Bab I Pendahuluan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang



1.2.



Deskripsi Topik



Nama Pemicu : Pak Budi sakit gigi Penyusun



: Dr. Olivia A.Hanafiah, drg., Sp.BM (K), drg.Hendry Rusdy.,Sp.BM (K), M.Kes, dr. Katherine, M.Ked (PD), Sp.PD



Hari/ Tanggal : Jumat/7 Mei 2021 Waktu



: 07.30-09.30



1.2.1 Skenario Kasus Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke RSGM keluhan nyeri pada geraham pertama kiri rahang bawah sejak 2 minggu yang lalu. Anamnesis ditemukan rasa nyeri bila bersentuhan dengan makanan atau pada saat menggigit dan mengunyah makanan. Pada pemeriksaan klinis demam (+) dengan riwayat hipertensi dan diabetes melitus tidak terkontrol. Pasien datang dengan tekanan darah 170/90 mmHg, GDS 360 mg%. Pasien membawa hasil laboratorium HbA1c : 8,5 yang diperiksa 2 tahun yang lalu dan pasien tidak rutin kontrol ke dokter. Pemeriksaan intraoral ditemukan gigi 36 karies mencapai pulpa, warna mahkota kehitaman, perkusi (+). Pasien merasakan nyeri bila bersentuhan dengan makan atau dalam keadaan mengigit. Pasien direncanakan akan dilakukan ekstraksi gigi. More Info : Setelah 3 hari pasca pencabutan gigi, pasien masih mengeluh nyeri pada daerah bekas pencabutan gigi. Pada pemeriksaan intraoral didapatkan soket gigi 36 jaringan nekrotik berwarna keabuan, gingival hiperemis (+) dan berbau.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Apakah tindakan awal pada pasien tersebut? 2.2 Jelaskan informed consent yang harus dilakukan pada pasien tersebut? 2.3 Jelaskan perawatan yang harus dilakukan terhadap keluhan sistemik yang diderita pasien? Pada pemeriksaan klinis demam (+) dengan riwayat hipertensi dan diabetes melitus tidak terkontrol. Pasien datang dengan tekanan darah 170/90 mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekananan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain sakit kepala, lemas, masalah penglihatan, nyeri dada; sesak napas, aritmia, dan adanya darah dalam urine. Perawatan diri dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh pasien dalam usaha meningkatkan kesehatannya. Pada perawatan diri pasien hipertensi meliputi minum obat sesuai anjuran, memantau tekanan darah, perubahan gaya hidup (olah raga, mengurangi garam, meningkatkan konsumsi buah dan sayur). a. Minum obat sesuai anjuran Pengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan komplikasi hipertensi. Agar tidak terjadi komplikasi hipertensi, maka harus dipatuhi aturan minum obat yang disarankan oleh dokter dengan cara sebagai berikut: 1. Tepat Dosis, jangan menambah jumlah obat tanpa sepengetahuan dokter anda. 2. Tepat waktu, jangan lupa minum obat. 3. Sadari bahwa lupa minum obat berarti kelangsungan obat untuk memproteksi organ akan melemah. 4. Rencanakan kunjungan keklinik secara regular dan pastikan jadwal kunjungan berikutnya sebelum meninggalkan ruang periksa. Hal yang harus disadari oleh pasien menghentikan pengobatan karena tekanan darah kembali normal adalah cara yang berbahaya. Hipertensi merupakan kondisi abnormal seumur hidup, umumnya tidak bisa hilang dan terus menimbulkan masalah jika tidak diterapi. Beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk menangani hipertensi adalah: 1. Diuretik, seperti hydrochlorothiazide 2. Antagonis kalsium, seperti amlodipine dan nifedipine 3. Penghambat Beta, seperti atenolol dan bisoprolol 4. ACE inhibitor, seperti captopril dan ramipril



5. Diuretik hemat kalium, seperti spironolactone 6. Angiotensin-2 receptor blocker (ARB), seperti losartan dan valsartan 7. Penghambat renin, seperti aliskiren 8. Vasodilator, seperti minoxidil National Health Service UK (2019). Health A to Z. High Blood Pressure(Hypertension).  b. Pemantauan tekanan darah Pemantauan tekanan darah dapat dilakukan dengan cara pengukuran tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada penderita harus dalam keadaan nyaman dan relaks, dan lengan tidak tertutup atau tertekan pakaian. Di samping itu pengukuran tekanan darah sebaiknya setelah penderita diberi kesempatan istirahat lebih kurang 5 menit, penderita dalam keadaan posisi duduk di kursi, kaki di atas lantai dan lengan disangga sehingga posisi setinggi jantung c. Melakukan aktivitas olah raga Berolah raga secara teratur merupakan salah satu cara untuk mencegah hipertensi atau mengontrol tekanan darah. Pada pasien hipertensi disarankan untuk melakukan olahraga seperti jalan cepat 30-45 menit, 3-4 kali perminggu. Melakukan olah raga tidak perlu olahraga berat, cukup olahraga ringan atau mengerjakan pekerjaan seharihari selama kurang lebih 30 menit setiap hari. Olahraga atau pekerjaan sehari-hari dapat dilakukan, misalnya jalan cepat, jogging, bersepeda atau berkebun. Meningkatkan aktivitas fisik misalnya berjalan minimal 30 menit/hari diharapkan menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Olahraga secara teratur idealnya dilakukan tiga hingga lima kali dalam seminggu dan minimal setengah jam setiap setiap sesinya dengan intensitas sedang. d. Diet rendah garam Sedangkan yang dimaksud dengan dengan diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (Na HCO3), baking powder, natrium benzoate dan vetsin (mono sodium glutamate). Konsumsi natrium yang dianjurkan tidak lebih dari 100 mmol/hari (6 gram NaCl). The Canadian Hypertensive Education Program merekomendasikan pembatasan konsumsi garam untuk penderita hipertensi 65- 100 mmol/hari, setara dengan 1500-2400 mg atau 2/31 sendok teh (sdt).



e. Menurunkan berat badan (indeks masa tubuh diusahakan 18,5-24,9 kg/m²) diperkirakan menurunkan tekanan darah sistol 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat badan. f. Diet asupan kalium dan calcium dengan mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak, hewani dan mengurangi asam lemak jenuh diharapkan menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg. Selain itu, pada pemeriksaan klinis, diketahui GDS pasien 360 mg%. Pasien membawa hasil laboratorium HbA1c : 8,5 yang diperiksa 2 tahun yang lalu dan pasien tidak rutin kontrol ke dokter. Gula darah pasien dan kadar HbA1c pasien sangat tinggi dan pasien tidak rutin kontrol ke dokter menandakan bahwa pasien memiliki diabetes tidak terkontrol. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin atau tubuuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Diabetes disebabkan karena adanya gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel, sehingga glukosa menumpuk dalam darah. Pada diabetes tipe 1, gangguan ini disebabkan karena pankreas tidak dapat memproduksi hormon tertentu. Sedangkan pada diabetes tipe 2, gangguan ini terjadi akibat tubuh tidak efektif menggunakan hormon tertentu atau kekurangan hormon tertentu yang relatif dibandingkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa yang tinggi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf, sehingga mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Perawatan diri yang dapat dilakukan pasien untuk mengontrol penyakit sistemik tersebut: 1. Menghindari makanan berkadar glukosa tinggi atau berlemak tinggi. 2. Meningkatkan makanan tinggi serat. 3. Melakukan olahraga secara teratur, minimal 3 jam setiap minggu. 4. Menurunkan dan menjaga berat badan tetap ideal. 5. Menghindari atau berhenti merokok. 6. Menghindari atau berhenti mengonsumsi minuman beralkohol. 7. Menjaga kesehatan kaki dan mencegah kaki terluka. 8. Memeriksa kondisi kesehatan mata secara rutin. HERLAMBANG



U. PENGARUH



PROGRESSIVE



MUSCLE



RELAXATION



TERHADAP STRES DAN PENURUNAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PENELITIAN QUASY EXPERIMENT (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga). Terapi farmakologi diabetes melitus Terapi Obat Hipoglikemik Oral



Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada.



Marinda FD, Suwandi JF, Karyus A. Tatalaksana Farmakologi Diabetes Melitus Tipe 2 pada Wanita Lansia dengan Kadar Gula Tidak Terkontrol. Medula, medicalprofession journal of lampung university. 2016;5(2). 2.4 Jelaskan alat dan teknik pencabutan/teknik anastesi yang digunakan pada kasus pasien tersebut!



2.5 Jelaskan instruksi pasca pencabutan gigi pada pasien tersebut! Setelah dilakukannya ekstraksi pada satu gigi atau lebih, perawatan lokal atau umum penting untuk dilakukan untuk mencegah terbentuknya infeksi atau untuk mengontrol infeksi yang telah terjadi. Pasien harus diberikan instruksi yang jelas pasca ekstraksi tentang bagaimana mereka memperlakukan



diri mereka setelah tindakan ekstraksi gigi. Dalam



instruksi pasca ekstraksi juga harus dijelaskan bahwa terdapat kemungkinan terjadinya komplikasi dan harus dijelaskan bagaimana fenomena ini terjadi. Instruksi tersebut harus dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien. 1. Menggigit kain kasa selama 30-45 menit untuk membantu menghentikan perdarahan. 2. Menjaga higienitas dengan berkumur setelah 24 jam pasca pencabutan gigi dan menyikat gigi seperti biasa. 3. Untuk mengatasi pembengkakan, aplikasikan es batu pada wajah secara intermiten pada hari pertama. 4. Pada 24 jam pertama, diet lembut dan dingin serta mengunyah pada sisi yang berlawanan dengan tempat pencabutan gigi. 5. Gunakan analgesik pada 45 menit setelah pencabutan gigi untuk mencegah atau mengurangi sensasi nyeri. 6. Melatih rahang agar tidak terjadi kekakuan. Eszwara W. Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi oleh Dokter Gigi di Kota Medan. 2.6 Jelaskan alasan pemilihan obat pada pasien tersebut! 2.7 Jelaskan diagnosis dan patofisiologi pada soket gigi tersebut! 2.8 Jelaskan algoritma rencana perawatan yang dibutuhkan! 2.9 Jelaskan perawatan yang paling tepat! Perawatan alveolar osteitis langsung mengarah pada pengurangan rasa sakit dan mempercepat pernyembuhan. Terapi lokal terdiri dari irigasi soket dengan larutan salin isotonic steril yang hangat, larutan garam normal yang hangat atau larutan hydrogen peroksida yang dicairkan untuk membuang material nekrotik dan debri lainnya yang diikuti oleh aplikasi obtudent (eugenol) atau anestesi topical (butakain [benzokain). Sebagai tambahan terapi lokal, analgesic antipiretik atau narkotik seperti kodein sulfat (1/2 gram) atau meperidin (50 mg) setiap 3 -4 jam harus di berikan kepada pasien. Pemilihan obat bergantung keparahan dari rasa nyeri. Lalu diperiksa dan dipalpasi yang hati-hati dengan menggunakan aplikator kapas membantu dalam menentukan sensivitas. Apabila pasien tidak tahan terhadap hal tersebut,



maka dilakukan anestesi topical atau lokal sebelum melakukan packing. Pembalut obatobatan dimasukkan ke dalam alveolus. Pembalut diganti sesudah 24-48 jam, kemudian dirigasi dan diperiksa lagi. Kadang-kadang diperlukan resep analgesik dan dinstruksikan pasien untuk kumur-kumur dengan larutan garam hangat, dan buatlah janji agar pasien kembali dalam waktu 3 hari. Pasien diperiksa dalam 24 jam, jika nyeri telah berhenti, medikasi dalam soket tidak diperlukan lagi. Jika rasa nyeri masih bertahan, irigasi dan dressing soket harus diulangi jika perlu. Penggunaan rutin antibiotik dalam perawatan alveolar osteitis tidak direkomendasikan karena masalah utama adalah kontrol rasa nyeri daripada infeksi yang tidak terbatas. Setiawan EP. Platelet Rich Fibrin As Alternative Treatment For Mandible Localize Osteomyelitis After Dry Socket. PROCEEDING BOOK. 2018:133.