Bagian Deduktif Dan Induktif Dalam Karya Ilmiah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Bagian deduktif dan induktif dalam karya ilmiah, sifat-sifatnya dan aliran filsafat yang mendasarinya. a. Induktif Bagian induktif dalam suatu karya ilmiah



adalah perumusan



hipotesis yang berasal dari kerangka berpikir. Karena dalam perumusan hipotesis ada yang berawal dari masalah yang bersifat individual kemudian ditarik suatu permasalahan yang bersifat umum. Sifatnya menjelaskan sesuatu dari yang bersifat khusus (pernyataan dasar) kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum. Cara berpikir dari permasalahan yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan umum disebut induksi. Aliran filsafat yang melandasinya adalah aliran empirisme. b. Deduktif Bagian deduktif dalam suatu karya ilmiah adalah adalah perumusan hipotesis yang berasal dari kerangka berpikir. Karena dalam perumusan hipotesis ada yang berawal dari masalah umum kemudian ditarik suatu kesimpulan bersifat khusus. Sifatnya menjelaskan sesuatu dari pernyataan umum kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat individual. Cara berpikir dari permasalahan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat khusus disebut deduksi. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola pikir yang dinamakan silogisme. Aliran filsafat yang melandasinya adalah aliran rasionalisme.



2. Peranan renaissance dan aufklarung dalam perkembangan peradaban manusia dan pengaruhnya terhadap Indonesia. Renaissance adalah awal keterbukaan bangsa Eropa yang sangat berpengaruh pada perkembangan dunia pada waktu itu. Dimana Inggris sebagai negara asal selanjutnya Perancis dan Jerman yang kemudian berkembang ke seluruh belahan dunia.



Renaissance telah mempersolid ajaran filsafat dimana akal telah dipandang sebagai sesuatu yang memiliki otonomi yang mutlak dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat dan aufklarung dengan dasar pencerahannya mengubah pola pikir masyarakat di berbagai belahan dunia. Pengaruh terhadap Indonesia dengan azas pancasila yang mengedepankan



kebhinekaannya



maka



sangatlah



memungkinkan



pencerahan yang diangkat oleh aufklarung akan cocok dengan pola kehidupan berbangsa dan bertanah air yang berbhineka itu.



3. Pengertian pengetahuan ilmiah dan pengetahuan non ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah suatu bentuk gambaran secara lengkap yang didukung oleh metode-metode penelitian kepustakaan yang didasarkan hipotesa yang diperkuat dengan uji hipotesa dan telah disusun secara sistematika. Pengetahuan non ilmiah adalah suatu bentuk pengetahuan yang di dalam penyampaiannya boleh fiktif atau tanpa didukung oleh data kepustakaan yang lengkap dan tersruktur. Batas-batas pengkajian ilmu adalah dalam jangkauan pengalaman (empiris) manusia. Berpikir ilmiah harus menggunakan metode ilmiah.



4. Saling keterkaitan antara ilmu, agama dan seni. Ilmu, agama dan seni adalah tiga bidang pengetahuan yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan manusia. Ilmu adalah cabang pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses ilmiah yaitu perpaduan antara pola pikir deduktif seperti belajar, diskus, penelitian dan lain sebagainnya. Agama berisi aturan dan pedoman yang datangnya dari Tuhan dan memiliki sifat sebagaimana seharusnya atau berisi aturan dengan kemutlakan dan sifatnya hakiki. Seni adalah hasil cipta karsa dan rasa manusia yang pada pemanfaatannya sebagai bagian dari media untuk mengungkapkan perasaan, emosi, ide



ataupun saran dan kritikan melaui suara, gerakan, peralatan ataupun yang lainnya. Agama dapat dipahami jika didasari oleh ilmu, sedangkan ilmu akan tampak kebenarannya atau kemutlakannya jika didasari agama yang kuat. Agama akan sangat mudah dipahami dan dicerna jika dikolaborasikan dengan seni. Misalkan beberapa tema pewayangan yang menyampaikan syi’ar agama.



5. Jasa-jasa positivisme dalam perkembangan berbagai ilmu di Indonesia. Dengan



adanya



positivisme



terjadi



penggolongan



ilmu



pengetahuan di Indonesia menjadi beberapa cabang ilmu seperti ilmu pasti (Matematika, fisika, astronomi) dan ilmu tak pasti. Dengan adanya penggolongan



ini



memudahkan



memahami,mempelajari



dan



mengembangkan ilmu sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh pebelajar itu sendiri.



6. Pandangan makna reduksi menurut Husserl dan Verstehen menurut Dilthey. Serta bagaimana seseorang mencapai Verstehen. Reduksi



menurut



Husserl



memiliki



makna



bahwa



untuk



memperoleh kebenaran yang hakiki tidak gampang harus melalui proses yang panjang dan diperlukan ketelitian yang tinggi. Makna dari reduksi tersebut juga mengajarkan agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan harus dipikirkan sebab akibatnya secara cermat dan seksama. Verstehen menurut Dilthey memiliki makna bahwa harus ada kemengertian yang selengkap-lengkapnya atau pemahaman secara mendalam dan mendetail dalam memutuskan dan menafsirkan sesuatu serta dalam mengambil keputusan tindakan. Seseorang dikatakan akan mencapai Verstehen jika melalui tiga tahapan, yaitu: 1. Pengalaman 2. Ekspersi/tindakan



3. Pengalaman pribadi



7. Beberapa contoh perbedaan Hermeneutika Sheiermacher dan Gadamer dan juga Hermeneutika Paul Ricoeur. Perbedaan Hermeneutika Sheiermacher dan Gadamer dan juga Hermeneutika Paul Ricoeur terletak pada proses Hermeneutikanya. Sebagai contoh: Dalam menafsirkan suatu karya sastra Sheiermacher sangat menekankan pada pendalaman karya sastra yang akan ditafsir hingga si penafsir seolaholah berada pada masa karya sastra tersebut ditulis. Tujuannya untuk mengetahui secara mendalam apa intisari dari karya sastra yang akan ditafsir sebenar-benarnya. Sedangkan Gadamer dalam menafsir suatu karya sastra lebih menekankan pada kreasi dan rekreasi. Maksudnya adalah dalam menafsirkan si penafsir tidak perlu mendalami karya sastra secara mendalam seperti pada Sheiermacher. Dalam teori Gadamer ini proses penafsiran menekankan pada kreasi dan kreatifitas si penafsir sehinggga dianggap benar apapun hasil penafsirannya walaupun sedikit melenceng dari makna sebenarnya karya sastra yang ditafsirkan. Sedangkan Paul Ricoeur dalam menafsirkan suatu karya sastra berada di antara teori Sheiermacher dan Gadamer. Maksudnya dalam menafsirkan, si penafsir tidak terlalu mendalami suatu karya sastra sedalam-dalamnya tetapi hanya pada intinya mengetahui secara garis besar proses pembuatan karya sastra sehingga dalam menafsirkan memiliki patokan atau dasar yang cukp jelas. Sehingga hasil penafsirannya benar pada intinya dan juga tidak terlalu mengandalkan kreasi yang berlebihan.



8. Pandangan tentang metode ilmiah dan bahasa sebagai sarana berfikir keilmuan . Metode ilmiah merupakan langkah-langkah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah dengan menggabungkan cara berpikir rasional dan



empiris dengan jalan membangun jembatan penghubungkan yang berupa pengajuan hipotesis. Bahasa sebagai sarana berpikir keilmuan adalah bahasa, logika, matematika dan statistika. Bahasa yang dipakai dalam karya ilmiah adalah bahasa keilmuan yang mrmpunyai cirri-ciri: 1) Baku 2) Kalimatnya efektif 3) Tidak ambigu 4) Notasi ilmiah 5) Sesuai dengan EYDtidak emotif tetapi rasional



9. Inti gagasan Ranggawarsita dan Ki Hajar Dewantara tentang ajaran etika dan moral yang diberikan kepada cendikiawan. Menurut Ranggawarsita seorang ilmuan tidak boleh



ikut gila-



gilaan ikut berebut “melik” . Ilmuan harus yakin bahwa Tuhan tidak akan mmembiarkan umatnya “kaliren” (kelaparan) terlebih kita berada di jalan Tuhan. Menurut Ki Hajar Dewantara “luwih becik mikul dahwet karo renggengrenggeng tinimbang numpak mersi karo nangis nggriyeng” (lebih baik memikul dhawet sambil memainkan nyanyian dibandingkan dengan mengendarai mobil mersi sambil menangis tersedu-sedu). Bahwa orang yang banyak harta belum tentu bahagia kalau hartanya tidak halal begitu juga sebaliknya kalau hidupnya dalam cahaya ilahi.



10. Makna etika, norma,hak, kewajiban dan hati nurani. Mengapa hati nurani disebut sebagai imperative kategoris? Etika



adalah



berusaha



mengintegrasikan



ilmu



dengan



kebijaksanaan sehingga ilmu sebagai praksis dapat dispesialisasikan dalam perspekif



kebijaksanaan



menyeluruh.



yang



bermanfaat



bagi



manusia



secara



Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur dalam menilai sesuatu. Hak adalah kesanggupan seseorang untuk dengan sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu. Kewajiban adalah sesuatu yang menyebabkan orang lain menuntut agar sesuatu diberikan kepadanya atau sesuatu dilakukan untuk dirinya. Hati nurani adalah kesadaran manusia akan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai manusia yang memiliki kesadaran etika dan moral menuju kebaikan.



11. Makna tanggung jawab. Jelaskan juga tanggung jawab moral, politik, social dan tanggung jawab ilmiah seorang ilmuan Indonesia. Tanggung jawab adalah suara batin dan keheningan budi yang dimiliki manusia atas rasa ingin berbuat baik (sesuai dengan etika dan norma yang ada dan berlaku dalam kehidupan bermasyarakat) sebagai akibat dari ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tanggung jawab seorang ilmuan a. Tanggung jawab moral Seorang ilmuan hendaknya selalu ingat akan tugas dan tanggung jawab untuk menjaga keutuhan bangsa dan negaranya. Karena bangsa Indonesia memiliki sifat majemuk dengan keanekaragaman suku bangsa, agama, berbagai pulau, latar belakang, ideologi dan sebagainya. b. Tanggung jawab politik Seorang ilmuan hendaknya menjadi contoh dan wakil yang baik bagi rakyat ketika menjadi birokrat



ataupun wakil rakyat di parlemen.



Hendaknya seorang ilmuan dapat menyampaikan inspirasi atau keinginan rakyat sehingga tercapailah suatu bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat. c. Tanggung jawab sosial



Seorang ilmuan hendaknya secara bijaksana dan adil dalam memandang masyarakat dalam kedudukan di dalam berbangsa dan bernegara. Tidak membedakan srata sosial seseorang sehingga tidak ada perbedaan srata sosial atau kesenjangan dalam ilmu dan kependidikannya. d. Tanggung jawab ilmiah Seorang ilmuan hendaknya pengelolaan pemerintah secara adil. Tidak membandingkan dengan Negara lain yang lebih maju yang tidak dalam krisis latar belakang. Karena jika ditinjau dari latar belakangnya tiap Negara memiliki krisis kesalahan masa lalu yang berkepanjangan.