Bab Ix Steroid [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Aeni
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



BAB IX STEROID A. PENGERTIAN STEROID Senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan lima. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama, memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan molekul pensinyalan. Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri dari androgen seperti testosteron dan androsteron. Subkelas C21 meliputi progestagen, juga glukokortikoid dan mineralokortikoid. Sekosteroid, terdiri dari bermacam ragam bentuk vitamin D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari struktur inti. Contoh lain dari lemak sterol adalah asam empedu dan konjugatkonjugatnya, yang pada mamalia merupakan turunan kolesterol yang dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara adalah fitosterol, seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini juga digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga. Sterol dominan di dalam membran sel fungi adalah ergosterol.



Gambar Struktur Steroid dan Penomorannya Steroid adalah senyawa organic bahan alam yang dihasilkan oleh organisme melalui metabolit sekunder, senyawa ini banyak ditemukan pada jaringan hewan dan tumbuhan. Asal usul biogenetic dari steroid mengikuti reaksi-reaksi pokok



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 186



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



yang sama, dengan demikian maka golongan senyawa ini memiliki kerangka dasar yang sama. Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang sangat penting dalam kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis hormone, asam empedu dan berbagai macam senyawa anabolic adalah turunan steroid. Keragaman turunan steroid dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus fungsi steroid berdasarkan reaksi-reaksi sekunder mengikuti keteraturan biogenetic. Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan penegelompokan ini didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh masing-masing senyawa. Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu, hormon seks, hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau dari segi struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis substituen R1 , R2 dan R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon. sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu kelompok tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R 1, gugus fungsi yang terdapat pada substituen R 1, R 2, dan R 3, jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar karbon tersebut. B. ASAL USUL STEROID Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini mengalami serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari biosintesa steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol. Percobaanpercobaan menunjukkan bahwa skualen terbentuk dari dua molekul farnesil pirofosfat yang bergabung secara ekor-ekor yang segera diubah menjadi 2,3epoksiskualen.



selanjutnya



lanosterol



terbentuk



oleh



kecenderungan



2,3-



epoksiskualen yang mengandung lima ikatan rangkap untuk melakukan siklisasi ganda. Siklisasi ini diawali oleh protonasi guigus epoksi dan diikuti oleh



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 187



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



pembukaan lingkar epoksida. Kolesterol terbentuk dari lanosterol setelah terjadi penyingkiran tiga gugus metil dari molekul lanosterol yakni dua dari atom karbon C-4 dan satu dari C-14. Penyingkiran ketiga gugus metil ini berlangsung secara bertahap, mulai dari gugus metil pada C-14 dan selanjutnya dari C-4. Kedua gugus metil pada kedua C-4 disingkirkan sebagai karbon dioksida, setelah keduanya mengalami oksidasi menjadi gugus karboksilat. sedangkan gugus metil pada C-14 disingkirkan sebagai asam format setelah gugus metil itu mengalami oksidasi menjadi gugus aldehid. C. KERANGKA DASAR STEROID Senyawa steroid memiliki kerangka dasar yang spesifik yaitu kerangka 1,2siklopentanoperhidrofenantren, kerangka ini sekaligus merupakan cirri-ciri khusus yang membedakan steroid dengan senyawa organic bahan alam lainnya.



1.



Kolesterol Kolestrol merupakan steroid yang terbanyak di dalam tubuh manusia. Kolestrol memiliki struktur dasar inti steroid yang mengandung gugus metil, gugus hidroksi yang terikat pada cincin pertama, dan rantai alkil. Kandungan kolestrol dalam darah berkisar 200-220 mg/dL, meningkatnya kadar kolestrol dalam darah dapat menyempitkan pembuluh darah di jantung, sehingga terjadi gangguan jantung koroner. Pengobatan yang sering dilakukan adalah melebarkan pembuluh darah seperti, memasang ring atau melakukan operasi.



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 188



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



Kolestrol dalam tubuh dibentuk di dalam liver dari makanan. Struktur kolestrol dapat dilihat pada Gambar.



Gambar Struktur molekul kolestrol Kolestrol dalam makan perlu kita waspadai mengingat tren penyakit jantung cukup tinggi di Indonesia. Beberapa makanan yang banyak mengandung kolestrol disajikan dalam Tabel Sumber makanan dan ukuran sajian serta kandungan kolestrolnya



Garam empedu merupakan hasil sintesa kolestrol dan disimpan dalam bladder, peran senyawa ini adalah untuk mengemulsikan asam lemak dan minyak sehingga memperluas permukaan lipida yang akan dibongkar secara enzimatik.



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 189



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



Gambar Struktur molekul Garam empedu Contoh lain dari lipida jenis steroid adalah hormon seks bagi kaum laki-laki dan perempuan seperti testoteron, estradiol dan progesteron. Struktur molekul dan fungsinya dapat dilihat dalam tabel. TABEL JENIS HORMON DAN FUNGSI FISIOLOGISNYA



Molekul kolestrol terdiri atas tiga lingkar enam yang tersusun seperti fenantren dan terlebur dalam suatu lingkar lima. Hidrokarbon tetrasiklik jenuh yang mempunyai sistem lingkar demikian dan terdiri dari 17 atom karbon sering ditemukan pada banyak senyawa yang tergolong senyawa bahan alam yang disebut stroida.



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 190



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 191



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



D. TATA NAMA STEROID Sebagaimana senyawa organik lainnya, tata nama sistematika dari steroid didasarkan pada struktur dari hidrokarbon steroid tertentu. Nama hidrokarbon steroid itu ditambahi awalan atau akhiran yang menunjukkan jenis substituen. Sedangkan, posisi dari substituen itu ditunjukkan oleh nomor atom karbon, dimana KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 192



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



substituen itu terikat. Penomoran atom karbon dalam molekul steroid adalah sebagai berikut :



Berdasarkan struktur umum steroid tersebut, maka jenis-jenis hidrokarbon induk dari steroid adalah sebagai berikut :



Hidrokarbon induk yang lain dari steroida ialah estran, kardanolida dan spirostan, seperti tercantum dibawah ini :



Estran (C 18) :



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 193



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



Spirostan (C 27) :



Kardanolida (C 23) :



Dalam pemberian nama steroida, jenis substituen ditunjukkan sebagaimana biasanya, yaitu memberi nama awalan atau akhiran pada hidrokarbon induk. Sedangkan posisi dari substituen harus ditunjukkan oleh nomor dari atom karbon dimana ia terikat.



E. STEREOKIMIA STEROIDA KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 194



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



Stereokimia steroida telah diselidiki oleh para ahli kimia dengan menggunakan cara analisa sinar X dari struktur kristalnya atau cara-cara kimia, Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa konfigurasi dari kerangka dasar steroida dapat dinyatakan sebagai berikut :



Dari model molekul menunjukkan bahwa molekul steroida adalah planar (datar). Atom atau gugus yang terikat pada inti molekul dapat dibedakan atas dua jenis yaitu : 1. Atom atau gugus yang terletak disebelah atas bidang molekul yaitu pada pihak yang sama dengan gugus metil pada C10 dan C13 yang disebut konfigurasi. Ikatan-ikatan yang menghubungkan atom atau gugus ini dengan inti molekul digambarkan dengan garis tebal 2. Atom atau gugus yang berada disebelah bawah bidang molekul yang disebut dengan konfigurasi dan ikatan-ikatannya digam,barkan dengan garis putusputus. Sedangkan atom atau gugus yang konfigurasinya belum jelas apakah atau. Dinyatakan dengan garis bergelombang. Kedua konfigurasi steroida tersebut mempunyai perbedaan yaitu : a. Pada konfigurasi pertama, Cincin A dan cincin B terlebur sedemikian rupa sehingga hubungan antara gugus metil pada C10 dan atom hidrogen pada atom C5 adalah trans (A/B trans). Pada konfigurasi ini gugus metil pada C 10 adalah dan atom hidrogen pada C5 b. Pada konfigurasi kedua, peleburan cincin A dan B menyebabkan hubungan antara gugus metil dab atom hidrogen menjadi Cis (A/B Cis) dan konfigurasi



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 195



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



kedua substituen adalah. Steroida dimana konfigurasi atom C5 adalah termasuk deret 5. Pada kedua konfigurasi tersebut, hubungan antara cincin B/C dan C/D keduanya adalah trans. Cincin B dan C diapit oleh cincin A dan cincin D sehingga perubahan konfirmasi dari cincin B dan cincin C sukar terjadi. Oleh karena itu peleburan cincin B/C dalam semua steroida alam adalah trans Akan tetapi perubahan konfirmasi dari cincin A dan Cincin B dapat terjadi. Perubahan terhadap cincin A menyebabkan steroida dapat berada dalam salah satu dari kedua konfigurasi tersebut. Perubahan terhadap cincin D dapat m,engakibatkan hal yang sama, sehingga peleburan cincin C/D dapat cis atau trans. Peleburan cincin C/D adalah trans ditemukan pada hampir sebagian besar steroida alam kecuali kelompok aglikon kardiak dimana C/D adalah cis. Pada semua steroida alam, substituen pada C10 dan C9 berada pada pihak yang berlawanan dengan bidang molekul yaitiu trans. Dan juga hubungan antara sunstituen pada posisi C8 dan C14 adalah trans kecuali pada senyawa-senyawa yang termasuk kelompok aglikon kardiak. Dengan demikian, stereokimia dari steroida alan mempunyai suatu pola umum, yaitu substituen-substituen pada titik-titik temu dari cincin sepanjang tulang punggung molekul yaitu C-5-10-9-8-14-13 mempunyai hubungan trans. Sifat-sifat steroida sama seperti senyawa organik lainnya, yaitu reaksi-reaksi dari gugus-gugus fungsi yang terikat pada molekul steroida tersebut. Misalnya, gugus 3-hidroksil menunjukkan semua sifat dari alkohol sekunder, tak ubahnya seperti ditunjukkan oleh 2-propanol. Gugus hidroksil ini dapat diesterifikasi untuk menghasilkan ester atau dioksidasi dengan berbegai oksidator yang menghasilkan suatu keton. Karena bentuk geometri gugus 3-hidroksil sedikit berbeda dengan sifat-sifat gugus hidroksil yang terikat pada posisi lain. Karena faktor geometri maka gugus 3-hidroksil memperlihatkan sifat yang sidikit berbeda dengan 3hidroksil, yaitu gugus 3-hidroksil lebih sukar mengalami dehidrasi dibandingkan dengan gugus 3-hidroksil walaupun prinsip dari reaksi yang terjadi adalah sama. Kestabilan steroida ditentukan oleh interaksi 1,3 yang terjadi antara suatu gugus fungsi yang berorientasi aksial dan molekul akan lebih stabil apabila sebagian besar gugus fungsi berorientasi ekuatorial. Laju reaksi juga ditentukan oleh faktor sterik, tanpa kecuali gugus hidroksi ekuatorial lebih mudah diesterifikasi dari pada gugus



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 196



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



aksial. Akan tetapi gugus fungsi aksial lebih mudah dioksidasi dari pada gugus hidroksil yang ekuatorial. F. KONFIGURASI SENYAWA STEROID



Perbedaan antara beberapa jenis steroid ditunjukkan oleh jenis subtituen R1, R2 dan R3 yang terikat pada kerangka dasar steroid. Sedangkan perbedaan antara senyawa satu dengan yang lainnya dari suatu kelompok, ditentukan oleh panjang rantai karbon R1, R2 dan R3, jumlah dan posisi ikatan rangkap, jumlah dan posisi oksigen serta konfigurasi dari pusat-pusat asimetri pada kerangka dasar karbon steroid. Jika senyawa steroid digambarkan sebagai suatu molekul yang palanar, maka ada dua kedudukan yang dapat dimiliki oleh setiap gugus yang terikat pada kerangka dasar steroid. Jika gugus tersebut berada di atasbidang molekul, berarti terletak sebidang dengan gugus metal pada C-10 dan C-13 maka gugus tersebut diistilahkan sebagai konfigurasi ß, digambarkan garis tebal. Sebaliknya bila gugus KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 197



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



tertentu terikat disebelah bawah bidang molekul maka disebut konfigurasi α dan ikatannya digambrkan dengan garis putus-putus. Sedangkan gugus yang konfigurasinya belum jelas dinyatakan sebagai ξ (xi) dan ikatannya digambarkan sebagai gelombang. Hubungan cincin A dengan B ada dua kemungkinan yakni trans dan cis. Konfigurasi trans cincin A terhadap B terjadi jika posisi atom hydrogen yang terikat pada C-5 terletak trans terhadap gugus metil pada C-10. keadaan ini menunjukkan pula bahwa atom hydrogen pada C-5 adalah berkedudukan α, sehingga steroid jenis ini disebut deret α. Berlawanan dengan itu disebut steroid deret ß, jika hydrogen pada C-5 berkedudukan ß, yang berarti posisinya cis terhadap gugus metil pada C10. Keadaan tersebut menggambar konfigurasi cincin A terhadap cincin B adalah cis. Pada steroid alam hubungan antara cincin B dan cincin C selalu trans. Konformasi cincin B dan cincin C sulit berubah karena diapit oleh cincin A dan D. Cincin A dapat berubah sehingga dapat memungkinkan steroid berada dalam dua macam konformasi yakni trans atau cis. Demikian pula halnya dengan cincin D dapat berubah sehingga hubungan cincin C dan D dapat trans atau cis. Namun pada kenyataannya hubungan cincin C dan D pada hamper semua jenis steroid adalah trans kecuali kelompok aglikon kardiak dimana cincin C dan D adalah cis. Dalam semua steroid alam, subtituen pada C-10 dan C-9 berada pada pihak yang berlawanan terhadap bidang molekul, yaitu trans. Demikian pula hubungan antara subtituen pada posisi C-9 dan C-8, C-8 dan C-14, C-14 dan C-13 adalah trans. Dengan demikian, stereokimia dari steroid alam mempunyai suatu pola umum, yakni subtituen pada titik-titik temu dari cincin disepanjang molekul C-3-10-9-814-13 merupakan hubungan trans. G. BIOSINTESIS STEROID Senyawa steroid yang terdapat di alam adalah berasal dari triterpen. Biosintesis steroid sama halnya dengan biosintesis terpen melalui jalur asam mevalonat. Pembentukan kerangka steroid dimulai dari kondensasi dan famesil pitofosfat (seskuiterpen melalui interaksi ekor-ekor menghasilkan skualen, dan kemudian berubah menjadi 2,3-epeksiskualen). Selanjutnya tetrjadi siklisasi



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 198



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



berganda dan disusul oleh penataan atom-atom hydrogen dan gugus metil, yang kemudian menghasilkan lanosterol (pada hewan) atau sikloartenol (pada tumbuhan). Siklisasi skualen ini bermula pada protonasi gugus epoksi yang mengakibatkan pembukaan lingkar epoksida. Selanjutnya terjadi pelepasan tiga gugus metil yang terikat pada atom karbon C-4 dan satu gugus metil dan C-14. penyingkiran ketiga gugus metil tersebut berlangsung secara bertahap, dimulai dengan gugus metil pada C-14 yang mengalami oksidasi menjadi aldehid kemudian disingkirkan sebagai asam formiat, kemudian pelepasan kedua gugus metil pada C1 yang dioksidasi menjadi karboksil dan selanjutnya dikeluarkan sebagai karbon dioksida. Mekanisme biosintesis steroid yang melalui penggabungan dua molekul skualen dapat dilihat pada gambar dibawah. Mekanisme biosintesis tersebut telah dibuktikan kebenarannya melalui percobaan dengan hewan yang diinkubasi dengan asam asetat yang diberi tanda dengan isotop karbon C-14 pada gugus karboksilat, CH314-COOH, ternyata atom karbon radioaktif dari kolesterol yang dihasilkan dapat diidentifikasi dan sesuai dengan pola isoprene penyusunnya. Selanjutnya percobaan dilakukan dengan menggunakan asam asetat yang telah diberi tanda pada gugus metil 14CH3-COOH, ternyta bahwaatom karbon dalam molekul kolesterol yang tidak bersifat radioaktif pada percobaan pertama, ternyata pada percobaan kedua menjadi ardioaktif.



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 199



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



H. KLASIFIKASI STEROID Hormon Seks



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 200



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 201



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 202



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



I. SIFAT-SIFAT STEROID Sifat-sifat steroid, seperti senyawa organik lainnya, pada dasarnya harus dipandang sebagai reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya. Misalnya, gugus 3β - hidroksil menunjukkan semua sifat dari alkohol sekunder, tak ubahnya seperti yang ditunjukkan oleh 2-propanol. Gugus hidroksil ini dapat diesterifikasi untuk menghasilkan suatu ester atau dioksidasi dengan berbagai oksidator yang menghasilkan suatu keton. H3C H3C HO



B



A 3 H



B



A



[O]



O



5



5



3



Keton H H3C



H



O



Alkohol O



O



H3C CH O



B



A



CH3C-O-C-CH3



5



3 H



H



Ester



Akan tetapi, oleh karena bentuk geometri dari molekul steroid, sifat gugus 3β-hidroksil sedikit berbeda dengan sifat dari gugus-gugus hidroksil yang terikat KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 203



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



pada posisi lain. Begitu pula, karena faktor geometri molekul, gugus 3 β - hiroksil memperlihatkan



sifat yang sifat yang sedikit berbeda dengan 3α - hidoksil.



Misalnya gugus 3β - hidroksil lebih sukar mengalami dehidrasi dibandingkan dengan gugus 3α – hidroksil, walaupun prinsip dari reaksi yang terjadi adalah sama. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai struktur dari steroid, jika dikuasa dengan baik, dapat memberikan petunjuk tentang sifat-sifat serta jenis reaksi yang dapat dilakukannya.



H3C



H3C



HO



-H2O



-H2O H



(Z)



3



3



(S)



H 3β



H3C



H



(R)



5



3



3α -Hidroksi



OH



-Hidroksi



H+



Beberapa contoh reaksi steroid yang dipengaruhi oleh faktor stereokimia molekul akan diuraikan dibawah ini. a. Pengaruh Konformasi Terhadap Kestabila Pada sikloheksan monosiklik kesetimbangan konformasi mudah dicapai, dimana substituen yang besar ukurannya akan mengambil kedudukan ekuatorial. Pada turunan sikloheksan berikut, kesetimbangan mudah dicapai dimana substituen R yang ukurannya lebih besar daripada hidrogen akan mengambil kedudukan ekuatorial daripada aksial. Ra Re



Ha Ha



3



He Ha



( R- Ekuatorial )



( R-Aksial )



Pada kedudukan aksial, substituen R mengalami antaraksi tolak menolak dengan dua atom hidrogen aksial, yang masing-masing terikat pada atom karbon nomor tiga dari atom karbon dimana gugus R terikat. Antaraksi ini, yang disebut KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 204



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



antaraksi -1,3 menimbulkan tegangan pada molekul. Tegangan ini sebagian besar dapat dihilangkan jika konformasi molekul berbah sehingga gugus R mengambil kedudukan ekuatorial. Oleh karena itu dalam kesetimbangan antara kedua konformasi diatas, konformasi dimana gugus R ekuatorial adalah lebih stabil dan seluruh molekul yang akan berada dalam konformasi ini. Perubahan konformasi seperti pada contoh diatas tidak dapat terjadi dengan leluasa pada steroid, karena molekul steroid adalah k ompak. Hal ini terlihat dari contoh sebagai berikut. Misalnya , 5 – α kolestan 3 ol ( epikolestanol) , dimana kolestnaol merupakan 90% dari campuran. Apabila epimerisasi yang sama dilakukan terhadap epikolestanol, akan diperoleh campuran epimer dengan perbandingan jumlah yang sama pula.



CH3



H3C HOe



10



5



(S)



H



CH3



H3C



10



5



(R)



(S)



H OH



H



Apabila konfigurasi dari kedua epimer diatas diperlihatkan degan seksama, akan terlihat bahwa gugus hidroksil pada kolestanol adalah ekuatorial, sedangkan pada epikolestanol adalah aksial. Dalam kedudukan aksial ini,gugs idroksil dalam molekul epikolestanol mengalami antaraksi -1,3,m dengan dua atom hidrogen aksial yang terikat pada C-1 dan C-5. Antaraksi ini tidak ditemukan pada kolestanol. Oleh karena itu, kestabilan dari kolestanol lebih besar daripada epikolestanol, sehingga kolestanol ditemukan dalam perbandingan yang lebih besar didalam campuran kesetimbangan epimerisasi. Keterangan yang sama dapat diberikan pula bagi kesetimbangan epimerisasi antara 5 β-kolestan -3 β -ol (koprostanol) dan 5 β -kolestan - 3 α-ol (epikolestanol). Dalam campuran kesetimbangan epimerisasi ini, epikolestanol lebih stabil dan dengan demikian berada dalam perbandingan jumlah yang lebih besar (90%).



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 205



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



CH3 CH3



CH3 CH3



H H



H



H C



10



D



B HO a



A



5



(S)



C



10



AmO- Na+ AmOH



H D



B H



A



5



(R)



OH



e



H



b. Pengaruh Konformasi Terhadap Esterifikasi Hampir semua steroid alam mengandung gugus fungsi oksigen, misaklnya gugus hidroksil pada atom karbon C-3. Olehkarena itu, reaksi pada posisiposisi yang mengandung gugs fungsi ini penting artinya dalam ilmu kimia steroid. Salah satu diantara reaksi itu ialah esterifikasi yang akan diuraikan dibawah ini. Berbagai reaaksi esterifikasi, yang lazim dikenal, dapat pula digunakan dalam steroid. Umumnya, reaksi ini adalah pengubahan alkohol menjadi ester asetat (asetilasi) dengan anhidrat asetat dan piridin, menjadi ester benzoat (benzoilasi) dengan benzoil klorida dan piridin., menjadi ester toluenp-sulfonat (tosilasi) dengan toluen p-sulfonil klorida dan piridin, atau menjadi eseter katilat dengan mengggunakan etil kloroformat. Kereaktifan suatu gugus hidroksil terhadap reaksi esterifikasi ditentukan oleh orientasi gugus itu, aksial atau ekuatorial. Tanpa kecuali, gugus hidroksil yang ekuatorial lebih mudah diesterifikasi daripada gugus hidroksil yang aksial, yang terikat pada posisi yang sama. Laju esterifikasi gugus hidroksil yang terdapat pada posisi yang berlainan seringkali berbeda pula. Perbedaan laju esterifikasi ini disebabkan oleh halangan ruang (faktor sterik) yang menghalangi terjadinya serangan pada gugus hidroksil itu. Faktor sterik dalam reaksi esterifikasi menjadi lebih jelas jika mekanisme reaksi diperhatikan sebagai berikut. Esterifikasi alkohol, misalnya oleh anhidrida asetat dan piridin, berlangsung melalui pembentukan suatu senyawa kompleks transisi itu memerlukan suatu persyaratan ruang yang selanjutnya menentukan kereaktifan gugus hodroksil pada esterifikasi. J. EFEK SAMPING STEROID



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 206



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



Steroid merupakan obat ampuh dalam mengatasi peradangan dan meredakan nyeri, selain itu steroid yang langsung bekarja pada kimiawi otak juga bermanfaat untuk meningkatkan mood. Seseorang yang tidak mengalami peradangan tetapi mengkonsumsi steroid dapat merasa nyaman dalam waktu yang relatif cepat. Tetapi penggunaan steroid sebagai pereda nyeri dan meningkatkan mood juga mempunyai efek samping yang kadang-kadang justru membahayakan. Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan steroid antara lain: 1. Steroid dapat menekan fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko 2.



infeksi. Saat diminum, steroid dapat menyebabkan gastritis atau mag- Steroid dapat menghentikan suplai darah pada sendi terutama di paha dan menyebabkan rasa



3.



nyeri degeneratif yang disebut avascular necrosis. Steroid dapat mengurangi massa tulang dan meningkatkan risiko patah tulang



4.



dalam penggunaan jangka panjang. Steroid dapat menyebabkan kemampuan tubuh untuk merespon emosi dan rasa



5.



sakit fisik berkurang. Kebanyakan mengkonsumsi steroid bakal melepas lemak dan cairan ditubuhnya meskipun sudah menghentikan konsumsi steroid.



DAFTAR PUSTAKA



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 207



[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020



Nadjeeb. 2009. Steroid. http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/steroid.pdf. Diakses pada 13 Mei 2013. Zulfikar.2010.Steroid.http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimiakesehatan/biomolek ul/steroid/. Diakses pada 13 Mei 2013.



KIMIA ORGANIK II - STEROID



Page 208