BAB 4 - Proyeksi Peta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bab



4



Proyeksi Peta Setelah mempelajari uraian pada materi ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Memahami pengertian proyeksi peta 2. Memahami macam-macam proyeksi peta 3. Mengerti tentang proyeksi Arbitrarry dan aplikasinya 4. Memahami penentunan proyeksi peta



Bab



4



Proyeksi Peta 4.1.



Pengertian Proyeksi Peta Permukaan bumi secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung (ellipsoid/spheroid) dan sama sekali tidak memungkinkan untuk dapat dibentangkan menjadi bidang datar yang sempurna dan tanpa mengalami perubahan atau distorsi, sehingga membutuhkan suatu teknik pemindahan tertentu yang dapat meminimalkan perubahan atau distorsi tersebut. Teknik pemindahan ini dikenal dengan istilah “Proyeksi Peta”. Snyder (1987) mendefinisikan proyeksi peta sebagai usaha menyajikan bentuk matematis bumi (ellipsoid/spheroid 3 dimensi) ke bidang 2 dimensi berupa bidang datar. Menurut Snyder (1987) dan Dana (1995) proyeksi peta sebagai suatu proses sistematis dalam usaha memindahkan suatu posisi di muka bumi ke dalam suatu bidang datar dengan tetap mempertahankan hubungan spasial/keruangannya. Rockville (1986) dalam Priyanta (2007) menjelaskan, proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat titik-titik yang terletak di atas permukaan ellipsoid/spheroid bumi



ke koordinat titik-titik yang



terletak di atas bidang datar dengan menggunakan rumus-rumus matematis tertentu.



PROYEKSI PETA



4-1



4.2.



Macam-macam Proyeksi Peta Umar (1986) dalam Priyatna (2007) menjelaskan bahwa persyaratanpersyaratan geometrik yang harus dipenuhi oleh suatu peta sehingga menjadi peta yang ideal adalah : •



Jarak antara titik-titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak aslinya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala).







Luas suatu unsur yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya (dengan memperhatikan faktor skala).







Sudut atau arah suatu garis yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan arah yang sebenarnya (seperti di permukaan bumi).







Bentuk suatu unsur yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya (dengan memperhatikan faktor skala).



Untuk memenuhi keempat syarat itu sekaligus merupakan suatu hal yang tidak mungkin, bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja untuk seluruh ellipsoid bumi juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi hanyalah satu dari syarat-syarat di atas dan hanya untuk sebagian kecil dari muka bumi. Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi keempat syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kriteria sebagai berikut : a. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan : •



Equidistant (kesamaan jarak) Jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala.



PROYEKSI PETA



4-2







Equivalent (kesamaan luas) Luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.







Konform (kesamaan bentuk dan/atau sudut) Bentuk-bentuk dan/atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan aslinya.



b. Berdasarkan kedudukan sumbu simetri •



Normal/Polar (tegak) Apabila sumbu simetrinya berhimpit dengan sumbu bumi.







Transversal (melintang) Apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi Ekuatorial.







Oblique (miring) Apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi.



c. Berdasarkan posisi garis parallel standart bidang proyeksi •



Tangent Apabila garis parallel standart bidang proyeksi menyinggung bumi pada titik tertentu.







Secant Apabila garis parallel standart bidang proyeksi memotong bumi pada titik tertentu.



d. Berdasarkan bidang proyeksi yang digunakan •



Azimuthal (bidang datar) Adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung ellipsoid/spheroid bumi dan berpusat pada satu titik.



PROYEKSI PETA



4-3



Berdasarkan kedudukan sumbu simetri dan posisi garis parallel standart bidang proyeksinya, proyeksi Azimuthal dapat dibedakan menjadi : 1. Proyeksi



Azimuthal



Normal,



yaitu



bidang



proyeksinya



menyinggung (tangent) atau memotong (secant) bumi pada daerah kutub. 2. Proyeksi Azimuthal Transversal, yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator dan menyinggung (tangent) atau memotong (secant) permukaan bumi (orientasi barat – timur). 3. Proyeksi



Azimuthal



Oblique,



yaitu



bidang



proyeksinya



menyinggung (tangent) atau memotong (secant) salah satu tempat antara kutub dan ekuator.



Gambar 3.1. Proyeksi Azimuthal (Bidang Datar)



Proyeksi Azimuthal, terutama Azimuthal Normal sangat cocok untuk memproyeksikan daerah kutub yang cara penggambarannya dapat dibagi 3 cara, yaitu : 1. Proyeksi Azimuthal Gnomonik (Gnomonic) Pada proyeksi ini, pusat proyeksi berada di titik pusat ellipsoid/spheroid bumi



dan ekuator tergambar hingga tak



terbatas. Lingkaran paralel berubah ke arah luar mengalami pembesaran yang cepat dan ekuator tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak terhingga tadi. Pada daerah lintang 45° akan mengalami pembesaran 3 kali.



PROYEKSI PETA



4-4



2. Proyeksi Azimuthal Stereografik (Stereographic) Titik sumber proyeksi di kutub berlawanan dengan titik singgung bidang proyeksi dengan kutub ellipsoid/spheroid bumi. Jadi



jarak



antara



lingkaran



paralel



tergambar



semakin



membesar ke arah luar. 3. Proyeksi Azimuthal Orthografik (Orthographic) Proyeksi ini menggunakan titik yang letaknya tak terhingga sebagai titik sumber proyeksi. Akibatnya garis proyeksinya sejajar



dengan



sumbu



bumi.



Lingkaran



paralel



akan



diproyeksikan dengan keliling yang benar atau ekuidistan. Jarak antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila semakin jauh dari pusat.



Gambar 3.2. Tiga Cara Penggambaran Proyeksi Azimuthal Normal



Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal : 1. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub. 2. Garis-garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub. 3. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama. 4. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.



PROYEKSI PETA



4-5







Conical (bidang kerucut) Adalah proyeksi yang menggunakan sebuah kerucut sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan ellipsoid/spheroid bumi



pada kerucut yang menyinggung atau



memotong ellipsoid/spheroid bumi



kemudian dibuka, sehingga



bentangnya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah di lintang 45°. Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu : 1. Proyeksi Kerucut Normal, yaitu jika kedudukan sumbu kerucut sejajar terhadap sumbu bumi dan garis parallel standart bidang kerucut menyinggung (tangent) atau memotong (secant) bumi pada suatu paralel (latitude/lintang). 2. Proyeksi Kerucut Transversal, yaitu jika kedudukan sumbu kerucut tegak lurus terhadap sumbu bumi dan garis parallel standart bidang kerucut menyinggung (tangent) atau memotong (secant) bumi pada suatu meridian (longitude/bujur). 3. Proyeksi Kerucut Oblique, yaitu jika kedudukan sumbu kerucut miring terhadap sumbu bumi dan garis parallel standart bidang kerucut menyinggung (tangent) atau memotong (secant) bumi pada posisi antara proyeksi kerucut normal dan kerucut transversal.



Gambar 3.3. Proyeksi Conical (Bidang Kerucut)



PROYEKSI PETA



4-6



Ciri-ciri Proyeksi Kerucut : 1. Semua garis bujur merupakan garis lurus dan berkonvergensi di kutub. 2. Garis lintang merupakan suatu busur lingkaran yang konsentris dengan titik pusatnya adalah salah satu kutub bumi. 3. Tidak dapat menggambarkan seluruh permukaan bumi karena salah satu kutub bumi tidak dapat digambarkan. 4. Seluruh proyeksi tidak merupakan satu lingkaran sempurna, sehingga baik untuk menggambarkan daerah lintang rendah. •



Cylindrical (bidang silinder/tabung) Adalah proyeksi yang menggunakan sebuah silinder/tabung sebagai bidang



proyeksinya.



Proyeksi



ini



diperoleh



dengan



memproyeksikan ellipsoid/spheroid bumi pada silinder/tabung yang menyinggung atau memotong ellipsoid/spheroid bumi kemudian dibuka menjadi bidang datar. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah ekuator, karena ke arah kutub terjadi pemekaran garis lintang. Proyeksi silinder/tabung dibedakan menjadi 3 macam yaitu : 1. Proyeksi Silinder/tabung Normal, yaitu jika jika kedudukan sumbu silinder/tabung sejajar dengan sumbu bumi dan garis parallel standart bidang tabung menyinggung (tangent) atau memotong (secant) bumi pada garis ekuator/khaltulistiwa. 2. Proyeksi Silinder/tabung Transversal, yaitu jika kedudukan sumbu silinder/tabung tegak lurus terhadap sumbu bumi dan garis parallel standart bidang tabung menyinggung (tangent) atau memotong (secant) bumi pada daerah kutub. 3. Proyeksi Silinder/tabung Oblique, yaitu jika kedudukan sumbu silinder/tabung miring terhadap sumbu bumi dan garis parallel standart bidang tabung menyinggung (tangent) atau memotong (secant) bumi antara daerah kutub dan garis ekuator.



PROYEKSI PETA



4-7



Gambar 3.4. Proyeksi Cylindrical (Bidang Silinder/Tabung)



Ciri-ciri Proyeksi Silinder/Tabung : 1. Apabila pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung khatulistiwa, maka semua garis paralel merupakan garis horizontal dan semua garis meridian merupakan garis lurus vertikal. 2. Dapat menggambarkan daerah yang luas. 3. Daerah kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus. 4. Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya. 4.3.



Proyeksi Arbitrarry (Proyeksi Gubahan) Proyeksi Azimuthal (bidang datar), Conical (bidang kerucut) dan Cylindrical (bidang silinder/tabung) yang telah dijelaskan di atas termasuk kelompok proyeksi murni yang penggunaannya sangat terbatas. Proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni tersebut, melainkan menggunakan Proyeksi Gubahan (Proyeksi Arbitrarry) yang diperoleh melaui perhitungan tertentu.



PROYEKSI PETA



4-8



Beberapa jenis Proyeksi Gubahan (Proyeksi Arbitrarry) antara lain : 1. Proyeksi Azimuthal Equidistant Proyeksi Azimuthal Equidistant merupakan proyeksi khusus dari Proyeksi Azimuthal (bidang datar) yang mempertahankan kesamaan jarak antara kenyataan di muka bumi dengan penggambaran dalam peta. Sistem proyeksi ini menunjukkan jarak dan arah yang akurat apabila diukur dari titik pusat proyeksi dan untuk jarak antara dua titik yang diukur melalui titik pusat proyeksi. Semakin jauh dari titik pusat proyeksi, distorsi luas dan bentuk semakin meningkat. Sistem proyeksi ini biasa digunakan untuk route penerbangan, identifikasi pusat gempa bumi dan jalur komunikasi melalui radio yang diukur dari titik pusat proyeksi.



Gambar 3.5. Contoh Peta dengan Proyeksi Azimuthal Equidistant (www.ESRI.com)



2. Proyeksi Lambert Azimuthal Equal Area Proyeksi Lambert Azimuthal Equal Area secara sederhana dapat dikatakan sama dengan Proyeksi Azimuthal Equidistant. Proyeksi ini dipublikasikan oleh Johann Heinrich Lambert pada tahun 1772. Proyeksi ini menggambarkan bentuk spheroid bumi pada bidang datar yang berbentuk lingkaran dan mempresentasikan luas area yang PROYEKSI PETA



4-9



akurat dari setiap bagian muka bumi yang digambarkan, namun sebaliknya untuk mempresentasikan sudut dan terjadi distorsi yang cukup mengganggu untuk mempresentasikan bentuk. Untuk menghasilkan proyeksi Lambert Azimuthal Equal Area, bidang proyeksi (dalam hal ini bidang datar/azimuthal) diletakkan



pada



posisi



tertentu



yang



membentuk sudut tangen dengan spheroid bumi (perhatikan gambar 3.6.). “S“ merupakan pusat proyeksi dan “P” Gambar 3.6. Diagram Proyeksi Lambert Azimuthal Equal-Area (www.en.wikipedia.org)



merupakan titik sembarang di permukaan spheroid bumi. Untuk meningkatkan keteliti-



an, pemindahan titik setiap “P” ke bidang proyeksi dilakukan dengan menggunakan lingkaran unik yang berpusat di titik “S” dan melintasi setiap titik “P” yang akan diproyeksikan serta memotong tegak lurus bidang proyeksi.



Gambar 3. 7. Contoh Peta dengan Proyeksi Lambert Azimuthal Equal Area (www.ESRI.com)



PROYEKSI PETA



4-10



3. Proyeksi Lambert Conformal Conical Pada tahun 1772, Johann Heinrich Lambert juga



mempublikasikan



Lambert



Conformal



sistem Conical.



proyeksi Sistem



proyeksi ini menggunakan bidang proyeksi kerucut dengan dua garis parallel standart yang memotong spheroid bumi pada posisi Gambar 3.8. Diagram Proyeksi Lambert Conformal Conical (www.porogonos.com)



tertentu untuk meminimalisir terjadinya distorsi.



Semakin jauh dari garis parallel standart, distorsi luas dan bentuk semakin meningkat.



Gambar 3.9. Contoh Peta dengan Proyeksi Lambert Conformal Conical (www.porogonos.com)



4. Proyeksi Polyconic Proyeksi polyconic merupakan pengembangan dari proyeksi conical. Proyeksi polyconic ini dihasilkan dari penumpukkan sejumlah conical (kerucut) yang menyinggung setiap garis lintang (latitude) spheroid bumi. Proyeksi ini mempresentasikan skala yang akurat pada daerah garis lintang dan pada garis sentral meridian yang diproyeksikan.



PROYEKSI PETA



4-11



Gambar 3.10. Diagram Proyeksi Polyconica (www.porogonos.com)



Sebagian besar ahli sejarah menyatakan bahwa Ferdinand R. Hassler (seorang cartographer asal Swiss) merupakan orang pertama yang memperkenalkan



penggambaran



muka



bumi



(peta)



dengan



menggunakan sistem proyeksi polyconic. Dalam proyeksi ini, semua garis lintang/parallels maupun garis bujur/meridian kecuali garis equator dan garis pusat meridian digambarkan sebagai garis melingkar berbentuk busur yang tidak terpusat dengan skala yang akurat dan konstant. Sistem proyeksi ini biasa digunakan untuk pemetaan lokal maupun regional.



Gambar 3.11. Contoh Peta dengan Proyeksi Polyconic Hassler (www.porogonos.com)



PROYEKSI PETA



4-12



Modifikasi dari Proyeksi Polyconic Hassler untuk penggunaan lebih luas dikembangkan oleh Angkatan Perang Inggris (British War Office) dan dikenal dengan nama Rectangular (War Office) Polyconic Projection. Seperti halnya pada Proyeksi Polyconic Hassler, dalam proyeksi ini semua garis lintang/parallels maupun garis bujur/meridian kecuali garis equator dan garis pusat meridian juga digambarkan sebagai garis melingkar berbentuk busur yang tidak terpusat dengan skala yang akurat namun tidak konstant. Sistem proyeksi ini juga biasa digunakan untuk pemetaan lokal maupun regional namun hasilnya sedikit berbeda dengan Proyeksi Polyconic Hassler.



Gambar 3.12. Contoh Peta dengan Proyeksi Rectangular Polyconic (www.porogonos.com)



5. Proyeksi Mercator Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka bumi dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola bumi, kemudian silindernya dibuka menjadi bidang datar. Proyeksi Mercator dihasilkan bukan dengan hanya memindahkan setiap titik di permukaan bumi ke bidang proyeksi (dalam hal ini PROYEKSI PETA



4-13



silinder), namun menggunakan formula perhitungan matematis khusus untuk mempertahankan keakuratan arah dan bentuk permukaan bumi yang diproyeksikan ke bidang proyeksi.



Gambar 3.13. Contoh Peta dengan Proyeksi Mercator (www.porogonos.com)



Sifat-sifat proyeksi Mercator yaitu: 1. Hasil proyeksi adalah baik dan akurat untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar bila makin dekat dengan kutub. 2. Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut skala. 3. Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval jarak makin membesar. 4. Proyeksinya adalah konform. 5. Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga.



PROYEKSI PETA



4-14



Proyeksi Mercator menjadi proyeksi peta standart yang digunakan untuk navigasi laut, karena mampu mempresentasikan arah dan bentuk permukaan bumi yang akurat walaupun terjadi distorsi untuk mempresentasikan ukuran/luasan. 6. Proyeksi Transverse Mercator Proyeksi Transverse Mercator merupakan adaptasi dari Proyeksi Mercator dengan memutar bidang proyeksi (dalam hal ini silinder) 90o terhadap garis equator (transverse). Pada proyeksi ini, garis lintang/parallel dan garis pusat bujur/meridian digambarkan sebagai garis lurus, sedangkan garis bujur/meridian yang lain digambarkan sebagai garis melingkar yang berpusat pada kedua kutub bumi. Semakin jauh dari garis pusat bujur/meridian, distorsi skala, jarak, arah dan luasan semakin meningkat.



Gambar 3.14. Contoh Peta dengan Proyeksi Transverse Mercator (www.porogonos.com)



PROYEKSI PETA



4-15



7. Proyeksi Pseudo- Cylindrical Proyeksi Pseudo-Cylindrical merupakan pengembangan dari Proyeksi Cylindrical (tabung/silinder). Proyeksi ini dihasilkan dari proyeksi cylindrical yang dilakukan berulang-ulang pada jarak latitude/lintang yang berbeda-beda, kemudian masing-masing silindernya dibuka dan disatukan menjadi bidang datar. Proyeksi ini dapat mengurangi distorsi bentuk dan luasan yang biasanya terjadi pada proyeksi cylindrical, serta dapat menggambarkan wilayah kutub yang pada proyeksi cylindrical tidak dapat tergambarkan dengan sempurna.



Gambar 3.15. Diagram Proyeksi Pseudo-Cylindrical (www.porogonos.com)



Proyeksi Pseudo-Cylindrical yang biasa digunakan antara lain : a. Proyeksi Sinusoidal (Sanson-Flamsteed) Peta dengan Proyeksi Sinusoidal atau biasa disebut juga Proyeksi Mercator equal-area mempresentasikan garis lintang sebagai garis lurus dengan sudut yang akurat terhadap garis bujur/meridian pusat yang juga digambarkan sebagai garis lurus, sedangkan garis bujur/meridian yang lain digambarkan sebagai melingkar berbentuk busur. Kesamaan skala hanya dapat dipertahankan pada daerah di sekitar garis bujur/meridian pusat dan di sekitar garis lintang/prallel. Peta dengan proyeksi ini biasa digunakan pada negara-negara yang mempunyai bentang Utara-Selatan lebih besar daripada bentang Barat-Timur.



PROYEKSI PETA



4-16



Gambar 3.16. Contoh Peta dengan Proyeksi Sinusoidal (www.porogonos.com)



b. Proyeksi Robinson Seperti halnya Proyeksi Pseudo-Cylindrical yang lain, peta dengan Poyeksi Robinson juga mempresentasikan garis lintang sebagai garis lurus dengan sudut yang akurat terhadap garis bujur/meridian pusat yang juga digambarkan sebagai garis lurus, sedangkan garis bujur/meridian yang lain digambarkan sebagai melingkar berbentuk busur. Berbeda dengan Proyeksi Arbitrarry lainnya yang dihasilkan dari perhitungan-perhitungan



matematis,



Proyeksi



Robinson



ini



dihasilkan dari penggunaan tabel nilai koordinat kartesian spesifik yang



merupakan



nilai



perpotongan



antara



setiap



garis



bujur/meridian dan garis lintang/parallel. Proyeksi Robinson menjadi refrensi peta dunia setelah diakui oleh National Geographic Society pada tahun 1988.



Gambar 3.17. Contoh Peta dengan Proyeksi Robinson (www.porogonos.com)



PROYEKSI PETA



4-17



4.4.



Pemilihan Proyeksi Peta Seperti yang telah dijelaskan di atas, dapat diketahui bahwa masing-masing sistem proyeksi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, karena semua sistem proyeksi tersebut tidak dapat menghindari terjadinya distorsi yang pasti terjadi pada saat pemindahan ruang 3 dimensi (ellipsoid/spheroid bumi) ke dalam bidang 2 dimensi (bidang datar). Pada dasarnya, pemilihan sistem proyeksi yang akan digunakan untuk menghasilkan sebuah peta tergantung pada tujuan pembuatan peta tersebut. Seperti misalnya, untuk peta navigasi digunakan sistem proyeksi yang memiliki keakuratan arah, untuk peta jalan digunakan sistem proyeksi yang memiliki keakuratan ukuran jarak dan untuk peta-peta tematik digunakan sistem proyeksi yang memiliki keakuratan luasan dan bentuk. Selain itu hal lain yang perlu diperhatikan adalah luasan dan kondisi lokasi yang akan dipetakan. Untuk pemetaan wilayah yang luas digunakan sistem proyeksi global, sedangkan untuk pemetaan wilayah yang kecil (lokal) dapat digunakan sistem proyeksi murni (azimuthal, conical dan cylindrical). Tabel 4.1. Properti dan Penggunaan Beberapa Sistem Proyeksi Peta



Projection



Type



Properties



Regional Use



General Use



Azimuthal equidistant



azimuthal



equidistant* true direction*



World*, hemisphere, equatorial/ mid-latitude, continents/ oceans, regions/seas, polar, large scale*



Navigation, topographic large scale map series, USGS maps



Lambert azimuthal equal-area



azimuthal



equal area true direction



Hemisphere, continents/ oceans, equatorial/ mid-latitude, polar



Navigation, thematic, Geomatics reference map, USGS maps



Lambert conformal conical



conical



conformal true direction*



Continents/ oceans, equatorial/ mid-latitude, east-west extent, large and medium scale



Mapping countries



Polyconic



conical



equidistant*



Region/seas, north-south extent, medium and large scale



Topographic map series, USGS



Mercator



cylindrical



conformal true direction*



World*, equatorial, east-west extent, large and medium scale



Navigation large scale map series, USGS maps



PROYEKSI PETA



4-18



Projection



Type



Properties



Regional Use



General Use



Transverse Mercator



cylindrical



conformal



Continents/oceans, equatorial/ mid-latitude, north-south extent, large and medium scale



topographic large scale map series, USGS maps



Robinson



pseudocylindrical



compromise



World



Thematic, reference maps National Geographic



Sinusoidal



pseudocylindrical



equal area



World, continents/ oceans equatorial, north-south extent



Thematic, reference maps, USGS maps



Keterangan : *) Limitations apply **) USGS : United States Geological Survey



PROYEKSI PETA



4-19