Bab III Ka Pelabuhan Labuan Bajo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



BAB III METODE STUDI 3.1.



Metode Pengumpulan dan Analisis Data Dalam pelaksanaan Studi AMDAL Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo ini, jenis data yang akan dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Kedua jenis data tersebut seperti terlihat dibawah ini : 1. Data Primer Dalam



pengumpulan



data



primer



dilakukan



pengamatan,



inventarisasi, perhitungan, kuisioner, wawancara, pengambilan sampel maupun pengukuran langsung di lapangan, adapun data primer yaitu komponen Geofisik-kimia (kualitas air laut, kebisingan, kualitas udara), komponen biologi (biota laut), komponen sosekbud (keresahan masyarakat) dan kesehatan masyarakat. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan cara studi pustaka dan study literatur baik berupa buku-buku teori maupun dari laporan-laporan studi dan kegiatan yang telah dilakukan terutama oleh Instansi terkait. Adapun



jenis



data



sekunder



yaitu



komponen



Geofisik-kimia



(geomorfologi, fisik-kimia, iklim dan tata ruang), komponen biologi (biota laut), serta komponen sosekbud dan kesehatan masyarakat. Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi yang berada di dalam wilayah studi. Dengan menentukan lokasi pengambilan data,maka kondisi lingkungan atau rona awal lingkungan hidup pada lokasi-lokasi yang berpotensi menerima dampak dapat diamati atau diukur sehingga dapat diprakirakan besaran dampak yang akan terjadi di wilayah studi. Data yang berkualitas sangat ditentukan oleh metode dan analisisnya. Jenis dan metode pengumpulan data yang dibutuhkan dalam studi ini dapat dilihat pada tabel berikut.



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 1



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Tabel 3.1. Jenis dan Metode Pengumpulan Data No



Komponen



Metode Pengumpulan



Jenis Data



Lokasi



Metode Pengolahan dan Analisa Data



Alat



Data Primer



Wilayah studi



Hasil uji laboratorium dibandingkan dengan baku mutu



Botol Sampel



Data Primer



Wilayah studi



Perhitungan Lsm peruntukkan kawasan pelabuhan kemudian hasilnya dibandingkan dengan baku mutu



Data Primer



Wilayah studi



Analisa laboratorium kemudian hasil uji Midget Impinger dan laboratorium dibandingkan dengan baku High Volume Dust mutu Sampler



Data Primer



Jalan lingkungan Pelabuhan



Interprestasi dan Deskriptif sesuai dengan kajian MKJI



Data Primer dan Sekunder



Wilayah studi



Permodelan arus dan gelombang



Data Sekunder



Wilayah studi



Permodelan sebaran sedimentasi



Data Sekunder



Wilayah studi



Permodelan abrasi pantai



I.



Geo Fisik-Kimia Kualitas Air laut



Pengukuran Lapangan/sampling secara langsung



di



1



Kebisingan



Pengukuran lapangan/sampling secara langsung



di



2



4



Kualitas Udara



Pengukuran Lapangan/sampling



di



5



Lalu Lintas Darat



Pengukuran Lapangan/sampling



di



6



Arus dan Gelombang



Observasi dan kepustakaan



studi



7



Sedimentasi



Observasi dan kepustakaan



studi



8



Abrasi Pantai



Observasi dan kepustakaan



studi



II



Biologi



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



Sound Level Meter



Counter Surface Water Modeling System (SMS) Surface Water Modeling System (SMS) Surface Water Modeling System (SMS)



III - 2



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



No



Komponen



Metode Pengumpulan



Jenis Data



Lokasi



Metode Pengolahan dan Analisa Data



Alat



1



Flora dan Fauna Peraiaran



Observasi, inventarisasi & analisis laboratorium



Data Primer



Wilayah studi



Identifikasi keanekaragaman Flora dan Fauna Perairan



Grab sampler Plankton net



III



Sosial, Ekonomi dan Budaya Sosial Ekonomi



1



Wawancara



Data Primer



Wilayah studi



Tabulasi & deskripsi data



Kuisioner



Studi kepustakaan



Sekunder



Wilayah studi



Tabulasi & deskripsi data



-



Wawancara



Data Primer



Wilayah studi



Tabulasi & deskripsi data



Kuisioner



Studi kepustakaan



Sekunder



Wilayah studi



Tabulasi & deskripsi data



-



Keresahan masyarakat



Wawancara



Data Primer



Wilayah studi



Deskripsi dan tabulasi



Kuisioner



Kamtibmas



Wawancara



Data Sekunder



Wilayah studi



Interpretasi



Kuisioner



Kesempatan Kerja



2



Tingkat Pendapatan



3



Sosial Budaya



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 3



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



3.1.1.



Komponen Geo Fisik-Kimia



A. Kualitas Air Laut 1) Metode Pengumpulan Data Kualitas Air Laut Kondisi kualitas air laut di wilayah rencana pengembangan pelabuhan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi kondisi perairan dan aktivitas di darat maupun di laut sekitar area pelabuhan tersebut. Pengumpulan data pengukuran kualitas air laut dilakukan dengan cara pengukuran langsung dengan metode-metode yang telah ditentukan sesuai dengan parameter-parameter pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/2004 tentang baku mutu air laut. Parameter kualitas air laut yang akan diteliti berupa komponen fisik yaitu padatan teruspensi. Hal tersebut didasarkan pada kegiatan pembuatan dermaga pada tahap konstruksi berupa kegiatan fisik yaitu pemasangan tiang pancang. Contoh air diambil dengan water sampler di sekitar lapisan permukaan dan lapisan bawah. Contoh air sebanyak 2000 cc dimasukkan ke dalam jerigen untuk dianalisis di laboratorium. Untuk parameter fisika, pada umumnya dilakukan penyimpanan sampel dengan suhu 4º C. 2) Metode Analisis Data Kualitas Air Laut Data kulitas air laut yang diperoleh dianalisis di laboratorium, yang selanjutnya dibandingkan dengan kriteria kualitas air laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/2004 tentang Baku Mutu Air laut seperti dapat di lihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.2. Baku Mutu Air Laut No Fisika 1 2 3 4 5 5



Parameter



Satuan



Baku Mutu



Kecerahan Kebauan Padatan tersuspensi total Sampah Suhu Lapisan minyak



m mg/l °C -



>3 Tidak Berbau 80 Nihil Alami Nihil



Sumber : PerMenLH No 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut, Lampiran I Baku Mutu Air Laut Untuk Perairan Pelabuhan



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 4,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



3) Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Air Laut Lokasi pengambilan sampel dilakukan di daerah atau perairan yang langsung terkena dampak kegitan tersebut. Titik sampling kualitas air laut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.3. Lokasi Titik Sampling Kualitas Air Laut Titik Koordinat



Titik Sampling



E 121° 59' 55'' 122° 00' 01'' 121° 59' 43''



1 2 3



S 10° 30' 21 " 10° 30' 28 " 10° 30' 32 "



B. Kebisingan Data intensitas atau tingkat kebisingan merupakan data primer yang akan dikumpulkan. Sumber kebisingan selain dari kondisi alam juga dipengaruhi aktivitas manusia pada suatu lingkungan. 1) Metode Pengumpulan Data. Pengukuran



kebisingan



dilakukan



secara



langsung



dengan



menggunakan soundlevel meter sesuai dengan SNI 7119.6.2005. Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran. Parameter yang diteliti disajikan pada Tabel dibawah ini. Tabel 3.4. Parameter Kebisingan yang Diteliti No.



Parameter



Satuan



1.



Kebisingan



dB(A)



Waktu Pengukuran 10 menit



Metode Sampling Pembacaan Skala



Peralatan Sound meter



level



Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MENLH/XI/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan



2) Metode analisa data



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 5,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Metode analisa data dilakukan dengan menghitung nilai Ls, Lm dan Lsm dengan rumus sebagai berikut : LS = 10 log 1/16 {T1.100.1.L1 + … + T4.100.1.L4} dB (A) LM = 10 log 1/8 {T5.100.1.L5 + … + T7.100.1.L7} dB (A) Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung dengan rumus : LSM = 10 log 1/24 {16.100.1.LS + … + 8.100.1(LM+5) } dB (A) Keterangan : Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan ajeg (steady) pada selang waktu yang sama.dengan satuan adalah dB (A). - LS = Leq selama siang hari - LM = Leq selama malam hari - LSM = Leq selama siang dan malam hari Nilai Lsm yang dihitung kemudian dibandingkan dengan baku mutu kebisingan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 tahun 1996. Tabel 3.5. Baku Mutu Kebisingan No. 1. 2.



Peruntukan Kawasan Lingkungan Kegiatan Perumahan dan Pemukiman Pelabuhan Laut



/



Tingkat Kebisingan dB (A) 55 70



Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MENLH/XI/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan



3) Lokasi pengambilan data



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 6,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Pengukuran untuk tingkat kebisingan dilakukan di lokasi sekitar pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo. Tabel 3.6. Lokasi Titik Sampling Kebisingan Titik Sampling 1 2 3



Titik Koordinat E 122° 00' 0'' 121° 59' 40'' 121° 59' 28''



S 10° 30' 28 " 10° 30' 20 " 10° 30' 23"



C. Kualitas Udara 1) Metode Pengumpulan Data Kualitas Udara Data kualitas udara diperoleh dengan cara pengukuran sesuai dengan SNI 19-7119.6-2005. Data-data ini akan dipergunkan sebagai data dasar kondisi lingkungansaat ini dan proyeksi kualitas udara di masa mendatang 2) Metode Analisis Data Kualitas Udara Analisa data kualitas udara dilakukan perhitungan dengan rumusrumus pendekatan dan melakukan perbandingan terhadap baku mutu kualitas udara menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Parameter dan metode analisis kualitas udara seperti terlihat pada tabel berikut : Tabe3.7. Parameter Kualitas Udara Ambien yang Diteliti N o 1.



Paramete r Debu/ TSP



Satua n g/ Nm3



2.



SO2



g/ Nm3



900



3.



CO



g/



30.00



NAB 230



Peralatan Metoda Sampling Analisis Sampling Analisis H.V. A. Gravimetri - High - Timbangan Sampling Volume sartorius Sampler - Exicator (HVS) - Incubator/ - Kertas Filter oven - Flow rate - Pinset Grab Pararosalini Sampling n (absorben) -



Gas



NDIR –



Impinger Vacum Pump Flow Meter Generator Set - Silica lose CO detector



Spectrophotomete r UV 160



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



-



III - 7,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo N o



Paramete r



Satua n Nm3



NAB 0



4.



NOx



g/ Nm3



400



5.



Pb



g/ Nm3



2



6.



HC



g/ Nm3



160



Peralatan Metoda Sampling Analisis Sampling Analisis Detection non dispersive infrared Grab Griess Impinger Spectrophotomete Sampling Saltzman - Vacum r UV dengan panjang (absorben pump gelombang 550 ) Silica lose Flow Meter H.V. A. AAS - High volume - Incubator 1100C Sampling sampler - Balance (HVS) - Exicator - Filter 110 - Trphy glass 150 ml mm - Glass pipe - Devider Pipe - Pumpkin glass 250 ml - Spectrop-hometer (AAS) Bag Flame - Vacum Sampling Ionization Pump - Sampler plastic bags



Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara



3) Lokasi pengambilan data Pengukuran kualitas udara dilakukan di lokasi sekitar pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo. Tabel 3.8. Lokasi Titik Sampling Kualitas Udara Titik Sampling 1 2 3



Titik Koordinat E 122° 00' 0'' 121° 59' 40'' 121° 59' 28''



S 10° 30' 28 " 10° 30' 20 " 10° 30' 23



D. Lalu Lintas Darat 1) Metode Pengumpulan Data



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 8,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Data yang digunakan untuk mempekirakan dampak pada komponen lalulintas darat, meliputi volume kendaraan, geometri ruas jalan dan simpang, jenis dan kondisi kerusakan jalan, kecelakaan lalulintas pada lokasi yang berpotensi membangkitkan kemacetan. Jenis data dan metoda pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut. 2) Analisis Data 



Kapasitas Ruas Jalan Kapasitas ruas jalan perkotaan dapat diketahui dengan mengacu pedoman dari Manual Kapasitas Ruas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997 sebagai berikut: C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs Dengan: C



: Kapasitas ruas jalan (smp/jam)



Co



: Kapasitas dasar (smp/jam)



FCw



: Faktor penyesuaian lebar jalan



FCsp



: Faktor penyesuaian distribusi arah



FCsf



: Faktor penyesuaian hambatan samping



FCcs



: Faktor penyesuaian ukuran kota Faktor



penyesuaian



masing-masing



tipe



dan



Kapasitas



dasar



(Co)



untuk



jalan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan



Indonesia (MKJI) adalah sebagai berikut: Tabel 3.12. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Tipe Jalan 4/2 D atau Jalan satu arah



4/2 UD



2/2 UD



Lebar jalur lalulintas efektif (meter) 3,00 3,25 3,50 3,75



Faktor Penyesuaian (FCw) 0,92 0,96 1,00 1,04



3,00 3,25 3,50 3,75 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00



0,91 0,95 1,00 1,05 0,56 0,87 1,00 1,14 1,25



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 9,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo Sumber: MKJI, tahun 1997



Tabel 3.13. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalan dengan Bahu (FCsf) Tipe Jalan



4/2 D



4/2 UD



Lebar Bahu efektif Ws



Kelas hambatan VL L M H VH



0,5 m 0,96 0,94 0,92 0,88 0,84



1,0 m 0,98 0,97 0,95 0,92 0,88



1,5 m 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92



VL L M H VH



0,96 0,94 0,92 0,87 0,80



0,99 0,97 0,95 0,91 0,86



1,01 1,00 0,98 0,94 0,90



1,03 1,02 1,00 0,98 0,95



0,94 0,92 0,89 0,82 0,73



0,96 0,94 0,92 0,86 0,79



0,99 0,97 0,95 0,90 0,85



1,01 1,00 0,98 0,95 0,91



VL L 2/2 UD atau M Jalan searah H VH Sumber: MKJI, tahun 1997



2,0 m 1,03 1,02 1,00 0,98 0,96



Tabel 3.14. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalan dengan Kereb (FCsf) Tipe Jalan



4/2 D



4/2 UD



Lebar Bahu efektif Ws 1,0 m 1,5 m 0,97 0,99 0,96 0,98 0,93 0,95 0,89 0,92 0,85 0,88



Kelas hambatan VL L M H VH



0,5 m 0,95 0,94 0,91 0,86 0,81



VL L M H VH



0,95 0,93 0,90 0,84 0,77



0,97 0,95 0,92 0,87 0,81



0,99 0,97 0,95 0,90 0,85



1,01 1,00 0,97 0,93 0,90



0,93 0,90 0,86 0,78 0,68



0,95 0,92 0,88 0,81 0,72



0,97 0,95 0,91 0,84 0,77



0,99 0,97 0,94 0,88 0,82



VL L 2/2 UD atau M Jalan searah H VH Sumber: MKJI, tahun 1997



2,0 m 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92



Tabel 3.17. Kapasitas Dasar (Co) Tipe jalan



Kapasitas dasar (smp/jam)



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



Catatan



III - 10,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo 4/2 D atau jalan satu arah 4/2 D 2/2 UD



1650 1500 2900



Per-lajur Per-lajur Total dua arah



Sumber: MKJI, tahun 1997







Kinerja Ruas Jalan Penilaian kinerja ruas jalan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tingkat pelayanan yang ada saat ini dan kondisi setelah ada perubahan kondisi arus lalulintas berdasarkan perbandingan antara volume kendaraan yang lewat (V) dibandingkan kapasitas ruas jalan (C). DS = V/C Dengan : DS



: Degree of Saturation (derajat kejenuhan)



V



: Volume (smp/jam)



C



: Kapasitas ruas jalan (smp/jam)



3) Lokasi pengambilan data Pengukuran kualitas udara dilakukan di lokasi sekitar pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo.



Tabel 3.8. Lokasi Titik Sampling Kualitas Udara Titik Sampling 1 2 3



Titik Koordinat E 122° 00' 0'' 121° 59' 40'' 121° 59' 28''



S 10° 30' 28 " 10° 30' 20 " 10° 30' 23



E. Hidro Oceanografi Dampak



yang



diprakirakan



muncul



dari



komponen



lingkungan



hidrooceanografi meliputi pola arus, gelombang, sedimentasi dan abrasi. 1) Arus dan Sedimen a) Metode Pengumpulan Data Pada studi ini tidak dilakukan pengambilan data primer/survey hidrooceanografi dengan pertimbangan biaya dan waktu. Data yang



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 11,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



dipergunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari instansiinstansi yang terkait dan dari dokumen studi yang telah dibuat sebelumnya.



Data-data



tersebut



adalah



pasang-surut,



arus,



sedimen dan peta bathimetri. b) Metode Analisa Data Penelaah kondisi hidrooceanografi di daerah kegiatan perlu dilakukan sehubungan dengan kegiatan reklamasi. Parameter hidrooceanografi yang ditelaah meliputi kondisi bathimetri, arus, pasang surut dan angkutan sedimen. Lokasi reklamasi berada di selat maka pengaruh gelombang relatif kecil. Aspek Hidrooceanografi yang ditinjau adalah perubahan arus dan angkutan sedimen di sekitar area reklamasi. Arus terjadi akibat pasang surut dari permukaan air laut. Angkutan sedimen pantai adalah gerak sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus. Untuk mengetahui adanya perubahan arus dan angkutan sedimen akibat reklamasi maka perlu dilakukan analisa dengan menggunakan model numerik dua



dimensi



Perubahan



untuk arus



hidrodinamika



dan



sedimen



dan dapat



angkutan diketahui



sedimen. dengan



membandingkan hasil simulasi dari dua model yaitu sebelum dan setelah reklamasi. Dari hasil simulasi model akan dihasilkan parameter elevasi muka air, kecepatan dan arah arus, konsentrasi sedimen dan perubahan dasar pantai akibat angkutan sedimen (sedimentasi) di setiap titik dalam domain permodelan. Permodelan numerik aliran dua dimensi rata-rata kedalaman menggunakan persamaan kenservasi massa dan momentum yang diinterasikan terhadap kedalaman. Persamaan konservasi massa dapat ditulis sebagai berikut :



Sedangkan persamaan konservasi momentum adalah :



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 12,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Dimana : H : Kedalaman perairan T : Waktu (dt) u,v : Komponen kecepatan dalam arah x dan y 



: Kerapatan fluida g E A n



: Percepatan gravitasi : koefisien kekentalan turbulen : elevasi dasar perairan : koefisien kekasaran manning







: Koefisien tegangan geser angin empiris







Va : Kecepatan angin  : arah angin



 : kecepatan rotasi bumi 



: Posisi lintang geografis Persamaan konservasi massa dan momentum tersebut di atas diselesaikan dengan metode elemen hingga dengan menggunakan metode sisa berbobot (weighted residuals) Galerkin. Proses fisik yang dimodelkan adalah konsentrasi



sedimen



melayang menggunakan persamaan konveksi-difusi dengan suku sumber dasar (bed source term). Sedangkan persamaan dasar konveksi-difusi sebagai berikut :



Dimana : C : Konsentrasi (kg/m3) t : Waktu (detik) u : kecepatan aliran arah x (m/dt) v : Kecepatan aliran arah y Dx : Koefisien difusi efektif arah x (m2/det) Dy : Koefisien difusi efektif arah y (m2/det) a 1 : koefisien source term (l/det) a 2 : keseimbangan konsentrasi dari source term c) Lokasi pengambilan data



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 13,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Lokasi pengambilan data di Dinas Hidro-oseanografi TNI Angkatan Laut 2) Gelombang a) Metode Pengumpulan Data Pada studi ini tidak dilakukan pengambilan data primer/survey hidrooceanografi dengan pertimbangan biaya dan waktu. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari instansiinstansi yang terkait dan dari dokumen studi yang telah dibuat sebelumnya.



Data-data



tersebut



adalah



pasang-surut,



arus,



sedimen dan peta bathimetri.



b) Metode Analisis Data Data gelombang yang sudah dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis dimana gangguan tekanan ini akan meluruh terhadap kedalaman berdasarkan hubungan (Sea Bird, 1994) :  = b



A(t) K(f,z) Dengan K(f,z) adalah fungsi respon tekanan vertikal yaitu : K(f,z) = cosh [k(h-z)] / cosh (kh) Dimana : b : berat jenis air, h : kedalaman air, k : bilangan gelombang A(t) : pergeseran permukaan air yang bervariasi antara +a dan –a meter. Persamaan di atas menghubungkan tekanan pada kedalaman h dengan tinggi gelombang permukaan H, dengan H adalah 2a. Perubahan gelombang terjadi akibat kegiatan reklamasi, sedangkan pembangunan Dermaga (Dermaga Khusus) tidak akan berdampak signifikan karena menggunakan pondasi tiang pancang. c) Lokasi pengambilan data Lokasi pengambilan data di Dinas Hidro-oseanografi TNI Angkatan Laut 3) Abrasi Pantai



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 14,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



a) Metode Pengumpulan Data Pada studi ini tidak dilakukan pengambilan data primer/survey hidrooceanografi dengan pertimbangan biaya dan waktu. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari instansiinstansi yang terkait dan dari dokumen studi yang telah dibuat sebelumnya.



Data-data



tersebut



adalah



pasang-surut,



arus,



sedimen dan peta bathimetri.



b) Metode Analisis Data Abrasi pantai adalah penggerusan terhadap pasir pantai yang disebabkan oleh arus dan gelombang. Untuk mengetahui adanya terjadinya abrasi pantai maka perlu dilakukan analisa dengan menggunakan model numerik dua dimensi untuk hidrodinamika dan angkutan sedimen seperti pada analisa arus dan gelombang. Terjadinya abrasi pantai dapat diketahui dengan membandingkan hasil simulasi dari dua model yaitu sebelum dan setelah kegiatan. Melalui simulasi model akan menghasilkan parameter elevasi muka air, kecepatan dan arah arus, konsentrasi perubahan dasar pantai akibat angkutan sedimen (erosi) di setiap titik dalam domain permodelan. c) Lokasi pengambilan data Lokasi pengambilan data di sepanjang garis pantai Pelabuhan Labuan Bajo. 3.1.2.



Komponen Biologi



A. Komponen Flora dan Fauna Perairan 1. Metode Pengumpulan Data Flora dan Fauna Perairan a) Plankton Metode yang digunakan dalam koleksi plankton adalah menggunakan water sampler tipe Van Dorn. Titik pengambilan air laut dibagi menjadi 3 titik sampling. Kedalaman air laut pada setiap titik sampling dihitung dan sampel air laut diambil pada permukaan air laut, bagian tengah kedalaman, dan bagian akhir kedalaman. Hal ini dilakukan untuk mempelajari jenis plankton yang terdapat pada setiap kedalaman. Jika air laut jernih, air laut yang diambil sebanyak



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 15,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



5 – 10 kali per titik sampling pengambilan kemudian ditampung dalam



ember.



Air



laut



yang



diember



kemudian



disaring



menggunakan plankton net ditampung dalam botol flakon berukuran 15 – 20 cc. Saat menuangkan air laut dari ember ke botol flakon diperlukan ketelitian jangan sampai air laut yang ditampung pada ember tumpah karena itu merupakan kesalahan/error. Air laut dalam botol flakon ditetesi dengan formalin 4% sebagai larutan fiksatif. Untuk kondisi air laut keruh, air laut yang diambil sebanyak 1- 2 kali pengambilan. Identifikasi jenis – jenis plankton dilakukan di laboratorium dengan



pengamatan



menggunakan



mikroskop.



Pengamatan



plankton menggunakan kaca preparat khusus yaitu Sedgwick – Rafter Counting Cell (SRCC). Sebelum dilakukan pengamatan, botol flakon dikocok sebanyak 2 kali agar plankton yang mengendap didasar botol flakon tercampur secara homogen. Penghitungan setiap individu spesies – spesies/genus-genus yang dijumpai pada waktu pengamatan mikroskopis adalah dengan “total strip counting” yaitu seluruh medan penglihatan dijelajahi dengan lensa



objektif



dan



dihitung



seluruhnya



spesies



yang



terlihat/dijumpai. Perhatian, jangan ada inidividu yang terhitung sampai dua kali. Setiap penghitungan hendaknya menggunakan koloni counter dan langsung memasukkannya ke dalam tabel identifikasi plankton. Sebelum mulai mengambil air sampel dari suatu flakon, supaya diukur supaya diukur lebih dahulu volume flakon itu, hal ini penting sekali. Misalnya volume flakon 18 cc, maka angka ini selanjutnya



berguna



untuk



penghitungan



populasi



plankton



selanjutnya, bagi flakon tersebut. Sebagai contoh apabila volume flakon 18 cc itu berasal dari hasil saring 40 liter air (4 ember air), maka banyaknya plankton spesies A untuk setiap liter air adalah 900:40 = 22,5 individu. Bila dijadikan dalam satuan meter kubik (m 3) air, maka 22,5 itu cukup dikalikan saja dengan 1000 atau angka 900 diatas dikalikan 25. Sehingga dari contoh di atas terdapat 22.500 individu plankton yang termasuk spesies A jadi angka 22.500 itulah yang disebut sebagai angka kerapatan (density atau densitas)



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 16,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



spesies A, atau biasa disebut juga angka populasi-populasi spesies A. Dari angka tersebut di atas ditentukan rumus yang juga sesuai dengan yang dikemukakan Welch (1948) untuk menghitung cacah plankton per liter sebagai berikut: N =Ax C / L N = Cacah plankton per liter air A = Rata – rata cacah plankton dari semua hitungan pada Sedgwick Rafter Counting Cell kapasitas 1 cc itu. C = Volume botol flakon L = volume air yang disaring ke dalam botol flakon dalam liter. Bila N adalah cacah plankton per m3 air, maka rumusnya menjadi: N = (A x 1000) C / L



Gambar 3.1. Diagram Sedgwick – Rafter Counting Cell (E. P. Sagala, 1983) b) Benthos Metode yang digunakan dalam koleksi benthos menggunakan alat Ekman Grab. Titik sampling pengambilan sampel benthos disesuaikan dengan titik pengambilan sampel plankton. Sampel sedimen yang telah diambil dengan alat Ekman Grab kemudian



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 17,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



disaring menggunakan jaring, hasil saringan (filtrat) dimasukkan kedalam botol sampel kemudian ditetesi formalin 4% sebagai larutan fiksatif. Analisa untuk identifikasi jenis benthos yang dikoleksi dilakukan di laboratorium. Untuk sampel benthos berukuran makro dapat diidentifikasi dengan pengamatan langsung menggunakan buku panduan idenfitikasi benthos. Pengamatan sampel benthos berukuran mikro dapat diidentifikasi dengan pengamatan dibawah mikroskop stereo menggunakan buku panduan identifikasi benthos. c) Nekton Nekton



yang



menjadi



cakupan



studi



pada



AMDAL



Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo adalah jenis – jenis ikan karang yang terdapat pada area pengembangan Pelabuhan Labuan Bjo dan jenis – jenis ikan yang biasa diperjualbelikan pada area pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo. Metode yang digunakan koleksi jenis – jenis ikan karang enggunakan Line Intercept Transect (LIT). Kriteria dalam pengamatan ikan – ikan karang adalah ikan karang yang diamati dari jenis yang dominan, harus mudah diidentifikasi di bawah air, berhubungan dengan habitat lereng terumbu/slope. Kategori jenis ikan – ikan karang yang diamati adalah ikan target (kepadatan dihitung secara kuantitatif), ikan indicator (kelimpahan kuantitatif), ikan lainnya masuk kategori major group (kelimpahan relatif). Cara meletakkan transek ketika pengamatan adalah setiap lokasi di terumbu karang, diletakkan 3 garis transek masing – masing sepanjang 50 meter, pada dua kedalaman yang berbeda yaitu kedalaman 3 meter dan 5 meter. Garis transek harus lurus dan mengikuti kontur kedalaman. Replikasi diletakkan secara acak dan tidak tumpang tindih. Setiap transek dipisahkan 10 – 20 meter. Teknik koleksi (sensus) saat didalam air adalah tunggu 5 – 15 menit setelah garis transek terpasang. Koleksi dilakukan sepanjang transek (50 m) dengan pandang 2,5 m ke kiri – kanan dan 5 m keatas. Jumlah dihitung secara kuantitatif untuk ikan target dan ikan indicator, dan kelimpahan relatif untuk major group.



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 18,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Gambar 3.2. Cara Melakukan Pengamatan Visual Ikan Karang (AIMS, 1997) Metode yang digunakan untuk koleksi ikan – ikan yang diperjual belikan pada area Pelabuhan Labuan Bajo menggunakan metode wawancara pada nelayan setempat. 2) Lokasi Pengambilan Sampel Biota Laut Lokasi pengambilan sampel dilakukan di daerah atau perairan yang langsung terkena dampak kegiatan tersebut. Titik sampling biota laut laut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.9. Lokasi Titik Sampling Biota Laut Titik Sampling 1 2 3



3.1.3.



Titik Koordinat E 121° 59' 55'' 122° 00' 01'' 121° 59' 43''



S 10° 30' 21 " 10° 30' 28 " 10° 30' 32 "



Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya dilakukan melalui



pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan masyarakat dan key informan (aparat desa dan tokoh masyarakat)dengan menggunakan kuisioner (terlampir) yang telah



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 19,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



terpola. Untuk data demografi, kesehatan masyarakat serta sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah studi menggunakan data sekunder. Data sekunder dikumpulkan dari instansi yang terkait dengan studi ini. Dalam pengumpulan data primer masyarakat yang terpilih sebagai populasi didasarkan pada kelurahan yang berada pada lokasi proyek dan masuk dalam batas ekologis yang diperkirakan terkena dampak besar yang dalam hal ini adalah masyarakat yang berada di wilayah administratif rencana kegiatan, yaitu masyarakat di Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo. Mengingat jumlah masyarakat yang ada di wilayah kegiatan relatif besar, maka akan dilakukan pengambilan sampel dengan unit analisisnya adalah anggota masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Unit analisis yang terkait adalah tokoh-tokoh masyarakat, seperti ketua RW, Ketua RT, tokoh pemuda dan beberapa orang anggota masyarakat, dengan besarnya sampel ditetapkan sebanyak 30 orang. A. Sosial Ekonomi 1) Metode Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Pengumpulan data sosial ekonomi akan dilakukan melalui data sekunder dan data primer. Data primer dikumpulkan melalui teknik observasi lapangan, wawancara secara mendalam dan wawancara dengan responden. Penentuan lokasi studi dilakukan secara purposive yakni beberapa desa atau kelurahan yang diperkirakan terkena dampak. Jumlah sampel yang diperlukan dari Kecamatan diupayakan sebanyak 30 responden. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah setempat dan lembaga yang lainya (BPS, Kantor dan Kecamatan) dan pada kegiatankegiatan ekonomi di lapangan. Adapun parameter aspek sosial ekonomi yang akan diteliti meliputi : 



Ekonomi rumah tangga yang terdiri dari: (a) tingkat pendapatan; (b) tingkat pengeluaran rumah tangga.







Ekonomi sumberdaya alam yang terdiri dari : (a) pola penggunaan lahan; (b) sumber daya alam milik umum (common property).







Perekonomian lokal dan regional yang terdiri dari : (a) kesempatan kerja dan berusaha; (b) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); (c) pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; (d) aksesibilitas wilayah; (e) fasilitas umum dan fasilitas sosial;



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 20,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



2) Metode Analisa Data Sosial Ekonomi Analisis data sosial ekonomi akan dilakukan dengan metode deduksi dan metode angka pengganda. Metode deduksi dilakukan untuk menganalisis kecenderungan perilaku masyarakat setelah ada proyek, seperti: 



Apa yang akan dilakukan penduduk sesudah proyek selesai, rencana jenis peluang berusaha di lokasi baru, apakah mereka siap untuk melamar sebagai tenaga kerja.







Perilaku dalam membelanjakan uang/pendapatan, dan sebagainya. Sementara itu metode analisis angka pengganda (multiplier effect)



digunakan bagi dampak rencana kegiatan secara makro untuk tingkat kabupaten dan provinsi. Beberapa rumus yang digunakan dalam analisis data sosial ekonomi adalah sebagai berikut. a) Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)



Penduduk berumur 15th+¿ x 100 Angkatan kerja TPAK = ¿ Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu sebelum pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. b) Kesempatan kerja Metode prakiraan dampak yang akan diterapkan adalah pengkanjian proporsi tenaga kerja setempat yang dapat diserap dalam kegiatan pengembangan pelabuhan tersebut.



Kesempatan kerja=



KebutuhanTenaga Kerja x 100 Jumlah Pengangguran Metode



penilaian



para



ahli



diperlukan



juga



untuk



menjustifikasi dampak positif dari penyerapan tenaga kerja. Data peluang berusaha diperoleh diperoleh melalui data sekunder dengan analogi jenis dan tingkat pertumbuhan sektor informal yang disebabkan adanya kegiatan sejenis.



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 21,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



c) Tingkat pendapatan I = TR ....................... (dari sudut penerimaan) dimana : I



= pendapatan (income)



TR



= penerimaan total (total revenue)



I = C + S + i .................(dari sudut pengeluaran) dimana: I



= Penerimaan (income)



C



= Konsumsi (consumption)



S



= Tabungan (saving)



I



= investasi



3) Lokasi Pengambilan Data Sosial Ekonomi Pengambilan data untuk survey sosial ekonomi dilakukan di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, yang terkena dampak dalam kegiatan pengembangan pelabuhan ini. B. Sosial Budaya 1) Metode Pengumpulan Data Sosial Budaya Pengumpulan data sosial budaya dilakukan melalui data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian sosial budaya yang pernah dilakukan di lokasi studi, serta buku-buku referensi yang menunjang penelitian ini. Data primer akan diperoleh melalui penelitian di wilayah studi. Penentuan lokasi studi dilakukan secara



purposive



yakni



beberapa



desa



atau



kelurahan



yang



diperkirakan akan terkena dampak. Jumlah sampel yang diperlukan dari Kecamatan diupayakan sebanyak 30 responden. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Secara kualitatif, data akan diperoleh melalui observasi/pengamatan di lapangan dan wawancara



mendalam



(depth



interview)



dengan



menggunakan



pedoman wawancara terhadap beberapa responden kunci yang terpilih, juga dengan melakukan diskusi kelompok yang terarah (Foccus Group Discussion). Data kuantitatif diperoleh dengan menyebarkan sejumlah kuesioner pada sejumlah responden yang terpilih. Adapun parameter aspek sosial budaya yang akan diteliti meliputi :



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 22,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo







Kebudayaan masyarakat setempat







Proses sosial dalam masyarakat







Pranata sosial/kelembagaan







Warisan budaya







Pelapisan sosial







Kekuasaan dan kewenangan







Sikap masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan







Ketertiban dan keamanan masyarakat



2) Metode Analisa Data Sosial Budaya Analis data sosial budaya dilakukan dengan menggunakan analis kualitatif, yaitu untuk mendeskripsikan hubungan/interaksi, adat istiadat yang masih dipertahankan serta tempat-tempat keramat yang masih dilestarikan.



Analisis



kuantitatif



menggunakan



besaran



proporsi,



misalkan untuk menjelaskan proporsi penduduk yang memiliki interaksi yang baik dengan lingkungan sekitarnya, berapa proporsi penduduk yang setuju atau tidak setuju dengan kegiatan serta deskripsi tentang parameter sosial budaya dan presepsi masyarakat yang lain. Analisis terhadap sikap dan keresahan masyarakat merupakan analisis kuantitatif dan kualitatif yang akan dilakukan tabulasi silang dari sikap terhadap proyek dengaan karateristik masyarakat. 3) Lokasi Pengambilan Data Sosial Budaya Pengambilan data untuk survey sosial dilakukan di Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo yang terkena dampak dalam kegiatan pengembangan pelabuhan ini. 3.2.



Metode Prakiraan Dampak Penting Metode prakiraan dampak penting menjelaskan metode prakiraan dampak penting yang digunakan untuk memprakirakan besaran dan sifat penting dampak dalam studi ANDAL untuk masing-masing dampak penting



hipotetik. 3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak Penting Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakiraan besaran dampak (magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak. Besar dampak akan dihitung secara kuantitatif dengan menggunakan matriks sederhana. Setiap kotak perpotongan antara kolom kegiatan dan lajur komponen lingkungan pada tabel tersebut menunjukkan interaksi antara rencana kegiatan dengan komponen lingkungan untuk setiap tahap.



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 23,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Metode ini akan memberikan gambaran besar dampak yang merupakan selisih antara skala kualitas lingkungan ketika kegiatan berlangsung dengan kualitas Rona Lingkungan Awal (RLA). Prakiraan besaran dampak dihitung dengan menggunakan formula sederhana : Besar Prakiraan Dampak = KLp – KLRLA Catatan : KLp



= kualitas lingkungan saat kegiatan (proyek) berlangsung



KLRLA = kualitas lingkungan saat rona lingkungan awal (mula-mula sebelum adanya proyek) Prakiraan besaran dampak setiap rencana kegiatan terhadap setiap komponen lingkungan yang terkena dampak (dalam hal ini dampak penting hipotetik) merupakan selisih antara kualitas lingkungan saat kegiatan berlangsung dengan kualitas lingkungan rona lingkungan awal. Metode yang akan digunakan untuk prakiraan dampak adalah sebagai berikut: a. Metode Pendekatan Model Matematis Melalui penggunaan rumus matematis yang sesuai dengan kegiatan proyek serta keadaan alam di sekitar proyek yang akan diperkirakan seberapa jauh dampak yang terjadi. Metode model matematis dilakukan untuk memprediksi kualitas udara, kebisingan, gangguan lalu lintas darat, perubahan arus dan gelombang, peningkatan sedimentasi, abrasi kualitas air laut (kekeruhan) dan limbah padat domestik dan limbah cair domestik pada saat kegiatan. Prakiraan dilakukan dengan model matematis sebagai berikut : 1) Prakiraan Kebisingan Rambatan bising kegiatan proyek ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Akumulasi Tingkat Kebisingan dihitung dengan rumus :







 



LPTotal  10 log P12 / P02  P22 / P02 LPTotal P1 P2 P0



= = = =







Dimana : Tingkat kebisingan total (dBA) Intensitas suara sumber 1 (N/m2) Intensitas suara sumber 2 (N/m2) Intensitas suara referensi (N/m2)



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 24,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Perubahan tingkat kebisingan akibat perubahan jarak dihitung dengan rumus :



LP  LP  20 log r 1 / r 2



2 1 Dimana : LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA) LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA) r1 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1 r2 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2 Untuk Rambat bising peralatan konstruksi dapat dilihat pada



tabel dibawah ini : Tabel 3.10. Rambatan Bising Peralatan Konstruksi Rambatan Bising, dBA Jarak dari Sumber Bising ( R ), m Cement Mixer Derrick Hammer Pile 0 110,0 95,0 115,0 100 62,0 47,0 67,0 200 56,0 41,0 61,0 300 52,5 37,0 58,0 400 50,0 35,0 55,0 500 48,0 33,0 53,0 Sumber : Canter, 1977 Noise Database for Prediction on Construction and Open Sites



2) Prakiraan Kualitas Udara Upaya yang akan ditempuh dalam memperkirakan dampak 



kegiatan pada kualitas udara, antara lain: Identifikasi emisi gas atau debu yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional.







Uraian perihal rona lingkungan awal parameter kualitas udara.







Menetapkan



patokan



perubahan



kualitas



udara



dengan



memperhatikan kecepatan angin, sumber emisi dan inversinya sewaktu musim kemarau dengan musim penghujan. 



Mendalami data iklim secara berurutan.







Menentukan



dampak



yang



muncul



pada



waktu



kegiatan



dilaksanakan. Dalam memprakirakan dampak penurunan kualitas udara dari emisi peralatan berat dan kendaraan pengangkut material tanah urug dari lokasi pengambilan menuju lokasi proyek digunakan data-data prakiraan gas buang yang dihasilkan oleh tiap alat-alat yang digunakan. Prakiraan gas buang yang dihasilkan oleh tiap alat dapat dilihat pada tabel berikut :



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 25,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Tabel 3.11. Prakiraan Emisi dari Berbagai Alat Berat Jenis Alat Berat CO Bulldozer Scrapper Motor Grader Lain-Lain



0,793 1,46 0,215 0,414



Prakiraan Emisi (lb/jam) NOx SO2 5,05 6,22 1,05 2,27



0,384 0,463 0,086 0,143



Debu 0,165 0,406 0,061 0,139



Sumber : Canter, 1977 b. Metode Pendekatan Berdasarkan Analogi Prakiraan dampak dengan metode ini adalah dengan mengkaji masalah lingkungan yang timbul di suatu lokasi yang mempunyai perilaku ekosistem yang sama dengan lokasi proyek yang akan diprakirakan dampaknya. Lokasi tersebut dipakai sebagai suatu pembanding/analog dari suatu lokasi proyek yang akan dipakai sebagai studi, sehingga dengan demikian akan didapatkan prakiraan masalah - masalah lingkungan yang akan timbul dari kegiatan proyek ini. Komponen lingkungan yang prakiraan dampaknya berdasarkan analogi adalah kesempatan kerja, peluang berusaha, pendapatan masyarakat, limbah padat domestik dan limbah cair domestik dll. c. Metode Pendekatan Berdasarkan Empiris Melalui metode yang berdasarkan hukum - hukum yang berlaku di lingkungan yang menggambarkan sebab akibat misalnya timbulnya kesempatan



kerja/kesempatan



berusaha,



adanya



peningkatan



pendapatan dan sebagainya. d. Metode Pendekatan/Pembandingan dengan Penggunaan Baku Mutu Lingkungan Pada pendekatan ini dipergunakan standar baku mutu lingkungan yang telah ditetapkansebagai perbandingan terhadap kondisi sebelum dan sesudah adanya kegiatan, dampak tersebut berupa peningkatan kebisingan dan kualitas air laut, antara lain : 1. Keputusan Menteri LH 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 26,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran I Baku Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan. Untuk memudahkan dalam menentukan tingkat besarnya dampak, terlebih dulu dibuat penilaian terhadap kondisi lingkungan sekarang (pada saat studi), kondisi lingkungan yang akan datang tanpa proyek dan kondisi lingkungan yang akan datang dengan proyek. Kemudian dibuat juga skala dari besaran dampak untuk selanjutnya ditentukan tingkat besarnya dampak, yang masingmasing disajikan sesuai dengan dampak yang terjadi. e. Metode Penilaian Para Ahli (Professional Judgement) Dampak lingkungan yang akan timbul dari rencana kegiatan, diprakirakan oleh para anggota tim ahli sesuai dengan keahlian dari masing-masing anggota tim. Dengan pengalaman dalam disiplin ilmu pakar yang bersangkutan mempunyai intuisi yang kuat terhadap sesuatu hal dalam bidang atau komponen yang ditekuni dari alasan ini maka pendugaan komponen lingkungan dapat didekati dengan kepakaran ahli dibidangnya. Komponen lingkungan yang digunakan biasanya bukan komponen yang detail, tetapi merupakan bidang yang luas. Komponen lingkungan



yang



prakiraan



dampaknya



berdasarkan



pendugaan



(judgement) antara lain adalah: keresahan masyarakat, gangguan aktivitas nelayan, gangguan biota laut, sanitasi lingkungan, kesehatan masyarakat serta persepsi dan sikap masyarakat. Dari perhitungan terhadap perubahan rona lingkungan dengan dan tanpa adanya



proyek



kemudian



ditentukan



ukuran/derajat



dampaknya



berdasarkan Undang - Undang No. 32 tahun 2009 Pasal 22 ayat 2 Tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting dan kriteria yang diberikan dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 sebagaimana pada tabel di bawah ini : Tabel 3.12. Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Pasal 3 Ayat 1



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 27,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



No



Ukuran Dampak Penting



Kriteria Dampak Penting



1



Jumlah manusia yang akan terkena dampak







2



Luas wilayah persebaran dampak







3



Intensitas dan lamanya dampak



































Manusia di wilayah studi yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat proyek, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati. Kegiatan proyek mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak. Kegiatan proyek mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih terhadap kegiatan. Kegiatan proyek akan menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Kegiatan proyek akan menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah. Kegiatan proyek akan mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik dan atau dilindungi menurut peraturan perundangan yang berlaku terancam punah atau habitatnya mengalami kerusakan. Kegiatan proyek menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa dan sebagainya) yang ditetapkan menurut peraturan perundangundangan. Kegiatan proyek akan merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi Kegiatan proyek akan mengakibatkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Kegiatan proyek mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi.



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 28,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



No



Ukuran Dampak Penting



Kriteria Dampak Penting 



4



Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak



5



Sifatnya kumulatif dampak



6



Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak



Kegiatan proyek menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer  Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus – menerus, sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya  Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak dapat diasimilasikan oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.  Dampak lingkungan dan berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik). Perubahan yang akan dialami oleh komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.



7



Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi



Perkembangan pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk mengendalikan dampak suatu kegiatan terhadap lingkungan.



Dampak positif merupakan dampak yang ditimbulkan akibat rencana kegiatan yang sifatnya menguntungkan/meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang ada sebelumnya. Sedangkan dampak negatif merupakan dampak yang ditimbulkan akibat rencana kegiatan yang sifatnya dapat merugikan/menurunkan kondisi lingkungan hidup awal. Dengan menggunakan berbagai metode prakiraan dampak, dampak penting hipotetik yang diindikasikan akan timbul tersebut dianalisis untuk mengetahui sifat dan tingkat kepentingan dampak yang selanjutnya dipakai sebagai acuan untuk melakukan evaluasi dampak penting. Dampak penting dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 



Dampak Positif Penting (PP)/Negatif Penting (NP)







Dampak Positif Tidak Penting (PTP)/Negatif Tidak Penting (NTP) Jika salah satu dari 7 kriteria diatas menjadi NP/PP maka



dampak tersebut termasuk kategori penting dan harus dikelola



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 29,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



dalam RKL-RPL. Dan jika tidak terdapat NP/PP dari salah satu 7 kriteria tersebut maka termasuk dampak NTP/PTP dan tidak dikelola dalam RKL-RPL. 3.3.



Metode Evaluasi Dampak Penting Evaluasi dampak penting dilakukan dengan metode bagan alir Sorensen modifikasi. Metode bagan alir dalam evaluasi dampak penting adalah untuk mengetahu hubungan kausatif holistik dalam mengevaluasi seluruh komponen lingkungan hidup dan komponen kegiatan, oleh sebab itu uraian tentang evaluasi dampak penting dengan memperhatikan :



1. Penelusuran hubungan kausatif antar komponen lingkungan hidup dengan komponen kegiatan yang diduga akan terkena dampak 2. Menggambarkan dengan jelas karakteristik lingkungan hidup yang akan terkena dampak 3. Kesenjangan perubahan lingkungan hidup yang diperlukan dan perubahan lingkungan hidup yang mungkin akan terjadi 4. Luas persebaran masing – masing dampak baik di wilayah kajian maupun di luar wilayah kajian dengan merujuk pada batas wilayah studi 5. Memilih alternatif pendekatan dalam rangka pengendalian



dampak



lingkungan baik positif atau negatif, terutama dari aspek pendekatan teknologi ekonomi dan klembagaan 6. Berdasarkan penapisan dampak penting hipotetik pada perkiraan dampak maka diperoleh resume dampak penting yang harus dikelola. Dalam evaluasi secara holistik dampak yang dikatagorikan bersumber dari kegiatan yang sama dibahas dan di evaluasi secara bersamaan yang disajikan dalam bentuk uraian dan bagan alir. Fungsi holistik dari bagan alir dapat menganalisis secara menyeluruh dan terpadu (holistic and integrated) interaksi antar komponen kegiatan dan lingkungan hidup, sehingga dapat diketahui keterkaitan dengan dampak penting yaitu komponen lingkungan hidup apa saja yang terkena dampak penting, serta komponen kegiatan yang menimbulkan dampak penting dengan demikian dapat di tentukan perioritas dalam pengelolaan lingkungan hidup. Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan yang terjadi dilakukan untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup. Bagian ini menguraikan metode-metode yang lazim digunakan dalam studi AMDAL untuk mengevaluasi keterkaitan dan interaksi dampak lingkungan yang diprakirakan timbul (seluruh dampak penting hipotetik)



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 30,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



secara keseluruhan dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana usaha dan/atau kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup. Berdasarkan Peraturan Menteri LH No.16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL, metode evaluasi dampak digunakan dalam studi AMDAL untuk mengevaluasi dampak penting yang ditimbulkan oleh usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup secara holistik dengan menggunakan metode yang sesuai. Metode yang bisa dipergunakan untuk evaluasi antara lain Metode Sorensen Modifikasi dengan bantuan Bagan alir, Metode Overlay dan Metode Matematis. Dalam kajian ini metode evaluasi yang digunakan adalah metode bagan alir. Peningkatan Pendapatan



Peningkatan Kebisingan



(-)



(+) Keresahan Masyarakat (-) Gambar 3.3. Contoh Bagan Alir Evaluasi DPH Menggunakan Metode Sorensen Modifikasi Keterangan : (+) : Dampak bersifat kumulatif terhadap dampak turunan (-) : Dampak bersifat melemahkan dan meniadakan dampak turunan Dari bagan alir tersebut dapat diketahui interaksi dampak dan hubungan keterkaitan antara setiap dampak penting hipotetik. Dalam bagan alir juga dapat diketahui sifat setiap dampak serta pengaruh terhadap komponen dampak lingkungan



lainnya.



Setiap



dampak



akan



memberikan



pengaruh



mengakumulasi atau dapat meniadakan dampak lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan penyusunan arahan lingkungan serta menjadi pokok dalam penentuan rekomendasi kelayakan lingkungan pada kegiatan. Berikut metode pengumpulan analisa data dan prakiraan dampak kegiatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 31,



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo



Tabel 3.13. Ringkasan Metode Studi No 1.



2.



Dampak Penting Hipotetik Keresahan Masyarakat



Data dan Informasi yang Dibutuhkan  Data jumlah penduduk di sekitar lokasi kegiatan  Data jumlah penduduk disekitar lokasi kegiatan Data jumlah penduduk Angka pencari kerja di sekitar lokasi kegiatan Tingkat  pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat



Terciptanya Kesempatan Kerja



Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan



Metode Pengumpulan Metode Analisis Data Data yang  Data yang diperoleh dari berkenaan responden yang dengan berkenaan dengan keresahan keresahan masyarakat masyarakat terkait selanjutnya dianalisis dengan rencana secara deskriptif dan kegiatan kualitatif dikumpulkan  Presepsi yang ditelaah melalui teknik mencakup presepsi observasi negatif dan presepsi lapangan, positif berkaitan dengan wawancara keberadaan secara mendalam perusahaan selama ini, dan wawancara harapan dan dengan kekhawatiran terhadap responden. rencana kegiatan. Keresahan Selain itu, akan masyarakat yang dianalisis juga hal-hal diamati adalah yang menyangkut kecenderungan pengetahuan, keresahan yang kepedulian, dan peran positif atau negatif serta masyarakat dari masyarakat dalam kegiatan terhadap rencana tersebut. kegiatan. Data kesempatan  Data yang berkenaan kerja diperoleh dengan kesempatan dari data primer kerja dan berusaha



Metode Prakiraan Dampak



Metode Evaluasi



Penilaian ahli dan analogi : Sikap menerima atau menolak terhadap rencana kegiatan (keluhan masyarakat) baik digunakan untuk tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, operasi, pasca operasi.



Bagan Alir Sorensen Modifikasi



Penilaian ahli dan matematis terhadap : Pengkajian proporsi tenaga kerja setempat yang dapat diserap dalam kegiatan pengembangan pelabuhan ini.



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 32



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo No



Dampak Penting Hipotetik



Data dan Informasi yang Dibutuhkan Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Angka pencari kerja di sekitar lokasi kegiatan Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat  Angka pencari kerja di sekitar lokasi kegiatan



Metode Pengumpulan Metode Analisis Data maupun yang mungkin muncul sekunder. akibat rencana Penentuan lokasi kegiatan dari hasil studi dilakukan wawancara dengan secara purposive responden selanjutnya yakni beberapa dianalisis secara desa atau deskriptif dan kualitatif kelurahan yang  Hasil analisa bisa diperkirakan akan disampaikan ke dalam terkena dampak. bentuk tabel dan grafik Jumlah sampel  Data tenaga kerja yang yang diperlukan dihasilkan akan dari semua dianalisis dengan Kecamatan di membandingkan upayakan tingkat pengangguran sebanyak 100 dan angkatan kerja dari responden. masyarakat yang Data primer berada di sekitar lokasi dikumpulkan rencana kegiatan. melalui teknik observasi lapangan, wawancasra secara mendalam dan wawancara dengan responden. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah



Metode Prakiraan Dampak



Metode Evaluasi



= Kebutuhan Tenaga Kerja x 100% Jumlah Pengangguran Metode penilaian para ahli diperlukan juga untuk menjustifikasi dampak positif dari penyerapan tenaga kerja.



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 33



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo No



3.



Dampak Penting Hipotetik



Data dan Informasi yang Dibutuhkan



Peningkatan Pendapatan



Upah minimum rakyat Pendapatan perkapita



Metode Pengumpulan Metode Analisis Data setempat dan lembaga yang alainya (BPS, Kantor Kecamatan). Data peningkatan  Dengan cara pendapatan membandingkan hasil diperoleh dari pendapatan sebelum data primer dan setelah maupun berjalannya proyek sekunder. pada tahap konstruksi Penentuan lokasi dan operasi studi dilakukan secara purposive yakni beberapa desa atau kelurahan yang diperkirakan akan terkena dampak. Jumlah sampel yang Data primer dikumpulkan melalui teknik observasi lapangan, wawancara secara mendalam dan wawancara dengan responden. Data sekunder



Metode Prakiraan Dampak



Metode Evaluasi



Pendekatan matematis terhadap : Pendapatan yang didapat setelah berjalannya proyek pada tahap konstruksi dan operasi. =



Pendapatan yang diterima sete ㌳ ah berjalannya proyek perbulan Pendapatanrata−rata yang diterima perbulan



x100%



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 34



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo No



4.



5.



Dampak Penting Hipotetik



Data dan Informasi yang Dibutuhkan



Gangguan  Jenis Flora dan jumlah Fauna laut Perairan



Penurunan Kualitas Udara



dan biota



 Kualitas udara  dengan parameter fisik (debu) dan kimia (SO2,  NO2, O3, dan CO2)  Arah dan kecepatan angin  Suhu



Metode Pengumpulan Data diperoleh dari instansi pemerintah setempat dan lembaga yang lainya (BPS, Kantor Kecamatan). Pengambilan sampel dan analisa laboratorium



Metode Analisis



Data yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium kemudian digambarkan secara deskriptif dan kualitatif dengan cara mentabulasi yang selanjutnya akan menggambarkan hasil analisa laboratorium dengan INP dan Indeks keanekaragaman Shannon Wiener. Pengukuran  Pembandingan dengan kualitas fisik dan Baku Mutu kemudian kimia udara di digambarkan secara lapangan deskriptif dan kualitatif dengan cara Pengambilan mentabulasi yang data sekunder selanjutnya akan iklim dari BMKG menggambarkan tentang tingkat kebisingan setelah ada kegiatan.



Metode Prakiraan Dampak



Metode Evaluasi



Pendekatan matematis dengan: Indeks keanekaragaman Shannon Wiener.



Dengan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon ni = Nilai penting suatu jenis N = Nilai penting suatu jenis



Pendekatan matematis terhadap : Pertambahan konsentrasi kualitas udara ambien akibat emisi dihitung dengan menggunakan Box Model dengan rumus sebagai berikut :



C=



Q. S U .Z



C = konsentrasi parameter kualitas udara ambien, µg/m 3 Q = Laju emisi per satuan luas, µg/det/m2 S = Panjang daerah tinjauan (kotak) searah dengan arah angin, m U = Kecepatan angin, m/det



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 35



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo No



6.



Dampak Penting Hipotetik



Peningkatan  Kebisingan



Data dan Informasi yang Dibutuhkan



Tingkat Kebisingan



Metode Pengumpulan Data















 7.



Penurunan  Kedalaman  kualitas air perairan laut  Pola arus disekitar kegiatan  Peta batimetri  Data pasang surut disekitar lokasi kegiatan  Data kualitas air laut



Pengukuran  tingkat kebisingan di lapangan Pengukuran volume kendaraan di lapangan Pengambilan data primer volume lalu lintas Pengambilan data sekunder iklim dari BMKG Data yang di  peroleh diambil berdasarkan pengambilan sampel dan analisa laboratorium.



Metode Analisis



Pembandingan dengan Baku Mutu kemudian digambarkan secara deskriptif dan kualitatif dengan cara mentabulasi yang selanjutnya akan menggambarkan tentang tingkat kebisingan setelah ada kegiatan.



Data yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium kemudian digambarkan secara deskriptif dan kualitatif dengan cara mentabulasi yang selanjutnya akan menggambarkan tentang kondisi kualitas air laut dengan pengembangan dan tanpa kegiatan



Metode Prakiraan Dampak



Metode Evaluasi



Z = Tinggi pencampuran udara, m (Canter. 1977. Environmental Impact Assessment by Larry. Mc Graw-Hill Companies) Penilaian ahli terhadap : Analisa data kebisingan dibandingkan dengan tingkat baku mutu kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48/MENLH/XI/1996



Penilaian ahli terhadap : Membandingkan hasil analisa dengan baku mutu yang telah ada yaitu KepMen LH No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut. Lamipran III untuk fauna laut



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 36



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo No



8.



Dampak Penting Hipotetik Gangguan Kamtibmas



Data dan Informasi yang Dibutuhkan 











Data jumlah penduduk di sekitar lokasi kegiatan Data angka kriminalitas di sekitar lokasi Data banyaknya konflik yang terjadi di sekitar lokasi 



9.



Perubahan  Arus dan Gelombang   



Data arah dan kecepatan angin Data musim Pola arus Arah gelombang



Metode Pengumpulan Data



Metode Analisis



pengembangan eksisting. Data yang  Data yang diperoleh dari berkenaan responden yang dengan berkenaan dengan kamtibmas terkait kamtibmas selanjutnya dengan rencana dianalisis secara kegiatan deskriptif dan kualitatif dikumpulkan melalui teknik observasi lapangan, wawancara secara mendalam dan wawancara dengan responden. Gangguan kamtibmas yang diamati adalah kecenderungan atau banyaknya kasus kriminalitas. Pengambilan data Data yang diperoleh akan sekunder terkait dibuat modeling arah dan menggunakan model kecepatan angin numerik dua dimensi di daerah sekitar untuk hidrodinamika lokasi, data sehingga dapat musim, pola arus menggambarkan kondisi dan arah perubahan arus dan



Metode Prakiraan Dampak



Penilaian ahli dan analogi : Memprakirakan gangguan kamtibmas sesudah berjalannya proyek.



Metode Evaluasi



sebelum



dan



Analisa kuantitatif terhadap : Adanya perubahan dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi dari dua model yaitu sebelum dan sesudah reklamasi



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 37



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo No



Dampak Penting Hipotetik



Data dan Informasi yang Dibutuhkan



10. Peningkatan  Data arah dan Sedimentasi kecepatan angin  Data musim  Pola arus  Arah gelombang  Lay out rencana reklamasi  Jumlah material urug



Metode Pengumpulan Data gelombang Pengamatan langsung di lokasi kegiatan Pengambilan data sekunder terkait arah dan kecepatan angin di daerah sekitar lokasi, data musim, pola arus, arah gelombang, lay out rencana reklamasi dan jumlah material urug



11. Terjadinya  Data arah dan Abrasi Pantai kecepatan angin  Data musim  Pola arus  Arah gelombang  Lay out rencana reklamasi  Jumlah material urug



Pengambilan data sekunder terkait arah dan kecepatan angin di daerah sekitar lokasi, data musim, pola arus, arah gelombang, lay out rencana reklamasi dan jumlah material urug







Metode Analisis



Metode Prakiraan Dampak



Metode Evaluasi



gelombang.



Data yang diperoleh akan dibuat modeling untuk mengetahui perubahan angkutan sedimen akibat kegiatan reklamasi. Simulasi model yang dibuat akan menghasilkan parameter elevasi muka air, konsentrasi sedimen dan perubahan dasar pantai akibat angkutan sedimen disetiap titik permodelan. Data yang diperoleh akan dibuat modeling untuk mengetahui perubahan angkutan sedimen akibat kegiatan reklamasi. Simulasi model yang dibuat akan menghasilkan parameter elevasi muka air, konsentrasi sedimen dan perubahan dasar pantai akibat angkutan sedimen disetiap titik permodelan.



Analisa kuantitatif terhadap : Adanya perubahan dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi dari dua model yaitu sebelum dan sesudah reklamasi



Analisa kuantitatif terhadap : Adanya perubahan dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi dari dua model yaitu sebelum dan sesudah reklamasi



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



III - 38



Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo No



Dampak Data dan Penting Informasi yang Hipotetik Dibutuhkan 12. Gangguan  Volume  Lalu Lintas kendaraan Darat (motor-MC, kendaraan ringan LV,kendaraan berat-HV)  Data kapasitas jalan



Metode Pengumpulan Data Data primer  pengukuran kepadatan lalu lintas Pengambilan data sekunder kapasitas jalan ke Dishub atau melalui jurnal ilmiah tertentu



Metode Analisis



Metode Prakiraan Dampak



Perhitungan derajat kejenuhan lalu lintas sesuai Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).



Penilaian ahli terhadap : Derajat Kejenuhan lalu lintas (Degree of Saturation/DS), yaitu perbandingan arus lalu lintas terhadap kapasitas jalan. DS = Q/C Dimana : Q = C =



Kerangka Acuan Pengembangan Pelabuhan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur



Metode Evaluasi



arus lalu-lintas kapasitas jalan



III - 39