BAB II Makarel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II Kajian Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian literatur yang mendukung penelitian ini. Beberapa topik terkait tersebut adalah biologi ikan, pertumbuhan ikan, reproduksi ikan, dan kebiasaan makanan. Berikut penjelasan dari masingmasing topik yang akan dijelaskan pada sub bab-sub bab.



2.1 Biologi ikan Makarel umum di iklim tropis, Scomber scombrus, adalah ikan pelagis terpenting. Ini terjadi di beting besar dan ditangkap, seperti halnya ikan haring, di jaring apung saat berada dalam fase makan plankton di musim semi dan awal musim panas. Ikan Makarel lebih besar dari ikan haring, panjangnya mencapai 40 cm atau lebih. Mereka bertelur di tengah air di laut produktif tempat larva dan remaja tumbuh, dan mereka menghabiskan sisa hidup mereka di sana. Mereka memakan copepoda dan hewan plankton lainnya. Mereka berenang dengan cepat dan beberapa yang lebih besar bersifat predator. Kematian alami ikan makarel mungkin tinggi, hingga 30% jumlahnya per tahun. Mereka tidak berkerumun seperti ikan haring tetapi mungkin ada kumpulan kecil dan sementara.



2.1.1 Taksonomi Taksonomi ikan makarel menurut Linnaeus, 1758 filum : Chordata kelas : Actinopterygii ordo: Perciformes genus: scomber spesies : Scomber scombrus



2.1.2 Morfologi Morfologi ikan Atlantik mackerel termasuk lkan bertulang sejati. La juga termasuk kedalam Ordo Periformes. Pada ikan yarg termasuk Ordo Perciformes seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik. Sirip depan pada Ikan atlantik makarel ditutupi oleh sisik. Sirip depan semuanya disokong oleh jari-jari keras, sedangkan sirip belakang Sebagian besar disokong oleh jari-jari lunak. (Djuhanda 1981) Ikan Atlantic mackarel memiliki 8-14 Duri Punggung secara keseluruhan. Total keseluruhan duri punggung lunak yang dimiliki adalah 113; Duri Dubur 1 buah ; Sirip dubur lunak berjumlah 12-13. la memliki sirip dubur yang mencolok. Pada spesies Scomber scrombus, ia tidak memiliki: Gelembung Renang. (Collette et al 1983). Umumnya mackerel jauh lebih kecil dan lebih ramping dari tuna. Makarel adalah pemakan yang rakus, dan cepat dan bermanuver perenang handal, mampu merampingkan diri dengan sirip mereka ke dalam lekukan pada tubuh mereka. Ukuran Maksimum pada Ikan Jantan yaitu 60,0 cm FL (Muus and J.G. Nielsen (1999). Sedangkan menurut Colette et al (1983) Pada umumnya Panjang maksimum pada Ikan Makarel Atlantik (Scomber scrombus) adala 30 cm FL Jantan (Frimodt 1995). Untuk Umur maksimum Ikan Atlantik makarel dilaporkan hingga 17 tahun. (Anderfen dan Paciorkowski 1980)



2.1.3 Habitat Atlantik makarel hidup pada perairan laut ; payau. Ikan ini termasuk dalam golongan Oceanodromos ,yaitu lkan yang menetas atau terlahir di periran tawar lalu ketika menginjak fase juvenil ia akan bermigrasi ke Laut (Riede . K 2004). Ikan makarel atlantik biasa hidup pada kisaran kedalaman 0-1000 m (FAO 2005), juga dapat ditemukan pada kedalaman 0-200 m.



2.1.4 Pertumbuhan Menurut data yang saya didapatkan dari literatur Stobo dan J. Hunt (1974), Ikan Atlantik makarel yang tidak diketahui jenis kelaminnya ini memiliki ukuran TL (Total Length) sekitar 46,1 cm. Hasil perhitungan yang didapatkan yaitu b=3. Bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat). Selain itu, menurut hasil yang didapatkan dari literatur lain, menurut ICNAF Redbook (1973), ikan yang tidak disebutkan jenis kelaminnya ini memiliki TL (Total Length) ikan tersebut adalah 44,5 cm. Dn pada hasil penelitian yang didapatkan yaitu b=3. Sedangkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Habib Bal dan Dilek Turker (2019) koefisien pertumbuhan pada pnelitian ini didapatkan b=3,27. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tersebut merupakan allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjang atau dapat dikatakan ikan tersebut montok (Benedictus 2013). Seperti dalam penelitian yang dilakukan terhaap 47 spesies Ikan di Laut Aegea, pertumbuhan Ikan Scomber scrombus ditemukan allometrik positif.



2.1.5 Reproduksi Ikan Makarel tergolong kedalam Ikan Laut yang menyukai daerah laut dangkal. Perairan yang memiliki salinitas rendah dan kekeruhan (turbidity) tinggi juga disukai oleh ikan makarel. Karena ikan atlantik makarel (Scomber scrombus) termasuk golongan Oceanodromus, ikan atlantik makarel memiliki kebiasaan yaitu bermigrasi yang jauh. Pola migrasi pada ikan atlantik makarel sangat khas, karena mereka bergantung pada temperature air laut dan musim bertelur (spawning season). Jatuhnya musim bertelur ini sangat bervariasi di setiap habitat yang ditinggali. (Muhammad 2011). Reproduksi ikan makarel tergantung pada suhu, musim pemijahan lebih atau kurang Panjang. Di Perairan Australia, setiap betina memijah beberapa kali selama musim ini, sekitar 2-6 hari terpisah tergantung lokalitas (Novri 2006).



Pemijahan Ikan makarel juga terjadi disekitar perairan pantai yang agak ke tengah dan biasanya mencapai daerah spawning yang agak terlindung (Perairan Karang). Seluruh siklus hidup ikan makarel berada di perairan pantai (Coastal water) (Mantova 2012). Ikan atlantik makarel berkembang biak secara ovipar (eksternal), yaitu pembuahan terjadi di luar tubuh. Artinya, spermatozoa membuahi telur di luar tubuh. (Chinabut et al. 1991). Musim pemijahan Ikan atlantik makarel berkisar antara Mei-Agustus (Colton 1969). Sedangkan menurut FAO pada Populasi Timur pemijahan dilakukan saat Maret-April di Mediterania; dari Mei-Juni di Lepas Pantai Selatan Inggris, Perancis Utara dan Laut Utara; dan dari Juni-Juli di Kattegat dan Skagerrak. Fekunditas relatif ikan atlantik makarel berkisar antara 255.000butir/kg pada ikan yang berukuran 34 cm. Dan pada ikan yang berukuran 45 cm akan menghasilkan telur sekitar 1.025.000 butir telur/kg dengan siklus pemijahan 1 kali dalam setahun. Adapula ditemukan hasil a = 0,040 dan b = 4,480. Sedangkan menurut penelitian Studholme et al (1999), pada ikan yang berukuran 31 cm (FL) dihasilkan telur sebanyak 285.000 butir telur, dan pada ikan yang berukuran 44 cm (FL) yaitu sebanyak 1.980.000 dengan siklus pemijahan 1 kali dalam setahun. Menurut FAO, pada ikan atlantik makarel betina berukuran sedang, berfluktuasi antara 200.000 dan 450.000 telur per musim dan meningkat seiring dengan ukurannya. Pemijahan terjadi secara berkelompok. Usia kedewasaan dicapai pada usia 2 atau 3 tahun. Ukuran diameter telur ikan atlantik (Scomber scrombus) sekitar 1,40 mm (Fishbase, 2006). Pada telur ikan atlantik makarel ini memiliki bentuk bulat (sipherical). (Lockwood 1988)



2.1.6 Kebiasaan Makan Menurut (Effendie 1997) kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Makanan alami ikan berasal dari berbagai kelompok tumbuhan dan hewan yang berada di perairan tersebut (Lagler 1972). Menurut FAO ikan atlantik makarel remaja biasa memakan zooplankton (larva ikan, crustacea kecil, pteropoda). Dan saat mereka tumbuh, mereka dimangsa oleh tuna, hiu, dan lumba-lumba. Sedangkan menurut Novri (2006) makanan utama Ikan makarel yaitu ikan-ikan kecil seperti sarden, teri & cumi cumi. Selain itu, dari data data yag didapatkan dari Fishbase (2006), hasil yang didapatkan dari negara Spanyol dan USA, presentase rata-rata zooplankton sebesar 58%. Pada tabel juga dijelaskan Pakan utama (Food I) berupa zooplankton, zoobenthos dan nekton. Lalu pakan tambahan (Food II) yaitu ada Mollusca, crustacea kecil. Dan pakan tambahan lainnya (Food III) ada larva Mollusca dan larva ikan (telur ikan) (Fortier dan Villeneuve 1996) ; (Daan 1989). Ikan Atlantik makarel termasuk kedalam ikan Karnivora karena pakan utama nya berupa zooplankton (larva ikan, crustacea kecil) juga memakan ikanikan kecil dan cumi-cumi. Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi 2 untuk herbivora ; 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivor dan tingkat trofik 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy and Sharp 1986).



2.2 Pertumbuhan Pertumbuhan adalah proses perubahan jumlah individu/biomas pada periode waktu tertentu (Affandi 2002). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh factor luar dan factor dalam. Faktor luar sulit dikontrol yang meliputi keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan (Effendi 2002).



2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol ada yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, dan umur. Dalam suatu kultur, faktor keturunan mungkin dapat dikontrol dengan menggunakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Tetapi di alam, tidak ada control yang dapat diterapkan, begitu pula dengan jenis kelamin juga tidak dapat di control (Effendie 1997). Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan ialah pakan, suhu perairan, penyakit, dan parasite. Di daerah tropic, makanan merupakan faktor yang lebih penting dari suatu perairan. Bila keadaan faktor-faktor lain normal, ikan dengan makanan berlebih akan tumbuh lebih pesat. Penyakit dan parasite juga mempenngaruhi pertumbuhan terutama jika yang diserang adalah alat pencernaan makanan atau organ vital lainnya, sehingga efisiensi berkurang akibat kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan (Effendie 1997).



2.2.2 Pola Pertumbuhan Pola pertumbuhan terbagi menjadi dua, yaitu pola pertumbuhan allometrik dan isometrik. Pertumbuhan allometrik adalah pertambahan panjang tidak seimbang pertembahan berat, atau sebaliknya pertumbuhan isometrik adalah pertambahan panjang dan berat seimbang (Effendie 1976) Cara yang dapat digunakan untuk menghitung panjang berat ikan ialah dengan menggunakan regresi, yaitu dengan menghitung dahulu logaritma dari tiap-tiap panjang dan berat ikan atau dengan mengikuti jalan pendek seperti dikemukakan oleh Carlander (1969) yaitu dengan mengadakan pengkelasan berdasarkan logaritma.



Dasar perhitungan dari cara tersebut adalah sama namun metoda yang dikemukakan oleh Carlender lebih pendek dan dapat dipakai tanpa menggunakan mesin hitung. Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang berat ini ialah kita dapat menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang ikan mengenai pertumbuhan kemontokan, dan perubahan dari lingkungan serta baik digunakan terutama untuk ikan-ikan yang besar. Namun, kelemahan dari perhitungan ini yaitu hanya berlaku untuk sementara waktu saja. Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b (Effendi 1997) : ο‚·



Bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat).



ο‚·



Bila b β‰  3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik; -



Bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu pertambahan



berat



lebih



cepat



daripada



pertambahan



panjang,



menunjukkan keadaan ikan tersebut montok. -



Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu pertambahan



panjang



lebih



cepat



daripada



pertambahan



berat,



menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” dibandingkan dengan nilai π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ pada selang kepercayaan 95%. Pengambilan keputusannya adalah jika π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” > π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ maka tolak hipotesis nol (𝐻0) dan jika π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ berarti gagal menolak hipotesis nol (𝐻0).



2.2.3 Faktor Kondisi Faktor kondisi didefinisikan sebagai keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan data panjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan, baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk hidup dan reproduksi (Effendie 1997). Di dalam penggunaan secara komersial,



maka kondisi ikan ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging yang tersedia untuk dimakan. Kebutuhan ikan usia muda terhadap makanan cukup tinggi yang berguna untuk bertahan hidup dan melangsungkan pertumbuhannya sehingga faktor kondisi ikan yang berukuran kecil relatif tinggi dan akan menurun ketika ikan bertambah besar (Effendie 1997) Harga K berkisar antara 1-3 untuk ikan yang mempunyai badan kurang pipih. Harga K berkisar antara 2-4 untuk badan ikan agak pipih. Faktor kondisi dipengaruhi oleh makanan umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad. Selama dalam pertumbuhan tiap pertambahan berat material akan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap (Effendie 2002). Dalam hal ini dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil dan besar. Dari seluruh nilai K (TI) yang didapatkan nilai yang berkisar antara 1-3 maka dari data hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa ikan memiliki bentuk yang kurang pipih. Hal ini menyebabkan kemontokan ikan kurang dikarenakan pengaruh makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan allometrik karena nilainya kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya. (Effendie 1997). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi ikan menurut Effendie (2002) adalah sebagai berikut: 1.



Makanan Makanan sangat berpengaruh terhadap faktor kondisi, seperti perubahan



makanan ikan yang berasal dari ikan pemakan plankton berubah menjadi ikan pemakan ikan atau sebagai karnivor. Hal demikian juga dapat terjadi apabila ada perubahan kebiasaan dari perairan estuarine ke perairan laut. 2.



Umur Umur berperan dalam pertumbuhan, pertumbuhan cepat terjadi pada ikan



ketika dalam stadia larva dan benih, karena sebagian sumber energi di gunakan untuk pertumbuhan badan dalam hal ini ukuran somatik. Sedangkan ikan yang



sudah dewasa pada umumnya sebagian besar sumber energi digunakan untuk perkembangan gonadnya. 3.



Jenis Kelamin



Jenis kelamin menentukan tingkat faktor kondisi pada ikan untuk ikan betina yang sudah matang gonad biasanya bentuk tubuhnya lebih besar dan membuncit pada bagian perutnya, sedangkan pada ikan jantan bentuk tubuhnya lebih ramping. 4.



Kematangan Gonad Kematangan gonad ikan terjadi saat ikan akan memijah. Pada saat



tersebut, gonad akan mengalami pertambahan berat hingga mencapai maksimum dan kemudian akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama proses reproduksi berlangsung, energi yang dihasilkan tubuh sebagian besar digunakan untuk perkembangan gonadnya. 5.



Ukuran Ikan



Faktor kondisi berfluktuasi dengan ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil mempunyai kondisi relatif yang tinggi, kemudian menurun ketikan ikan bertambah besar



2.3 Reproduksi Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Reproduksi merupakan kemampuan suatu individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya. Untuk melakukan reproduksi harus ada penyatuan antara gamet jantan dan betina yang kemudian akan membentuk zigot yang kemudian berlanjut dan berkembang menjadi individu baru. Proses reproduksi eksternal dimulai dengan saling mendekatnya ikan jantan dan ikan betina kemudian ikan betina akan mengeluarkan telurnya yang mana kemudian diikuti oleh ikan jantan untuk mengeluarkan sperma nya dengan segera agar telur dapat terbuahi. Kelenjar kelamin jantan disebut testis (Fujaya, 2004).



2.3.1 Rasio Kelamin Rasio kelamin dianalisis dengan membandingkan jumlah ikan jantan dengan jumlahikan betina pada spesies yang sama yang sama. Untuk melihat apakah apakah jumlah ikan jantan dan betina seimbang dilakukan pengujian uji Chi Square.



2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan gonad pada ikan, dimana menurut Nani (2008) faktor-faktor tersebut terbagi menjadi 2 yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur, ukuran, perbedaan spesies, dan sifat fisiologis dari ikan itu sendiri. Sedangkan untuk faktor eksternal meliputi jenis pakan yang dikonsumsi dan kualitas air atau lingkungan. Yuniar (2012) bahwa reproduksi pada ikan dipengaruhi oleh faktor internal (perkembangan gonad dan seksualitas ikan) dan faktor eksternal (keberadaan lawan jenis, lingkungan air, daerang pemijahan dan keberadaan substrat). Sedangkan menurut Setiadi (2008) faktor yang mempengaruhi kematangan gonad induk ada dua, yaitu faktor luar (suhu, makanan yang dikonsumsi, padat tebar, intensitas cahaya,dll) dan faktor dalam (jenis ikan dan hormon). Rocha et al. (2008), yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat memicu pematangan gonad ikan serta pembuahannya adalah asupan nutrisi induk betina yang berupa ketersediaan pakan, kandungan asam amino, asam lemak, asam askorbat, dan vitamin E. Selain itu faktor fisik dan fisiologis berupa perubahan morfologi, hormon dan perpindahan energi yang tersedia serta faktor ekologi berupa ketersediaan pakan untuk larva, kualitas air serta paparan dan kehadiran racun juga menjadi faktor lain yang penting dalam reproduksi ikan.



2.3.3 Indeks Kematangan Gonad Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikolsky (Bagenal dan Braum 1968) dalam Novi Mayasari (2012) dibedakan menjadi beberapa tahapan yakni; 1. Tidak Masak Individu muda dan belum berhasrat dalam reproduksi. Gonad sangat kecil.



2. Tahap Istirahat Produk seksual belum mulai berkembang, gonad kecil ukurannya, telur belum dapat dibedakan dengan mata biasa. 3. Pemasakan Telur-telur dapat dibedakan dengan mata biasa, pertambahan berat gonad dengan cepat sedang berjalan. 4. Masak Produk seksual masak, gonad mencapai berat yang maksimum tetapi produk seksual tersebut belum keluar apabila perutnya di tekan (urut). 5. Reproduksi Produk seksual keluar apabila perut ditekan perlahan, berat gonad turun dengan cepat dari awal pemijahan sampai selesai. 6. Kondisi Salin Produk seksual telah dikeluarkan, lubang pelepasan kemerahmerahan, gonad seperti kantung kempis, ovary biasanya berisi beberapa telur sisa. 7. Tahap Istirahat Produk seksual sudah dilepaskan, lubang pelepasan tidak kemerah-merahan lagi, bonad nya menjadi kecil, telur belum dapat dibedakan dengan mata biasa.



2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI) Mengetahui



diameter



dan



posisi



inti



telur



sangatlah



penting



untuk dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti dapat digunakan sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Telur yang sudah matang cenderung memiliki diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang,posisi inti telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak berada di tengah. Selain itu biasanya diameter telur dapat dihubungkan dengan perkiraan nilai fekunditas, pada ikan-ikan yang memiliki telur yang besar fekunditasnya biasanya cenderung kecil.



2.3.5 Fekunditas Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus reproduksi. Tingkat fekunditas dapat menggambarkan kualitas dari induk betina.



Dalam penelitian ini menunjukan tingkat fekunditas induk yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol Egg stimulant. Peningkatan fekunditas diduga terpengaruhi oleh kualitas induk betina dan kandungan bahan yang terdapat dalam Egg stimulant selain nutrien pakan serta effisiensi pemanfaatannya. Egg stimulant diketahui mengandung antara lain BMD, vitamin, serta mineral (Murtejo, 2008). 10 Sangsawangchote et al. (2010) menyebutkan bahwa jumlah telur yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kualitas lemak dalam mikroalga yang dikonsumsi induk ikan. Adewumi et al. (2005) menyebutkan bahwa kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi oleh induk juga mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan, induk yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi mampu menghasilkan telur dengan kualitas yang lebih baik



2.3.6 Tingkat Kematangan Telur (TKT) Tingkat Kematangan Telur (TKT) atau oocyte maturation (OM) ditentukan berdasarkan kriteria pergeseran posisi inti telur menuju kutub animal (germinal vesicle migration) dan peluruhan atau penghancuran membran telur. Berdasarkan pergeseran posisi inti tersebut terdapat empat kriteria posisi inti telur sebelum telur tersebut dapat diovulasikanyaitu central germinal migration (cGM) atau tahap inti ditengah, migrating germinal visecle (mGV) atau tahap inti yang bermigrasi dari tengah menuju tepi, peripheral germinal vesicle(pGV) atau tahap inti ditepi dan germinal vesicle breakdown (gVBD) atau tahap inti yang telah melebur (Yaron dan Levavi, 2011). Berdasarkan posisi inti tersebut, TKT dibagi menjadi dua tahap yaitu fase vitelogenik yang ditandai dengan posisi inti telur yang berada di tengah (cGV) dan fase pematangan telur (final oocyte maturation). Mylonas et al. (2001) menyatakan bahwa fase pematangan telur dibagi kembali menjadi dua yaitu tahap awal matang yang ditandai dengan adanya pergerakan atau migrasi posisi inti telur (mGV dan pGV) dan fase akhir kematangan telur yang ditandai dengan adanya peluruhan membrane inti telur atau germinal vesicle breakdown (gVBD). Mengetahui



diameter



dan



posisi



inti



telur



sangatlah



penting



untuk dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti dapat



digunakan sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Telur yang sudah matang cenderung memiliki diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang,posisi inti telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak berada di tengah. Selain itu biasanya diameter telur dapat dihubungkan dengan perkiraan nilai fekunditas, pada ikan-ikan yang memiliki telur yang besar fekunditasnya biasanya cenderung kecil. 2.4 Kebiasaan makanan Data yang kami peroleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan berubah drastis seiring dengan pertumbuhan ikan. Kelas ukuran kecil kebanyakan zooplanktophagous, sedangkan spesimen besar sebagian besar ichthyophagous, yang serupa dengan hasil dari penelitian lain (KOMPOWSKI 1976, DAHL & KIRKEGAARD 1986, 1987, BEN SALEM 1988, MURTA dkk. 1993, OLASO dkk. 1999 , CABRAL & MURTA 2002, JARDAS dkk. 2004). Misalnya, pola makan T. trachurus di barat laut Afrika ternyata berubah dengan panjang tubuhnya, karena spesimen yang panjangnya kurang dari 20 cm diberi makan terutama pada copepoda kecil, yang membentuk 60% berat isi perut mereka, sedangkan euphausiids (18%) ) berada di urutan kedua (KOMPOWSKI 1976). Sebagian besar makanan Makarel Kuda Atlantik di Laut Utara terdiri dari ikan dan copepoda, dengan proporsi mangsa yang meningkat sesuai ukuran predator (DAHL & KIRKEGAARD 1986, 1987). Dengan cara yang sama, larva dan postlarvae dari teleosts penting dalam makanan T. trachurus, terutama pada individu yang lebih besar dari 20 cm (Ε ANTI et al.2005). Menurut CABRAL & MURTA (2002), variasi pakan dengan panjang ikan dan kedalaman air saling berhubungan: ikan kecil berhubungan erat dengan daerah pesisir tempat mereka memakan copepoda dan larva dekapoda. Variasi yang diamati menunjukkan bahwa komposisi makanan ikan tenggiri Atlantik dapat sangat dimodifikasi sebagai respons terhadap ketersediaan mangsa. Karena stok biomassa yang besar, spesies Trachurus mungkin memiliki dampak yang kuat pada populasi mangsa utamanya, yang sebagian besar adalah krustasea dan ikan kecil (TEMMING & HERRMANN 2001).



dapus Andersen, E.D. y A.J. Paciorkowski, 1983 A review of the Northwest Atlantic mackerel fishery.Β Rapp.P.-V.RΓ©un.CIEM, 177:175–211



Bahar Bayhan & Tuncay Murat Sever (2009) Food and feeding habits of the Atlantic Horse Mackerel, Trachurus trachurus, from the Aegean Sea (Osteichthyes: Carangidae), Zoology in the Middle East, 46:1, 47-54, DOI: 10.1080/09397140.2009.10638327 Effendie, M.F. 1979. Metode Perikanan. Cetakan I. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112 hal. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Utama. Yogyakarta. 163p. Fraker, M.A., 1980 Status and harvest of the Mackenzie stock of white whales (Delphinapterus leucas).Β Rep.Int.Whaling Comm., (30):451–8 Linnaeus, C. (1758). Systema Naturae per regna tria naturae, secundum classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis.Β Editio decima, reformata [10th revised edition], vol. 1: 824 pp.Β 



Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academi Press. New York.