11 0 600 KB
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 BAB VII FILUM PLATIHELMINTHES 7.1 Pengertian
Platyhelmintes berasal dari bahasa Yunani platy + helmintes, platy = pipi, helmintes = cacing. Bila dibandingkan dengan porifera dan coelenterata, maka kedudukan filum platyhelmintes adalah lebih tinggi setingkat (Jasin, 1992). 7.2 Morfologi dan anatomi Bentuk tubuh platyhelmintes pipih memanjang, seperti pita, dan seperti daun. Panjang tubuh bervariasi, ada yang beberapa milimeter hingga belasan meter. Tubuh tertutup oleh lapisan epidermis bersilia
yang
tersusun
oleh
sel-sel
sensitium.
Sementara pada Trematoda dan Cestoda parasit tidak memiliki epidermis bersilia dan tubuhnya tertutup oleh kutikula. Kerangka luar dan dalam sama sekali tidak ada sehingga tubuhnya lunak. Bagian yang
SELLY SAFITRI
187
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
tengah hanya ditemukan pada kutikula, duri dan gigi pencekram (Kastawi, 2005). Platyhelminthes tidak mempunyai rongga tubuh (acoela). Ruangan-ruangan didalam tubuh yang ada diantara berbagai organ terisi dengan mesenkim yang biasa disebut parenkim. Sistem digesti sama sekali tidak ada pada acoela dan cacing pita., tetapi pada cacing pipih yang lain mempunyai mulut, faring, dan usus buntu. Sistem respirasi dan sirkulasi yang tidak ada (Kastawi, 2005). Sistem ekskresi terdiri atas satu atau sepanjang protonefridia dengan sel api. Sistem sarafnya primitif. Sistem saraf utama terdiri atas sepasang ganglia serebral atau otak dan 1-3 pasang tali saraf longitudinal yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh komisura saraf transversal. Sistem saraf seperti ini disebut sistem saraf tangga tali. Organ-organ sensori umum dijumpai pada Tubellaria., tetapi pada hewan yang parasit organ tersebut mereduksi.
SELLY SAFITRI
188
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Reseptor kimia dan paraba pada umumnya berbentuk lubang atau lekukan yang bersilia (Kastawi, 2005). Alat kelamin tidak terpisah (hermaprodit). Sistem reproduksi pada kebanyakan cacing pipih sangat
berkembang
dan
kompleks.
Reproduksi
aseksual dengan cara memotong tubuh dialami oleh sebagian besar anggota Tubellaria air tawar, pada kebanyakan cacing pipih telurnya tidak memiliki kuning telur. Tetapi dilengkapi dengan sel yolk khusus tertutup oleh cangkok telur (Kastawi, 2005). 1. Sistem gerak Cacing yang hidup bebas bergerak secara aktif. Contohnya planaria. Cacing planaria begerak kearah tempat berteduh untuk menghindari sinar matahari. Meskipun hidup planaria tidak berenang, tetapi hewan ini bergerak dengan cara meluncur dan merayap. Gerakan meluncur terjadi dengan bantuan silia yang berada pada bagian ventral tubuhnya dan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir dari bagian tepi tubuh. Zat lendir itu merupakan jalur yang akan
SELLY SAFITRI
189
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
dilalui. Gerakan silia yang menyentuh jaur lendir menyebabkan
hewan
hewan
bergerak.
Selama
berjalan meluncur, gelombang yang bersifat teratur tanpa bergerak dari kepala kearah belakang (Kastawi, 2005). 2. Sistem respirasi Cacing
pipih
belum
memiliki
pernafasan
khusus. Pengambilan oksigen bagi anggota yang hidup besas dilakukan secara difusi melalui pemukaan tubuh.
Sementara
anggota
yang
hidup
sebagi
endoparasit bernafas secara anaerob, artinya respirasi berlangsung tanpa oksigen. Hal ini terjadi karena cacing endoparasit hidup pada lingkungan yang kekurangan oksigen (Kastawi, 2005). 3. Sistem pencernaan Tubellaria memiliki sistem pencernaan makanan yang terdiri atas mulut, faring, usus, tanpa anus, kecuali pada cacing pita tidak dijumpai ada usus. Pada planaria mulut terletak dibagian ventral, didepan tengah-tengah
tubuh.
SELLY SAFITRI
Mulut
berfungsi
untuk
190
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 memasukkan
makanan
dan
sekaligus
untuk
memuntahkan sisa-sisa makanan. Farig terletak pada rongga faring, dan dapat dijulurkan memalui mulut kearah luar sebagai belalai atau proboscis. Intestine bercabang tiga, 1 me ngarah kearah anterior sampai ditengah-tengah kepala dan yang dua secara mengapu (
dipertikula
kearah
lateral).
Cabang-cabang
dipertikula itu banyak sekali, pendek-pendek dan berujung tertutup (Kastawi, 2005). 4. Sistem sirkulasi (peredaran darah) Cacing pipih tidak mempunyai sistem sirkulasi khusus. Peredaran unsure-unsur makanan dan zat-zat lain
berlangsung difusi dari sel ke sel
(Kastawi,
2005). 5. Sistem ekskresi Sistem eksresi pada tubellaria berupa sistem pronefridia yang tersusun oleh salura longitudinal. Kedua saluran itu berhubungan dengan jaringanjaringan pembuluh dengan bercabang ke seluruh tubuh dan berakhir pada sel-sel api yang berukutan
SELLY SAFITRI
191
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
besar. Sel-sel api itu berada diantara sel-sel tubuh yang lain (Kastawi, 2005). Sel-sel api mengumpulkan kelebihan air dan kotoran yang tersusun cair. Didalam rongga sel api terdapat sekelompok silia yang dapat menggerakkan zat buangan kepembuluh-pembuluh yang ujungnya terbuka pada permukaan tubuh (Kastawi, 2005). Termatoda susunan sistem ekskresinya tidak berbeda dengan kelas tubellaria. Dalam arti samasama ditemukan komponen sel api yang terbentuk dari protonefridia. Sel-sel api ini memiliki saluran-saluran yang menuju kesaluran pengumpul yang terdapat pada bagian ventral dan dorsal tubuh (Kastawi, 2005). 7.3 Ciri Umum 1. Bentuknya
pipih
dorsoventral
dan
simetris
bilateral. 2. Biasanya merupakan cacing hermaprodit. 3. Memiliki tiga lapisan tubuh (Triploblastik) 4. Tidak
mempunyai
rongga
badan,
termasuk
Acoelomata.
SELLY SAFITRI
192
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
5. Memiliki sistem syaraf (tangga tali) berupa Ganglion anterior 6. Alat ekskresinya berupa flame cells (sel obor = protonephros). 7. Hidup di air tawar/laut, tempat lembab, atau didalam tubuh hewan lain. 8. Bentuk tubuh platyhelmintes pipih memanjang, seperti pita, dan seperti daun. 9. Sebagian besar cacing pipih berwarna putih atau tidak berwarna. Sementara yang hidup bebas ada yang berwarna coklat, abu-abu, hitam atau berwarna cerah. 10. Bagian ventral terdapat mulut dan lubang genital. 11. Organ
yang
menghasilkan
sekresi
(Alat
mencekram dan alat menghisap) yang bersifat perekat untuk menempel dan melekat, misalnya oral sucker dan ventral sucker pada Trematoda (Kastawi, 2005). 7.4 Habitat dan Penyebaran
SELLY SAFITRI
193
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia (Kastawi, 2005). Platyhelminthes tersebar luas diseluruh dunia. Untuk penyebarannya cacing pita lebih banyak didaerah tropis, terutama didaerah yang banyak mengkonsumsi daging babi seperti di Asia Tenggara, India, Afrika Selatan, dan Amerika latin. Di Indonesia terutama paling banyak didaerah Papua, Bali, Sumatera utara, NTT, Lampung, Sulawesi utara, Kalimantan utara dan Jawa timur. 7.5 Klasifikasi Platyhelminthes
SELLY SAFITRI
194
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 Filum
Platyhelminthes
dikelompokkan
menjadi 3 kelas, yaitu : 7.5.1 Kelas Turbellaria (cacing rambut getar) Pada kelas Turbellaria memiliki ciri khas yaitu memiliki bulu getar sehingga disebut juga cacing bulu atau rambut getar. Dimana terdapat sel-sel kelenjar yang jumlahnya banyak. 1. Ciri-ciri a. Memiliki silia pada epidermis b. Hidup bebas di air tawar, air laut, tanah basah dan parit. c. Hidup soliter. d. Panjang tubuh ± 5 - 25 cm. e. Kepala berbentuk segitiga, memiliki dua bintik mata. f. Mulut terdapat dipertengahan tubuh, faring dapat dijulurkan. g. Memiliki aurikel (tonjolan seperti telinga pada sisi kanan dan kiri kepala) untuk
SELLY SAFITRI
195
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
menerim rangsangan kimia, mengetahui letak makanan. h. Daya regenerasi tinggi (Jasin, 1992). 2. Ciri-ciri Morfologi Faring
Bintik mata
Mulut Ujung posterior
Ujung anterior Aurikel
Gambar 1. Struktur Morfologi dari Planaria sp. (Jasin, 1992). Tubuh memiliki 2 mata dan tanpa alat hisap. Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk bergenerasi dengan cara memotong tubuhnya. Contoh Turbellaria antara lain Planaria sp. dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5-1,0 cm yang panjang tubuh
SELLY SAFITRI
196
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
samapai 60 cm dan hanya keluar dimalam hari (Jasin, 1992). Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-kira ditengah mulut terdapat proboscis (tenggorokan yang dapat dijulirkan keluar). Cacing kelas ini hidup bebas dan tidak memiliki alat hisap. Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15-18 mm. Silia digunakan untuk bergerak. Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang (Suwignyo, dkk, 2005). 3. Ciri-ciri Anatomi a. Tidak mempunyai rongga tubuh (acoela). b. Ruangan-ruangan di dalam tubuh yang ada di antara
berbagai
organ
terisi
dengan
mesenkim yang biasa disebut parenkim. c. Sudah memiliki sistem pencernaan, tetapi tidak memiliki anus. d. Dinding faringnya dilengkapai otot. Faring ini dapat ditarik dan dijulurkan, bentuknya mirip belalai dan disebut juga proboscis.
SELLY SAFITRI
197
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
e. Memiliki sepasang Protonefridia dengan sel api sebagai alat eksresi. f. Sistem sarafnya primitif. Tubuh tertutupi e pidermis dan dibagian ventral mengandung silia yang berfungsi untuk marayap. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar dan batang-batang kecil yang disebut Rhabdite. Sel kelenjar
menghasilkan
lendir
untuk
melekat,
membungkus mangsa, dan sebagai jel lendir pada waktu merayap. Sel kelenjar acap kali juga terdapat didalam mesenkim (parenkim), dan mempunyai saluran kecil yang menembus epidermis. Dibawah epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar, longitudinal, diagonal, dan dorsoventral, hingga Turbellaria muda memutar dan meliuk-liuk. Rhabdite berfungsi sebagai alat pertahanan atau hancur membentuk selaput lendir membungkus dirinya sendiri (Jasin, 1992).
SELLY SAFITRI
198
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Gambar 2. Struktur Anatomi dari Planaria sp. (Rusyana, 2011). 4. Struktur Anatomi a. Mulut, tempat masuknya makanan, terletak di bagian ventral. Pada mulut, terdapat saluran yang dapat dijulurkan yang disebut faring untuk menyedot makanan. b. Saluran
pencernaan
untuk
mencerna
makanan. c. Bintik Mata, alat indera digunakan untuk mendeteksi cahaya. d. Aurikel, organ penciuman. e. Protonefridia
yaitu
saluran
yang
menghubungkan pori-pori dengan sel api sebagai organ ekskresi (Kastawi, 2005). 5. Struktur Fisiologi
SELLY SAFITRI
199
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 a. Sistem Gerak
Planaria bergerak ke arah tempat yang teduh untuk menghindari terik matahari karena peka terhadap sinar. Meskipun hidup bebas, Planaria tidak berenang tetapi bergerak dengan cara meluncur dan berenang (Jasin, 1992). Gerakan meluncur dengan bantuan silia yang ada pada bagian ventral tubuhnya dan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada bagian tepi tubuh. Zat lendir itu merupakan jalur yang akan dilalui. Gerakan silia menyentuh jalur lendir menyebabkan hewan
bergerak.
Selama
berjalan
meluncur,
gelombang yang bersifat teratur tampak bergerak dari kepala ke arah belakang (Jasin, 1992). Gerakan
merayap
pada
tubuh
cacing
memanjang, sebagai akibat dari kontraksi otot seluler dan dorsoventral. Kemudian bagian depan tubuh mencengkeram pada substrat dengan mukosa atau alat perekat khusus. Dengan mengkontraksikan otot-otot longitudinal, bagian tubuh belakang tertarik ke arah
SELLY SAFITRI
200
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
depan. Gerakan otot-otot obligus menyebabkan tubuh membelok (Kastawi, 2005). b. Sistem Pencernaan
Gambar 3. Sistem Pencernaan Planaria sp. (Rusyana, 2011). Sistem pencernaan Planaria terdiri atas mulut, kerongkongan dan usus. Faring dapat dijulurkan untuk menangkap makanan. Makanannya berupa hewanhewan kecil. Mula-mula makanan didekati, kemudian dilibas dengan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar Mukus dan sel Rhabdit. Makanan selanjutnya dimasukkan ke dalam faring. Di dalam faring, makanan dicampur dengan cairan digestif. Makanan dicerna oleh aktifitas cairan digestif dan adanya
SELLY SAFITRI
201
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
gerakan memompa dari faring. Setelah itu makanan ditelan (Jasin, 1992). Pencernaan terjadi secara ekstraseluler dan intraseluler.
Makanan
yang
sudah
tercerna
didistribusikan ke cabang-cabang alat pencernaan. Bagian-bagian
yang
tidak
tercerna
dikeluarkan
melalui mulut. Planaria dapat hidup tanpa makanan dalam waktu yang panjang. Dengan cara melarutkan organ reproduksi, parenkim, dan ototnya sendiri sehingga tubuh cacing menyusut. Tubuh yang menyusut akan mengalami regenerasi jika cacing makan kembali (Jasin, 1992). c. Sistem Sirkulasi Planaria Tidak memiliki alat sirkulasi khusus. Peredaran
unsur-unsur
makanan
dan
zat
alin
berlangsung secara difusi (Jasin, 1992).
d. Sistem Ekskresi
SELLY SAFITRI
202
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Planaria sudah berkembang lebih maju bila di bandingkan dengan hewan Coelenterata. Dalam arti sudah mempunyai alat khusus. Sistem tersebut terdiri dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang mengadakan anyaman-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang di sebut sel api atau “flame-cell”. Pada masing-masing sisi tubuh biasanya terdapat 1 hingga 4 buah pembuluh pengumpul yang membentang
longitudinal.
pembuluh-pembuluh
sisi
Di
bagian
anterior
longitudinal
tersebut
mengadakan pertemuan, di hubungkan oleh pembuluh transversal sedikit agak di depan bintik mata (Kastawi, 2005).
SELLY SAFITRI
203
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 Gambar 4. Sistem Ekskresi Planaria sp. (Rusyana,2011).
Di bagian posterior pembuluh-pembuluh sisi tersebut masih tetap terpisah. Di bagian permukaan dorsal daripada tubuhnya, pembuluh-pembuluh sisi tersebut bermuara pada suatu pori-pori yang disebut nepridiophor. Flame cell atau sel-sel api tersebut terletak tersebar di antara sel-sel tubuh lainnya terutama di bagian mesenkim. Adapun fungsi sel-sel api ini adalah sebagai alat ekskresi yaitu membuang zat-zat sampah yang merupakan sisa-sisa metabolisme zat nitrogen dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam artian ikut membantu mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air di dalam tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap dapat di pertahankan seperti ukuran normal (Jasin, 1992). e. Sistem Respirasi Planaria belum mempunyai alat respirasi yang khusus. Pengambilan oksigen dari lingkungan ekstren maupun
pengeluaran
SELLY SAFITRI
gas
karbondioksida
dari
204
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
lingkungan interen berjalan secara osmosis langsung melalui seluruh permukaan tubuh. Dengan adanya kondisi
tubuh
yang
pipih
semakin
memberi
kelancaran pertukaran gas tersebut (Kastawi, 2005). f. Sistem Saraf
Gambar 5. Sistem Saraf Planaria sp. (Rusyana, 2011). Otak Planaria tersusun oleh ganglion-ganglion otak yang terdiri atas dua lobus. Dari otak muncul serabut-serabut saraf ke arah anterior menuju ke kepala, dan lateral menuju ke aurikel. Di samping itu ada dua tali saraf ventral yang memanjang sepanjang tubuh dan berakhir ke ujung posterior (Kastawi, 2005).
SELLY SAFITRI
205
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Masing-masing tali saraf ventral itu terletak pada kira-kira sepertiga tepi tubuh. Kedua tali saraf ventral dihubungkan satu dengan yang lain oleh komisura-komisura transversal, dan pada masingmasing tali saraf muncul serabut saraf ke arah tepi tubuh (Suwignyo, dkk, 2005). g. Sistem Reproduksi
Gambar 6. Sistem Reproduksi Planaria sp. (Kastawi, 2005). Planaria berkembang biak secara aseksual maupun seksual. Cara berkembang biak secara aseksual dengan jalan autotomi. Sedangkan cara berkembang biak secara seksual dengan pembuahan
SELLY SAFITRI
206
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 sel telur dan sel sperma. Planaria
bersifat
hermafrodit. Maka dalam tubuh Planaria
tersebut
terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Adapun susunan alat kelamin Planaria adalah sebagai berikut : 1) Sistem alat kelamin jantan a) Testis yang jumlahnya ratusan, berbentuk bulat tersebar sepanjang kedua sisi tubuh. b) Vas deferens merupakan pembuluh agak kecil
yang
membentang
berjumlah pada
sisi
masing-masing tubuh
yang
bergabung bermuara pada suatu kantung yang disebut Vesicular seminalis. c) Vesicular seminalis merupakan kantung yang berfungsi menampung sperma dan mengeluarkannya menuju penis. d) Penis merupakan alat transfer ke alat kelamin
hewan
lain
pada
waktu
perkawinan silang.
SELLY SAFITRI
207
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
e) Ruangan genitalis pada waktu kopulasi menjulur keluar melalui Porus genitalis. 2) Sistem alat kelamin betina a) Ovari sebanyak 2 buah, terletak dibagian anterior tubuh. b) Oviduk (saluran telur). c) Kelenjar kuning telur atau yolk gland. d) Vagina. e) Uterus atau reseptakulum seminalis. f) Ruangan genital atau atrium genitalis. h. Habitat dan Penyebaran Hewan Planaria hidup diair tawar yang jernih terutama air yang tidak mengalir. Hewan ini umumnya suka berlindung dibawah bebatuan, daun yang jatuh kedalam air. Hewan ini tidak tampak kecuali jika sedang bergerak disebabkan oleh ukuran tubuh yang sesil. Penyebarannya terdapat diseluruh dunia (Jasin, 1992). i.
Klasifikasi Turbellaria
1) Ordo Acoela
SELLY SAFITRI
208
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 Ciri-ciri :
a) Ukuran tubuh Turbellaria kecil, berbentuk oval dan silindris. b) Hidup
di
laut
dan
tidak
mempunyai
intestinum. Contoh: Convoluta roscoffensis. Sering terdapat pada pasir di pantai, dan hidup simbiosis dengan Chlamydomonadines. c) Faring atau mulut terletak di ventral (bawah) permukaan Turbellaria. d) Tidak memiliki saluran pencernaan (usus), tidak ada protonefridia (primitif ginjal untuk ekskresi dan keseimbangan osmotik), dan tidak ada gonad.
Kingdom : Animalia Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Turbellaria
Ordo
: Acoela
Gambar 7. Convoluta roscoffensis (Suwignyo, 2005). 2) Ordo Allecoella SELLY SAFITRI
209
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 Ciri-ciri :
a) Ukuran tubuh Allecoella kecil dan hidup di laut. b) Intestinum Allecoella mempunyai satu cabang utama dengan cabang-cabang kecil ke lateral. Contoh: Prorhynchus, dan Pseudostomum. Kingdom : Animalia Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Turbellaria
Ordo
: Allecoella
Gambar 8. Prorhynchus sp. (Jasin, 1992). 3) Ordo Polycladida Ciri-ciri: a) Cacing Polycladida hidup di laut. b) Ukuran tubuh Polycladida beberapa mm sampai dengan 1 cm. c) Mempunyai
banyak
cabang
pokok
pada
intestinum. Mem punyai banyak testis dan ovarium, telur Polycladida bersegmen dan SELLY SAFITRI
210
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 membentuk
spiral.
Contoh:
Tyzanozoon,
Yungia, Prostheceraeus vittatus, Cyclophorus, bermata banyak.
Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Animalia : Platyhelminthes : Turbellaria : Polycladida : Polycladaceae : Prostheceraeus : Prostheceraeus sp.
Gambar 9. Prostheceraeus sp. (Jasin, 1992). 4) Ordo Rhabdocoella Ciri-ciri: a) Hidup Rhabdocoella di laut, air tawar atau di tanah. b) Intestinum Rhabdocoella sederhana dan lurus (tubuler), dan tanpa sekum. c) Mulut Rhabdocoella
terletak dekat ujung
anterior. Ukuran tubuh Rhabdocoella kecil,
SELLY SAFITRI
211
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
kurang dari 1 mm dan berbentuk silindris, fusiform atau pipih. d) Sistem
reproduksi
ordo
Rhabdocoella
aseksual. Contoh : Hidup bebas di laut: Plagiostomum, Microstomum,
Dalyellia,
Mesostoma,
Macrostomum,
Catenula.
Hidup di air tawar: Gyratrix. Kingdom : Animalia Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Turbellaria
Ordo
: Rhabdocoella
Gambar 10. Gyratrix sp. (Jasin, 1992). 5) Ordo Tricladid (Planaria ) Ciri-ciri: a) Termasuk Turbellaria berukuran besar, dan sebagian besar hidup di daerah tropis b) Mempunyai intestinum dengan
tiga cabang
pokok.
SELLY SAFITRI
212
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
c) Habitat Tricladid bervariasi, hidup di air tawar: Planaria , Crenobia, Dugesia, Polycelis, Dendrocoelum. Hidup di tanah: Rhynchodemus, ukurannya 6-8 mm, hidup di laut: Procerodes, dan Bdelloura. d) Hidup di tempat yang lembab, di bawah daundaun, kayu dari pohon yang mati (Jasin, 1992). Kingdom : Animalia Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Turbellaria
Ordo : Tricladid Gambar 11. Dugesia tigrina (Rusyana, 2011). 7.5.2 Kelas Trematoda Kelas trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap. Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya. Kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh SELLY SAFITRI
213
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
inangnya. Dengan demikian Trematoda merupakan hewan parasit. Ciri-ciri : a) Tubuh cacing Fasciola hepatica berbentuk pipih dorsoventral oval atau seperti daun, tidak
bersegmen,
kecuali
famili
Schistosomatidae. b) Kutikulanya halus atau berduri. Biasanya mempunyai saluran pencernaan yang buntu (sekum) dilengkapi dengan satu atau dua alat penghisap untuk menempel. c) Cacing Fasciola hepatica memiliki sistem reproduksi
hermaprodit,
kecuali
famili
Schistosomatidae (cacing jantan dan betina terpisah). d)
Makanannya
diperoleh
dengan
cara
menghisap lendir, jaringan lemak, darah yang merupakan makanan dari inangnya. Contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica). e) Hidup parasi pada vertebrata.
SELLY SAFITRI
214
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
f) Memiliki sistem pencernaan yang sederhana. g) Tidak memiliki sistem sirkulasi (Jasin, 1992). 1. Struktur Morfologi Salah satu contoh dari kelas Trematoda adalah Fasciola hepatica, yang dewasa hidup parasit dalam kantong empedu biri-biri, babi dan lainnya, dan kadang-kadang ditemukan pada orang. Mulut terletak disebelah anterior. Disekitar mulut terdapat alat hisap. Alat ini juga terdapat di daerah ventral. Kedua alat ini berfungsi sebagai penempel pada hospes, antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital sebagai jalan untuk mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak agak dekat akhir posterior, kecuali itu terdapt lubang lain sebagai akhir dari saluran laurer (Rusyana, 2011). Trematoda memiliki tubuh yang menyerupai daun, dilapisi kutikula dan tidak bersegmen. Dinding tubuh tidak tersusun oleh epidermis dan silia. Alat hisap dilengkapi dengan otot-otot sehingga menempel
SELLY SAFITRI
215
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
erat pada hospes. Otot tersusun atas tiga lapisan yaitu ektoderm, endoderm dan mesoderm (Kastawi, 2005).
Gambar 12. Struktur Tubuh Fasciola hepatica (Kastawi, 2005). 2. Struktur Anatomi a. Sistem pencernaan sederhana, tanpa anus. b. Organ ekskresi berupa protonefridia. c. Memiliki satu ovarium dan 2 atau banyak testis. 3. Struktur Fisiologi a. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak
SELLY SAFITRI
216
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, dilanjutkan
ke
kerongkongan.
faring, dan Di
belakang
kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh (Kastawi, 2005). Pencernaan sederhana di mulai dari Mulut, faring, esofagus, usus. Tidak memiliki sistem sirkulasi maka bahan makanan di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat hisap di lengkapi dengan otot-otot, sehingga
menempel
dengan
erat
pada
hospes
(Kastawi, 2005). Sistem pencernaan sederhana dimulai dari mulut, faring, yang merupakan saluran pendek, osofagus, usus yang terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior ke posterior sebelahsebelah dalam tubuh. Selanjutnya cabang utama itu akan bercabang-cabang lagi seperti halnya pada Planaria. Tidak memiliki sistem sirkulasi, maka
SELLY SAFITRI
217
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
bahan makanan itu diedarkan oleh pencernaan itu sendiri (Jasin, 1992). b. Sistem Respirasi Fasciola pernapasan
hepatica
khusus,
belum
karena
memiliki
merupakan
alat hewan
endoparasit (parasit didalam tubuh vertebrata), maka pernapasan dilakukan secara anaerob, artinya respirasi berlangsung tanpa oksigen. Hal ini terjadi karena hewan ini hidup pada lingkungan kekurangan oksigen. c. Sistem Reproduksi 1) Alat kelamin jantan a) Sepasang testis sebagai pabrik sperma. b) Dua pembuluh vasa diferensia, sebaga penyalur sperma dari testis. c) Kantong vesikulum seminalis. d) Saluran ejakulasi yang berakhir pada alat kopulasi. e) Penis. 2) Alat kelamin betina
SELLY SAFITRI
218
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 a) Saluran
tunggal
ovarium
yang
memproduksi telur. b) Saluran oviduk yang mengeluarkan telur dari ovari. c) Kelenjar pembungkus ovum. d) Saluran vetelline atau saluran yolk. e) Kelenjr yolk atau vetelline. f) Uterus. Alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh rasa deferensia, kantung vesculum seminalis, saluran ejakulasi yang berakhir pada alat kopulasi, dan penis (Kastawi, 2005). Alat reproduksi betina terdiri atas saluran tunggal ovarium yang memproduksi telur, saluran oviduk yang menyalurkan telur dari ovari, kelenjar pembungkus ovum, saluran vetelin. Setelah itu, kelenjar
pembungkus
melengkapi
kulit
chitine,
selanjutnya telur masuk kedalam uterus (Kastawi, 2005). 4. Klasifikasi Trematoda
SELLY SAFITRI
219
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 a. Ordo Monogenea Ciri-ciri:
1) Spesies dari ordo Monogenea merupakan parasit pada hewan vertebrata yang hidup di air. 2) Dalam siklus hidupnya membutuhkan satu hospes (= monogenetik). 3) Mempunyai alat penempel yang besar di bagian posterior disebut Opisthaptor: merupakan organ yang berfungsi untuk melekat pada hospesnya. 4) Sebagian ada yang ektoparasit, contoh: Gyrodactylus elegans, yang hidup pada insang dan permukaan tubuh ikan laut, tawar dan katak. 5) Ada yang
bersifat endoparasit, contoh:
Polystomoidella
oblongum
merupakan
monogenea, parasit pada kantong urin dari kura-kura.
SELLY SAFITRI
220
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
6) Pada umumnya parasit bersifat viviparous, contoh: Gyrodactylidae atau oviparous dan siklus hidupnya langsung (direct cycle). 7) Larva atau onchomiracidium bersilia dan terdapat satu atau lebih dari satu pasang bintik mata (Jasin, 1992). b. Ordo Aspidogastrea Ciri-ciri: 1) Merupakan endoparasit dan Monogenetik. 2) Ukuran panjang kurang dari 10 mm s/d beberapa cm. 3) Mulut di bagian anterior, tidak dikelilingi oleh sucker. 4) Pharing dan esofagus pendek, intestinum sederhana sampai ujung posterior. 5) Hermaprodit. Alat kelamin jantan terdiri dari satu
testis
di bagian posterior
ovarium (Jasin, 1992). c. Ordo Digenea
SELLY SAFITRI
221
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 Ciri-ciri:
1) Bentuk pipih dorsoventral, ada beberapa yang panjang dan ramping, ada pula yang berbentuk
seperti
daun,
sedangkan
Amphistoma badannya berdaging tebal. 2) Golongan Schistosomatidae mempunyai gilik
yang
panjang
seperti
cacing
Nematoda. 3) Kutikula halus dan ada yang berduri. 4) Oral sucker (penghisap mulut): di bagian anterior
tubuh,
dan
ventral
sucker
(penghisap perut): pada sepertiga anterior dari permukaan ventral tubuh. 5) Reproduksi secara hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae (Jasin, 1992).
7.5.3 Kelas Cestoda Cestoda disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita. Tubuh Cestoda
SELLY SAFITRI
222
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid. Pada skoleks terdapat alat pengisap, selain itu juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inang. 1. Struktur Morfologi Contoh dari kelas ini adalah Taenia solium. a. Tubuh seperti pita dan terbagi atas segmensegmen. b. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia. c. Tubuh
tertutup
kutikula
dan
tidak
berpigmen. d. Panjang tubuh dapat mencapai 2 meter. e. Bagian anterior biasanya merupakan skolks yang melekat dengan lekukan perekat, atau alat hisap lainnya serta mempunyai alat kait yang disebut Rostellum.
SELLY SAFITRI
223
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
f. Dibelakang skoleks terdapat leher kecil yang selalu tumbuh dan menghasilkan proglotit baru. g. Tubuh tersusun atas proglotit yang masingmasing
berisi
alat
reproduksi
yang
hermaprodit (Adun, 2011). 2. Struktur Anatomi a. Tidak
memiliki
smulut
dan
saluran
pencernaan. b. Sistem ekskresi terdiri atas protonefridia dengan sel api. c. Sistem saraf primitif. d. Tiap segmen mengandung satu atau dua set sistem reproduksi yang hermaprodit.
SELLY SAFITRI
224
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Gambar 13. Struktur tubuh Taenia solium (Jasin, 1992). 3. Struktur Fisiologi a. Sistem Pencernaan Cacing Cestoda ini belum memiliki saluran pencernaan yang sempurna. Makanan langsung didapatkan dari hospesnya dengan cara menyerap makanan dari hospesnya tersebut (Kastawi, 2005). b. Sistem Respirasi Cestoda belum memiliki sistem respirasi yang khusus. Pengambilan oksigen dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh (Kastawi, 2005). c. Sistem Ekskresi Pada Cestoda terdapat 4 saluran ekskresi longitudinal. Dua saluran yang ada pada posisi dorsal membentang hanya pada bagian anterior strobila. Dua saluran yang ada pada sisi ventral memanjang diseluruh tubuh. Keempat saluran itu tergabung satu sama lain melalui saluran cincin. Saluran dorsal mengumpulkan zat ekskresi pada bagian kepala SELLY SAFITRI
225
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
(skolaks) dan saluran ventral menyalurkan zat ekskresi menjauhi skoleks (Kastawi, 2005). d. Sistem Reproduksi Cacing pita mempunyai alat reproduksi jantan yaitu: 1) Testis yang manghasilkan spermatoziod. 2) Vasa diferensia yang membawa ke lubang genital. Sedangkan alat reproduksi betina yaitu: 1) Ovarium yang menghasilkan sel telur. 2) Oviduk yang merupakan penyalur sel telur. 3) Kelenjar kuning telur yang membungkus sel telur. 4) Kelenjar pembungkus (yang membungkus telur). 5) Uterus. Di dalam uterus itulah akan terjadi fertilisasi
atau
pembuahan
dengan
spermatozoid yang datang dari proglotid yang sama, setelah itu turun ke vagina.
SELLY SAFITRI
226
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 Proglotid
yang
masak
telah
banyak
mengandung telur yang setelah dibuahi akan lepas dan keluar bersama-sama feses hospesnya (Jasin, 1992). 4. Klasifikasi Cestoda a. Ordo Tetraphyllidea Cacing pita berukuran sedang, skoleks dengan 4 bothridia, vitterallia di bagian samping, parasit pada ikan
elasmobranchii,
certicillatum.
yaitu
calliobothrium
Kingdom : Animalia Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: Tetraphyllidea
Gambar 14. Gyrocotyle sp. (Kastawi, 2005). b. Ordo Diphyllodia Hanya satu species yang di kenal dari ikan elasmobranchii, skoleks hanya satu dan tersebar dibagian anterior, siklus hidupnya belum diketahui. SELLY SAFITRI
227
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Kingdom : Animalia Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: Diphyllodia
Gambar 15. Echeneibothrium sp. (Jasin, 1992). c. Ordo Trypanorhynchydea Skoleks Trypanorhynchydea terdiri dari 2 atau 4 bothria dan 4 rektraktil, proboscoides berduri dan tubuh
yang
memanjang.
Pori
alat
kelamin
Trypanorhynchydea terletak di pinggir. Ketika dalam keadaan larva merupakan parasit pada ikan teleoste dan setelah dewasa menjadi parasit pada ikan elasmobranchii. d. Ordo Pseudophyllida SELLY SAFITRI
228
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Cacing pita yang kecil atau besar, skoleks tidak begitu jelas mempunyai bothria 2-6, beberapa tidak mempunyai
perekat,
contohnya:
Triaenophorus.
Parasit pada ikan, burung dan mamalia. Kingdom : Animalia Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: Pseudophyllida
Gambar 16. Triaenophorus sp. (Jasin, 1992). e. Ordo Nippothaenida Soleks Nippothaenida memiliki 1 sucker di bagian anterior, punya beberapa proglotid dan parasit pada ikan di jepang dan rusia. f. Ordo Cyclophyllida Scoleks Cyclophyllida mempunyai 4 alat penghisap dan juga dilengkapi oleh rostellum, memiliki kait di ujung kepala, lubang seks terbuka secara lateral, proklotid tersambung satu sama lain sehingga tersambung bebas dan pada saat telah masak akan SELLY SAFITRI
229
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 dilepaskan.
Salah
satu
yang
termasuk
ordo
Cyclophyllida adalah Taenia solium yang merupakan parasit pada manusia, Taenia fisiform pada kucing dan anjing yang memproduksi larva ketika pada tubuh inang. g. Ordo Apotida Skoleks Apotida biasanya besar dengan 4 alat isap, memiliki kait atau rostellum dan tidak memiliki kuning telur, tidak bersegmen dan parasit kecil pada angsa dan bebek. 7.6 Siklus Hidup 7.6.1 Kelas Trematoda, contoh Fasciola hepatica
SELLY SAFITRI
230
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 Gambar 17. Siklus Hidup Fasciola hepatica (Rusyana, 2011).
Telur menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan berenang di air tetapi tidak lebih dari 24 jam. Mirasidium ini harus menemukan inang sementara, yaitu siput air tawar (Lymnaea javanica). Jika larva tidak menemukan siput air tawar, mirasidium akan mati. Larva mirasidium menginfeksi siput air tawar disertai menghilangkan silianya. Dalam waktu dua minggu larva mirasidium berkembang menjadi sporokist (Kastawi, 2005). Dalam
tubuh
siput,
sporokist
secara
paedogenesis berkembang menjadi larva lain yaitu disebut redia. Setiap satu sporokist akan menjadi 3-8 redia. Setelah delapan hari, redia berubah menjadi serkaria dengan ekor yang membulat. Serkaria ini akan keluar dari tubuh siput. Larva akan berenang untuk beberapa jam dan menempel pada rumput air (Kastawi, 2005).
SELLY SAFITRI
231
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Pada waktu menempel di rumput air, larva serkaria
melepaskan
ekornya sehingga
berubah
menjadi metaserkaria. Metaserkaria dapat menempel pada rumput sampai beberapa bulan. Jika rumput dimakan oleh hewan ternak, larva ini kan masuk ke usus halus hewan ternak. Larva ini menembus dinding usus dan bersama aliran darah dapat sampai ke hati hewan ternak untuk beberapa minggu. Setelah dari hati, larva menuju saluran empedu dan menjadi dewasa. Cacing dewasa dalam saluran empedu akan bertelur. Telur tersebut keluar melalui anus bersama feses (Kastawi, 2005). 7.6.2 Kelas Cestoda, contoh Taenia solium
SELLY SAFITRI
232
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Gambar 18. Siklus Hidup Taenia solium (Rusyana, 2011) Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi. Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan babi dan sampai pada usus akan tumbuh dan berubah menjadi larva onkosfer. Larva ini akan membentuk kista yang disebut cysticerus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut sistiserkus (Kastawi, 2005). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging babi mentah atau setengah matang. Dinding
sistiserkus
akan
dicerna
dilambung
sedangkan larva dan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Selanjutnya akan
keluar
bersama
feses,
begitu
seterusnya
(Suwignyo, 2005). 7.7 Peranan Platyhelminthes
SELLY SAFITRI
233
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 7.7.1 Menguntungkan
Planaria sp. merupakan salah satu sumber makanan bagi organisme lain. 7.7.2 Merugikan 1. Schistosoma dapat menyebabkan kerusakan jaringan, organ seperti: kandung kemih, ureter, hati, limfa dan ginjal manusia. 2. Clonorchis
sinensis
menghisap
darah
manusia. 3. Paragonimus sp. (parasit pada paru-paru manusia) dapat menyebabkan sesak bila bernapas,
batuk
kronis,
dahak/sputum
bercampur darah berwarna coklat (ada telur cacing). 4. Taenia menyebabkan Taeniasis, menghisap sari makanan di usus manusia. 5. Fasciolisis pencernaan)
sp.
(parasit
pada
menyebabkan
saluran hambatan
makanan yang lewat.
SELLY SAFITRI
234
2019
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Fasciola hepatica menyebabkan fasciolisis, parasit pada hewan ternak. Menyebabkan nafsu makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan diare (Campbell, 2003).
SELLY SAFITRI
235