Analisis Labuan Bajo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS LABUAN BAJO NUSA TENGGARA TIMUR



Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Organisasi dan Lingkungan Dosen: Yulia Arisnani Widyaningsih, M.B.A., Ph.D



Disusun oleh: Damara Kusuma Wardhani (452278)



PRODI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GAJAH MADA YOGYAKARTA 2020



a. Tentang Labuan Bajo Labuan Bajo merupakan Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat yang memiliki letak geografis sangat strategis, dimana posisi Labuan Bajo berada di bagian barat Pulau Flores. Labuan Bajo merupakan salah satu desa dari 9 desa yang berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Menurut sejarah, Labuan berasal dari kata labuhan yaitu desa yang dijadikan tempat berlabuh bagi orang-orang yang berasal dari Bajo dan Bugis Sulawesi Selatan. Akhirnya desa ini kemudian disebut Labuan Bajo. Dengan eksotismenya, Labuan Bajo menjadi destinasi wisata yang bahkan terkenal hingga ke mancanegara. Menjadi destinasi wisata, Labuan Bajo kemudian menjadi ibukota Kabupaten Manggarai Timur dengan fasilitas transportasi dermaga, pelabuhan bahkan bandar udara. Labuan Bajo dikenal juga dengan kota pariwisata yang merupakan pintu gerbang barat memasuki pesona wisata Pulau Flores. Salah satu yang menjadi kekuatan dari kota Labuan Bajo adalah keberadaan kawasan Taman Nasional Komodo yang telah dijadikan sebagai obyek wisata kelas dunia, dimana Labuan Bajo merupakan entry point untuk menuju kawasan wisata. Selain memiliki potensi wisata bahari, tersedia juga pariwisata darat yang cukup banyak, diantaranya berbagai jenis gua alam dengan kekhasannya sendiri, mata air dan air terjun yang letaknya tidak jauh dari kawasan Labuan Bajo. Sumber: https://labuanbajotour.com/wisata/sejarah-wisata-labuan-bajo Perkembangan aktivitas pariwisata di Labuan Bajo semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya wisatawan yang masuk setiap pekannya untuk menikmati keindahan alam di kota ini. Maka perlunya kejelian dari pemerintah daerah, pihak swasta dan stakeholders untuk memanfaatkan peluang ini yaitu dengan terus melakukan pengembangan terutama dalam mengembangkan sarana/fasilitas. b. Analisis Lingkungan Pariwisata SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats. Seperti namanya, analisis SWOT merupakan salah suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk



mengevaluasi



Kekuatan



(Strength)



dan



Kelemahan



(Weakness),



Peluang



(Opportunities) dan Ancaman (Threats) dalam suatu proyek, baik proyek yang sedang berlangsung maupun dalam perencanann proyek baru. Analisis SWOT bukan hanya dapat digunakan dalam bisnis, tetapi juga dapat digunakan pada pribadi kita sendiri dalam pengembangan karir. Analisis SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert S Humphrey pada tahun 1960-an dalam memimpin proyek riset di Stanford Research Institute yang menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Di dalam pengembangan obyek wisata Labuan Bajo diperlukan analisa SWOT untuk mengetahui hal-hal apa saja yang



termasuk di dalam ke empat unsur SWOT sehingga kita dapat mengambil langkah-langkah strategis bagaimana obyek wisata Labuan Bajo dapat ditingkatkan mutu, pelayanan dan potensi pariwisatanya sehingga menjadi salah satu tujuan wisata unggulan di Indonesia sesuai dengan program pemerintah. Adapun hal-hal yang termasuk di dalam unsur-unsur SWOT adalah sebagai berikut; 1. STRENGHT (kekuatan atau keunggulan yang dimiliki obyek wisata Labuan Bajo/faktor internal) a) Pulau komodo yang menjadi ikon wisata, pantai pink, pulau padar, pulau manta point, pulau bidadari, gili laba, goa batu cermin dan masih banyak lagi tempat-tempat menarik yang dapat menjadi destinasi wisata b) Tari Bolelebo menjelaskan bahwa tarian tersebut berasal dari Flores dan biasa dibawakan untuk menyambut kedatangan tamu. “Bolelebo itu tarian asal Flores. Yaitu tarian rakyat atau tarian selamat datang, biasanya dibawakan untuk menyambut tamu,”. Tarian ini dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan. Tarian rakyat ini biasanya dibawakan dengan mengunakan baju adat suku Rote NTT. c) Tari Kataga berasal dari Sumba Barat, NTT. Tarian ini merupakan tarian perang yang dimainkan oleh penari pria dengan kostum adat khas Sumba dan dilengkapi senjata pedang dan perisai. Tari Kataga ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di NTT, khususnya Sumba Barat. Tarian ini biasanya ditampilkan di berbagai acara adat, acara penyambutan, dan pertunjukan budaya. d) Tari Caci merupakan wujud syukur terhadap Tuhan atas kesehatan dan hasil panen yang diperoleh dalam satu tahun. Jadi bahasa lengkapnya Cacri Randang Uma, artinya syukur panen. Ia menjelaskan berdasarkan adat, Tari Caci ada tiga jenis, yaitu Randang Uma untuk syukur terhadap hasil panen, Caci Lontong Golo bentuk syukur terhadap kesehatan, dan Caci Randang Weri Leka untuk peresmian kampung. Selain saat upacara syukur, tarian-tarian ini juga ternyata dimainkan pada acara pesta, atau peristiwa kebahagiaan. e) Keramahan masyarakat dan kondisi alam yang masih asli dan sangat indah.



2. WEAKNESS (kelemahan atau kekurangan yang dimiliki obyek wisata Labuan Bajo/faktor internal) a) Bahan bakar (solar) yang langka sehingga harganya mahal untuk operasional kapal bermotor (kapal kayu) untuk menghubungkan pulau-pulau di sana, hal ini membuat harga sewa kapal menjadi mahal sekitar 4-6 juta per paket sewa



b) Sumber daya manusia yang kurang menunjang di dalam pengembangan pariwisata karena penduduk 257.582 orang (sebagian besar suku Bajo dan Flores) dari data BPS Kabupaten Manggarai Barat, Jika diprosentasikan jumlah sdm yang lulusan universitas dibandingkan dengan total penduduknya adalah 8112 257582 X 100% = 3,149%. Untuk mengembangkan wisata Labuan bajo dengan lulusan S1 sebesar 3,149% sangatlah kurang. c) Masalah-masalah utama di Labuan Bajo. Di antaranya adalah akses (bandara, jalan, pelabuhan wisata & marina), sampah, air bersih, supply BBM, listrik, dan infrastruktur pendukung pariwisata seperti akomodasi (hotel, homestay, TIC, Souvenir Shops, dan lainnya),



serta



pelatihan



SDM



pariwisata.



Sumber:



http://www.indonesiakoran.com/news/wisata/read/76689/ini.kendala.pengembangan. pariwisata.labuan.bajo



3. OPPORTUNITIES (peluang yang dimiliki obyek wisata Labuan Bajo/faktor eksternal) a) Pemerintah pusat di tahun 2020 menetapkan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT sebagai salah satu dari lima kawasan atau destinasi pariwisata prioritas untuk pembangunan infrastruktur. Hal ini disampaikan Presiden RI, Joko Widodo dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekda NTT, Ir. Ben Polo Maing pada apel Hari Bakti PU ke-74 tingkat Provinsi NTT di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT. Menurut Jokowi, pembangunan infrastruktur lima destinasi prioritas di tahun 2020, yakni Destinasi Wisata Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di NTB, Labuan Bajo di NTT dan Manado Likupang di Sulawesi Utara. Dijelaskan, seluruh agenda pembangunan itu harus berdampak pada kenaikan kelas UMKM, pengembangan pariwisata dan penciptaan lapangan kerja. Pembangunan dengan penggunaan teknologi saat ini sangat penting, termasuk dalam bidang



pekerjaan,



termasuk



pembangunan



infrastrukutur.



Sumber:



https://kupang.tribunnews.com/2019/12/03/tahun-2020-labuan-bajo-masuk-limadestinasi-prioritas-pembangunan- infrastruktur. b) Kemenpar Nomor 3 Tahun 2018 tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata yang ditujukan untuk membantu menciptakan kemudahan, kenyamanan dan keselamatan wistawan di dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata (Pasal 2 (1)). c) Perkembangan teknologi informasi sebagai media promosi dan sumber informasi d) NTT berdekatan dengan negara Australia.



4. THREATS (acaman atau hal-hal yang menghambat obyek wisata Labuan Bajo/faktor eksternal) a) Labuan bajo secara geografis terletak berdekatan dengan Bali dan Lombok yang juga memiliki potensi wisata yang lebih dulu terkenal dan sangat indah b) Kebersihan obyek wisata Labuan bajo masih dihinggapi sampah-sampah yang belum diperhatikan dan dikelola oleh pemda setempat sehingga mengurangi kesan dan harapan wisatawan yang menginginkan suasana yang segar dan berlama-lama menikmatinya c) Mudahnya akses bagi peredaran narkoba yang dapat mengancam dan merusak generasi muda dan masyarakat NTT.



c. Stakeholders Labuan Bajo Karena tujuan yang ingin dicapai adalah menjadikan Labuan Bajo sebagai salah satu objek wisata andalan Indonesia, maka publik yang menjadi stakeholders antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat lokal, investor, media, dan wisatawan asing. 1. Pemerintah Pusat Pemerintah pusat dalam hal ini adalah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar). Hal ini sesuai dengan fungsi dari Depbudpar yaitu: a)



Perumusan kebijakan nasional kebijakan pelaksanaan dan kebiakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata.



b)



Pelaksanaan urusan pemerintah sesuai dengan bidang tugasnya.



c)



Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya.



d)



Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.



2. Pemerintah Daerah Pemerintah daerah yang menjadi stakeholders adalah pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat kabupaten. Pemerintah daerah memiliki peran strategis sebagai bagian yang pasti lebih mengetahui seluk beluk Labuan Bajo. Labuan Bajo sendiri penting bagi Pemerintah NTT karena menjadi potensi pariwisata terbesar. Stakeholders yang termasuk dalam bagian pemerintah daerah antara lain: a) DPRD NTT, mencakup sekertaris daerah, asisten pembangunan dan perekonomian, biro perekonomian, dinas pendapatan dan aset daerah, dinas kebudayaan dan



pariwisata, dan Pejabat Eselon II dan III Lingkup Pemerintah Provinsi NTT seperti Staf Ahli Bidang Pengembangan Kawasan dan Wilayah, Kepala bagian Pengembangan Daerah & Pejabat Daerah/Politik. b) Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, yang mencakup Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Barat, Drs. Agustinus CH. Dulla dan Drs. Maximus Gasa, M.Si, Ketua dan Wakil ketua DPRD Kabupaten se-NTT yaitu Mateus Hamsi, S.Sos, Drs. Pasir Yohanes dan Drs. Jerahun Bernadus 3. Masyarakat Lokal Masyarakat lokal menjadi salah satu stakeholder penting untuk mewujudkan goal yang telah dicanangkan. Meyakinkan masyarakat bahwa Labuan Bajo perlu diperbarui dapat menjadi cara agar mereka mau mendukung langkah-langkah yang telah ditetapkan. Dengan dukungan dari masyarakat lokal maka perusahaan akan memiliki posisi bargaining yang kuat sehingga bersama-sama mendesak pemerintah untuk melakukan revitalisasi sarana dan prasarana Labuan Bajo. Selain itu, diharapkan agar dengan dukungan dari masyarakat lokal pemerintah pusat akhirnya menggalakkan publikasi akan Labuan Bajo. 4. Investor Investor memiliki peran yang penting terutama dalam mendukung pendanaan. Namun mereka tidak akan berani mengucurkan dana investasi bila tujuan yang ingin dicapai tidak didukung oleh pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat lokal. Karena mereka tidak akan memberikan dana dengan kepastian bahwa tempat yang mereka berikan investasi akan memberikan keuntungan bagi mereka. Dengan investasi dari mereka diharapkan seluruh dana yang dibutuhkan untuk merevitalisasi salah satu potensi pariwisata yang baik bagi Bangsa Indonesia. 5. Media Media di sini bertindak sebagai intervening public di mana berfungsi untuk mempublikasikan semua strategi dan program yang dibuat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemberitaan dari media akan membantu publikasi bagi program ini sehingga tingkat awareness terkait isu ini akan meningkat. Yang diharapkan, dapat mendukung rencana pembaruan dan mendesak pemerintah untuk segera memasukkan Labuan Bajo dalam agenda kerjanya. 6. Wisatawan Lokal dan Asing. Wisatawan menjadi tujuan akhir dari semua tujuan yang telah ditetapkan di awal. Melalui pembaruan, diharapkan animo wisatawan, baik lokal maupun asing semakin tinggi



terhadap Labuan Bajo. Wisatawan yang pernah berkunjung ke Labuan Bajo juga diharapkan menjadi perpanjangan mulut untuk mempromosikan daerah. d. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Kabupaten Manggarai Barat mempunyai objek dan daya tarik wisata yang luar biasa, namun pemerintah dalam hal ini Pemda Kabupaten Manggarai Barat masih belum optimal dalam pengelolaan dan pengembangannya. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh strategi sebagai berikut: 1. Mengikutsertakan Aparat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam berbagai diklat teknis fungsional; 2. Membangun jaringan kerjasama dengan pihak swasta dan lembaga masyarakat; 3. Perbaikan infrastruktur (jalan) dan peningkatkan sarana transportasi; 4. Peningkatan penyebaran promosi melalui advertising, pengadaan bahan promosi (cetak dan audio visual) serta memaksimalkan penggunaan IT; 5. Menyelenggarakan dan mengikuti berbagai event baik yang bernuansa pariwisata maupun event budaya di Kabupaten Manggarai Barat dan di luar Kabupaten Manggarai Barat. Adapun arah kebijakan-kebijakan pengembangan bidang pariwisata diarahkan pada: a. Pengembangan destinasi pariwisata; b. Pengembangan pemasaran pariwisata; c. Pengembangan kemitraan pariwisata; d. Peningkatan sumber daya pengelolah pariwisata; e. Pengembangan apresiasi dan partisipasi masyarakat; f. Peningkatan sarana pendukung pariwisata. Sebagai pengelola obyek wisata Labuan bajo (manager), beberapa program yang perlu dilakukan untuk pengembangan adalah sebagai berikut: 1) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Dalam pengembangan destinasi ini pemerintah Kabupaten Manggarai Barat akan terus mengembangkan potensi objek wisata sumber daya yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat. Pengembangan destinasi merupakan pengembangan lokasi objek wisata, namun dalam pengembangan kegiatan dalam program ini tidak dapat dilakukan kesemua potensi objek wisata yang telah ada. Pelestarian kebudayaan daerah serta pengembangan objek dan daya tarik wisata (ODTW) di Kabupaten Manggarai Barat yang tersebar di beberapa kecamatan diperlukan penanganan yang profesional dari pemerintah setempat, agar objek wisata dapat terjaga kelestariannya sehingga dapat menumbuhkan perkembangan pengunjung wisatawan pada objek-objek wisata yang terdapat di Labuan Bajo, terutama untuk kawasan pengembangan destinasi,



seperti kawasan objek wisata alam dan budaya di kecamatan Labuan Bajo. Penataan sumber daya yang dijadikan daya tarik wisata, potensi objek wisata dan kawasan wisata agar pengelolaanya lebih profesional sehingga mampu bersaing dengan destinasi-destinasi pariwisata lainnya. Oleh karena itu, penataan dan pemeliharaan objek-objek wisata perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 2) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Dalam hal kegiatan promosi atau pemasaran potensi-potensi objek wisata pemerintah Kabupaten Manggarai Barat sudah berusaha memperkenalkan objek wisata yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat kepada masyarakat lokal dan luar daerah dengan cara memasang baleho di tempat-tempat yang menjadi pusat kota atau di tempat objek wisata tersebut, penyebaran brosur-brosur kepada masyarakat pada saat event-event pariwisata dan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan memasang iklan di internet. Program promosi dan pemasaran dalam rangka peningkatan misi yang merupakan sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan agar memberikan konstribusi positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Unsur promosi pariwisata diharapkan menjadi alat utama untuk melakukan destinasi ke Kabupaten Manggarai Barat. Oleh karena itu perlunya pengembangan usaha promosi terus ditingkatkan sehingga pertumbuhan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun dapat memberi konstribusi pendapatan dari sektor kebudayaan dan pariwisata. Industri pariwisata berada dalam posisi yang menguntungkan karena sering terjadi interaksi antara organisasi dan pasar wisata menyebabkan banyak data yang berguna dapat diperoleh bagi perencanaan strategi pemasaran, sehinggga para operator industri jasa dapat membuat rencana jangka panjang yang akurat. 3) Program Pengembangan Kemitraan Pariwisata Dapat diketahui bahwa koordinasi dan peran serta keterlibatan dan keterpaduan program antar stakeholder maupun sektor terkait dalam pengembangan kebudayaan dan pariwisata ini sangat penting. Pengembangan kawasan wisata merupakan salah satu konsep pengembangan jaringan. Pola pengembangan jaringan pariwisata memerlukan kerjasama antara pemerintah daerah maupun sektor swasta secara sinergis. Agar perkembangan ini berjalan dengan lancar dan sesuai yang diharapkan maka dibutuhkan dukungan dari semua pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat). Selama ini dalam hal pengembangan potensi objek wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat masih bergerak sendiri, dan masih rendahnya keikutsertaan masyarakat dalam hal pengembangan pariwisata. Untuk tercapainya hal tersebut



dapat dilakukan melalui peningkatan koordinasi, antara unsur pemerintah (pusat/daerah). Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, masyarakat, dan pengusaha pariwisata di dalam pemantapan pengembangan ODTW pariwisata. 4) Program Pengembangan Apresiasi dan Partisipasi Masyarakat Dalam hal melakukan sebuah pengembangan pariwisata, dibutuhkan pula apresiasi dan partisipasi masyarakat. Agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat lebih mudah dilaksanakan. Diharapkan pemerintah setempat mampu mengajak masyarakatnya untuk berperan aktif dalam pengembangan pariwisata. Dalam hal pengembangan apresiasi dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Manggarai Barat masih terbilang sangat kurang. Hal ini dikarenakan kurangnya pemerintah memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat setempat untuk mengajak masyarakat berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata dan kurangnya juga kesadaran masyarakat itu sendiri akan wisata. dengan melibatkan partisipasi masyarakat, maka akan lebih terjamin kesesuaian program pengembangan dengan aspirasi masyarakat



setempat



serta



masyarakat



akan



merasa



dihargai



dengan



keikutsertaannya. 5) Program Peningkatan Sarana Pendukung Pariwisata Penyediaan sarana pariwisata sangat menentukan peluang pengembangan sebuah destinasi wisata. On-site management¸ penataan sarana pariwisata, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas baru, penanaman atau introduksi vegetasi, akomodasi, tempat perbelanjaan, fasilitas hiburan, serta penataan akses lalu lintas ke kawasan, sangat menentukan keberhasilan pengembangan destinasi pariwisata. Ketersediaan infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika ada penyediaan fasilitas infrastruktur yang baik. Salah satu program yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat yakni pembangunan infrastruktur jalur jalan di wilayah utara Kabupaten Manggarai Barat, pengembangan bandar udara Komodo/Labuan Bajo dan pelabuhan lautnya.



Daftar Pustaka Damanik dan Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata dan Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi Fandeli, C. 2002. Rangkuti, F. 2014. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Amelia Arnis. 2013. Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Komodo Indonesia. Makalah DOKUMEN Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Kemenpar Nomor 3 Tahun 2018 tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata.