. Sebab keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa menyebabkan kematian (Saputra, dkk 2019). Menurut Langging, dkk (2018) kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan. Demam kejang disebabkan oleh suatu proses ekrakranium, sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh yang mengakibatkan gangguan fisiologis. Demam tinggi pada anak dapat menjadi faktor pencetus serangan kejang demam. Pasien dengan gangguan termoregulasi perlu diberikan penanganan, salah satunya dengan pemberian tindakan keperawatan metode tepid sponge (Indriyaswuri & Susila ningsih, 2020). Pengetahuan ibu tentang kejang demam famili center care adalah suatu pemahaman yang dimiliki oleh seorang ibu tentang demam yang berkisar antara 38,9°C – 40.0°C yang dapat menyebabkan terjadinya kejang (Saputra, dkk 2019). Tindakan penatalaksanaan kejang demam dirumah tentunya dipengaruhi oleh perilaku dari ibu dimana perilaku itu didasarkan oleh pengetahuan, sikap dan motivasi. Pengetahuan sebagai hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang deteksi dini yang dimiliki keluarga balita tentang kejang demam sangatlah diperlukan. Disinilah peran perawat selain melaksanakan asuhan keperawatan, juga memberikan penyuluhan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukannya secara mandiri dirumah (Budi, dkk 2021).



Penatalaksanaan pada pasien anak kejang demam yang mengalami kecemasan hospitalisasi dapat dilakukan baik secara farmakologis dan non farmakologis yaitu dengan pemberian teknik atraumatic care dengan audiovisual. Atraumatic care adalah bentuk perawatan teraupetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak melalui tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun psikologis yang dialami oleh anak (Hapsari & Susilaningsih, 2020). Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan perawat dapat membantu klien mendapatkan kembali kesehatan melalui proses penyembuhan dan perawat diharapkan lebih memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spritual dan sosial. Penanganan terhadap kejang demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Tindakan farmakologis yaitu tindakan tambahan dalam menurunkan panas setelah pemberian obat antipiretik. Tindakan non farmakologis antara lain memberikan minuman yang banyak, ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal, dan memberikan kompres hangat (Windawati & Alfiyanti, 2020). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan demam kejang di Instalasi Rawat Inap anak RSUP M. Djamil Padang.



B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah “Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada anak dengan demam kejang di RSI Ibnu Sina Padang?”.



C. Tujuan 1. Tujuan umum



Untuk melakukan Asuhan Keperawatan anak secara komprehensif pada pasien dengan demam kejang di bangsal anak RSI Ibnu Sina Padang. 2. Tujuan khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan demam kejang di bangsal anak RSI Ibnu Sina Padang. b. Mampu menentukan diagnonsa keperawatan pada klien dengan demam kejang di bangsal anak RSI Ibnu Sina Padang. c. Mampu merencanakan rencana rencana keperawatan pada klien dengan demam kejang di bangsal anak RSI Ibnu Sina Padang. d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan demam kejang di bangsal anak RSI Ibnu Sina Padang. e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan demam kejang di bangsal anak RSI Ibnu Sina Padang. f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan demam kejang di bangsal anak RSI Ibnu Sina Padang. D. Manfaat 1. Bagi penulis Manfaat bagi penulis adalah sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dalam menerapkan asuhan keperawatan anak pada klien demam kejang 2. Bagi institusi pendidikan Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya, terutama mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang dalam kegiatan yang sama. 3. Bagi rumah sakit Membantu meningkatkan status kesehatan klien demam kejang melalui pendekatan praktek keperawatan dan sebagai masukan dan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan dan menangani penyakit demam kejang