BAB II Tinjauan Teori Kek [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Tinjauan Teori 1. Kekurangan Energi Kronik (KEK) a. Pengertian Kurang energi kronis merupakan keadaan di mana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI 2002). Kekurangan energi kronik dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi. Ekonomi seseorang



mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu hamil semakin terpantau (Weni,2010). Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan. 1) Pendidikan Pendidikan



sebagai



proses



pembentukan



pribadi,



pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Umar, 2005). Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu hamil,



tingkat



pendidikan



yang



lebih



tinggi



diharapkan



pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya. 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu perbuatan atau melakukan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah guna untuk kehidupan (Kamus Besar Indonesia, 2008). Ibu yang sedang hamil harus mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan memberikan dampak kurang baik terhadap kehamilannya. Kemampuan bekerja selama hamil dapat dipengaruhi oleh



peningkatan berat badan dan perubahan sikap (Benson Ralph C, 2008). Resiko-resiko yang berhubungan dengan pekerjaan selama kehamilan termasuk : a) Berdiri lebih dari 3 jam sehari. b) Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran



atau



membutuhkan



upaya



yang



besar



untuk



mengoperasikannya. c) Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong dan membersihkan. 3) Pendapatan Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat penggelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan



akan



makanannya



terutama



untuk



memenuhi



kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula prosentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis bahan makanan lainnya.



4) Faktor jarak kelahiran Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan



untuk



memperbaiki



tubuhnya



sendiri



(ibu



memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang



dikandung



(Baliwati,



2006).



Berbagai



penelitian



membuktikan bahwa status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk kehamilan berikutnya. Selain itu kesehatan fisik dan rahim ibu yang masih menyusui sehingga dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil. Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu seolah-olah menghadapi kehamilan atau persalinan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila



asupan



gizi



ibu



tidak



terpenuhi



maka



dapat



mempengaruhi KEK pada ibu hamil. Kriteria jarak kelahiran dibagi menjadi 2, yaitu :   a) Resiko rendah (≥ 2 tahun sampai < 10 tahun). b) Resiko tinggi (< 2 tahun atau ≥ 10 tahun) 5) Faktor paritas Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan banyak akan ditemui keadaan : a) Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi. b) Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim. c. Dampak yang ditimbulkan 1) Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu (Zulhaida, 2003). 2) Persalinan



Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat (Zulhaida, 2003). 3) Janin Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Zulhaida, 2003). d. Cara pencegahan KEK Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori. Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, dan muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah cacingan.Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar



peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi baik. Pada ibu hamil yang menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang paling rendah.



2. Berat Badan Bayi Lahir Berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu sebelum hamil maupun saat hamil, ibu dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang gestasi. BBLR bias terjadi pada bayi yang kurang bulan atau pada bayi yang cukup bulan. (Proverawati dan Ismawati, 2010). Status gizi waktu lahir dinyatakan dengan berat badan dan dikalsifikasikan menjadi dua, yaitu normal dan Berat Bayi lahir rendah (BBLR). Bayi dengan berat badan lahir besar atau sama dengan 2500 gram dikatakan mempunyai status gizi normal, sedangkan bayi yang terlahir dengan badan kecil dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan dikatakan mempunyai status gizi kurang atau BBLR (Unicef, 2004). Adapun berat badan bayi lahir dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : dipengaruhi oleh status gizi ibu yang kurang, usia ibu yang terlalu muda dan terlalu tua, paritas atau urutan anak dalam keluarga, kebiasaan



ibu merokok atau minuman beralkohol, pendidikan ibu, penyakit yang diderita ibu seperti : asma, hipertensi, dan jantung (Sacharin, 2004).



3. Berat Bayi lahir Rendah a. Pengertian Berat Bayi lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat umur kehamilan. BBLR merupakan salah satu factor utama yang berpengaruh pada kematian perinatal dan neonatal bayi yang dilahirkan beresiko meninggal sebelum berumur satu tahun, 17 kali lebih besar dari yang dilahirkan dengan berat badan normal normal (Depkes Ri, 2010). b. Jenis-jenis BBLR BBLR dibagi menjadi tiga kelompok yaitu permaturitas, intra uterin growth restriction (IUGR) dank arena keduanya (WHO, 2005). Premature adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kebanyakan premature memiliki berat kurang dari 2500 gram. IUGR atau pertumbuhan janin terlambat, merupakan suatu kondisi dimana pertumbuhan janin telah dibatasi. Lingkungan janian yang tidak memadai dalam Rahim dapat menjadi salah satu penyebab terbatasnya petumbuhan janin (ACC/SCN, 2000). c. Masalah-masalah pada bayi dengan BBLR Masalah jangka panjang yang timbul pada bayi-bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain :



1) Gangguan perkembangan 2) Gangguan pertumbuhan 3) Gangguan penglihatan 4) Gangguan pendengaran 5) Penyakit paru kronis 6) Kenaikan angka kesakitan dan sering kerumah sakit



4. Kepatuhan Mengkonsumsi PMT Ibu Hamil Kepatuhan mengkonsumsi PMT ibu hamil adalah ketaan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi PMT ibu hamil. Kepatuhan mengkonsumsi PMT ibu hamil diukur dari jumlah PMT yang dikonsumsi. Pemberian PMT ini merupakan salah satu upaya penting dalam menanggulani ibu hamil dengan KEK, pemberian PMT ini merupakan cara efektif untuk menganggulani ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK). Rendahnya tingkat kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi PMT selain dipengaruhi oleh factor pengetahuan juga terdapat factor-faktor lain, yakni disebabkan factor lupa, kesadaran yang kurang mengenai pentingnya mengkonsumsi PMT ibu hamil, dan juga takut bayi menjadi besar.



B. Kerangka Teori



Faktor-faktor yang berpengaruh Berat Badan bayi lahir       



Ibu hamil KEK Usia ibu terlalu muda Usia ibu terlalu tua Paritas Kebiasaan ibu meroko Penyakit yang diderita ibu Pendidikan ibu



Cara Pencegahan KEK 1. Pemberian PMT Ibu hamil 2. Makanan tinggi kalori dan protein 3. Pemberian FE . 4. Sanitasi lingkungan yang sehat.



Berat Badan Bayi Lahir



Keterangan : Tidak teliti



:



Di diteliti



:



Gambar 2.1 Kerangka Teori DEPKES RI, 2010; Weni 2010



A. Kerangka Konsep



Berat badan Bayi Lahir



Kurang Energi Kronis



Variabel independen



Variabel dependent Kepatuhan ibu mengkonsumsi PMT ibu hamil



Variabel Moderator Gambar 2.2 kerangka konsep Hubungan Kurangan Energi Kronik (KEK) Pada Saat Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)



B. Hipotesisi Penelitian Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2016). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara tingkat kepatuhan ibu mengkonsumi PMT Ibu hamil dengan berat badab bayi lahir. 2. Ada hubungan antara KEK pada ibu hamil dengan berat badan bayi lahir.