BAB 1 Proposal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di bawah penyakit jantung koroner dan tuberkulosis. Diantara korban-korban pada kasus kecelakaan lalu lintas didapatkan korban dengan fraktur ekstremitas bawah yang harus menjalani penanganan dengan pembedahan, dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri pasca bedah. Nyeri ketika pembedahan masih sering dirasakan pada masa pasca bedah, nyeri semacam ini tidak saja menimbulkan perasaan menderita, tetapi juga reaksi stress yaitu merupakan rangkaian reaksi fisik maupun biologis yang dapat menghambat proses penyembuhan (Esther, 2009). Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur terjadi di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang dengan angka prevalensi sebesar 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,5%. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa 50% patah tulang paha atas akan menimbulkan kecacatan seumur hidup dan 30% bisa menyebabkan kematian. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2013, di Indonesia terjadi fraktur yang disebabkan oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam/tumpul. Riset Kesehatan Dasar 2011 menemukan ada



1



sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) (Nurcahiriah, 2014). Menurut data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010, kasus patah tulang mengalami peningkatan setiap tahun sejak 2007. Pada 2007 ada 22.815 insiden patah tulang, pada 2008 menjadi 36.947, 2009 jadi 42.280 dan



2



pada 2010 ada 43.003 kasus. Dari data tersebut didapatkan rata-rata angka insiden patah tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 pada perempuan dan laki-laki di atas usia 40 tahun (Noviardi, 2012). Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit di indonesia pada tahun 2013, jumlah klien yang mengalami fraktur terutama daerah kaki bagian bawah distal yaitu lakilaki 11.357 kasus dan wanita 8.319 kasus, sedangkan insidennya pada lakilaki yaitu 152 per 100.000 klien dan 120 per 100.000 klien perempuan (Lukman, 2009). Berdasarkan data dari RSUD Dr. Harjono Ponorogo di Ruang Flamboyan pada bulan Januari sampai Mei 2013 jumlah fraktur femur terdapat 35 kasus dengan rentang umur 10 sampai 50 tahun sebanyak 19 kasus sedangkan umur 50 keatas sebanyak 16 kasus (Setiawan B, 2013). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau ruda paksa biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang. Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisis atau kartilago. Diperkirakan 66% dari semua cedera dapat berdampak pada sistem muskuloskeletal seperti fraktur dan cedera jaringan lunak. Ketika terjadi fraktur, diperlukan perbaikan yang luar biasa untuk regenerasi tulang kembali ke keadaan semula. Pada saat terjadi fraktur tulang, kekuatan fisik yang menyebabkan fraktur tersebut juga menimbulkan kerusakan pada jaringan / struktur disekitanya (Esther, 2009).



3



Salah satu manifestasi klinik pada penderita fraktur yang paling menonjol adalah deformitas, bengkak, memar, spasme otot, nyeri hilangnya sensasi dan krepitasi. Penatalaksanaan pada kasus fraktur dapat berupa konservatif yaitu dengan pemasangan gips atau pembebatan dengan gips dan melalui operasi pembedahan meliputi ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Masalah yang sering muncul setelah operasi, pasien sadar dan berada diruang perawatan diantaranya adalah



nyeri akut, keterbatasan



lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot serta penurunan kemampuan untuk ambulasi dan berjalan karena luka post operasi dan luka bekas trauma (Wahid, 2013). Nyeri yang muncul pasca operasi pembedahan pada fraktur adalah nyeri akut, nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (Nurarif, 2012). Nyeri



merupakan



gejala



paling



sering



ditemukan



pada



gangguan



muskuloskeletal. Nyeri pada penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan akibat spasme otot atau penekanan pada saraf sensoris (Mutaqin, 2011). Sedangkan menurut Esther, 2009 nyeri yang dirasakan pasien seperti rasa terbakar, pasien merasa hal itu yang membuat sangat menderita dan kesakitan. Pada hari berikutnya setelah operasi, banyak pasien yang mengeluhkan takut untuk menggerakkan ekstremitas yang dioperasi karena nyeri. Pada pemeriksaan dengan Visual Analogue Scale (VAS), pasien melaporkan masih berada pada level 7-8, dan pada beberapa pasien masih dilaporkan level 10 (Wong, 2011 dalam Wahyu S, 2016).



4



Nyeri yang dirasakan klien apabila tidak tertangani dengan baik maka akan dapat menghambat dalam proses penyembuhan. Untuk mengurangi nyeri, diperlukan tindakan manajemen nyeri farmakologi dan nonfarmakologi Managemen nyeri adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief (Pratintya, 2014). Beberapa manajemen nyeri non farmakologi adalah mengatur posisi fisiologis dan imobilisasi ekstremitas yang mengalami nyeri, mengistirahatkan pasien, kompres, manajemen lingkungan, teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi, manajemen sentuhan (Mutaqin, 2011). Terapi non farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan farmakologis yang lebih baik. Berdasarkan data dan uraian diatas, serta mengingat prevalensi kejadian fraktur yang begitu banyak, maka penulis tertarik untuk membahas kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut” di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 1.2 Batasan Masalah Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo.



1.3 Rumusan Masalah



5



Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo?



1.4 Tujuan Penulisan 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum studi kasus ini adalah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien pasca Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo.



6



5) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo.



1.5 Manfaat 1.5.1 Manfaat Teoritis Studi kasus ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien Post Op Fraktu Ekstremitas Bawah dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 1.5.2 Manfaat Praktis 1) Klien Mendapat asuhan keperawatan yang efektif, efisien, dan sesuai dengan standart asuhan keperawatan pada Post operasi pada fraktur ekstremitas bawah. 2) Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya yang terkait dengan penerapan pasien dengan nyeri pasca operasi. 3) Rumah Sakit Sebagai masukan bagi institusi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk menciptakan kenyamanan dan kepuasan pasien.



7



4) Perawat Bagi perawat agar lebih intensif dan inovatif dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien bedah tulang untuk menciptakan kenyamanan bagi pasien dari rasa nyerinya setelah operasi.



8