Beton Tulangan Bambu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BETON TULANGAN BAMBU



Print



E-mail



Oleh : Agus Setiya Budi, ST, MT. Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 29 Juli 2012 images/stories/fotodosen/132206658.jpg Saat ini beton bertulang masih banyak digunakan di masyarakat sebagai struktur utama bangunan, baik bangunan gedung maupun bangunan prasarana lainnya. Tulangan yang digunakan umumnya berupa tulangan baja, yang ternyata harganya pun terus melambung seiring dengan peningkatan pembuatan beton bertulang.Ketersediaan bahan dasar pembuatan baja (bijih besi) juga semakin terbatas dan tidak mungkin diupayakan peningkatan produksinya karena termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.



Kondisi demikian tentunya menuntut adanya alternatif material tulangan lain yang lebih murah dan dapat digunakan sebagai tulangan struktur beton bertulang. Salah satu material memungkinkan untuk dijadikan sebagai tulangan adalah material bambu, dimana bambu dapat diperoleh cukup banyak dimasyarakat, harganya relatif murah dan mempunyai kekuatan tarik yang cukup memadai. Bambu merupakan tanaman berumpun dan termasuk dalam famili gramineae dan terdapat hampir diseluruh dunia kecuali di Eropa. Jumlah yang ada di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari keseluruhan yang ada di dunia. Dari kurang lebih 1000 spesies bambu dalam 80 genera, sekitar 200 spesies dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis, tetapi tidak semuanya merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air Para ahli struktur telah meneliti kemungkinan penggunaan bambu sebagai tulangan seperti yang pernah dilakukan oleh Morisco (1996) yaitu dengan memanfaatkan bambu sebagai tulangan beton. Bambu mempunyai kuat tarik cukup tinggi, yang mana setara dengan kuat tarik baja lunak. Kuat tarik bambu dapat mencapai 1280 kg/cm2. Pengujian yang dilakukan terhadap bambu dari spesies Bambusa Blumcana berumur 3 tahun diperoleh kekuatan tarik bambu sejajar serat antara 200-300 MPa, kekuatan lentur rata-rata 84 MPa, modulus elastisitas 200.000 MPa. Batang bambu pada umumnya berupa silinder cembung dengan diameter 1 cm hingga 25 cm dan mempunyai ketinggian bervariasi 1 m hingga 40 m. Diameter bambu berkurang sejalan dengan panjangnya, dari pangkal hingga ujung. Bambu yang cembung ini secara total dipisahkan pada buku-bukunya oleh diafragma transversal. Namun demikian, karena bambu mempunyai sifat higroskopis yang cukup besar, yaitu mempunyai kembang susut yang cukup besar. Penyusutan tersebut lebih lanjut akan mempengaruhi lekatan antar bambu dengan beton, sehingga pemakaian bambu tanpa perlakuan khusus sebagai tulangan beton sangat tidak dianjurkan. Para peneliti mengusulkan usaha untuk mengatasi kelemahan di atas dengan cara antara lain, menggunakan bambu yang sudah tua usianya sehingga daya serap dan kelembabannya kecil, melapisi batang bambu dengan bahan kedap air seperti vernis, cat dan cairan



aspal, tetapi harus dihindari licinnya permukaan bambu akibat pemakaian bahan-bahan tersebut, karena hal itu akan mengurangi daya lekat. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kekuatan bambu adalah berat jenis bambu. Berat jenis dinyatakan sebagai perbandingan antara berat kering tanur suatu benda terhadap berat suatu volume air yang sama dengan volume benda itu. Bambu yang mempunyai berat jenis besar berarti mempunyai jumlah zat dinding sel persatuan volume besar. Selanjutnya zat kayu ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tebal dinding sel, besarnya sel dan jumlah sel berdinding tebal. Berdasarkan hasil penelitian Kumar dan Dobriyal, kekuatan bambu bagian luar lebih dari dua kali kekuatan bambu bagian dalam. Penulis pernah melakukan penelitian dengan membuat tulangan dari bambu jenis ori, dimana bagian bambu yang dipakai adalah bagian kulit luarnya (kurang lebih 3 mm dari kulit luar). Tulangan bambu dibentuk seperti kabel yang terdiri dari tiga bilah. Bilah-bilah bambu sebanyak tiga buah ini kemudian dipilin hingga memiliki ukuran diameter 3 mm dan panjang 2,2 meter. Selanjutnya dipasangkan pada balok beton ukuran 15x20x220 cm. Dari hasil pengujian yang dibandingkan dengan balok beton bertulangan baja mutu 240 MPa., ternyata diperoleh kapasitas lentur balok beton dengan tulangan bambu yang berkisar 50%-60% dari kapasitas lentur balok beton dengan tulangan baja.** (http://sipil.ft.uns.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=201&Itemid=1) Jumat 21 Februari 2014



Oleh Yohanes Laka Suku Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Flores



Beton merupakan bahan bangunan yang dibuat dari campuran antara agregat kasar, agregat halus, semen, dan air dengan jumlah perbandingan tertentu. Keunggulan utama beton dibandingkan bahan bangunan lainnya adalah mudah dibentuk, mempunyai kekuatan daya tekan yang besar, namun daya tarik sangat lemah. Karena itu, penggunaan beton selalu dipadukan dengan bahan yang mempunyai daya tarik tinggi, yaitu baja. Beton dengan tulangan baja adalah perpaduan yang sangat kuat, sehingga beton bertulangan baja banyak digunakan sebagai bahan bangunan.



Fenomena di atas dapat menimbulkan persoalan baru di mana baja yang digunakan sebagai tulangan merupakan bahan hasil tambang yang tidak dapat diperbarui, suatu saat bahan ini akan habis. Berdasarkan hal itu maka dilakukan upaya pencarian alternatif pengganti tulangan baja, yakni dengan melakukan penelitian, antara lain ditemukanlah bambu sebagai pengganti baja, dan bambu merupakan bahan bangunan lokal.



Bambu merupakan hasil alam yang dapat diperoleh dengan mudah dan mempunyai kekuatan daya tarik yang sangat tinggi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Surjokusumo dan Nugroho (1993), Janssen (1987), Prawirohatmodjo (1990), Ghavani (1990), Herdarmin (1991), dan Moriscco (1999) melaporkan bahwa bambu dapat digunakan sebagai pengganti tulangan baja, karena mempunyai kekuatan daya tarik yang mendekati kekuatan daya tarik baja.



Meskipun demikian, masih banyak keraguan dalam hal pemakaian bambu sebagai pengganti tulangan baja. Hal ini karena kelemahan yang dimiliki bambu, antara lain sifat fisik bambu sebagai bahan alam yang sukar dikerjakan secara mekanis, variasi dimensi dan ketidakseragaman panjang ruasnya, ketidakawetannya, lemah terhadap gaya geser, dan bambu akan mengalami pembesaran dimensi jika menyerap air. Hal ini juga berlaku pada saat bambu diselimuti pasta semen, yang pada awal pengerasan, pasta semen yang mengandung banyak air akan diserap oleh bambu, sehingga akan terjadi pembesaran dimensi dari bambu tersebut.



Keadaan ini merugikan karena pembesaran dimensinya akan mengakibatkan pasta semen terdesak oleh tekanan dan dapat merusak serta memecahkan pasta semen yang belum mengeras dengan benar dan mencapai kekuatannya. Hal ini juga mengakibatkan retak sepanjang bilah bambu dan kekuatannya melawan gaya geser akan berkurang. Bila pasta semen telah mengeras serta bilah bambu tidak bisa menyerap air lagi atau mengerut, maka akan timbul rongga-rongga udara di sekeliling bambu antara batang bambu dan pasta semen sehingga mempengaruhi daya lekat keduannya.



Untuk mengatasi masalah tersebut, berdasarkan hasil penelitiannya, Herdarmin (1991) mengusulkan (1) Memakai batang bambu tua agar daya serap terhadap kelembabannya kecil, sehingga tidak mengalami pengerutan dan retak yang terlampau besar, (2) Melapisi batang bambu dengan bahan kedap air (misalnya kerosin alkohol atau aspal), (3) Memakai semen yang berkekuatan awal tinggi, (4) Batang bambu berupa bilah-bilah lebih baik daripada berbentuk bulat, dapat mencegah retakan selama interaksi bambu dan pasta semen.



Pengaplikasian beton bertulangan bambu sudah pernah dilakukan sivitas akademika Fakultas Teknik Universitas Flores dalam kegiatan pengabdian masyarakat di desa Emburia Kecamatan Ende, Kabupaten Ende. Pada waktu itu dibangun tangki air dengan ukuran diameter tangki (D) = 140 cm, tinggi tangki (H) = 170 cm dengan demikian volumenya sebesar 2,62 m3 (2620 liter). Description: Description: 15062008585



Asumsi-asumsi yang digunakan dalam merancang tangki ini air adalah: beton dianggap hanya kuat terhadap gaya tekan saja, anyaman bambu dianggap sebagai tulangan tarik, dinding menahan tekanan radial air dan disebarkan ke bagian cincin bambu, tekanan vertikal akibat gesekan airdinding diabaikan, beban vertikal dari air dan dinding diterima langsung pondasi, hubungan dinding dengan pondasi untuk analisis gaya-gaya dianggap rol, sehingga tidak menyumbang kekakuan.



Berdasarkan asumsi di atas maka tekanan hidrostatis air ke dinding relatif kecil, sedangkan gaya tarik yang terjadi paling menentukan. Untuk menghindari keretakan akibat gaya tarik maka dipasang tulangan tarik dari bambu, dan hasil aplikasi dengan pemasangan tulangan bambu ini menghasilkan struktur tangki air yang kuat dan kaku dengan biaya yang relatif murah karena sebagian besar materialnya menggunakan bahan lokal.



Perkembangan penelitian dan aplikasi bambu sebagai pengganti tulangan baja di luar maupun di dalam negeri menunjukkan bambu telah menjadi bahan bangunan yang telah memenuhi persyaratan teknis, memiliki peluang untuk digunakan sebagai tulangan beton, khususnya untuk struktur sederhana. Material bambu ini merupakan pilihan ramah lingkungan, potensi ketersediaan melimpah, sangat efektif dan efisien, relatif murah dan mudah dalam pengerjaan, dan metode yang digunakan konvensional. * (http://jurnalonlineuniflor.blogspot.com/2012/08/beton-bertulangan-bambu.html) Jumat 21 Februari 2014



Merdeka.com - Kapanlagi.com - Bambu petung dapat digunakan sebagai pengganti sebagian dari "tulangan" baja atau besi pada bangunan rumah tahan gempa (barataga). "Kekuatan bambu petung untuk barataga nyaris sama dengan 'tulangan' baja, kendati harganya jauh lebih murah," kata Direktur Center for Earthquake Engineering, Dynamic Effect, and Disaster Studies (CEEDEDS) Universitas Islam Indonesia (UII) Ir Sarwidi MSCE PhD IPU di Yogyakarta, Senin (12/12). Ia menjelaskan, penggunaan bambu petung untuk barataga sama dengan pemasangan "tulangan" baja. Bambu petung dipotong dengan diameter sekitar 1,5 cm, kemudian dirangkai seperti halnya merangkai "tulangan" baja. Selanjutnya rangkaian atau "tulangan" bambu petung itu dipasang di tempat yang telah ditentukan dan dicor sebagaimana "tulangan" baja. "Namun, untuk memperkuat jalinan bambu tersebut sebaiknya di setiap sudut (lekukan) disambung dengan baja dan diikat dengan kawat 'bendrat', sehingga cor mudah dimasukkan dan menempel cukup kuat di bangunan rumah," kata Direktur Magister Teknik Sipil UII itu. Menurut dia, saat ini CEEDEDS menyosialisasikan hasil kajian tersebut dan mengadakan pelatihan tenaga konstruksi yang meliputi mandor dari wilayah gempa di Jawa, konsultan, pengembang, dan kontraktor. Selain itu, kata dia, hasil kajian CEEDEDS mengenai penggunaan bambu petung sebagai pengganti sebagian "tulangan" baja untuk barataga tersebut juga akan dipresentasikan pada simposium internasional pengurangan dampak bencana di Tokyo, Jepang, 16-17 Desember 2005. "Dalam simposium tersebut kami juga mengusulkan kepada forum untuk mengakomodasi hasil kajian, riset, dan praktek yang dilakukan CEEDEDS dengan penyesuaian kondisi lokal dalam pembuatan proposal internasional terpadu, terutama untuk negara-negara yang mempunyai kasus sejenis seperti Filipina, Asia Selatan, dan Amerika Selatan," katanya. Ia menambahkan, CEEDEDS saat ini melakukan penelitian tentang pembuatan panel tahan gempa dengan "bendrat" sebagai pengganti dinding tembok partisi dan program persiapan menghadapi bencana awan panas Gunung Merapi dengan konsep "rulinda Merapi" untuk tipe rumah tangga. "Dalam waktu dekat CEEDEDS juga akan memetakan perkiraan kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa pada kota-kota di wilayah rawan gempa di Indonesia, dengan pilot proyek Kota Yogyakarta," kata Sarwidi. (*/lpk) (http://www.merdeka.com/pernik/bambu-petung-pengganti-tulangan-baja-rumah-tahan-gempanf6vswe.html) Jumat 21 Februari 2014



ILMU BAHAN BANGUNAN : BAMBU SEBAGAI TIANG PANCANG Pendahuluan 1. Latar belakang Pembangunan suatu kontruksi, pertama-tama sekali yang dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah) baru kemudian melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar fungsinya pada suatu kontruksi. Secara umum pondasi didefinisikan sebagai bahan bangunan bawah tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat bahan bangunan itu sendiri dan beban luar yang bekerja pada bangunan ketanah yang disekitarnya. Struktur bawah sebagai pondasi juga secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pemilihan jenis pondasi ini tergantung kepada jenis stuktur atas, apakah teermasuk kontruksi beban ringan atau beban berat dan juga jenis tanahnya. Untuk kontruksi beban ringan dan kondisi lapiasan tanah permukaan cukup baik, biasanya jenis pondasi dangkal sudah memadai. Tetapi untuk kontruksi beban berat biasanya jenis pondasi dalam adalah menjadi pilihan, dan secara umum permasalahan perencanaan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi dangkal. Untuk hal ini penulis mencoba mengkonsentrasikan makalah ini kepada permasalahan pondasi dalam, yaitu tiang pancang. Pondasi tiang pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah lapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relative cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancang dan tanah disekelilingnya.



Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi bahan adatiang pancang bertulang, tiang pancang pretekan, tiang pancang baja, dan tiang pancang kayu. Tiang pancang berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang mampu memikul dan memberikan nkeamanan pada struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua metode yang bisa digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung tiang pancang yaitu dengan menggunakan metode statis dan metide dinamis.



2. Permasalahan bahan yang menggunakan bambu konstruksi banggunan masih sangat langkah karena orang menilai penggunaan bambu di anggap tidak aman , tidak modern, dianggap ketinggalan jaman tetapi ditangan yang tepat penggunaan bambu sangat lah ekonomis dan dapat bernilai seni yang tinggi sekarang ini penggunaan mulai di kembangkan sebagai bahan pengganti kayu yang sekarang ini keberadaan kayu di pasaran semakin lama semakin langka di sebabkan penibangan liar,pembakaran hutan dan sebagainya,fungsi bambu pun dari tahun ke tahun semakin banyak yang mana dulu hanya sebagai bahan untuk interior saja tetapi sekarang sudah bisa menjadi bahan konstruksi yang sangat kokoh dan berharga ekomoni yang tinggi.



3. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : a.



Menjadikan bambu sebagai bahan pengganti kayu,terutama sebagai bahan tiang pancang.



b.



Mengetahui cara pengawetan bambu untuk tiang pancang.



c.



Mengetahui cara-cara pemancangan menggunakan tiang pancang dari bambu.



d.



Mengetahui keuntungan dan kerugian menggunakan bahan tiang pancang dari bambu.



e. Mengetahui cara pembuatan tiang pancang dari bambu agar bambu tidak membusuk dalam tanah. 4. Metode pengumpulan data Dalan penulisan makalah ini dilakukan beberapa cara untuk dapat mengumpulkan data yang mendukung agar makalah ini dapat selesai dengan baik.beberapa cara yang dilakukan antara lain : a. Pengambilan data lewat internet Pengambilan data yang diperlukan dengan media internet di akses di warnet-warnet terdekat dan melalui online di kampus dengan menggunakan sarana hotsport yang telah di sediakan di kampus. b. Melakukan studi ke perpustakaan Membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau untuk penulisan makalah ini. Bambu sebagai tiang pancang 1. Pengertian bambu



Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa),berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 4-5 tahun.Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga kadang-kadang masif, berdinding keras,pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Akar bambu terdiri atas rimpang (rhizon) berbuku dan beruas,pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang Dari kurang lebih 1.000 species bambu dalam 80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu memegang peranan sangat penting. Bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan.



Bambu dalam bentuk bulat dipakai untuk berbagai macam konstruksi seperti rumah, gudang, jembatan, tangga, pipa saluran air, tempat air, serta alat-alat rumah tangga. Dalam bentuk belahan dapat dibuat bilik, dinding atau lantai, reng, pagar, kerajinan dan sebagainya.Beberapa jenis bambu akhir-akhir ini mulai banyak digunakan sebagai bahan penghara industri supit, alat ibadah, serta barang kerajinan, peralatan dapur, topi, tas, kap lampu, alat musik, tirai dan lain-lain. Sering ditemui barang-barang yang berasal dari bambu yang dikuliti khususnya dalam keadaan basah mudah diserang oleh jamur biru dan bulukan sedangkan bambu bulat utuh dalam keadaan kering dapat diserang oleh serangga bubuk kering dan rayap kayu kering. Tanaman bambu hidup merumpun, kadang-kadang ditemui berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik dengan batas desa di Jawa. Penduduk desa sering menanam bambu disekitar rumahnya untuk berbagai keperluan. Bermacam-macam jenis Bambu bercampur ditanam di pekarangan rumah. Pada umumnya yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah bambu tali, bambu petung, bambu andong dan bambu hitam. Beberapa kelebihan bambu jika dipergunakan untuk komponen bangunan: ·



Merupakan bahan yang dapat diperbarui (3-5 tahun sudah dapat ditebang),



· Murah harganya serta mudah pengerjaannya karena tidak memerlukan tenaga terdidik, cukup dengan peralatan sederhana pada kegiatan pembangunan. · Mempunyai kekuatan tarik yang tinggi (beberapa jenis bambu melampaui kuat tarik baja mutu sedang), ringan, berbentuk pipa beruas sehingga cukup lentur untuk dimanfaatkan sebagai komponen bangunan rangka, ·



Rumah dari bambu cukup nyaman ditempati,



·



Masa konstruksi cukup singkat sehingga biaya konstruksi menjadi murah.



Kelemahannya adalah dalam penggunaannya kadang-kadang menemui beberapa keterbatasan. Sebagai bahan bangunan, faktor yang sangat mempengaruhi bamboo adalah, sifat fisik bambu (bulat) yang agak menyulitkan dalam pengerjaannya secara mekanis, variasi dimensi dan panjang ruas yang tidak seragam serta mudah diserang oleh organisme perusak seperti bubuk, rayap dan jamur. 2. Karakter bambu a. Anatomi bambu



Kolom bambu terdiri atas sekitar 50% parenkim, 40% serat dan 10% sel penghubung (pembuluh dan sieve tubes) Dransfield dan Widjaja (1995). Parenkim dan sel penghubung lebih banyak ditemukan pada bagian dalam dari kolom, sedangkan serat lebih banyak ditemukan pada bagian luar. Sedangkan susunan serat pada ruas penghubung antar buku memiliki kecenderungan bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya berkurang. b. Sifat Fisis dan Mekanis bambu Sifat fisis dan mekanis merupakan informasi penting guna memberi petunjuk tentang cara pengerjaan maupun sifat barang yang dihasilkan. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis bamboo telah diberikan oleh Ginoga (1977) dalam taraf pendahuluan. Pengujian dilakukan pada bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.) dan bambu hitam (Gigantochloa nigrocillata Kurz.). Beberapa hal yang



mempengaruhi sifat fisis dan mekanis bambu adalah umur, posisi ketinggian, diameter, tebal daging bambu, posisi beban (pada buku atau ruas), posisi radial dari luas sampai ke bagian dalam dan kadar air bambu. c. Sifat Kimia bambu



Penelitian sifat kimia bambu telah dilakukan oleh Gusmailina dan Sumadiwangs (1988) meliputi penetapan kadar selulosa, lignin, pentosan, abu, silika, serta kelarutan dalam air dingin, air panas dan alcohol benzen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar selulosa berkisar antara 42,4% 53,6%, kadar lignin bambu berkisar antara 19,8% - 26,6%, sedangkan kadar pentosan 1,24% - 3,77%, kadar abu 1,24% - 3,77%, kadar silika 0,10% - 1,78%, kadar ektraktif (kelarutan dalam air dingin) 4,5% - 9,9%, kadar ekstraktif (kelarutan dalam air panas) 5,3% - 11,8%, kadar ekstraktif (kelarutan dalam alkohol benzene) 0,9% - 6,9%. 3.



Pengertian tiang pancang



Tiang pancang merupakan turunan dari teknik tradisional. yaitu;pantek bambu / dolken. Tiang pancang ini diproduksi di pabrik, dengan berbagai ukuran. Untuk pondasi, tiang pancang ini dimasukkan ke dalam tanah dengan cara dipukul menggunakan mesin pancang atau ditekan menggunakan mesin pres, sampai pada kedalaman tanah keras. Beban yang ditanggung, dihitung dari penampang ujung bawah tiang pancang x daya dukung tanah keras yang dicapai. Daya dukung sisi tidak dihitung (nol). Pondasi tiang pancang berfungsi meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang memberikan daya dukung memadai. Pondasi tiang pancang pada tanah lunak yang tidak sampai tanah keras akan mengalami penurunan akibat pemampatan tanah dasar, karena pada umumnya tanah lunak memiliki sifat pemampatan yang tinggi. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang di klasifikasikan berbeda-beda.tujuan dari pondasi tiang adalah : a. untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras b. untuk menahan beban vertical, lateral, dan beban uplift Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil & kurang keras atau apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah. Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah dangkal tidak akan memuaskan,dan konstruski seharusnya di bangun diatas pondasi tiang. Tiang pancang juga



digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jetty atau dermaga. 1.



Macam-macam tiang fondasi pancang



a. Tiang Pancang Beton Tiang pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Cast in place (tiang beton cor ditempat atau fondasi tiang bor) dan 2) Precast pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau dibuat dipabrik). Fondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Pemakaian fondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian antara adalah sebagai berikut ini :



Keuntungannya : a) Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih dapat diandalkan. Lebih – lebih karena pemeriksaan dapat dapat dilakukan setiap saat. b) Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah c) Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi. d) Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal. Kerugiannya : a) Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah disekitarnya. b) Pemancangan sulit, bila dimeter tiang terlalu besar c) Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khusus. d) Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama. Metode pelaksanaan : a) Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang. b) Pengangkatan tiang. c) Pemeriksaan kelurusan tiang. d) Pemukulan tiang dengan palu (hummer) atau dengan cara hidrolik a. Tiang Pancang Kayu



Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang pancang pada suatu dermaga. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : · bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu belian. · Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. · Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 – 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan. 1) Kepala Tiang Pancang Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang. Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan. (http://zulfahmited.blogspot.com/2012/11/ilmu-bahan-bangunan-bambu-sebagai-tiang.html) Jumat 21 Februari 2014



Masalah Konstruksi Rumah Bambu Konstruksi bambu semakin berkembang dan banyak diaplikasikan dalam beberapa tahun belakangan ini, salah satu momen kebangkitan konstruksi bambu adalah maraknya penggunaan bambu sebagai bahan bangunan pasca gempa Yogyakarta, Nias dan Aceh. Namun aplikasi bambu untuk rumah tidak terlepas dari kendala dan rintangan. Artikal berikut bersumber dari DesKonsTruksi Personal Blog yang membahas tentang hal ini. Category: Artikel Posted by: admin Masalah Konstruksi Rumah Bambu Bambu sudah dikenal oleh masyarakat sebagai bahan bangunan sejak ratusan tahun lalu. Tanaman rumpun bambu dapat ditemui di pedesaan, bahkan sebagian besar masyarakat desa mempunyai rumpun bambu di pekarangannya. Di samping kekuatan bambu cukup tinggi (hasil penelitian yang kami lakukan, kekuatan tarik pada bagian kulit bambu untuk beberapa jenis bambu melampaui kuat tarik baja mutu sedang), ringan, sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3-5 tahun sudah siap ditebang), berbentuk pipa berruas sehingga cukup lentur untuk dimanfaatkan sebagai kolom, namun bambu juga mempunyai kelemahan berkaitan dengan keawetannya. Untuk memperoleh keawetan dalam pemakaian bambu, masyarakatpun sudah mengenal dan mempunyai cara-cara pengawetan secara tradisional, seperti metode perendaman, pengasapan dan pemasukan larutan bahan kimia ke dalam bambu. Pengwetan secara modernpun sudah dikembangkan di Laboratorium Teknik Struktur Jurusan Teknik Sipil FT UGM sejak awal tahun 1990an. Dari penelitian ini diperoleh metode pengawetan yang efektif dengan menggunakan larutan bahan kimia yang dimasukkan ke dalam batang bambu secara tekanan. Masalah mendasar pemasyarakatan pemakaian bambu di Masyarakat adalah informasi cara-cara pengawetan bambu, cara mengkonstruksi bangunan bambu belum sampai di masyarakat, sehingga masyarakat membangun rumah bambu hanya mendasarkan konstruksi bambu seperti yang pernah dilakukan oleh para nenek-moyang. Untuk ini pada tulisan ini akan disampaikan prinsip-prinsip konstruksi bambu. Pertanyaaan mendasar adalah, kenapa bangunan bambu yang dikonstruksi secara benar dapat tahan gempa? Sesungguhnya konstruksi bangunan dengan berbagai bahan penyusun dapat dikonstruksi tahan terhadap gempa. Pada prinsipnya bangunan tahan gempa dimaksudkan untuk meminimalisir korban yang berasal dari penghuni/pemakai bangunan tersebut. Dengan kata lain, penghuni bangunan dapat segera keluar dari bangunan yang terkena gempa dengan selamat pada saat terjadi gempa. Sesuai dengan prinsip dasar bangunan tahan gempa yang harus diusahakan seringan mungkin, maka bahan bambu sangat memenuhi persyaratan ini, juga bambu dikenal dengan kelenturannya yang cukup tinggi. Pada bangunan tahan gempa, bambu dapat digunakan sebagai elemen balok, kolom, pendukung atap, pengisi dinding, maupun lantai. Pemakaian bambu (gedhek) untuk elemen dinding pada bangunan rumah dengan rangka kayu seperti rumah-rumah tradisional di DIY dan Jawa Tengah akan menjadikan bangunan tersebut menjadi ringan. Di samping dipakai dalam bentuk anyaman gedhek, bambu dapat digunakan sebagai elemen dinding dalam bentuk galar, atau bilah yang dipasang horisontal dengan direnggangkan dan diplester dengan mortar (adukan pasir dan semen),



dapat pula berbentuk anyaman bilah dengan anyaman utama berarah horisontal dan diplester dengan mortar. Konstruksi ini cukup ringan namun mempunyai kelenturan yang cukup. Untuk konstruksi rangka atap juga dapat menggunakan bahan bambu, bahkan di India sudah dikembangkan atap gelombang dengan anyaman bambu yang dilaminasi. Pada prinsipnya rumah bambu tahan gempa harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut: Mengunakan bambu yang sudah tua, sudah diawetkan dan dalam keadaan kering, Rumah bambu didirikan di atas tanah yang rata, Pondasi dan sloof (sloof diangker ke pondasi di setiap jarak 50-100 cm) mengelilingi denah rumah, Ujung bawah kolom bambu masuk sampai pondasi, diangker dan bagian dalam ujung bawah kolom diisi dengan tulangan dan mortar), Elemen dinding yang berhubungan dengan sloof atau kolom harus diangker di beberapa tempat, 6.Di ujung atas kolom diberi balok ring yang mengitari denah bangunan, elemen dinding juga harus di angker dengan balok ring tersebut, Bila ada bukaan dinding seperti angin-angin, jendela dan pintu, harus diberi perkuatan di sekeliling bukaan tersebut, Pada setiap pertemuan bagian dinding dengan bagian dinding lainnya, harus ada kolom dan dinding diangker kolom tersebut, Rangka atap (kuda-kuda) bisa dikonstruksi dengan tumpuan sederhana (sendi-rol), di mana setiap dudukan rangka atap harus diletakkan pada posisinya, dan perlu diangker dengan kolom, Ikatan angin pada atap harus dipasang di setiap antar kuda-kuda. Ikatan angin ini dipasang pada bidang kemiringan atap di bawah penutup atap, dan pada bidang vertikal diantara dua kuda-kuda. Bambu memiliki kekuatan yang dapat dipersaingkan dengan baja. Karena kelenturan dan kekuatannya yang tinggi, struktur bambu juga merupakan bangunan tahan gempa. Sayangnya, selama ini kekuatan bambu belum diimbangi dengan teknik sambungan yang kuat. Bekerjasama dengan Prof. Morisco, Sahabat Bambu mengaplikasikan konstruksi dengan teknik sambungan yang telah teruji kekuatannya di laboratorium dan di lapangan. Berbagai bangunan sekolah, rumah tinggal, gazebo, dan gudang telah didirikan. Paduan antara kekuatan, kejelian arsitek, dan keampuhan bahan pengawet menghasilkan konstruksi yang kuat, tahan gempa, indah, dan awet hingga puluhan tahun (http://www.bambuawet.com/news/11/65/Masalah-Konstruksi-Rumah-Bambu/) Jumat 21 Februari 2014