Bab Ii Tinjauan Pustaka. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kenari (Canarium indicum L.) Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh di daerah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi Utara, Maluku, dan Pulau Seram. Kenari merupakan tanaman tropis yang tergolong dalam famili Burseraceae, genus Canarium, dan memiliki sekitar 100 spesies yang kebanyakan tumbuh di hutan lembab dataran rendah di daerah Melanesia. Spesies yang terdapat di Indonesia antara lain, Canarium lamili (Irian Jaya), Canarium vulgare (Sangihe Talaud, Sulawesi, Seram, Morotai, Tanimbar, dan Flores), Canarium indicum (Sulawesi Utara, Ambon, Ternate, Seram, dan Kai). Dari sebaran distribusi dan nilai komersial dari tiga spesies tersebut di atas yang paling berpotensi adalah Canarium indicum dan Canarium vulgare (Lukmanto, 2015). Tempat tumbuh tanaman kenari umumnya di hutan primer dengan kondisi tanah bervariasi, berkapur, berpasir maupun tanah liat.Selain itu, tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Tinggi pohon 40 sampai 50 meter dan diameter batang bagian bawah 1-1,5 meter (Lukmanto, 2015).



Gambar 2.1 Tanaman Kenari (Lukmanto, 2015)



2.1.1 Pohon Kenari 3



Pohon kenari merupakan tanaman hutan dan belum banyak dibudidayakan. Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh di daerah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi Utara, Maluku dan Pulau Seram. Tanaman ini diduga berasal dari Indonesia bagian timur. Beberapa sumber menyatakan bahwa tanaman kenari juga banyak dijumpai dibeberapa negara seperti Afrika, Nigeria, Thailand, Filipina, Kepulauan Fiji, dan Papua Nugini. Penelitian intensif tentang asal-usul tanaman iniyang sebenarnya masih perlu dilakukan. Tanaman ini berpotensi ekonomi, kenari diambil buahnya terutama bagian dalam bijinya untuk dimakan danbijinya diolah menjadi minyak. Tumbuhan ini berasal dari kawasan Malenesian (Lukmanto, 2015). Tempat tumbuh dari tanaman kenari yaitu di hutan primer. Tanaman kenari ini tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah berpasir di pantai. Tetapi dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Tanaman kenari dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 – 1000 meter di atas permukaan laut, walaupun dibeberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketingian 1500 meter dpl. Tanaman kenari ini juga dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan bertebing-tebing curam. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kenari ini dapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim kering dan basah. Tanaman kenari dapat tumbuh di daerah dengan jumlah curah hujan 1.500 – 2.400 mm per tahun dan suhu 200 – 270 C (Donuata, 2014). Batangnya tegak dengan warna coklat tua. Jika kulit batang pohon diiris akan mengeluarkan getah kenari yang memiliki tekstur lunak, berwarna keputih-putihan, berbau aromatik seperti terpentin, dan merupakan hasil eksudasi patologis dari tumbuhan kenari itu sendiri. Pohon kenari memproduksi getah pada saat daun mulai tumbuh. Selama musim kering, pohon kenari berada dalam masa dorman, tanpa daun, dan tidak memproduksi resin. Sistem perakaran pada tanaman kenari ini adalah sistem akar tunggang. Pada sistem akar tunggang, baik akar primer maupun satu atau lebih akar lateral yang menggantikan akar primer pada tahap awal perkembangan kecambah tumbuh lebih cepat dan menjadi lebih besar serta kuat daripada akar-akar lain, sehingga terbentuk satu atau lebih akar-akar utama.



4



Gambar 2.2 Pohon Kenari (Lukmanto, 2015)



Daunnya majemuk menyirip gasal dengan 4-5 pasang pinak daun yang menjorong memanjang, dengan permukaan licin dan mengkilap. Daun tidak mempunyai daun penumpu (Donuata, 2014). 2.1.2 Buah Kenari Buahnya adalah buah berbiji, diameter 4 sampai 7 cm dan beratnya 15,7 - 45,7 g. Kulit (exocarp) adalah halus, tipis, mengkilap, dan berwarna hitam keunguan ketika buah matang, pulp (mesocarp) adalah kuning berserat, berdaging dan kehijauan dalam warna, serta cangkang keras (endocarp) dalam melindungi normal dicotyledonous embrio. Para basal akhir shell (endocarp) adalah menunjuk dan apikal akhir lebih atau kurang tumpul, antara benih dan cangkang keras (endocarp) adalah tipis kecoklatan, berserat kulit biji dikembangkan dari lapisan bagian dalam endocarp tersebut. Ini lapisan tipis biasanya melekat erat pada dan shell atau benih. Sebagian dari berat kernel terdiri dari kotiledons, yang sekitar 4,1-16,6% dari buah utuh. Bakal buah beruang 2-3, tiap ruang dengan 1-2 bakal biji yang apotrop atau epitrop. Berbiji, gepeng, panjang, terdapat 2-3 biji dalam satu buah (berbentuk sawo kecil) (Donuata, 2014).



5



2.1.3 Cangkang Kenari Pada penelitian ini cangkang kenari digunakan untuk pembuatan briket sebagai bahan utama. Cangkang kenari merupakan limbah padat hasil pertanian yang kebanyakan tumbuh di dearah Indonesia bagian timur, namun saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Cangkang kenari mempunyai struktur fisik yang keras sehingga dapat digunakan sebagai arang. Sekitar 86 ton per tahun hasil dari cangkang kenari yang digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga (Donuata, 2014).



Gambar 2.3 Cangkang Kenari



2.2 Briket Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah organik, limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan. Bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti bahan bakar minyak yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana, (Kementrian Negara Riset dan Teknologi).



6



Gambar 2.4 Briket (Nelfiyanti, 2009) Syarat briket yang baik adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kiteria sebagai berikut: a. Mudah dinyalakan. b. Tidak mengeluarkan asap. c. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun. d. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama. e. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu pembakaran) yang baik (Nursyiwan dan Nuryei, 2005). 2.2.1 Kualitas Briket Arang Kualitas dari suatu briket arang dapat dilihat berdasarkan beberapa aspek parameter, diantanya: a. Nilai kalori Nilai kalori merupakan hasil dari suatu pembakaran satu satuan berat bahan bakar padat atau cair dalam 1 m3 atau satu satuan volume bahan bakar gas pada kondisi standar. Soenardi (1976) dalam Nelfiyanti (2009), mengemukakan bahwa nilai kalori pada bahan bakar kayu ditentukan oleh massa jenis dan kadar air kayu, tetapi dapat berubah-ubah dikarenakan kadar lignin dan ekstraksi seperti resin dan tain. Menurut Kasmudjo (1996) dalam Nefiyanti (2009) 7



menyatakan bahwa nilai kalori ditentukan oleh kerapatan kayu, kadar air, kadar karbon, lignin dan zat resin, sementara kandungan selulosa tidak banyak berpengaruh. Nilai kalori dikatakan cukup baik jika lebih besar dari 5.000 kal/gram. b. Massa jenis Massa jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada suhu 40C, dimana air memiliki kerapatan 1 gram/cm3 atau 1 kg/cm3 pada suhu tersebut. Massa jenis arang selain dipengaruhi oleh besarnya tekanan saat proses pembuatan briket, juga dipengaruhi oleh massa jenis kayu yang digunakan (Haygreen dan Bowyer, 1996 dalam Nelfiyanti, 2009). c. Kadar air Kadar air kayu didefinisikan sebagai massa air yang dinyatakan dalam persen massa kayu bebas air atau kering tanur. Soeparno (2000) menyatakan bahwa kadar sangat menentukan kualitas arang yang dihasilkan. Arang dengan kadar rendah akan memiliki nilai kalor tinggi. Semakin tinggi kandungan air, akan semakin banyak kalor yang dibutuhkan untuk mengeluarka air dari dalam kayu agar menjadi uap, sehingga energi yang tersisa dalam arang akan menjadi lebih mudah (Haygreen dan Bowyer, 1996 dalam Nelfiyanti 2009). d. Kadar abu Abu adalah bahan yang tersisa apabila kayu dipanaskan hingga mencapai berat yang konstan, dimana kadar abu sebanding dengan berat kandungan bahan organik yang terdapat dalam kayu. Menurut Fengel dan Wegener (1995) dalam Nelfiyanti (2009), mengartikan abu merupakan jumlah sisa bahan organik yang telah dibakar dimana komponen utama berupa zat mineral, kalsium, magnesium, dan silika. Abu dalam suatu bahan bakar merupakan mineral yang tidak dapat terbakar selama proses pembakaran dan akhirnya tertinggal setelah proses pembakaran selesai. Abu menurunkan kualitas bahan bakar karena menurunkan nilai kalori dari suatu bahan bakar. e. Kadar zat mudah menguap 8



Dalam briket arang terdapat zat-zat yang mudah menguap, diantaranya senyawa-senyawa selain air, karbon, dan abu. Zat ini terdiri dari unsur hidrokarbon C2-C4, karbon monoksida, metana, hidrogen. Unsur hidrokarbon (aromatik dan alifatik) dapat menyebabkan kadar yang menguap semakin tinggi, sehingga mempermudah briket arang terbakar (Fengel dan Wagener, 1995 dalam Nelfiyanti, 2009). Menurut Earl (1974) dalam Nelfiyanti (2009) kadar zat yang mudah menguap didefinisikan sebagai kehilangan berat selain hilangnya air dari arang yang terjadi pada saat proses pengarangan pada suhu 900 0C yang berlangsung selama 7 menit, pada wadah tertutup tanpa adanya kontak dengan udara luar. Selain itu, penguapan terjadi sebelum oksidasi karbon terjadi dengan kandungan utama hidrokarbon dan sedikit nitrogen. Kadar zat menguap dikatakan rendah jika nilainya kurang dari 30% (Sudrajat, 1982 dalam Nelfiyanti, 2009) f. Kadar karbon terikat Kadar karbon terikat merupakan fraksi dalam arang selain abu, zat mudah menguap dan air (Djatmiko, 1981 dalam Nelfiyanti, 2009). Kadar karbon terikat merupakan salah satu penentu kualitas dari suatu arang. Arang yang memiliki kadar karbon terikat tinggi menunjukkan kualitas arang yang baik, dan arang yang memiliki kadar karbon terikat rendah menunjukkan kualitas arang yang buruk. 2.2.2 Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Briket Faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam pembuatan briket antara lain: 1. Bahan Baku Briket dapat dibuat dari bermacam-macam bahan baku, seperti ampas tebu, sekam padi, serbuk gergaji, dan lain-lain. Bahan utama yang harus terdapat didalam bahan baku adalah selulosa, karena semakin tinggi kandungan selulosa semakin baik kualitas briket. 2. Bahan Perekat Merekatkan partikel-partikel zat dalam bahan baku pada proses pembuatan briket maka diperlukan zat perekat sehingga dihasilkan briket yang kompak.



9



2.2.3 Macam-Macam Tipe Briket Beberapa tipe briket yang umum dikenal, antara lain: bantal (oval), sarang tawon (honey comb), silinder (cylinder), telur (egg)dan lain-lain.



Gambar 2.5 Briket Tipe Yontan (Silinder) (Nelfiyanti, 2009)



1. Tipe Yontan (Silinder) Tipe ini dikenal sangat populer untuk keperluan rumah tangga, namaYontan diambil dari nama lokal. Pada umumnya, briket ini berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan memiliki lubang-lubang sebanyak 1-20 lubang. Ciri-ciri briket berbentuk silinder adalah sebagai berikut: a)



Permukaan atas dan bawah rata.



b) Sisi-sisinya membentuk lingkaran. c)



Bagian tengah berlubang.



d) Paling mudah dicetak. 2. Tipe Egg (Telur/Bantal/Kenari) Briket ini paling banyak digunakan oleh industri. Tipe ini juga digunakan sebagai bahan bakar pada industri-industri kecil seperti pembakaran kapur, bata, genteng, gerabah dan pandai besi dan juga digunakan untuk keperluan rumah tangga. Jenis ini umumnya memiliki lebar 32 – 39 mm, panjang 46 – 58 mm dan tebal 20-24 mm (Sukandar rumidi, 1995).



10



Gambar 2.6 Briket Tipe Egg (Telur/bantal/kenari) (Nelfiyanti, 2009)



3. Tipe Sarang Tawon (Kubus dan Silinder) Standar ukuran briket tipe sarang tawon yaitu untuk yang berbentuk kubus lebar 125 mm, panjang 125 mm, dan ukurannya 75 – 100 mm (3-4 inch). Sedangkan yang berbentuk silinder diameternya 125 mm dan ukurannya 75 - 100 mm (3 - 4 inch).



Gambar 2.7 Briket Tipe Sarang Tawon (kubus dan silinder) (Nelfiyanti, 2009)



4. Tipe Heksagonal Briket dengan tipe heksagonal memiliki diameter 4 cm, lubang dalam 1 cm, panjang 8 cm. Ciri-ciri briket berbentuk heksagonal adalah: a. Bentuknya paling unik. 11



b. Sisi-sisinya membentuk segi enam sama panjang. c. Biasanya diproduksi untuk ekspor. d. Jarang ditemui dipasaran. e. Bagian tengah berlubang.



Gambar 2.8 Briket Heksagonal (Nelfiyanti, 2009)



2.3 Cacat Pada Briket 2.3.1 Capping Capping adalah terpisahnya sebagian atau keseluruhan permukaan atas atau bawah kompakan yang terjadi setelah pencetakan atau beberapa waktu setelah itu. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cacat ini antara lain: 1.



Jenis dan jumlah bahan pengikat yang tidak tepat Pemilihan bahan pengikat perlu disesuaikan dengan bahan yang akan dicetak. Misalnya bahan yang bersifat hidrofobik memerlukan bahan pengikat yang mempunyai daya ikat cukup kuat dibanding bahan yang bersifat hidrofilik. Jumlah bahan pengikat akan menentukan daya kohesive antar butiran. Kekurangan bahan pengikat akan menyebabkan daya kohesive ini kecil.



2.



Jumlah butiran sangat halus berlebihan Jika ukuran partikel yang dipergunakan untuk pembuatan briket terlalu halus akan menyebabkan besarnya luas permukaan partikel, sehingga rongga-rongga antar partikel semakin banyak. Pada saat tekanan dihilangkan, udara ini akan mendesak keluar dari dalam briket. 12



3.



Kadar air terlalu besar / kecil Jika kadar air yang terdapat dalam bahan cetak mampu mengikat terlalu banyak dapat menyebabkan bagian-bagian permukaan kompakan melekat pada permukaan cetakan sedangkan apabila kadar air terlalu sedikit (butiran sangat kering), fungsi untuk mengaktifkan bahan pengikat sehingga daya adhesive yang membuat antar butiran saling berikatan menjadi kecil.



4.



Gaya tekan terlalu kecil Setiap material mempunyai kemampuan menerima tekanan pada suatu hargatertentu, tergantung pada jenis material tersebut. Apabila batas tekanan tersebut dilampaui akan menyebabkan terjadinya tegangan briket, Pada saat tekanan dihilangkan akan mendesak keluar.



5.



Kehalusan permukaan punch Jika permukaan punchnya terlalu kasar maka dapat menyebabkan adanya butiran yang masuk kedalam lubang-lubang punch tersebut sehingga briket yang dihasilkan kasar pada permukaannya.



6.



Kedudukan punch yang tidak rata Jika kedudukan punch tidak rata, maka tekanan yang diterima oleh kompakan tidak merata.



2.3.2 Laminating Laminating yaitu terpisahnya kompakan menjadi dua lapisan atau lebih. Penyebabnya hampir sama dengan capping. 2.3.3 Pickling dan Sticking Pickling dan sticking adalah terkelupasnya permukaan kompakan akibat menempelnya bagian kompakan pada permukaan cetakan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini: 1. Jumlah air yang terlalu berlebihan. 2. Permukaan punch/die yang kasar. 3. Jumlah bahan pengikat yang tidak tepat.



2.4 Standar Kualitas Briket



13



Briket arang kayu untuk bahan baku kayu, kulit keras dan batok kelapa telah memiliki standar yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia) no. SNI 01-6235-2000 dengan syarat mutu meliputi kadar air: maksimal 8 %, bagian yang hilang pada pemanasan 950 oC : maksimal 15 %; kadar abu : maksimal 8 %; kalori (atas dasar berat kering) : minimal 5000 kal/g. Tabel 2.1 Mutu Bio-briket Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2000)



Kadar Air (%)



Standar Mutu Briket Arang (SNI No. 01/6235/2000) ≤8



Kadar Abu (%)



≤8



Kadar Karbon Tetap (%)



≥ 77



Kadar Zat Terbang (%)



≤ 15



Parameter



Nilai Kalor (kal/g)



≥ 5000



Tekanan (kg/cm2)



≥ 0,46



2.5 Studi Kelayakan Bisnis Pendirian maupun usaha memerlukan investasi yang tidak sedikit jumlahnya, modal yang diperlukan biasanya disesuaikan dengan tujuan perusahaan dan bentuk badan usahanya. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai yang direncanakan perlu dilakukan suatu studi untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Studi kelayakan diperlukan untuk menghindari kegagalan setelah proyek yang dilakukan. Salah satu tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah mencari jalan keluar agar dapat meminimalkan hambatan dan resiko yang mungkin timbul dimasa yang akan datang karena keadaan yang akan datang penuh dengan ketidakpastian. Pengertian studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang akan dijalankan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2003).



2.6 Aspek Pasar



14



Sebelum memasuki bisnis hendaknya dilakukan analisis terhadap pasar potensial yang akan dimasuki. Pengertian pasar menurut para ahli: a. Tempat pertemuan antara penjual dan pembelian. b. Saling bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. 2.6.1 Permintaan Permintaan adalah jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan membeli pada berbagai tingkat harga. Sedangkan permintaan efekif adalah permintaan yang didukung oleh daya beli. Permintaan potensial adalah permintaan yang didasarkan pada kebutuhkan saja. Analisis permintaan yang menghasilkan prakiraan permintaan terhadap suatu produk merupakan salah satu alat penting bagi manajemen perusahaan. Dan perkiraan penjualan dapat diperkirakan anggaran perusahaan sehingga perusahaan dapat menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, kecukupan alat-alat produksi, ketersediaan bahan mentah dan daya tampung gudang (Kasmir dan Takfar, 2003). Permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan menentukan jumlah barang dan jasa yang harus dihasilkan. Permintaan perseorangan tidak akan mempengaruhi harga, namun apabila bersama-sama akan membentuk permintaan dalam pasar. Untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan manajemen dalam analisis antara jumlah barang yang diminta dengan semua jumlah variabel yang mempengaruhinya. Ukuran yang dapat dipakai untuk menilai kepekaan permintaan disebut elastisitas (persentase perubahan jumlah yang diminta dibandingkan dengan persentase perubahan dari variabel bebas) (Kasmir dan Jakfar, 2003). Penawaran adalah berbagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Bila harga naik, produsen akan berusaha menaikkan jumlah barang yang dijual. Penawaran oleh penjual dipengaruhi oleh: a. Harga barang itu sendiri b. Harga barang lain c. Ongkos produksi d. Tingkat teknologi e. Tujuan perusahaan 2.6.2 Bentuk Pasar 15



Bentuk-bentuk pasar produsen adalah: a. Pasar Persaingan Sempurna Produsen tidak terbatas jumlahnya sehingga aktivitas persaingan tidak tampak, konsumen dapat menjual barang dan membeli beberapa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli menjual pada harga pasar. b. Pasar Monopoli Bentuk pasar yang dikuasi oleh seorang penjual saja karena tidak ada barang subtitusi dan terdapat hambatan untuk masuknya pesaing dari luar. Monopoli bisa terjadi karena menguasai barang mentah penguasaan teknik. c. Pasar Oligopoli Perluasan dari pasar monopoli (terdapat beberapa produsen) penentuan tingkat harga sangat dipengaruhi oleh pesaing, sehingga tindakan atau aktivitas pesaing harus dipertimbangkan. d. Pasar Persaingan Monopolistik Merupakan bentuk campuran antara persaingan sempurna dan monopoli, mirip persaingan sempurna karena ada kebebasan untuk masuk dan keluar pasar dan barang yang dijual tidak homogen. Karena barang yang heterogen dimiliki perusahaan-perusahaan yang besar saja, pasar ini mirip dengan monopoli. Bentuk pasar dilihat dari sisi konsumen: a. Pasar konsumen Pasar barang dan jasa yang disebut atau disewa perorangan atau keluarga untuk dikonsumsi sendiri. b. Pasar industri Pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual atau disewakan. c. Pasar penjual kembali (Reseller) Suatu pasar yang terdiri dari perorangan dan organisasi yang biasa disebut pedagang menengah yang terdiri dari dealer, distributor, grosir dan agen yang menjual kembali untuk mendapat keuntungan.



d. Pasar pemerintah 16



Pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugas-tugas pemerintah (Kasmir dan Jakfar, 2003). 2.7 Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian dan landasan teori yang ada dapat dikemukakan hipotesis bahwa setelah dilakukan proses pengarangan dengan proses pirolisis dan diteruskan dengan proses pencetakan briket dalam bentuk selinder pada pembuatan briket bioarang cangkang kenari dengan menentukan uji porositas briket yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk menentukan nilai laju pembakaran dan nilai kalori dari briket cangkang kenari (Kasmir dan Jakfar, 2003). 2.8 Asumsi Harga Menjalankan sebuah bisnis jual-beli tidak akan terlepas dari permasalahan harga. Harga memegang peranan penting dalam terjadinya kesepakatan jual-beli dari produsen ketangan konsumen. Melalui penetapan harga, akan terlihat posisi kelayakan produk dari nilai ekonomisnya. Karena permasalahan ini, perusahaan biasanyan mengadakan penetapan harga yang disepakati sebelum barang beredar di pasaran (Pusat Pengembangan Ajar-UMB).  Tujuan dari penetapan suatu harga adalah untuk mencapai target perusahaan, mendapatkan laba dari penjualan, meningkatkan serta mengembangkan produksi produk, serta meluaskan target pemasaran. Penetapan harga suatu produk atau jasa tergantung dari tujuan perusahaan atau penjual yang memasarkan produk tersebut (Pusat Pengembangan Ajar-UMB). 1. Mencapai Penghasilan atas Investasi Biasanya



besar



keuntungan



dari



suatu



investasi



telah



ditetapkan



persentasenya dan untuk mencapainya diperlukan penetapan harga tertentu dari barang yang dihasilkannya.



2. Kestabilan Harga 17



Hal ini biasanya dilakukan untuk perusahaan yang kebetulan memegang kendali atas harga. Usaha pengendalian harga diarahkan terutama untuk mencegah terjadinya perang harga, khususnya bila menghadapi permintaan yang sedang menurun. 3. Mempertahankan atau Meningkatkan Bagian dalam Pasar Apabila perusahaan telah mendapatkan pasar yang luas, mereka harus berusaha



mempertahankannya



atau



justru



mengembangkannya.



Untuk



itu



kebijaksanaan dalam penetapan harga jangan sampai merugikan bisnis. 4. Menghadapi atau Mencegah Persaingan Apabila perusahaan baru mencoba-coba memasuki pasar dengan tujuan mengetahui pada harga berapa mereka akan menetapkan penjualan. Ini artinya, perusahaan belum memiliki tujuan dalam menetapkan harga coba-coba tersebut. 5. Penetapan Harga untuk Memaksimalkan Laba Tujuan ini biasanya menjadi acuan setiap bisnis untuk bertahan hidup, karena setiap bisnis memerlukan laba. Asumsi Harga Jual Biaya produksi=



Biaya produksi Kapasitas produksi



.........................................................



(2.1) 2.9 BEP (Break Even Point) Break Even Point (BEP) merupakan titik impas sehingga usaha tersebut tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan. Break Even Point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal (Pusat Pengembangan AjarUMB). BEP penjualan =



total biaya ....................................................................... h arga jual



(2.2)



18



BEP produksi =



total biaya .................................................................... total produksi



(2.3) Dalam berbisnis, tentunya analisis break even point sangat membantu pelaku bisnis untuk memproyeksikan seberapa banyak barang yang harus diproduksi dan perbandingannya dengan uang/ pendapatan yang diterima. BEP ini menjadi komponen terpenting yang wajib ada didalam suatu software akuntansi dan manajemen bisnis (Pusat Pengembangan Ajar-UMB). 2.10 R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) R/C merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan. Jika R/C lebih dari 1 berarti usaha tersebut layak dijalankan. Hal ini terjadi karena semakin tinggi nilai R/C dari sebuah proyek, maka tingkat keuntungan yang akan didapatkan suatu proyek juga akan semakin tinggi (Pusat Pengembangan Ajar-UMB).



R/C Ratio =



Pendapatan ............................................................................... Total biaya



(2.4) 2.11 ROI (Return On Investment) ROI adalah tingkat pengembalian investasi. Perhitungan ini menunjukan hubungan antara keuntungan dan investasi modal kerja/usaha yang ditanamkan. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh biaya yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan, rasio ini biasanya diukur dengan persentase. Faktor yang dapat memengaruhi ROI diantaranya: 1. Turnover dari operating assets atau tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasional, yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu. 2. Profit margin adalah besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam bentuk persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin dapat mengukur tingkat keuntungan perusahaan dan dihubungkan dengan penjualannya.



19



 



ROI sebagai bentuk teknik analisa rasio profitabilitas sangat penting dalam



suatu perusahaan karena dengan mengetahui ROI, pengusaha dapat mengetahui seberapa efisien perusahaan guna memanfaatkan aktiva untuk kegiatan operasional dan dapat memberikan informasi ukuran profitabilitas perusahaan



(Pusat



Pengembangan Ajar-UMB).  



Kegunaan Analisis Return On Invesment (ROI):



1. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi yang baik, maka manajemen dengan menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi, dan efisiensi bagian penjualan.  2. Apabila perusahaan mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisa ROI dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada dibawah, sama, atau di atas rata-rata. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahan dan kekuatan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.  3. Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masing-masing divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan.    4. Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masingmasing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.  5. ROI selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan jika perusahaan akan mengadakan ekspansi.  Kelemahan Analisis Return On Investment (ROI): 1. Salah satu kelemahan ROI adalah sulitnya dalam membandingkan ROI suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. Hal ini karena terkadang praktik akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan berbeda-beda. Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktiva antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain dapat memberi gambaran yang salah.  2. Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya).



20



ROI =



Keuntungan bersi h ............................................................................. Total Biaya



(2.5)



21