Bab 2 Waham [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

8



BAB 2 TINJAUAN TEORI



2.1 Konsep Dasar Penyakit Skizofrenia 2.1.1



Pengertian Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persistem dan serius yang mengakibatkan prilaku psikotik, pemikiran konkrit, dan



kesulitan



dalam



memproses



informasi,



hubungan



interpersonal, serta memecahkan masalah ( Stuart, 2007 ). Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dan merupakan gangguan yang secara universal ditemukan di seluruh dunia (W.F. Maramis, 2005) Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan



perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan



kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal serta memecahkan masalah (Stuart G.W.,2007). 2.1.2



Etiologi Menurut W.F. Maramis (2005), skizofrenia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : a. Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluargakeluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur, Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%; bagi



8



9



saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua mendeita skizofrenia 40-68%; bagi kebar dua telur (heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86%. Pentingnya faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko bagi masyarakat 1%, pada orang tua resiko skizofrenia 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 10%. Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir. Pada kembar monozigot 80-40% (Ingram I.M, 1995). b. Endokrin Teori



ini



dikemukakan



berhubung



dengan



sering



timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, pada waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium. Tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan. c. Metabolisme Ada



orang



yang



menyangka



bahwa



skizofrenia



disebabkan oleh suatu gangguan metabolisme, karena penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini



masih



dalam



halusinogenik.



pembuktian



dengan



pemberian



obat



10



d. Susunan Saraf Pusat Ada yang mencari penyebab skizofrenia ke arah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon atau korteks otak. Tetapi kelainan patologis disebabkan



oleh



yang ditemukan itu mungkin



perubahan-perubahan



postmortem



atau



merupakan artefak pada waktu membuat sediaan. e. Teori Adolf Mayer Skizofrenia



tidak



disebabkan



oleh



suatu



penyakit



badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada sistem saraf pusat. Tetapi Mayer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Menurut Mayer skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (Otisme). 2.1.3



Tanda dan Gejala Skizofrenia Menurut Bleuler gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu primer dan sekunder. a. Gejala-gejala Primer 1) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah,dan isi pikiran) Pada skizofrenia yang terganggu terutama adalah asosiasi kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan sudah



11



timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya “lain” tetapi dikatakan “sawah”. Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan “merah” bila dimaksudkan “berani”. Semua ini menyebabkan bahwa jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat di ikuti dan dimengerti. 2) Gangguan afek dan emosi Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa : a) Kedangkalan afek dan emosi (emotinal blunting), misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masa depannya. b) Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah. c) Paramimi: penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. d) Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai



kesatuan.



Umpamanya



sesudah



membunuhanaknya, penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia.



12



e) Emosi yang berlebihan f) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). 3) Gangguan kemauan Banyak mempunyai



penderita



kelemahan



dengan



gangguan



kemauan.



Mereka



skizofrenia tidak



dapat



mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. 4) Gejala psikomotor Gejala



psikomotor



juga



dinamakan



gejala-gejala



katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini oleh Bleuler dimasukkan ke dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain. b. Gejala-gejala sekunder 1) Waham Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali, Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. 2) Halusinasi Pada skizofrenia, halusinasi timbul pada penurunan kesadaran dalam hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan yang lain. Paling



13



sering pada skizofrenia ialah halusinasi pendengaran (oditif atau akustik), halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi cita rasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). 2.1.4



Klasifikasi Skizofrenia Kreaplin membagi skizofrenia menjadi beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain : a. Skizofrenia simpleks Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplek ialah kedangkalan emosi dan kemunduran



kemauan.



Gangguan



proses



berpikir



sukar



ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. b. Jenis hebefrenik ( skizofrenia hebefrenik atau hebefrenia) Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok adalah ganguan proses berpikir, ganguan kemauan dan adanya dipersonalisasi atau dobel personality. c. Jenis katatonik Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional, mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik atau stupor katatonik.



14



d. Jenis paranoid Gejala-gejala yang menyolok ialah waham primer disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Baru dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berpikir, gangguan afek, emosi dan kemauan. e. Episode skizofrenia akut Gejala skizofrenia timbul mendadak dan pasien seperti dalam keadaan mimpi, kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya (disebut keadaan oneiroid). f. Skizofrenia residual Keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia. g. Jenis skizo-afektif Di samping gejala-gejala skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi (skizo-depresif) atau gejala-gejala mania (skizo-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan.



15



2.1.5



Penatalaksanaan Skizofrenia Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju kemunduran mental. a. Farmako Terapi Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat pada penderita paranoid trifluoperazin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan halusinasi maka pendeita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif. Mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja. Sesudah



gejala-gejala



menghilang,



maka



dosis



dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali. Maka sesudah gejala-gejela mereda obat diberi terus selama satu atau dua tahun. b. Terapi Elektro-Konvulsi (TEK) Cara bekerja elektro konvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperlama serangan



skizofrenia



dan



mempermudah



kontak



dengan



16



penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka dengan Terapi Elektro Konvulsi lebih mudah diberikan, dapat dikatakan secara ambulant, bahaya lebih kurang, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus seperti pada terapi koma insulin. c. Psikoterapi dan Rehabilitasi Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan, psikoterapi yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi supirtif individual atau kelompok, serta



bimbingan



yang



praktis



dengan



maksud



untuk



mengembalikan penderita ke masyarakat. Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik diri ia bisa membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau bermain musik bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otism.



17



2.2 Konsep Dasar Gangguan Proses Pikir : Waham 2.2.1



Pengertian Gangguan proses pikir adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespon pada realitas, klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan, klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak prilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan (Budi Anna Keliat, 2005). Gangguan orientasi realitas umumnya ditemukan pada klien skizofrenia dan psikotik lain. Bhider mengidentifikasi gejala primer skizofrenia sebagai “4A” yang ditambah dengan “2A” sebagai berikut : gangguan “asosiasi”, “afek”, “ambidalan” “autestik” dan ditambah dengan gangguan “atensi” (perhatian) dan “aktifitas”. Gejala skunder dari skizofrenia adalah : halusinasi, waham dan gangguan daya ingat. Waham (paranoid) ditandai oleh keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. (Kaplan, 2008) Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi / informasi secara akurat. (Iyus Yosep, 2009 ).



18



Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998). Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal. (Varcarolis, 2006). 2.2.2



Etiologi Menurut Kaplan dan Sadock (2004), faktor penyebab terjadinya waham antara lain : a.



Genetik Studi genetik menunjukkan bahwa gangguan ini bukan sub tipe maupun stadium prodnormal dini dari Skizofrenia atau gangguan mood (alam perasaan). Tidak ada kenaikan resiko Skizofrenia atau gangguan mood (alam perasaan) pada keluarga tingkat pertamanya.



b. Biologik Klien menderita defek diskrit dalam sistem limbik ganglia basalis. Pada klien yang memiliki waham yang disebabkan oleh kondisi neorologis tanpa adanya gangguan kecendrungan memiliki waham yang kompleks.



19



c.



Psikososial Gangguan waham terutama bersumber pada psikososial, karakteristik dan latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik/emosional : orang tua yang kejam, keliru dan tidak handal atau pendidikan yang terlalu menuntut sehingga anak percaya lingkungannya terlalu kejam dan potensial berbahaya.



2.2.3



Proses Terjadinya Waham a.



Fase Lack of Human Need Waham diawali oleh terbatasnya kebutuhan – kebutuhan baik secara fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai



seorang



berpengalaman



yang dan



dianggap



diperhitungkan



sangat dalam



cerdas,



sangat



kelompoknya.



Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).



20



b. Fase Lack of Self Esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan



teknologi



komunikasi



yang



canggih,



berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah. c.



Fase Control Internal External Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan



21



hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. d. Fase Environment Support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma. (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. e.



Fase Comforting Klien



merasa



nyaman



dengan



keyakinan



dan



kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan memercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai



halusinasi



pada



saat



klien



menyendiri



dari



lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial). f.



Fase Improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan – kebutuhan yang tidak



22



terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan



religiusnya



bahwa



apa-apa



yang



dilakukan



menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social. 2.2.4



Klasifikasi Waham a.



Waham menurut jangka waktu 1) Transitorik (sementara) Waham ini sering terjadi/ dijumpai pada klien delirium, keadaan organik akut dan akan hilang apabila keadaan penyakitnya membaik. 2) Fixed (menetap) Waham



ini



telah



berakar



dalam



jiwa



klien



serta



dipertahankan bertahun-tahun, bahkan sepanjang hidup klien, waham menetap ini sering terjadi pada klien dengan gangguan paranoid. b.



Waham menurut tingkat organisasi antara lain : 1) Sistematik Klien hidup dengan perilaku sesuai dengan wahamnya misalnya, klien mengaku sebagai raja, ia ingin diperlakukan sebagai raja dan tidak mau diperintah.



23



2) Tidak sistematik. a) Klien



merasa



puas



dengan



mengekspresikan



wahamnya. b) Klien tidak hidup dan berkembang seperti wahamnya. c.



Waham menurut isinya ada beberapa macam antara lain : 1)



Waham kebesaran Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaannya.



2)



Waham somatik Klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang. Contoh : Bahwa dosa-dosanya tidak bisa diampuni.



3)



Waham religius (agama) Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan



4)



Waham curiga Klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang mengancam jiwanya.



5)



Waham nihilistik Keyakinan bahwa dunia luar ini hancur atau ia sendiri dan orang lain sudah mati atau keberadaannya sudah tidak ada.



6)



Waham sisip fikir Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan /dimasukkan kedalam fikirannya.



24



7)



Waham siar fikir Klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi fikirannya, padahal dia tidak pernah menyatakan fikirannya kepada orang tersebut.



8)



Waham menuduh diri Termasuk kedalam waham berdosa, bersalah dan ninilistik, klien mengatakan bahwa ia tidak bermanfaat, menjadi beban keluarga, telah menjalankan dosa, dosa besar.



9)



Waham cemburu Kepercayaan yang salah tentang pasangannya yang tidak setia. Contoh : Klien percaya terhadap isterinya ada serong dengan dokternya.



2.2.5



Tanda dan Gejala Waham a.



Waham Kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “Saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan, punyai rumah di berbagai negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.



b.



Waham Curiga Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha



merugikan



/



mencederai



berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.



dirinya,



diucapkan



25



Contoh :“Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya”. c.



Waham Agama Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,



diucapkan



berulangkali



tetapi



tidak



sesuai



kenyataan. Contoh :“Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus – menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga”. d.



Waham Somatik Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh :“Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang”.



e.



Waham Nihilistik Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal,



diucapkan



berulangkali



tetapi



tidak



sesuai



kenyataan. Contoh : “Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada di sini adalah roh –roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”.



26



2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Utama Gangguan Proses Pikir : Waham Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival klien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan (Doenges, 1999). Proses keperawatan merupakan metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu maupun kelompok dan masyarakat yang berfokus pada interaksi dan pemecahan masalah dan respon pasien terhadap penyakitnya (Tarwoto & Wartonah, 2004). Proses keperawatan merupakan sarana/wahana kerjasama perawat dan klien. Proses keperawatan mempunyai cirri dinamis siklus, saling bergantung, luar dan terbuka (Keliat, 2006). Ilmu fase atau langkah dari proses keperawatan tersebut meliputi, pengkajian, perumusan diagosa keperawatan, mengidentifikasi outcome, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Stuart, 1993 dikuti Nurjannah, 2005). Kegiatan/langkah-langkah dalam proses keperawatan jiwa dapat diuraikan sebagai berikut ini, yaitu : 2.3.1



Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, fase proses keperawatan ini mengacu dua langkah : Pengumpulan data



27



dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 2005). Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan masalah utama gangguan proses pikir : waham adalah sebagai berikut : a.



Identitas Identitas klien merupakan data umum seperti pada klien dengan aktifitas fisik lainnya. Pada umumnys identitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah utama gangguan proses pikir : waham adalah biodata yang meliputi: initial, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian dan nomor register. Sedangkan penanggung jawab meliputi : nama, umur, hubungan keluarga, alamat keluarga.



b.



Alasan Masuk Klien biasanya mengaku dirinya orang yang hebat dan kaya. Klien sering isolasi diri, klien tidak mau merawat dirinya sendiri.



c.



Faktor Predisposisi 1) Menanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, bila ya beri tanda () pada kotak ya dan bila tidak beri tanda () pada kotak tidak.



28



2) Apabila pada poin 1 ya, maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya apabila dia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala-gejala gangguan jiwa maka beri tanda () pada kotak berhasil apabila dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala-gejala sisa maka beri tanda () pada kotak kurang berhasil apabila tidak ada kemajuan atau gejala-gejala bertambah atau menetap maka beri tanda () pada kotak tidak berhasil. 3) Menanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, beri tanda () sesuai dengan penjelasan klien/keluarga apakah klien sebagai pelaku dan atau korban, dan atau menetap maka beri tanda 4 pada kotak pertama, isi usia saat kejadian pada kotak kedua. Jika klien pernah sebagai pelaku dan korban dan saksi (2 atau lebih) tuliskan pada penjelasan. a) Beri penjelasan secara singkat dan jelas tentang yang dialami klien terkait No. 1,2,3. b) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data. 4) Menanyakan kepada klien/keluarga apakah ada anggota keluarga lainnya yang mengalami gangguan jiwa, jika ada beri tanda () pada kotak ya dan jika tidak beri tanda ()



29



pada kotak tidak. Apabila ada anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa maka tanyakan bagaimana hubungan



klien



dengan



anggota



keluarga



tersebut.



Tanyakan apa gejala yang dialami serta riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut. 5) Menanyakan kepada klien / keluarga tentang pengalaman yang



tidak



menyenangkan



(kegagalan,



kehilangan/



perpisahan/ kematian, trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu. d.



Fisik Pengkajian difokuskan pada sistem dan fungsi organ : 1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien biasanya dalam batas normal (tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan) 2) Tinggi badan dan berat badan klien dengan gangguan persepsi sensori : waham dalam batas normal 3) Tidak ditemukan adanya keluhan fisik yang dirasakan oleh klien 4) Tidak ditemukan gangguan pada sistem dan fungsi organ pada klien dengan masalah utama gangguan proses pikir : waham. 5) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.



30



e.



Psikososial 1) Genogram Genogram berisi tentang ada tidaknya anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti yang diderita klien. 2) Konsep diri a) Citra tubuh Pada umumnya klien menerima anggota tubuh yang dimilikinya. b) Identitas diri, tanyakan tentang : Klien mengetahui status dan posisi klien sebelum dirawat. c) Peran : Menanyakan Klien tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya. d) Ideal diri : Menanyakan Klien



mempunyai



harapan



bisa



sembuh



dari



penyakitnya dan bisa segera kembali kerumahnya. e) Harga diri : Menanyakan, Klien mengalami harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan yang terjadi dimasa lalu dan klien merasa tidak dihargai oleh orang lain.



31



3) Hubungan sosial a) Menanyakan pada klien siapa orang terdekat dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan. b) Menanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat. c) Menanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok dimasyarakat. d) Masalah keperawatan ditulis sesui dengan data. 4) Spiritual Biasanya ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual, tidak dapat konsentrasi dalam setiap ibadah sholat. 5) Status Mental a) Penampilan Penampilan klien tidak rapi, misalnya rambut acakacakan, gigi tidak pernah disikat, kancing baju tidak tepat dan baju tidak pernah diganti. b) Pembicaraan Pembicaraan klien cepat dan keras. c) Aktivitas morotik Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya mengalami tegang dan gelisah.



32



d) Alam perasaan Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya merasa sedih dan putus asa, dan kadang gembira yang berlebihan e) Afek Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya memiliki afek labil yaitu emosi yang cepat berubah f)



Interaksi selama wawancara Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya bermusuhan, klien



tidak



kooperatif,



mudah



tersinggung, defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya), curiga dan kontak mata kurang. g) Persepsi Biasannya tidak mengalami gangguan persepsi. h) Proses pikir Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya Flight of ideas : Pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.



33



h) Isi pikir Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya mengalami gangguan isi pikir : waham terutama waham kebesaran. i) Tingkat kesadaran j) Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya tingkat kesadaranya compos mentis dan memiliki orientasi tempat dan tempat yang baik k) Memori Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya memorinya baik. l) Tingkat konsentrasi dan berhitung Klien dengan gangguan proses pikir : waham biasanya kurang mampu berkonsentrasi, mudah beralih dan tidak mampu berhitung sederhana. 7) Kebutuhan Persiapan Pulang a) Makan Klien



biasanya mampu



memenuhi



kebutuhannya



dengan bantuan minimal. b) Buang air besar / buang air kecil Klien



biasanya mampu



bantuan minimal.



melakukannya



dengan



34



c) Mandi Klien



biasanya



mampu



melakukannya



dengan



bantuan minimal tetapi sering tidak bersih. d) Berpakaian / berhias Klien



biasanya



jarang



mengganti



pakaian



dan



biasanya pakaian sering tidak sesuai. e) Istirahat tidur Biasanya istirahat dan tidur klien terganggu. 8) Kemampuan klien Biasanya klien belum mampu dalam mengantisipasi kebutuhan



sendiri,



membuat



keputusan



berdasarkan



keinginan sendiri dan mengatur penggunaan obat serta melakukan pemeriksaan kesehatan. 9) Sistem pendukung Biasanya klien memiliki sistem pendukung dalam keluarga, tetapi biasanya tidak memiliki teman dekat. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau hobi. Biasanya klien dalam melakukan kegiatan dan beraktivitas kurang bersemangat. Klien lebih sering sendiri dan melamun.



35



10) Mekanisme koping Koping yang digunakan klien biasanya proyeksi menghindar dan kadang mencederai diri. 11) Masalah psikososial dan lingkungan Biasanya klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien direndahkan atau diejek karena klien menderita gangguan jiwa. 12) Pengetahuan Biasanya klien kurang pengetahuan dalam hal mencari bantuan, mekanisme koping dan sistem pendukung serta obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat. 2.3.2



Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara



pasti



untuk



menjaga



status



kesehatan



menurunkan,



membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam 2001). NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respo individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewnangan perawat (Nursalam, 2001)



36



Klasifikasi diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001) a.



Diagnosa



Aktual



adalah



diagnosa



keperawatan



yan:



menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. b.



Diagnosa



Resiko



adalah



diagnosa



keperawatan



yang



menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intarvensi. c.



Diagnosa Kemungkinan adalah diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.



d.



Diagnosa Potensial Wellness (sejahtera)



adalah keputusan



klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. e.



Diagnosa Syndrome : diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa



keperawatan



aktual



dan



resiko



tinggi



yang



diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.



37



Pohon Masalah



Akibat



Kerusakan Komunikasi Verbal



Masalah utama



Gangguan Proses Pikir : waham kebesaran



Penyebab



Gangguan harga diri : Harga diri rendah



Gambar 2.1 : Pohon Masalah Gangguan Proses Pikir : Waham Diagnosa keperawatan tunggal (Single Diagnosis) pada klien dengan masalah utama gangguan proses pikir : waham (Keliat, 2005) adalah :. a.



Gangguan proses pikir : waham



b.



Kerusakan komunikasi verbal



c.



Harga Diri Rendah Sedangkan diagnosa keperawatan ganda (Double Diagnosis)



pada klien dengan masalah utama masalah utama gangguan proses pikir : waham adalah : a.



Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan proses pikir : waham



b.



Gangguan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.



38



2.3.3



Rencana Keperawatan Rencana tindakan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perencanaan, penetapan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien (Hidayat, 2001). Rencana tindakan adalah desain spesifik interpretasi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil (Nursalam, 2001). Langkah – Langkah rencana tindakan keperawatan sebagai berikut : a.



Menentukan prioritas masalah Melalui



pengkajian,



perawat



akan



mampu



mengidentifikasi respon yang aktual atau potensial yang memerlukan tindakan. b.



Menuliskan tujuan dan kriteria hasil Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menentukan kriteria hasil yaitu SMART : 1) S (Spesific) bersifat spesifik dalam hal isi dan waktu misalnya pasien dapat menghabiskan 1 porsi makanan selama 3 hari setelah operasi. 2) M (measurable) dapat di ukur misalnya pasien dapat menyebutkan tujuan bedres total. 3) A (Achievable) artinya mempertimbangkan keadaan dan keinginaan pasien.



39



4) R (Reasonable) artinya dalam menentukan pilihan harus di pertimbangkan faktor fisiologis/patologis penyakit yang di alami dan sumber yang tersedia dan waktu pencapaian. 5) T (Time) Menunjukkan jangka waktu tertentu. c.



Rencana tindakan Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil.



d.



Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian integral proses bukan sesuatu



yang



Dokumentasi



berbeda proses



dari



metode



keperawatan



problem-solving.



mencakup



pengkajian,



identifikasi masalah, perencanaan, tindakan perawat, kemudian mengevaluasi dan mengobservasi respon klien.



40



Tabel 2.1 : Rencana Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Utama Gangguan Proses Pikir : Waham No (1) 1.



(1)



Diagnosa Keperawatan (2) Gangguan Proses pikir : waham kebesaran



(2)



Perencanaan Tujuan dan Kriteria Hasil (3) TUM: Klien dapat berorientasi terhadap realita secara bertahap. TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Kriteria hasil : - Setelah 2 kali interaksi klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.



(3)



Intervensi



Rasional



(4)



(5)



1.1 Bina hubungan 1.1 Hubungan saling saling percaya percaya akan memdengan klien : buang intervensi, a. Beri salam teraakan dilakukan peutik. oleh klien b. Memperkenalkan diri dengan klien. c. Jelaskan tujuan interaksi. d. Ciptakan lingkungan yang tenang. e. Buat kontak yang jelas dibicarakan waktu dan tempat. 1.2 Anjurkan perawat 1.2 Menyangkal untuk tidak mematau membantah bantah dan tidak keyakinan klien mendukung waham dan melakukan klien : tindakan yang a. Katakan perawat bermanfaat yang menerima dapat menghalangi keyakinan klien hubungan saling “saya menerima percaya dengan keyakinan anda” klien. disertai ekspresi menerima



(4)



(5)



41



b. Katakan perawat tidak mendukung “sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi. ragu tapi empati. c. Tidak membicarakan isi waham klien. 1.3 Yakinkan klien ber- 1.3 Waham dapat ada dalam keadaan membahyakan aman dan terlindung klien sehingga : klien harus diobservasi. a. Anda berada dalam keadaan aman, kami akan menemani anda. b. Gunakan keterbukaan dan ke-jujuran c. Jangan tinggalkan klien sendirian. 1.4 Diskusikan dengan 1.4 Dapat menentukan rencana klien masalah yang berikutnya dialami pada saat sekarang ini, “observasi apakah waham klien menggangu aktivitas dalam melakukan perawatan seharihari.



(1)



(2)



(3) 2. Klien dapat



2.1 Beri



(4) pujian



(5) pada 2.1 Memotivasi klien



42



mengidentifik penampilan klien dan untuk kembali ke asi kemamkemampuan klien realita. puan yang yang realistis. dimiliki. Kriteria hasil : 2.2 Diskusikan dengan 2.2 Dengan diskusi - Setelah 2 kali klien kemampuan kemampuan klien interaksi klien yang dimiliki pada akan terbuka dapat mengwaktu dan saat dalam melakukan ungkapkan realistis (hati-hati kegiatan yang secara verbal kalau terlibat dalam realistis. kemampuan diskusi waham). realitas yang 2.3 Tanyakan apa yang 2.3 Dengan kegiatan dimiliki. biasa dilakukan dapat mengurangi (kaitkan dengan waham klien. aktivitas sehari-hari dan anjurkan untuk saat ini. 2.4 Jika klien selalu membicarakan wahamnya, dengarkan sampai selesai, perawat perlu memperhatikan bahwa klien itu penting. 3. Klien dapat 3.1 Observasi kebutuhan mengidentiklien sehari-hari. fikasi ke3.2 Diskusikan butuhan kebutuhan klien yang yang tidak tidak terpenuhi baik terpenuhi. selama dirumah sakit Kriteria hasil : maupun dirumahnya. - Setelah 2 kali 3.3 Hubungkan interaksi klien kebutuhan yang tidak dapat menyeterpenuhi dan butkan timbulnya waham. kebutuhan yang tidak terpenuhi (1)



(2)



(3)



2.4 Membantah waham akan membuat klien tidak percaya kepada perawat.



3.1 Kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat mencetuskan waham. 3.2 Dapat mengetahui penyebab timbulnya waham pada klien. 3.3 Dapat menentukan tindakan keperawatan pada kliuen waham



(4) (5) 3.4 Tingkatkan aktivitas 3.4 Aktivitas yang dapat memeteratur



yang dapat



43



nuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien,jika mungkin buat jadwal).



mengurangi kesempatan klien untuk membicarakan wahamnya.



3.5 Atur situasi agar 3.5 Membuat klien klien tidak memuntuk tidak sempat punyai waktu mengmembicarakan gunakan wahamnya wahamnya 4. Klien dapat berhubungan dengan realitas. Kriteria hasil : - Setelah 4 kali interaksi klien dapat mengorienta sikan dirinya pada realistis



4.1 Berbicara dengan 4.1 Bicara yang berklien dalam konteks fokus pada ide-ide realistis (realistis yang salah, tidak orang, realistis diri akan berguna dan dan realistis waktu). mungkin membuat keadaan wahamnya menjadi lebih buruk. 4.2 Sertakan klien dalam 4.2 Dapat mengterapi aktivitas orientasikan klien kelompok, orientasi pada realistis realita. sehingga mengurangi wahamnya. terhadap 4.3 Berikan pujian pada 4.3 Pujian realistis memotitiap kegiatan positif vasi klien untuk yang dilakukan mengurangi wahamnya.



(1)



(2)



(3) 5. Klien dapat mengguna-



(4) 5.1. Diskusikan keluarga



(5) dengan 5.1 Diskusi diperlukan tentang untuk tingkatkan



44



kan obat dengan benar. Kriteria hasil : - Setelah 2 kali interaksi klien dapat mengerti cara minum obat, efek terapi dan efek samping, dosis dan antisipasinya. 6. Klien dapat dukungan keluarga. Kriteria hasil : - Setelah 1 kali interaksi keluarga dapat menyebutkan cara memberikan dukungan pada klien saat mengalami waham



obat, dosis, pengetahuan bagi frekuensi, efek, efek klien maupun bagi samping dan akibat keluarga. penghentian. 5.2 Agar dapat 5.2. Diskusikan perasaan diantisipasi lebih setelah minum obat. dini apakah klien 5.3. Berikan obat dengan tidak cocok prinsip 5 benar. dengan pengobatan atau dosis berlebihan. 5.3 Dengan prinsip 5 benar membuat efek terapi lebih efektif.



6.1 Diskusikan dengan 6.1 Pengetahuan keluarga tentang : keluarga yang baik a. Cara merawatnya. akan membuat b. Mengalami waham keluarga dapat setelah satu kali menampilkan interaksi. perilaku yang tepat pada klien. 6.2 Anjurkan keluarga 6.2 Keluarga dapat melaksanakan cara menggunakan merawat dengan koping yang tepat bantuan perawat. dalam menghadapi waham klien dan mengantisipa-si dalam memberikan pertolongan



(Keliat : 2005)



2.3.4



Tindakan Keperawatan (Implementasi)



45



Tindakan keperawatan (implementasi) adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawtan yang telah disusun pada tahap



perencanaan



(Effendy,



1995).



Jenis



tindakan



pada



implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan/kalaborasi (interdependent), dan tindakan rujukan/ ketergantungan (dependent) (Nurjannah, 2005). Keperawatan juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Perlu penilaian kembali apakah aman bagi klien, dan setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan.



Tabel 2.2 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Dengan Masalah Utama Gangguan Proses Pikir : Waham



46



No (1) 1.



Tindakan Keperawatan Untuk Pasien



Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga (2) (3) SP I p SP I k 1. Membantu orientasi realita 1. Mendiskusikan masalah yang 2. Mendiskusikan kebutuhan yang dirasakan keluarga dalam merawat tidakterpenuhi pasien 3. Membantu pasienkebutuhannya 2. Menjelaskan pengertian, tandadan 4. Menganjurkan klien memasukkan gejala waham, dan jenis waham yang dalam jadwal kegiatan harian dialami klienbeserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien waham



2.



SP II p SPII K 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktekkancara harianpasien merawat pasien denganwaham 2. Berdiskusi tentang kemampuan 2. melatih keluarga melakukan cara yangdimiliki merawat langsung kepada pasien 3. Melatih kemampuan yang dimiliki waham



3.



SP III p SP III k 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuatjadual harianpasien aktivitas di rumahtermasuk minum 2. Memberikan pendidikan kesehatan obat tentangpenggunaan obat secara 2. Mendiskusikan sumber rujukanyang teratur bisa dijangkau keluarga 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalamjadwal kegiatan harian



Sumber : Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN, Budi Anna Keliat, 2011 2.3.5



Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang terlah dilaksanakan (Kurniawati, 2004). Langkah ini juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan klien setelah melaksanakan tindakan keperawatan. Evaluasi dapat



47



dilakukan dengan pendekatan SOAP (Subyeketif, Obyektif, Analisa dan Plan Of care) yaitu sebagai berikut: S (Subyektif)



: Respon



subyektif



klien



terhadap



tindakan



keperawatan yang telah dilaksanakan. O (Obyektif)



: Respon



obyektif



klien



terhadap



tindakan



keperawatan yang telah dilaksanakan. A (Analisa)



: Analisa ulang terhadap data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru.



P (Plan of Care)



: Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa maslah keperawatan.



Tabel 2.3 Evaluasi Kemampuan Klien dan Keluarga Dengan Masalah Utama Gangguan Proses Pikir : Waham PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA WAHAM



48



Nama Pasien : _______________ Ruangan : _______________ Nama Perawat : _______________ Petunjuk pengisian : 1. Beri tanda () jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan dibawah ini 2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian No A. 1. 2.



Kemampuan



4.



Pasien Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi Mempraktekkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi Menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki



5.



Mempraktekkan kemampuan positif yang dimiliki



6.



Menyebutkan jenis, jadwal, dan waktu minum obat



7.



Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat sehari-hari Keluarga



3.



B. 1. 2. 3. 4.



Tanggal



Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya Menyebutkan cara merawat pasien waham Mempraktekkan cara merawat pasien waham Membuat jadwal aktivitas dan minum obat untuk pasien



Sumber : Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN, Budi Anna Keliat, 2011



Tabel 2.4 Evaluasi Kemampuan Perawat Dalam Merawat Klien Dengan Masalah Utama Gangguan Proses Pikir : Waham PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN WAHAM Nama Pasien : _______________ Ruangan : _______________



49



Nama Perawat : _______________ Petunjuk pengisian : 1. Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian Kinerja 2. Nilai tiap penilaian kinerja dimasukkan ke tabel pada baris nilai SP No A 1. 2. 3. 4.



1. 2. 3.



Kemampuan Pasien SP I p Membantu orientasi realita Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi Membantu pasien memenuhi kebutuhannnya Menganjurkan pasien memasukkan orientasi realita kedalam jadwal kegiatan harian Nilai SP I p SP II p Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki Melatih kemampuan yang dimiliki Nilai SP II p



1. 2. 3.



SP III p Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur Menganjurkan pasien memasukkan waktu minum obat kedalam jadwal kegiatan harian Nilai SP III p



B.



Keluarga



1.



SP I k Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien



2.



3.



Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham dan jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham Nilai SP I k



1.



SP II k Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham



Tanggal



50



2.



1. 2.



Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham Nilai SP II k SP III k Membantu keluarga membuat jadwal di rumah termasuk minum obat Menjelaskan follow up pasien Nilai SP III k Total nilai SP p + SP k Rata-rata



Sumber : Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN, Budi Anna Keliat, 2011



2.3.6



Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosa



keperawatan,



menyusun



rencana



keperawatan,



melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum (Nurzanah Intansari, 2005).



Lingkup pencatatan pada proses keperawatan yang spesifik dapat disimpulkan sebagai berikut : a.



Klien masuk rumah sakit.



b.



Kelengkapan riwayat keperawatan dan pemeriksaan.



c.



Diagnosa keperawatan.



d.



Rencana tindakan keperawatan.



51



e.



Pendidikan kepada klien



f.



Dokumentasi parameter, monitoring, dan intervensi keperawatan lainnya.



g.



Perkembangan terhadap hasil yang diharapkan



h.



Evaluasi perencanaan



i.



Justifikasi terhadap proses intervensi jika diperlukan



j.



Sistem rujukan



k.



Klien pulang.



Pencatatan proses keperawatan harus dilaksanakan secara lengkap, ditulis dengan jelas, ringkas dengan istilah baku dan luas dilakukan selama klien dirawat inap, rawat jalan, dan kamar tindakan dilakukan segera setelah melakukan tindakan, catatan menggunakan formulir baku, disimpan sesuai peraturan yang berlaku dan setiap melakukan tindakan, perawat mencantumkan paraf/nama jelas dan tanggal, jam dilaksanakan tindakan tersebut (Nursalam, 2001).