Bab II Teori Kewirausahaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TEORI-TEORI KEWIRAUSAHAAN



Seiring berjalanya waktu, kewirausahaan semakin berkembang, maka lahirlah berbagai macam teori tentang kewirausahaan, akan coba saya uraikan berbagai teori kewirausahaan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Neo Klasik Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan. Jadi pendekatan neoklasik tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Dalam teori ini kemandirian sangat tidak terlihat, wajar saja, karena ini memang pada masa lampau dimana belum begitu urgen masalah kemandirian, namun cukup bisa menjadi teori awal untuk melahirkan teori-teori berikutnya. 2. Kirzerian Entrepreneur Dalam teori Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletanya, keseriusanya, kesungguhanya, untuk swa(mandiri), dalam berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada upaya dan keuletan sang pengusaha. Dari berbagai disiplin ilmu, lahirlah teori kewirausahaan yang dipandang dari sudut pandang mereka masingmasing, Teori ekonomi memandang bahwa lahirnya wirausaha disebabkan karena adanya peluang, dan ketidakpastian masa depanlah yang akan



melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini berkaitan dengan keberanian mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi, dan melahirkan berbagai macam inovasi. Teori Sosiologi lebih mempelajari tentang, asal-usul budaya dan nilai-nilai sosial disuatu masyarakat, yang akan berdampak pada kemampuanya menanggapi peluang usaha dan mengolah usaha, sebagai contoh orang etnis cina dan padang dikenal sebagai orang yang ulet berusaha, maka fakta dilapangan menunjukkan, bahwa banyak sekali orang cina dan padang yang meraih kesuksesan dalam berwirausaha. Selanjutnya teori psikologi, menurut saya teori ini lebih menekankan pada motif individu yang melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha, apabila sejak kecil ditanamkan untuk berprestasi, maka lebih besar kemungkinan seorang individu lebih berani dalam menanggapi peluang usaha yang diperolehnya. Yang terakhir adalah teori perilaku, bagaimana seorang wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha, memanaje keuangan dan hal-hal terkait, membangun jaringan, dan memasarkan produk, dibutuhkan pribadi yang supel dan pandai bergaul untuk memajukan suatu usaha. 3. Teori Life Path Change Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti alur yang sudah ada dan terencana. Banyak juga para wirausaha yang terlahir justru melalui proses yang tidak seharusnya. Antara lain disebabkan oleh: a.



Negative displacement Seseorang menjadi wirausaha disebabkan karena dipecat dari tempatnya bekerja, merasa tertekan, terhina, atau



bosan selama bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun, dll. Misalnya saja bagi warga Cina, mereka menemukan hambatan untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu. Oleh sebab itu menjadi wirausaha dalam kondisi seperti ini adalah pilihan yang terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung pada birokrasi dan diskriminatif. b. Being Between Things Orang-orang yang baru keluar dari sekolah, penjara, atau tempat yang kurang dalam bersosialaisasi dengan lingkungan luar terkadang merasa seperti memasuki dunia yang baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka harus tetap berjuang melanjutkan hidupnya. Disinilah biasanya pilihan menjadi wirausaha muncul karena dengan menjadi wirausaha mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri. c.



Having Positive Pull Adalah orang-orang yang mendapat dukungan untuk berwirausaha dari mitra kerja, investor, atau pelanggan. Dukungan tersebut memudahkan mereka dalam membuka peluang usaha. Misalnya seorang mantan pegawai di sebuah perusahaan otomotif memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif dengan menjual bahan baku dan bahan bekas. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung atau membantu menjual produk mantan pegawainya tersebut.



4. Teori Goal Directed Behaviour Menurut teori ini seseorang dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini menurut Wolman (1973) disebut teori Goal Directed Behaviour. Teori ini mengenai seseorang yang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat dari langkahlangkahnya dalam mencapai tujuan (goal directed behaviour). Diawali dari adanya dorongan need yang muncul karena adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang bersangkutan atau (wirausaha). Seseorang terjun ke dunia wirausaha biasanya karena suatu kebutuhan, kebutuhan ini mendorong kita untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu, yang ditujukan pada pencapaian suatu tujuan. Dari teori need dan motivasi tingkah laku ini seperti menemukan kesempatan untuk berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal directed behaviour. Sedangkan tujuan goal adalah untuk mempertahankan dan memperbaiki kelangsungan hidup wirausahawan. 5. Teori Outcome Expectancy Bandura (1986) Menyatakan bahwa outcome expectancy bukanlah suatu perilaku, tetapi merupakan keyakinan tentang konsekuensi yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu. Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yang akan diperolehnya



jika



ia



melakukan



suatu



tindakan



tertentu.



Seseorang



memperkirakan bahwa keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas akan mendatangkan imbalan dengan apa yang sudah kita lakukan. Menurut Bandura,



ada berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis memiliki kekhasan sendiri. Jenis outcome expectancy: 6. Insentif Primer Merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, dan sebagainya. Insentif ini dapat diperkuat nilainya jika seseorang dalam keadaan sangat kekurangan, seperti makan/minum. 7. Insentif Sensoris Suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh umpan balik yang terdapat di lingkungannya. Contohnya seorang anak kecil yang mendapatkan stimulus berupa bunyi alat musik yang mereka dengar, lalu mereka mempraktikannya pada alat musik yang sama untuk mendapatkan bunyi yang mereka dengar. 8. Insentif Sosial Merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sosial tersebut akan berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang berasal dari individu. 9. Insentif yang Berupa Token Ekonomi Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan pangkat, kenaikan tunjangan, dll. Hampir setiap masyarakat menggunakan uang sebagai insentif atau upah. Karena dengan uang, seseorang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. 10. Insentif yang Berupa Aktifitas



Teori-teori mengenai reinforcement atau suatu pendekatan psikologis yang sangat penting bagi manusia yang sangat terikat pada dorongan psikologi, mengasumsikan bahwa imbalan akan mempengaruhi perilaku dengan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis. Diketahui bahwa beberapa aktifitas atau kegiatan fisik justru memberikan nilai insentif yang tersendiri pada individu. 11. Insentif Status dan Pengaruh Di masyarakat sekitar, kedudukan individu sering kali dikaitkan dengan status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki suatu individu memberikan kesempatan kepadanya untuk mengontrol perilaku orang lain baik melalui simbol maupun secara nyata. Jadi mereka bisa mendapatkan imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, dll. Keuntungan ini membawa individu berusaha keras untuk mencapai posisi yang memberikan kekuasaan. 12. Insentif Berupa Terpenuhinya Standar Internal Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari pekerjaanya. Insentif ini berasal dari diri sendiri. Reaksi diri yang berupa rasa puas dan senang adalah salah satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Seseorang yang merasa bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal bila hanya bekerja sebagai karyawan, akan lebih puas bila ia merasa bahwa dengan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan. Jadi ada insentif-insentif tertentu yang umumnya diharapkan seseorang dengan menjadi wirausaha. Antara lain insentif primer, insentif sosial, insentif status dan pengaruh, dan insentif



terpenuhinya



standar



internal.



13. Teori S.W.O.T Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah Strenght atau Kekuatan, W adalah Weakness atau Kelemahan, O adalah Oppurtunity atau Kesempatan, dan T adalah Threat atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja (wordpress.com, 2010). Analisis SWOT adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan analisis strategis. Menurut Drs. Robert Simbolon, MPA (1999), analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah, terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis, yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Dalam lingkungan internal dan eksternal ini pada dasarnya terdapat empat unsur yang selalu dimiliki dan dihadapi, yaitu secara internal memiliki sejumlah kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahankelemahan (Weaknesses), dan secara eksternal akan berhadapan dengan berbagai peluang-peluang (Oppotunities) dan ancaman-ancaman (Threats).



1. Strengh (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. Strenght ini bersifat internal dari organisasi atau sebuah program. 2. Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada. 3. Opportunity (kesempatan) adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya.Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat. 4. Threat (ancaman) adalah factor negative dari lingkungan



yang



memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program.Ancaman ini adalah hal yang terkadang selalu terlewat dikarenakan banyak yang ingin mencoba untuk kontroversi atau out of stream (melawan arus) namun pada kenyataannya organisasi tersebut lebih banyak layu sebelum berkembang. Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki organisasi. Analisa SWOT



memungkinkan



organisasi



memformulasikan



dan



mengimplementasikan strategi utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan



tujuan organiasasi, dalam analisa SWOT informasi dikumpulkan dan dianalisa. Hasil analisa dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan.. Dalam penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui daya dan dana yang dimiliki pada saat akan memulai usaha, mengetahui segala unsur kekuatan yang dimiliki, maupun segala kelemahan yang ada. Data yang terkumpul mengenai faktor-faktor internal tersebut merupakan potensi di dalam melaksanakan usaha yang direncanakan. Dilain pihak perlu diperhatikan faktor-faktor eksternal yang akan dihadapi yaitu peluang-peluang atau kesempatan yang ada atau yang diperhatikan akan timbul dan ancaman atau hambatan yang diperkirakan akan muncul dan mempengaruhi usaha yang dilakaukan. Dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT adalah perkembangan hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Didalam penelitian analisis SWOT kita ingin memproleh hasil berupa kesimpulankesimpulan berdasarkan ke-4 faktor dimuka yang sebelumnya telah dianalisa. 1. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi). Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah diidentifikasi. Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah pada keunggulan teknologinya, maka keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan kualitas yang lebih maju, yang keberadaanya dan kebutuhannya telah diidentifikasi pada analisis kesempatan.



2.



Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi). Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena kelemahan perusahaan. Misalnya jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak dipunyai oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan menggarap pasar tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi kelemahan agar dapat memanfaatkan kesempatan.



3. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min). Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini mencoba mencari kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman tersebut. Misalnya ancaman perang harga. 4. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini). Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi yang umumnya dilakukan adalah “keluar” dari situasi yang terjepit tersebut. Keputusan yang diambil adalah “mencairkan” sumber daya yang terikat pada situasi yang mengancam tersebut, dan mengalihkannya pada usaha lain yang lebih cerah. Siasat lainnya adalah mengadakan kerjasama dengan satu perusahaan yang lebih kuat, dengan harapan ancaman di suatu saat akan hilang. Dengan mengetahui situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.