Bumi Sang Naga: Labuan Bajo, Bajawa, Ende [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bumi Sang Naga



S YA R A F U D D I N



Labuan Bajo — Bajawa — Ende



Bumi Sang Naga



2



Bumi Sang Naga Labuan Bajo — Bajawa — Ende



S YA R A F U D D I N 3



Bumi Sang Naga: Labuan Bajo, Bajawa, Ende © 2020 Syarafuddin ([email protected]) berdasarkan lisensi Creative Commons (https://creativecommons.org/licenses/): Atribusi (BY)-NonKomersial (NC)-TanpaTurunan (ND)



seluruh foto dan teks © Syarafuddin ([email protected]). Hak cipta dilindungi undang-undang. Diterbitkan pertama kali Januari 2020



Naskah Pengantar dikerjakan dengan LibreOffice Writer 6.4 (https:// www.libreoffice.org/). Foto diproses dengan GIMP 2.10 (GNU Image Manipulation Program, https://www.gimp.org/). Sampul/cover buku dikerjakan dengan Inkscape 0.92 (https://inkscape.org/). Naskah dan foto ditata menjadi publikasi elektronik dengan Scribus 1.5.5 (https:// www.scribus.net/) pada komputer dengan Sistem Operasi Linux: OpenSuse Tumbleweed (https://www.opensuse.org). Seluruh program komputer (software) tersebut, kecuali LibreOffice, menggunakan lisensi GNU General Public License (GPL, https:// www.gnu.org/licenses/#GPL) dengan versi sesuai yang diterangkan masing-masing program komputer. LibreOffice menggunakan lisensi Mozilla Public License v2.0 (https://www.mozilla.org/en-US/MPL/). Secara umum semua program komputer yang digunakan adalah free and open source software. Publikasi menggunakan jenis huruf (font) Roboto Slab (https:// fonts.google.com/specimen/Roboto) dan Roboto Condensed (https:// fonts.google.com/specimen/Roboto+Condensed) hasil desain Christian Robertson (principal design) dengan berbagai variannya (font style). Kedua jenis huruf menggunakan lisensi Apache License Versi 2.0 (http:// www.apache.org/licenses/LICENSE-2.0). Creative Commons Button © Creative Commons berdasarkan lisensi Creative Commons License: Atribusi (BY), diunduh dari https:// creativecommons.org/about/downloads/ Publikasi elektronik ini dapat diakses (dibaca dan/atau diunduh) melalui website Internet Archive dengan tautan https://archive.org/ details/sybsn atau temukan di https://archive.org/details/@syaraf



4



Logo Internet Archive dari https://commons.wikimedia.org/wiki/ File:Internet_Archive_logo_and_wordmark.svg. Menurut detail pada tautan, logo ini bebas dari hak cipta dan dapat digunakan tanpa lisensi apapun, juga tanpa atribusi pencipta atau lisensi yang digunakan.



Prawacana Foto-foto dalam ficer (feature) fotografis ini diambil Februari 2016, saat berdarmawisata ke sekitar kota Labuan Bajo, Bajawa, dan Ende di Pulau Flores, NTT. Darmawisata dengan kawan-kawan sekantor (saat itu) di Pusat Pengembangan Kapasitas Perjalanan dilakukan selama 6 hari, dari Yogyakarta menuju dan Kerjasama (PPKK), Fakultas Labuan Bajo. Dari Labu an Bajo, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan menggunaka n kapal (Fisipol), Universitas Gadjah phinisi menuju Pulau Rinca, lalu Mada (UGM). Bulan Februari ke Pulau Padar dan be rmalam di masih dalam siklus musim perairan pulau ini. Pa ginya hujan di Indonesia termasuk menuju Pulau Komodo , siang ke Flores, sehingga dalam Pantai Pink, dan kemb ali ke Labuan Bajo. Keesok an harinya perjalanan kita sering melintasi dengan pesawat menu ju Bajawa, hujan. Hal ini juga membuat mengunjungi Pemand ian Air langit lebih berawan, tetapi Panas Soa, bermalam di Rumah tetumbuhan menghijau bukan Retret Kemah Tabor Mataloko, kuning-kering seperti saat dan pagi hari ke Kamp ung Bena. Dengan angkutan da musim kemarau. rat me nuju Ende, dinihari menuju lokasi akhir: Gunung Kelim utu. Dan Sekitar akhir 2015 saya mencoba kembali ke Yogyakar ta. untuk menyediakan waktu untuk



berlatih memotret lebih serius dan mengasilkan foto yang lebih bernilai fotografis. Biasanya berangkat kerja lebih pagi untuk memotret di jalan, pasar, ataupun kegiatan tertentu (seperti wisuda) yang dilalui saat perjalanan menuju kantor. Demikian pula saat pulang. Saya tertarik mendokumentasikan hal-hal biasa dalam keseharian. Mencari dan memahami hal-hal



menarik dan layak untuk difoto dari sesuatu yang biasa. Daripada hal teknis dan kecanggihan kamera, saya condong ke isi/ konten foto: cerita, momen, wacana, .... Dengan yang candid daripada yang di-setup. Dalam prakteknya saya mencoba mengamalkan (practicing) konsep-konsep yang berkembang dalam foto dokumenter, foto jurnalistik, dan tentu saja street photography. Perjalanan ke Flores ini, saya membuat sekitar 1200-an foto. Di luar foto yang terkait dengan dokumentasi ‘standar’ wisata bersama kolega, secara pribadi saya mencoba melihat dan mendokumentasikan hal-hal biasa yang menurut saya unik karena momen, juktaposisi (juxtaposition), jarang diperhatikan, dinamika sesaat, dan sebagainya. Foto-foto inilah yang ditampilkan dalam buku ini. Melalui serangkaian kurasi pribadi, dipilih 52 foto, diolah (post processing), dan dibagi menjadi tiga bab. Naga. Dari ketiga lokasi yang dikunjungi, Labuan Bajo saat itu (2020 juga) merupakan destinasi yang paling populer. Salah satu yang destinasi terkenal untuk didatangi di sini adalah Pulau Komodo. Komodo yang merupakan kadal terbesar di dunia, disebut



5



juga naga (dragon), hanya hidup di daerah Pulau Flores ini. Nama Flores populer dikalangan pelaut Eropa masa lampau berasal dari penyebutan para pedagang Portugis. Menurut Laurensius Lepo (“Flores Pulau Naga (Nusa NiPa) Arti Sebuah Nama”, https://fortunaexplore.com/ 2018/08/08/flores-pulau-naga-nusa-nipaarti-sebuah-nama/) masyarakat setempat menamakan pulau ini dengan banyak nama sesuai bahasa komunitas masingmasing, nama yang paling akrab dan digunakan dalam acara ritual adalah Nusa Nipa yang artinya Pulau Naga. Ada beberapa legenda naga juga yang beredar dikalangan penduduk yang mendiami pulau ini. Buku Foto Elektronik. Buku foto (photobook) seharusnya berbentuk cetak (fisik). Buku foto tercetak menampilkan foto seperti yang inginkan fotografer tanpa terlalu terpengaruh kecerahan, kontras, atau pun cahaya sekitar seperti pada layar monitor. Buku cetak juga



6



didesain memiliki ukuran yang pas dan tetap secara fisik untuk menampilkan konten yang ingin disampaikan dalam foto tunggal dan rangkaiannya dengan foto-foto yang lain. Selain fisik Dari Yogyakarta menu buku (berat, tekstur kertas, ju Labuan Bajo, penerbangan transit gerakan halaman, dan di Bandara Ngurah Rai Bali selam a beberapa sebagainya) yang memberikan waktu. Beberapa foto dibuat di sini. rasa tersendiri yang tidak Walaupun buku ini be rkisah tentang dirasakan dalam buku tanah Flores (ditiga ko ta), saya tidak dapat mengabaikan berformat elektronik. Tetapi dua foto yang dibuat di Ngurah Rai. membutuhkan biaya yang Bali merupakan salah satu pintu masu k ke Bumi Sang sangat besar dan waktu Naga. Foto berjudul “P intu AV” dan pengerjaan yang lebih lama. “Berpayung Sayap” ya ng diambil di Buku ini didesain menurut Bandara Bali saya ma sukan dalam desain buku cetak, dimana Bagian 3: Jejak-jejak . kesatuan halaman kiri-kanan menjadi acuan tampilan halaman buku. Kemudian dijadikan berkas elektronik berformat pdf dengan pengoptimalan untuk ditampilkan di layar monitor. Untuk saat ini bentuk elektroniklah yang dapat saya persembahkan. Semoga, menyitir Fan Ho, ficer fotografis ini tidak mensiasiakan waktu berharga para pembaca.



Daftar Isi Bagian 1: Laut dan Pulau Sebian besar foto di bagian ini dibuat saat berlayar dari Labuan Bajo ke pulau-pulau sekitarnya. Mencoba menagkap momen, juktaposisi, tekstur, kompleksitas, juga kontras antara laut, pulau dan yang ada diantaranya.



Bagian 2: Daratan dan Air Foto-foto daratan Pulau Flores: dataran, gunung, sungai, danau. Seperti bagian pertama, bagian ini juga berusaha menagkap momen, juktaposisi, tekstur, kompleksitas, juga kontras.



9



37



Bagian 3: Jejak-jejak Bagian ini tentang mahluk hidup dan jejak yang ditinggalkannya. Bangunan, monumen, memori, adaptasi, dan sebagainya yang menghasikan kontras, juktaposisi, surealitas, absurditas sesaat, dan lainnya.



57 7



8



Laut dan Pulau



9



Through the Window-Glass Labuan Bajo 10



11



Sinyal Laut Labuan Bajo 12



13



Color Wheel: Warni-warna Pantai Pink, Labuan Bajo 14



15



Phinisi Pulau Padar



16



Bukit di Pulau, Bukit di Awan Pulau Padar



17



Pulau Rinca — Pulau Padar 18



19



Labuan Bajo — Pulau Rinca



20



Labuan Bajo — Pulau Rinca



21



Pulau Rinca — Pulau Padar 22



23



Sirip di Laut, Celah di Bukit Pulau Rinca — Pulau Padar 24



25



Pulau Rinca — Pulau Padar 26



27



Berombak Labuan Bajo — Pulau Rinca



28



Piramida Labuan Bajo — Pulau Rinca



29



Pulau Rinca — Pulau Padar 30



31



Bukit Pulau Padar 32



33



Multidimensi Pulau Padar 34



35



36



Daratan dan Air



37



Perangkap Cahaya Gua Batu Cermin, Labuan Bajo 38



39



Merajah Daratan Pemandian Air Panas Soa 40



Bermain Perosotan Pemandian Air Panas Soa



41



Awan dan Buih Gunung Kelimutu 42



43



Lepas Labuan Bajo 44



45



Sinyal Darat Labuan Bajo 46



47



48



Mengkap Kabut Gunung Kelimutu 49



Tombak Gua Batu Cermin, Labuan Bajo 50



51



Raut Tebing Gunung Kelimutu, 52



53



Bepayung Kabut Gunung Kelimutu



54



Berselimut Kabut Gunung Kelimutu



55



56



Jejak-jejak



57



Pintu ke Balik Cermin Pemandian Air Panas Soa 58



59



Menembus Batas Gunung Kelimutu 60



61



Pintu AV Bandara Ngurah Rai, Bali



62



Berpayung Sayap Bandara Ngurah Rai, Bali



63



Yang Statis dan Yang Dinamis Labuan Bajo



64



Tempat Sampah Cap Yamaha Labuan Bajo



65



Sampan Labuan Bajo 66



67



Monumen Megalit Kampung Bena 68



69



Pigura Pemandian Air Panas Soa 70



71



Perjalanan Pulau Padar — Pulau Komodo 72



73



Jendela Kemah Tabor Mataloko 74



75



Jalan Kemah Tabor Mataloko



76



Karpet dan Bendera Seminari Mataloko



77



Topeng Pulau Komodo



78



Tongkat Penjinak Naga Pulau Komodo



79



80



Labuan Labuan Bajo 81



Menahan Beban Pulau Padar



82



Sang Penari Pulau Rinca



83



Lontras, Lontar yang Kontras Labuan Bajo 84



85



Payung dan Sarung Ende 86



87



Botol di Saku Pulau Rinca



88



Payung dan Tongkat Pulau Komodo 89



Leluhur Kampung Bena 90



91



Benakang, Kampung Bena dari Belakang Kampung Bena 92



93



94



95



96



Flores sebagai nama pulau berasal dari penyebutan para pedagang Portugis. Masyarakat setempat menamakan pulau ini dengan banyak nama sesuai bahasa komunitas masingmasing, nama yang paling akrab dan digunakan dalam acara ritual adalah Nusa Nipa yang artinya Pulau Naga. Foto-foto dalam ficer fotografis ini dibuat di tiga kota (Labuan Bajo, Bajawa, dan Ende) dan sekitarnya di Pulau Flores tahun 2016. Mencoba menangkap hal-hal biasa yang unik karena momen, juktaposisi, jarang diperhatikan, dinamika sesaat, dan sebagainya. Bukan foto ‘standar’ wisata dengan spot-spot yang biasa untuk berfoto.