Bab Ii Tinjauan Pustaka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pengertian Aspirin Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat. Aspirin dibuat dengan reaksi asetylasi. Reaksi asetylasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus acetyl kedalm suatu substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-COO- (dimana R merupakan alkil atau aril).



Gambar. 1 Molekul Aspirin



Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit katalis yaitu Asam Sulfat pekat. Pada pembuatan Aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Asam asetil salisilat (Aspirin) adalah obat analgesik anti piretik dan anti inflamasi yang digolongkan dalam obat bebas. Salisilat bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia,dan mialgia. Intoksikasi salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan dan tidak berarti sehingga banyak terjadi penyalahgunaan (missue ) obat bebas ini. Aspirin merupakan obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk babak atau yang lebih dikenal dengan payer. Aspirin (asetosal) adalah suatu ester dari asam asetat dengan asam salisilat. oleh karena itu senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator. [1]



4



2.2 Sifat Bahan Asam Asetat Asam asetat dengan nama sistematik asam enanoat CH3COOH merupakan cairan yang tidak berwarna, berbau, dan berasa asam. Asam asetat larut dalam air dan pelarut organik lainnya. Di dalam air, asam asetat bertindak sebagai asam lemah. Asam asetat mendidih pada temperatur 118C atau 2450F dan akan meleleh pada 17˚C atau 62˚F .[1]



Gambar.2 Molekul Asam Asetat Asam asetat biasanya dibuat dengan memfermentasikan alkohol dengan bantuan bakteri seperti bacterium acetat. untuk mendapatkan asam asetat yang berkonsentrasi tinggi biasanya dibuat dengan oksidasi asetal dehida atau dengan mereaksikan methanol dengan karbon monoksida, dengan bantuan katalis .[1] 2.3 Sifat Bahan Asam Salisilat Asam salisilat juga memiliki sifat-sifat fisis maupun kimia, yaitu: berasa manis, membentuk kritalan berwarna putih, dapat sedikit larut di dalam air, dan mudah meleleh pada suhu antara 158,5˚ C - 161˚C. asam salisilat biasanya juga digunakan untuk memproduksi ester dan garam yang keduanya cukup penting dalam kehidupan kita sehari-hari (Achmad, 2011). Asam salisilat sangat iritatif, sehinga hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dari asam organik dengan subtitusi pada gugus hidroksil, misalnya Asetosal.Asam salisilat dapat ditemukan pada banyak tanaman dalam bentuk metalsalisilat dan dapat disintesis dari senyawa fenol(Ganiswara, 1987).



Gambar.3 Molekul Asam Salisilat



5



Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambung dan pendarahan samar (occult ). Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal yang dapat dikurangi melalui kombinasi dengan antasidum (MgO, Aluminium Hidroksida, CaCO3) atau garam kalsiumnya (Carbasalat ascal). Pada dosis besar, faktor lain memegang peranan penting, yakni hilangnya efek pelindung dari prostasiklin (PGI2) terhadap mukosa lambung yang sintasisnya turut dihalangi akibat blokade siklooksigenase (Tjay, 2001). Selain itu Asetosal menimbulkan efek-efek spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (Telinga berdengung) pada dosis lebih tinggi efek yang lebih serius adalah kejang. Kejang Bronch hebat yang pada pasien asma, meski dalam dosis kecil, dapat mengakibatkan serangan. Anak-anak kecil yang menderita cacar air / flu (salesma) sebaiknya jangan diberi asetosal (melainkan parasetamol) karena beresiko terkena Sindrom Rye yang berbahaya. Sindrom ini berciri muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernafasan konvulsi dan adakalanya koma(Tjay, 2001). Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan. Metil Salisilat jauh lebih toksik daripada Natrium Salisilat, dan intoksitasinya sering terjadi pada anak-anak. Empat milliliter salisilat dapat menimbulkan kematian pada anak (Ganiswara, 1987).



2.4 Reaksi Pembuatan Aspirin Asam salisilat menjadi bahan baku pembuatan aspirin. Sintesa dari asam salisilat yang terkenal salah satunya adalah sintesis kolbe. Asam asetil salisilat atau yang dikenal pada saat sekarang dengan nama aspirin memiliki nama sistematik 2-acetoxybenzoic acid. Aspirin yang merupakan bentuk dari salahsatu jenis aromatis acetat ini adalah yang paling dikenal dapat disintesis dengan cara reaksi esterifikasi, sebagai berikut:



Gambar.4 Mekanisme Reaksi Esterifikasi Pembuatan Aspirin



6



Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester merupakan turunan asam karboksilat yang gugus (– OH) dari karboksilnya diganti dengan gugus (–OR) dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asamdengan alkohol, atau dari anhidrida asam dengan alkohol. Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus (-CO2R) dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi (Fessenden, 1986). Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversible . Anhidrida asam ialah turunan dari asam dengan mengambil air dari dua gugus karboksil dan menghubungkan fragmen-fragmennya. Esterifikasi atau pembentukan ester terjadi jika asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol primer atau sekunder dengan sedikit asam mineral sebagai katalis. Produksi ester secara industri dilakukan dengan mereaksikan anhidrida asam dengan alkohol. Ester yang dibuat dengan cara ini adalah asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin (Ganiswara, 1987). Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu asam salisitat direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga direaksikan dengan asam asetat glasial bila asam asetat anhidrad sulit untuk ditemukan. Asam asetat anhidrad ini dapat digantikan dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial ini bersifat murni dan tidak mengandung air selain itu asam asetat anhidrad juga terbuat dari dua asan asetat glasial sehingga pada pereaksian volumenya semua digandakan. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan inilah yang merupakan aspirin (Ganiswara, 1987) Ester dapat terbentuk salah satunya dengan mereaksikan dua buah senyawa yang direaksikan adalah alkohol dengan anhidrida asam - asam salisilat dalam hal ini berperan sebagai alkohol karena memiliki gugus -OH sedangkan asam asetat glasial sebagai anhidrida asam. ester yang terbentuk merupakan asam asetil salisilat atau aspirin. gugus asetil (CH3CO-) berasal dari asam asetat gugus Rberasal dari asam salisilat, hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan diatas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan asam asetat glacial adalah asam asetat. Jadidapat dikatakan reaksinya akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini. Aspirin juga dapat dibuat dari senyawa asam salisilat yang diasetilasikan dengan menggunakan senyawa asetil khloridaatau anhidrida asam asetat(Achmad, 2011)



7



Ester berkatalis asam dan merupakan reaksi yang reversibel .Laju esterifikasi asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukan ester. Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud. Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C-O dari asam karboksilat dan bukan ikatan OH dari asam atau ikatan C-O dari alkohol (Fessenden, 1986). Aspirin juga dapat dibuat dari senyawa asam salisilat yang diasetilasikan dengan menggunakan senyawa asetil khlorida atau anhidrida asam asetat. Aspirin merupakan senyawa yang berasal dari reaksi esterifikasi alkohol dan asam anhidrida dan merupakan senyawa gugus benzena yang bereaksi dengan proses asetilisasi dalam pembuatannya yaitu adanya unsur Na dan atau H2SO4. Aspirin juga memiliki gugus rumus asetil yang di dapat dari asam asetat dan gugus R- dari asam salisilat dimana keduanya berperan dalam pembuatan aspirin khususnya melalu proses esterifikasi. Selain dari pada proses pembuatannya yang melibatkan proses kimia, aspirin diciptakan untuk digunakan sebagai bahan dari hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupan manusia sehari-hari. khususnya pada bidang kimia, dan obat-obatan. aspirin juga banyak terkandung dalam tanaman sehingga aspirin yang ditemukan dalam tanaman ini biasa disebut analgesik (Achmad, 2011).



2.5 Rendemen Dalam kimia, rendemen kimia, rendemen reaksi, atau hanya rendemen merujuk pada jumlah produk reaksi yang dihasilkan pada reaksi kimia. Rendemen absolut dapat ditulis sebagai berat dalam gram atau dalam mol (rendemen molar). Rendemen relatif yang digunakan sebagai perhitungan efektivitas prosedur, dihitung dengan membagi jumlah produk yang didapatkan dalam mol dengan rendemen teoritis dalam mol.



Untuk mendapatkan rendemen persentase, kalikan rendemen fraksional dengan 100%. Satu atau lebih reaktan dalam reaksi kimia sering digunakan berlebihan. Rendemen teoritisnya dihitung berdasarkan jumlah mol pereaksi pembatas.



8



Untuk perhitungan ini, biasanya diasumsikan hanya terdapat satu reaksi yang terlibat. Nilai rendemen kimia yang ideal (rendemen teoritis ) adalah 100%, sebuah nilai yang sangat tidak mungkin dicapai pada preakteknya. Menghitung persen rendemen yaitu dengan menggunakan persamaan berikut persen rendemen = berat hasil/berat rendemen dibagi berat sampel dikali 100% (Wikipedia,2009)



2.6 Manfaat Penggunaan Aspirin



Asetosal adalah obat anti-nyeri tertua yang sampai saat ini paling banyak digunakan diseluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat anti demam kuat dan padadosis rendah sekali (40 mg) berdaya menghambat agregasi trombosit. Efek antimikroba ini tidak reversible dan berdasarkan blockade enzim, siklooksigenase yang bertahan selama hidupnya trombosit A2 (TxA2)yang bersifattrombotis dan vasokontriktif-dihindarkan. Pada dosis lebih besar dari normal(diatas 5g sehari) obat ini juga berkhasiat antiradang akibat gagalnya sintesaprogtasglandin-E (PgE2). Penggunaannya selain sebagai analgetikum, asetosalbanyak digunakan sebagai alternatif antikoagulasia sebagai obat pencegah infark kedua setelah terjadi serangan. Hal ini berkat daya antitrombotisnya. Obat ini jugaefektif untuk profilaksis serangan stroke kedua setelah menderita TIA (TransientIshaemic Attack = serangan kekurangan darah sementara di otak), terutama pada pria (Tjay, 2002). Aspirin digunakan sebagai analgesik untuk nyeri dari berbagai penyebab (sakit kepala, nyeri tubuh, arthritis, dismenore, neuralgia, gout, dan sebagainya), dan untuk kondisi demam, Aspirin juga berguna dalam mengobati penyakit rematik, dan sebagai anti-platelet (untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah) dalam arteri koroner (jantung) dan di dalam vena pada kaki dan panggul. Ada juga artikel yang ditulis dalam literatur medis mendalilkan penurunan kejadian kanker usus besar di antara mereka yang secara teratur mengonsumsi Aspirin pada dosis tertentu. Saat ini banyak dokter dan pasien yang menggunakan Aspirin dosis rendah (baby Aspirin atau Aspirin berdosis 81 mg) setiap hari untuk mengurangi kemungkinan mendapatkan serangan jantung dan stroke melalui aksi anti-plateletnya (pengencer darah dan mencegah pembekuan darah). Aspirin juga telah digunakan untuk mengatasi anak-anak yang mengalami Sindrom Bartter, dan juga dalam meningkatkan penutupan Patent Ductus Arteriosus (PDA), hubungan abnormal antara aorta (arteri utama terhubung ke



9



jantung) dan arteri pulmonalis (untuk paru-paru) pada bayi baru lahir. Jika PDA tidak menutup secara normal, operasi mungkin diperlukan untuk menutupnya (menutup dengan cara menjahit) sebelum anak memasuki usia sekolah. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek anti koagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin mempunyai densitas 1.40 g/cm³, titik lebur 135 °C (275 °F), titik didih 140 °C (284 °F) (decomposes), dan kelarutan dalam air 3 mg/mL (20°C).Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yangdigunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat danester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat.Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetil salisilat. , massa molar 138,12 g/mol,densitas 1,44 g/cm3, titik leleh 159°C, titik didih 211°C (2666 Pa), dan kelarutan dalam kloroform, etanol, metanol kloroform 0,19 M; etanol 1,84 M; metanol 2,65 M (Tabroni, 2013)



Asam salisilat memiliki pKa 2,97.9 Asam salisilat dapat diekstraksi dari pohon willow bark , daun wintergreen , spearmint, dan sweet birch .9,10 Saat ini asam salisilat telah dapat diproduksi secara sintetik.9,11 Bentuk makroskopik asam salisilat berupa bubuk kristal putih dengan rasa manis, tidak berbau, dan stabil pada udara bebas. Bubuk asam salisilat sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak. Sifat lipofilik asam salisilat membuat efek klinisnya terbatas pada lapisan epidermis(Sri Katon dkk,2012). Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung( Rizal,2007:5). Asam salisilat membentuk jarum tak berwarna. Memiliki titik leleh sebesar 155 C. Selain itu, asam lebih larut dalam air panas. Zat ini mudah larut dalam lakohol dan eter. (G. Shevla.1985: 401) Asam asam karboksilat penting secara biologis maupun komersial. Aspirin adalah sebuah asam karboksilat, seperti juga asam oleat dan prostaglandin. Karena gugus karboksil bersifat polar dan tak terintangi maka reaksi tidak dipangaruhi oleh sisa molekul gugus karbonil dalam aspirin bersifat serupa (Fessenden, 1886: 64) Percobaan ini menggambarkan metode yang sangat berguna pengasilasi fenol: zat fenolik ditangguhkan dalam anhidrida asetat dan sejumlah kecil asam sulfat pekat ditambahkan untuk melayani sebagai katalis. Asam mineral yang kuat sangat efektif dalam mempercepat reaksi dan sering tidak ada pemanas eksternal diperlukan. Substansi dasar tertentu juga digunakan sebagai



10



katalis, yang paling umum yang menyatu natrium asetat dan piridin(amina tersier). Itu harus diamati bahwa fenol(tidak seperti amina) tidak dapat memuaskan asetat dalam air: gugus hidroksil fenol yang tidak terpasang jauh lebih cepat dengan anhidrida asetat daripada gugus hidroksil dari air dengan yang fenol akan bersaing(Irwandi,2014: 30). Bila tertelan , aspirin ( asam asetilsalisilat ) melewati perut sebagian besar tidak berubah .dihidrolisis dalam saluran usus membebaskan bahan aktif , asam salisilat . Dalam sintesis laboratorium ini , Anda akan memanaskan campuran asam salisilat dan asetat anhidrida dengan jejak asam sulfat sebagai katalis . Karena aspirin sangat tidak larut dalam air , dapat diisolasi dengan penambahan air dingin ke dalam campuran reaksi diikuti dengan filtrasi gravitasi (Dedi Irwandi,2014). Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus – CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alcohol, suatu reaksi yang disebut reaksi esterifikasi. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversible (Fessenden dan Fessenden, 1982 : 81). Pengeringan udara (temperature rendah). Sebagai endapan langsung kehilangan air dalam suatu oven pada temperature tertentu. Galat selain dari penghilangan seluruh air atau elektrolit-elektrolit yang mudah menguap dapat terjadi selama pembakaran. Galat-galat dapat diakibatkan dari absorpsi kembali air atau karbon dioksida oleh suatu endapan yang terbakar saat pendinginan. Wadah tersebut harus tertutup dengan benar dan dijaga dalam suatu desikator saat dingin(Underwood,2002 :78-79).



Obat analgetik antipiretik dan obat anti inflamasi non steroid merupakan salah satu kelompok yang banyak di tetapkan dan juga di serap tanpa resep dokter. Obat – obat ini merupakan suatu kelompok obat yang keterangan secara kimia. Walaupun demikian obat- obat ini memiliki banyak persamaan dan efek terapi walaupun memiliki efek samping. Protatif obat ini adalah aspirin, karena obat ini sering di sebut juga obat mirip aspirin. Demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit. Para ahli berpendapat demam adalah suatu reaksi yang berguna bagi tubuh terhadap suhu, pasca suhu di atas 37oC. Limfosit akan menjadi lebih aktif pada suhu melampaui 45oC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa berakibat fatal, tidak terkendali lagi oleh tubuh. (Tjay Hoan Tan, 2007) Demam terjadi jika “ set point “ pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat di sebabkan oleh sintesis PEG yang di rangsang bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokinin di lepaskan dari sel darah putih yang di aktivasi oleh infeksi, hipersensitifitas, keganasan atau inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh si penderita demam dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PEG. (Mycek J. Mary, 2001) Medicetator nyeri yang penting adalah mista yang bertanggung jawab untuk kebanyakan reaksi. Akerasi perkembangan mukosa dan nyeri adalah



11



polipeption (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma. Prosagilandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asamasam anhidrat. Menurut perkiraan zat-zat bertubesiset vasodilatasi kuat dan meningkat permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan nyeri yang cara kerjanya serta waktunya pesat dan bersifat local. (Tjay Hoan Tan, 2007) Prostgilandin di duga mensintesis ujung saraf terhadap efek kradilamin, histamine dan medikator kimia lainnya yang dilepaskan secara local oleh proses inflamasi. Jadi, dengan menurunkan sekresi PEG, aspirin dan AIN lainnya menekan sensasi rasa sakit. (Mycek J. Mary, 2001)



Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan – COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh beberapa tokoh :



a)



Sintesa Aspirin menurut Kolbe Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada tekanan tinggi, lalu ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang dihasilkan kemudian di reaksikan dengan Asetat Anhidrat dengan bantuan Asam Sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.



b)



Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang memiliki tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah menjadi serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan Asam Sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi. Untuk membentuk Aspirin, asam salisilat di reflux bersama Asetat Anhidrat di dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai



12



kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg. (George Austin, 1984 )



Rekristalisasi Rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zat – zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan alami, sebelum dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan instrumebn spektoskopi seperti UV, IR, NMR, dan MS. Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab kemudahannya ( tidak perlu alat khusus ) dan karena keefektifannya. Kedepannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan. Metoda ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi ( pada atau dekat titik didih pelarutnya ) untuk mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.(Ilham,2011)