Biografi Dan Ajaran Abah Anom [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOGRAFI DAN AJARAN ABAH ANOM Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tasawuf Tokoh Dosen Pengampu: Dr. Cucu Setiawan, M.Ag Acep Aam Amirudin, M.A.Ud



Disusun oleh: Kelompok 11 Salwa Sitifauziah



NIM 1171040142



Sukmana Ajang J



NIM 1171040166



Sohibi Bustomi



NIM 1171040160



JURUSAN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019



KATA PENGANTAR Segala puji penulis sampaikan kepada hadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan tak lupa shalawat beserta salam penulis juga sampaikan kepada baginda kita yakni Nabi Muhammad Saw. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang “BIOGRAFI DAN AJARAN ABAH ANOM“, yang mana telah penulis sajikan berdasarkan pengamatan dan pembacaan dari beberapa sumber referensi. Dalam penyusunan makalah ini penulis sampaikan terima kasih kepada : 1.



Orang tua yang telahmendoakandanmenyemangati kami dariawalpenyusunanmakalahini.



2.



Rekan-rekansatukelompok yang telahmembantudalampenyusunanmakalahini.



3.



Pihak-pihak yang telahmembantu kami, baiksecaramaterimaupun morel. Penulis sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.



Oleh karena itu penulis sangat menghargai saran dan kritik dari pembaca guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dalam penyusunan makalah yang akan datang. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Penulis juga memohon permintaan maaf yang sebesar-besarnya karena masih terdapat banyak kekurangan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Bandung, 10 November 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1 C. Tujuan ............................................................................................................................. 2 D. Manfaat ........................................................................................................................... 2 E. Metode Penyusunan ........................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN A. Biografi ........................................................................................................................... 3 B. Pendidikan....................................................................................................................... 5 C. Karya-Karya .................................................................................................................... 7 D. Ajaran .............................................................................................................................. 8 E. Pemikiran Tasawuf Abah Anom dan TQN .................................................................... 9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................................... 16 B. Saran ............................................................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Abah Anom dan Pesantren Suryalaya dewasa ini menjadi pesantren yang banyak diteliti dan dikaji oleh banyak orang, baik yang mengatasnamakan pribadi maupun lembaga. Bahkan banyak peneliti Barat yang tertarik melakukan penelitian di Pesantren Suryalaya ini. Para pengkaji tasawuf begitu akrab mengenal Pesantren Suryalaya ini sebagai penyebar Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyah. Pesantren Suryalaya mengajarkan TQN, yang intinya berupa ajaran agama Islam agar manusia hidup dan mati tetap dalam keridhaan Allah SWT., Dengan bersumber kepada Alquran, hadis, ijma’ dan qiyas. TQN merupakan teori agar kita lebih cepat dan tepat dalam menggali api Islam, iman, dan ikhsan dengan tidak meninggalkan hukum-hukum syariat. Abah Anom seorang pemimpin yang mempunyai wawasan intelektual yang luas, pengetahuan yang banyak dan ketakwaan yang mendalam. Beliau juga telah mengalami banyak kesulitan dalam kehidupannya, tetapi beliau sangat sabar, berani dan rendah hati. Beliau dikenal konsisten dan setia terhadap ajaran Abah Sepuh dan juga sebagai seorang pemimpin



yang suka



bekerja keras.



Cabang-cabang Tarekat



Qadiriyah



wan



Naqsabandiyah tersebut yangterbesar dan yang paling berpengaruh adalah Abah Anom (KH. A.Shahibulwafa Tajul „Arifin) di Suryalaya karena sistem pengobatan narkotikamelalui zikir (sufi healing). Abah Anom memiliki khalifah yang tersebar diberbagai tempat di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Lombok, bahkan di Singapura, Malaysia, dan Brunei.4 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti ingin mengadakanpenelitian yang membahas tentang “Pendidikan Berbasis TarekatQadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya. 1



B. Rumusan Masalah 1. Siapa Abah Anom 2. Bagaimana pendidikan Abah Anom 1



Ahmad Syafi’I Mufid,Tangklukan, Abangan, dan Tarekat: kebangkitan Agama di Jawa,(Jakarta : Yayasan obor Indonesia Anggota IKAPI DKI Jakarta, 2006), h. 66.



1



3. Apa saja karya-karya Abah Anom 4. Bagaimana ajaran Abah Anom 5. Bagaimana pemikiran Tasawuf Abah Anom



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui siapa Abah Anom 2. Untuk mengetahui latar belakang pendidikan Abah Anom 3. Untuk mengetahui karya-karya selama hidup Abah Anom. 4. Untuk mengetahui ajaran Abah Anom 5. Bagaimana Pemikiran Tasawuf Abah Anom



D. Manfaat Penulisan makalah ini semoga dapat memberikan manfaat yaitu untuk: 1. Menambah wawasan pengetahuan lebih bagi pembaca mengenai tokoh tasawuf Abah Anom 2. Hasil dari makalah ini diharapkan bisa dijadikan pijakan dan referensi dan juga dapat memberikan pemahaman bagi khalayak luas mengenai tokoh Abah Anom



E. Metode Penyusunan Makalah ini disusun berdasarkan studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan data-data berupa teori-teori dari hasil litelatur.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Abah Anom, lahir pada 11 Januari 1915, adalah putra kelima dari Syekh Abdullah Mubarok Ibn Nur Muhammad. Ibunya adalah Hajjah Juhriyah. Abah Anom memulai pendidikan formalnya di Vervolig Scool, Ciamis antara 1923-1928. Kemudian melanjutkan ke madrasah tsanawiyah (sekolah menengah) di Ciawi, Tasikmalaya. Sejak usia 15 tahun, yakni 1930, Abah Anom mulai secara khusus mendalami ilmu-ilmu agama. Beliau belajaar fiqh di Pesantren Cicarian, Cianjur. Di sini beliau secara khusus mendapat ijazah tulis-menulis huruf Arab (harupat tujuh), ilmu Qur’an dan hadits. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Jambudwipa, Cianjur, Jawa Barat, kemudian ke Gentur, Cianjur yang diasuh oleh ulama kharismatik, Ajengan Syatibi. Pada 1935-1937 Abah Anom berguru kepada Ajengan Atjeng Mumu untuk memperdalam ilmu agama dan juga mendalami ilmu hikmah (kesaktian, ilmu gaib) dan ilmu silat. Ajengan Mumu ini adalah putra dari Ajengan Sindang Hayu, Sukabumi, yakni Ajengan Cikaret, yang terkenal sebagai ahli tarekat yang menerapkan ajaran tarekat ke dalam ilmu persilatan. Di pesantren inilah Abah Anom mendapat ilmu tentang manajemen pesantren, ilmu berburu dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Di sini Abah Anom, yang masih berusia 18 tahun, telah dipercaya oleh ayahnya untuk menjadi wakil talqin TQN. Kegemaran Abah Anom pada ilmu silat dan kesusastraan lebih diperdalam lagi dengan berguru kepada Haji Djunaedi di Panjalu, yang tersohor sebagai ahli ilmu “alat,” jagoan silat dan ahli ilmu hikmah. Pada 1938 Abah Anom pergi ke Mekah dan di sana beliau rajin mengikuti pengajian bandongan di Masjidil Haram. Abah Anom terbiasa tidur di atas pasir di sekitar Masjidil Haram. Beliau juga rajin mengunjungi ribat Naqsyabandi di Jabal Qubaysi untuk ber-muzakarah kitab Sirr al-Asrar dan Ghaniyyat al-Thalibin karya Sulthan al-Awliya Ghautsil al-Adhim Syekh ABDUL QADIR AL-JILANI. Sepulangnya ke tanah air Abah Anom harus menghadapi banyak kesulitan, terutama setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Abah Anom ikut berjuang



3



dalam perang kemerdekaan melawan agresi Belanda, ikut membantu memerangi pemberontakan DI/TII. Sepanjang era 1950-an, pesantren Suryalaya diserang oleh DI/TII sebanyak lebih dari 38 kali. Atas jasa-jasanya dalam membantu menumpas pemberontakan inilah Abah Anom mendapat penghargaan dari Kodam VI Siliwangi. Selain itu Abah Anom juga aktif merintis pembangunan di bidang ekonomi dan pertanian di sekitar wilayah pesantren karena pada saat itu kondisi perekonomian sedang sangat memprihatinkan, terutama pada masa pergolakan 1960-an yang berpuncak pada pemberontakan Partai Komunis Indonesia. Pada masa Orde Baru, Abah Anom berafiliasi dengan Partai Golkar dan pada 1982 diangkat menjadi pinisepuh partai berlambang beringin tersebut. Abah Anom menikah dua kali, pertama dengan Hajjah Euis Ru’ayanah, yang wafat pada 1978, dan kemudian menikah lagi dengan Ibu Yoyoh Sofiah. Dari istri pertamanya beliau dikaruniai 13 putera dan puteri: Dudun Nursaidudin, Aous Husni Falah, Nonong, Didin Hidir Arifin, Noneng Hesyati, Endang Ja’far Sidiq, Otin Khadijah, Kankan Zulkarnaen, Memen Ruhimat, Ati unsuryati, Ane Utia Rohyane, Baban Ahmad Jihad dan Nur Iryanti. Sedangkan dari istri keduanya beliau dikaruniai anak lelaki yang diberi nama Ahmad Masykur Firdaus.2 Syekh ini adalah salah satu pemimpin pesantren Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) terbesar di Indonesia, yakni Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau lebih dikenal sebagai “Abah Anom” atau “Kyai Muda,” karena beliau diangkat menggantikan ayahnya sebagai pemimpin pesantren dalam usia yang masih muda, yakni 35 tahun. Sufi kharismatik ini selalu dikunjungi banyak orang untuk mendapatkan barakahnya. Belakangan karena kondisi fisik Abah yang sudah tidak memungkinkan untuk berlama-lama melayani tamu, para umat harus antri untuk dapat bersalaman dan memohon doa-restunya setiap pagi selepas shalat subuh, dan kesempatan ini hanya dibuka selama kurang lebih satu jam setiap harinya. Kebanyakan tamu yang antri itu membawa botol-botol berisi air putih untuk didoakan. Pesantrennya juga dikenal sebagai pusat pengobatan dan pembinaan para korban narkoba dan remaja nakal melalui metode agama, terutama metode zikir dan ibadah. Setelah menjalani masa yang cukup panjang, KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin bin Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad sebagai Guru Mursyid Tarekat Qodiriyah wa 2



Jalan pikeun ngahontal mardhatillah.2000.Pondok pesantren suryalaya. Tasikmalaya



4



Naqsyabandiyah dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada hari Senin tanggal 05 September 2011 pukul 11.55 dalam usia 96 tahun.



B. Pendidikan Pada usia delapan tahun Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacam Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Ia belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, ia melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi. Dua tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Pesantren ini terkenal sekali terutama pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang ahli hikmah dan silat. Dari Pesatren inilah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola



dan



memimpin



sebuah



pesantren.



Kegemarannya



menuntut



ilmu,



menyebabkan Abah Anom menguasai berbagai ilmu keislaman saat berumur 18 tahun. Didukung ketertarikan pada dunia pesantren, ayahnya yang sesepuh TQN mengajarinya zikir tarekat. Sehingga ia menjadi wakil "talqin" Abah Sepuh pada usia relatif muda. Sejak itulah, ia lebih dikenal dengan sebutan Abah Anom. Percobaan ini nampaknya juga menjadi ancang-ancang bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagaman di masa mendatang. Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh H. Junaedi yang terkenal sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah. Setelah menginjak usia dua puluh tiga tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci. Sepulang dari Makkah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939), dapat dipastikan Abah Anom telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan yang mendalam. Pengetahuannya meliputi tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti 5



ilmu agama. Oleh Karena itu, tidak heran jika ia fasih berbahasa Arab dan lancar berpidato, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda, sehingga pendengar menerimanya di lubuk hati yang paling dalam. Ia juga amat cendekia dalam budaya dan sastra Sunda setara kepandaian sarjana ahli bahasa Sunda dalam penerapan filsafat etnik Kesundaan, untuk memperkokoh Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Bahkan iapun terkadang berbicara dalam bahasa Jawa dengan baik. Abah Anom resmi menjadi mursyid (pembimbing) TQN di pesantren sejak tahun 1950. Ketika Abah Sepuh Wafat, pada tahun 1956, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam memimpin pesantren. Dengan rasa ikhlas dan penuh ketauladan, Abah Anom gigih menyebarkan ajaran Islam. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang di antara isinya adalah taat kepada perintah agama dan negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya. Di samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah keagamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah. Didirikannya Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat yang sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah, di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar ilmu kesehatan, pendidikan, sosiologi, dan psikologi, bahkan pakar ilmu agama mulai yakin bahwa agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk tasawuf dan tarekat mampu merehabilitasi kerusakan mental dan membentuk daya tangkal yang kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan pengamalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Dalam



6



melaksanakan tugas sehari-hari, Abah Anom menunjuk tiga orang pengelola, yaitu KH. Noor Anom Mubarok BA, KH. Zaenal Abidin Anwar, dan H. Dudun Nursaiduddin.3



C. Karya-Karya Kitab Miftah as-Shudur adalah risalah utama Abah Anom tentang dasar-dasar teoritis dan amalan TQN dalam tradisi Suryalaya, yang aslinya ditulis dalam bahasa Arab, dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (oleh Profesor Abu Bakar Aceh), Inggris dan Melayu. Kitab ini terbagi menjadi dua juz (bagian) dengan struktur:  pendahuluan, pentingnya zikir secara umum;  inti sari konsep nafy wa itsbat dalam zikir;  kaifiyyah (tata cara) zikir jahr (dengan suara keras);  dasar dan asal-usul talqin (inisiasi atau ba’iat) dan al-ahad (kesetiaan);  kewajiban menyebut silsilah tarekat;  muqadimmah, ditulis oleh Abu Bakar Aceh;  membahas pentingnya ingat kepada Tuhan dan dampaknya bagi pendidikan agama; dan cara melemahkan kekuatan setan dengan amalam zikir. Kitab Uqud al-Jum’an adalah keterangan amalan yang dibagi menjadi tiga bagian utama:  wiridan,  khataman dan  silsilah TQN. Karya



lainnya



adalah



Akhlaqul



karimah/Akhlaqul



Mahmudah



Berdasarkan



Mudaawamah Dzikriilah. Sedangkan Kitab Kurikulum Inabah menjelaskan sistematika pedoman kegiatan ibadah dari sejak bangun tidur hingga tidur kembali.4



3



Jalan pikeun ngahontal mardhatillah.2000.Pondok pesantren suryalaya. Tasikmalaya http://alimultimedia3.blogspot.com/2015/02/makalah-abah-anom-dan-abah-sepuh.html. Di unduh pada tanggal 12 desember 2019 jam 20.21 4



7



D. Ajaran Abah Anom mempunyai pandangan yang luas tentang peran sosial tasawuf. Beliau mengkritik orientalis Barat, dan sebagian orang Islam sendiri, yang melakukan penelitian tasawuf hanya untuk mencari kelemahan. Menurut Abah Anom, tasawuf adalah bidang kajian yang sulit dan tidak dapat disentuh secara utuh oleh mereka yang tidak sepenuhnya mengenal dan memahami Islam pada umumnya dan tradisi-tradisi keruhanian pada khususnya. Hal-hal seperti riyadah, hal, maqam, zawq, dan sebagainya akan sulit, jika tidak boleh dikatakan mustahil, untuk dipahami secara komprehensif dan tepat oleh mereka yang tidak mempraktikkannya, apalagi oleh mereka yang bukan Muslim. Sebagian pandangan Abah Anom tentang ibadah Islam pada umumnya dan asas-asas tarekat pada khususnya ditulis dalam kitabnya yang diberi judul Miftah al-Shudur (Kunci Pembuka Dada), sedangkan penjelasan praktik ritualnya dituangkan dalam kitab Uqud al-Jum’an. Dalam masalah sosial masyarakat dan kenegaraan beliau senantiasa berpegang pada prinsip Tanbih dan Asas Tujuan TQN yang diwasiatkan oleh ayahandanya. Walau demikian, beliau berpendapat bahwa TQN bukan satu-satunya sarana (wasilah) untuk mencapai ma’rifatullah, sebab beliau juga menghormati tarekat-tarekat lain, yang juga kerap dirujuknya dalam berbagai ceramah, khotbah dan tulisannya, seperti Syadiziliyyah, Kubrawiyyah, dan sebagainya. Dalam praktik ritualnya, Abah Anom terkesan lebih “moderat” dibandingkan beberapa tarekat lain. Beliau memodifikasi beberapa ritual tarekat, sehingga apa yang diamalkan ikhwan (murid) tarekat awam agak berbeda dengan Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah dalam jalur otoritas lain. Misalnya, tidak ada ketentuan hitungan jumlah zikir khafi, hanya disebut “sebanyak-banyaknya.” (Dalam otoritas lain ada ketentuan, seperti 5,000 kali setiap hari, atau 25,000 setiap hari.) Tetapi bagi lingkaran ikhwan yang lebih dalam dan serius, Abah Anom memberlakukan aturan yang lebih serius dan ketat, terutama bagi mereka yang benar-benar ingin melakukan suluk.  Abah Anom membahas latha‟if dengan merujuk pada al-Ghazali, yang mengatakan bahwa dihati terdapat titik rohani halus yang terhubung dengan tubuh manusia dan merepresentasikan realitas esensi manusia. Beliau mengutip dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani, yang mengatakan bahwa hati adalah tempat tersimpannya pengetahuan



8



hakikat karena hati adalah titik rohani halus yang mengendalikan seluruh tubuh dengan bertindak sebagai alat yang menembus ke dalam realitas.5 Latha‟if artinya halus, lembut dan tidak kasar. Secara konseptual para ahli tasawuf merinci tujuh macam sebab pembuat dosa batin atau jiwa yang disebut tujuh latha‟if, yaitu sebagai berikut : 1. Lathifah al-Qalbiy, yang berhubungan dengan jantung jasmani, letaknya dua jari di bawah susu kiri. Di sini terletak sifat-sifat kemusryikan, kekafiran, ketahayulan dan sifat-sifat iblis. 2. Lathifah ar-Ruh, terletak dua jari di bawah susu kanan, berhubungan dengan hati. Disinilah letaknya sifat bahimiyah (binatang jinak), yakni sifat-sifat menuruti hawa nafsu. 3. Lathifah as-Sirri, terletak dua jari di atas susu kiri. Disinilah terletak sifat sabi‟iyyah (binatang buas), yaitu sifat dzalim, pemarah dan pendendam. 4. Lathifah al-Khafi, terletak dua jari di atas susu kanan, dipengaruhi oleh limpa jasmani. Disinilah letaknya sifat-sifat pendengki dan khianat, yaitu sifat syaithaniyyah yang membawa celaka dunia dan akhirat. 5. Lathifah al-Akhfa, letaknya di tengah dada, yang berhubungan dengan empedu jasmani. Disinilah letak sifat rabbaniyah, seperti riya’, takabbur, ujub, suma’. 6. Lathifah an-Nafs an-Natiqa‟, terletak antara dua kening. Disinilah tempatnya nafsu amarah, nafsu yang selalu mendorong kepada kejahatan. 7. Lathifah Kullu Jasad (Qalab), yaitu lathifah yang mendominasi seluruh tubuh jasmani. Disinilah terletak sifat-sifat jahil dan lalai.6 E. Pemikiran Tasawuf Abah Anom dan TQN Mengenai ajaran dasar Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah setidaknyaada empat, yakni : Kesempurnaan suluk, Adab para murid, Dzikir, danMuraqabah.7Berikut ini adalah penejlasan dari keempat ajaran tersebut : A) Kesempurnaan Suluk



5



Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, vol.3,3, sebagaimana dikuti oleh Sri Mulyati, Peran Edukasi TQN dengan referensi utama Suryalaya, h. 350 6 Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Tasawuf, op. Cit, h. 128 7 Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 60



9



Ajaran



yang



Naqsabandiyah



sangat



ditekankan



adalah



suatu



dalam



ajaran



keyakinan



Tarekat



bahwa



Qadiriyah



kesempurnaan



wa Suluk



(merambah jalan kesufian, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah),adalah jika berada dalam tiga dimensi keislaman, yaitu : islam, iman danihsan. Akan tetapi ketiga term tersebut biasanya dikemas dalam suatu ajarantrhree in one yang sangat populer dengan istilah, syari’at, tarekat danhakikat. B) Adab Para Murid Kitab yang sangat populer dikalangan sunni dan menjadi rujukan bagi sebagian



besar



tarekat



Muhammad



ada



(termasuk



tarekat



qadiriyah



wa



Tanwir al-Qlulub fi mu‟ammalati „allam al-Guyub,



naqsabandiyah) adalah karya



yang



Amin



al-Kurdi



dan



kitab



al-Anwar



al-Qudsiyah,



karya



seorang sufi yang terkenal, Syekh Abdul Wahhab al-Sya’rani, di samping kitab karya pendiri tarekat Qadiriyah sendiri (Syekh Abd. Qadir al-Jailani), yang



berjudul



al-Gunyah



li



Talibi



Tariq



al-Haq.



Didalam



ketiga



kitab



tersebut, diuraikan panjang lebar tentang adab bagi para murid (orang-orang yang betapa



menghendaki



“bertemu”



Tuhan).



pentingnya



memperbaiki



adab,



Dalam dan



ini



kitab



tersebut



merupakan



dijelaskan



unsur



ajaran



pokok yang ada dalam madzhab tasawuf. Secara garis besar seorang murid (salik) ataupun ahli tarekat, harus menjaga empat adab yaitu : Adab kepada Allah, kepada Syekh (Mursyid dan Guru), kepada Ikhwan, dan adab kepada diri sendiri. 1. Adab kepada Allah Seorang murid dalam mendekatkan diri kepada Allah harus selalu menjaga adabnya,manakalaberdo’a



atau



bermunajat



kepada-Nya.



Kemudian



pada



saat



memohonkepada Allah harus memastikan dalam kondisi suci lahir batin, kesucianyang bersifat lahiriah dengan memastikan suci busana dan tempatnya.



10



Sedangkan



kesucian



batiniah



meliputi



segala



sesuatu



yang



dikonsumsi



harus dari barang yang halal, karena dengan suci batin ini akan memiliki kekuatan besar untuk mencapai hati yang terang (tanwirul qulub).8 Juga



termasuk



bersembunyi



dari



pemberian



orang



menolak bukan



karena



karena



oleh



meminta



kikir



Tuhan-Nya uzur.



pada



dan



bakhil.



waktu



kebanyakan



Tidak karena



mengeluarkan



dari



dalam



hati.



muslim



sesuatu manusia,



menunda



kecuali



sesama



Menjauhi



tidak



lain.



Berusaha



Allah



saudaranya



adalah



Tidak



meminta-minta,



selain



dimilikinya.



(diperebutkan)



kecuali



yang



kepentingan



yang



kepada



yang



kepada



Mengutamakan



murid



orang



kecenderungannya



apa



seorang



seseorang,



kepada



sekali-kali hikmah,



adab



dengan



yang



diagungkan



termasuk



didalamnya



adalah berbuat yang tidak jelas hukumnya.9 2. Adab kepada Mursyid Adab



kepada



mursyid



prinsip



dalam



tarekat,



seorang



murid.



Disamping



ada



hal



3



yang



(Syekh) bahkan



dapat



itu



merupakan merupakan



juga



diyakini



mengantarkan ma‟rifat,



kepada



Allah)



dalam



arti



(dzikir



dalam



hati),



muraqabah



ajaran syarat



para



seseorang



yaitu



yang dalam



ahli



sirri



riyadat



tarekat



dapat



dzikr



sangat



wusul dan



bahwa (sampai



dzikr



khafi



sena10ntiasa



hadir



bahwa



diantara



adab



dengan



sesuatu



yang



(kontemplasi),



dan



menjelaskan



, rabitah dan khidmad kepada mursyidnya. 3. Adab kepada sesama ikhwan Syekh



Muhammad



al-Kurdi



kepada sesama ikhwan adalah : a. Hendaknya



kamu



menyenangkan



mereka



menyenangkan dirimu, dan jangan mengistimewakan dirimu sendiri



8



Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 90 9 Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 67 10 Ibid, h. 68



11



b. Jika



bertemu



mereka,



hendaknya



bersegera



mengucapkan



salam



dan



berjabat tangan, serta bermanis-manis kata dengan mereka c. Menggauli



mereka



dengan



akhlak



yang



baik,



yaitu



memperlakukan



mereka sebagaimana kamu suka diperlakukan. d. Usahakan agar mereka rela, pandanglah bahwa mereka lebih baik dari dirimu.



Bertolong



menolonglah



dengan



mereka



dalam



kebaktian,



taqwa dan cinta kepada Allah11. 4. Adab kepada diri sendiri Menjaga



diri



selama



menempuh



perjalanan



menuju



Allah



(suluk):



diantara adab kepada diri sendiri adalah : a. Memegangi prinsip tingkah laku yang lebih sempurna, jangan sampai seseorang bertindak yang menjadikan dia tercela, dan mengecewakan. b. Hendaknya



bertingkah



bahwa



selalu



Allah



laku



ihsan,



mengetahui



senantiasa



semua



yang



meyakinkan diperbuat



dirinya



hamba-Nya,



baik lahir maupun batin. c. Apabila



murid



ketaatan,



maka



terbuai



oleh



hendaklah



hawa



nafsu,



meyakinkan



diri



misalnya bahwa



berat



melakukan



payahnya



hidup



didunia ini sangat pendek waktunya, bila dibanding dengan kepayahan di akhirat.12 C) Dzikir Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah termasuk tarekat dzikir, menurut para ahli tarekat, bahwa tarekat sebagai sebuah metode untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah bentuk yamh khas bagi seseorang, maka ia bisa bermacam-macam. Sedangkan bentuk dan jenisnya sesuai dengan keah;ian dan kecenderungan masing-masing orang.



11



Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 93-95; Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 72-73; Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsabandiyah, h. 126-135 12 Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 95-96; Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 74-75; Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsabandiyah, h. 119-124



12



Dalam ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, terdapat dua jenis dzikr yaitu : 1. Dzikr Nafi Isbat Dzikr



Nafi



Isbat



adalah



dzikr



kepada



Allah



dengan



menyebut



kalimat “la ilaha illa Allah”. Dzikr ini merupakan ajaran inti Tarekat Qadiriyah, yang dilakukan secaar jahr (bersuara. Dzikr ini pertama kali di bai’atkan kepada Ali bin Abi Thalib. Yaitu pada malam hijrahnya Nabi



Muhammad dari



Mekkah ke kota Yatsrib



(Madinah). Selanjutnya



dzikr ini di talqinkan Ali bin Abi Thalib kepada puteranya, Sayyidina Husein.



Kemudian



Husein



ibn



Ali



mentalqinkan



dzikr



ini



kepada



puteranya, yaitu Ali Zainal Abidin. Dan seterusnya dzkir ini di talqinkan secara



sambung



menyambung



kemudian



sampai



kepada



Syekh



Abdul



Qadir Al-Jailani. Maka setelah metode dzikr ini diamalakan oleh Syekh Abdul



Qadir



al-Jailani,



orang-orang



sesudahnya



(para



muridnya)



menyebutnya dengan tarekat Qadiriyah atau dzikr Qadiriyah.13 2. Dzikr Ism Zat Dzikr Ism Zat adalah dzikr kepada Allah dengan menyebut “Allah, Allah, Allah” secara sirr atau khafi (dalam hati). Dzikr ini juga disebut sebagai



dzikr



lataif



dan



Dzikr



Naqsabandiyah.



ini



merupakan



dibai’atkan



ciri



khas



pertama kali



dalam



tarekat



kepada Abu Bakara



al-Shidiq; ketika sedang menemani Nabi berada di Gua tsur. Selanjutnya dzikr ini ditalqinkan kepada Salman al-Farisi, kemudian ia menelqinkan kepada Qasim ibn Abi Bakar. Kemudian diterima oleh Imam Ja’far alSadiq dan terus menerus



sambung



menyambung



sampai



kemudian



diterima oleh Syekh Baha’uddin al-Naqsabandi. Maka setelah thariqat dzikr ini diamalakan



oleh



dengan



tarekat



Dalam



Tarekat



itsbat



dan



melengkapi



dzikr



syekh



tersebut



Naqsabandiyah Qadiriyah ismu



dalam



dzat



wa



atau



orang-orang tarekat



Naqsabandiyah,



secara



kaitannya



bersamaan,



dengan



dzikr di



Naqsabandiyah.83



ajarkan



karena



metode



menyebutnya



dzikr



nafi



keduanya



saling



pembersihan



jiwa.



Pelaksanaan kedua jenis dzikr ini diamalkan setiap selesai sholat wajib 13



Kharisudin Aqib, Op.cit , h.81



13



sengan cara memejamkan mata, agar lebih menghayatai dzikr dan makna kalimat yang diucapkan, yaitu la ilaha illa Allah. Mengucapkan kalimat “la” dengan panjang, dengan menariknya dari bawah pusar ke arah otak, melalui kening, tepat diantara dua alis. Seolah-olah menggoreskan garis lurus,



dari



bawah



pusar



ke



ubun-ubun.



Selanjutnya



mengucapkan



“ilaha”, seraya menarik garis lurus dari otak kearah atas susu kanan, dan menghantamkan



kalimat



dibawah



susu



kiri,



semakin



menggetarkan



dengan



yang



dikendalikan



agar



semua



lathaif



dan



terekena



teraliri



“illa



hati



oleh



kedalam



Allah”



hati



sanubari



sekuat-kuatnya.



Kal



sanubari,



membakar



syetan.



dan



Gerakan



(pusat-pusat panasnya



ini



simbolik



pengendalian kalimat



ada



dimaksudkan



agar



nafsu-nafsu



jahat



tersebut



nafsu



tahlil



yang



dimaksudkan,



dan



tersebut.



kesadaran),



Setelah



sampai



pada hitungan 165 kali dzikr dihentikan. Dzikr yang di praktekkan ini, sebagaimana



yang



diperintahkan



oleh



Rasulullah,



inilah



dzikr



yang



paling utama dan sangatbesar pengaruhnya pada proses tazkiyat al-nafs.14 D) Muraqabah Konsep atau



muraqabah



Muraqabah



Allah



Yang



SWT.



kondisi



kejiwaan



konsentrasi



dan



imajinasinya



tertuju



Muraqabah pada



muraqabah



atau



muraqabah



juga



meyadari perilaku



individu



sepenuhnya hambanya.



hal



perilaku



diartikan



14



tradisi



dalam



sufi



keadaan



pikir



dan



tentang



dirinya.



sangat



penting.



Karena



dalam



rangka



adalah



Allah.



sebagai



kondisi



kesadaran



pengamatan



daya



kepada



Allah



penjaga



kesadaran



yang



merasakan



bahwa



ada



peribadatan



diri



berarti



dalam



segala



fokus



bentuk



Dengan



muraqabah



sepenuhnya



satu



senantiasa



yang



melestarikan



Sehingga



mendekatkan dapat



raqib



berarti



yang



pada



segala



kata



dimaksud



waspada.



merupakan



dasarnya



seorang



dari



pengawal.



terhadap adalah



berasal



Dengan



kehadiran selalu



semacam



kata



kejiwaan Allah,



mengawasi ini



seorang



lain



dimana serta segenap hamba



Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama Perempuan Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 100



14



akan



selalu



mawas



diri,



menjaga



diri



untuk



tetap



pada



kualitas



kesempurnaan penciptannya.15



15



Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi Beragama Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 108



15



sebagaimana yang tentang Pengalaman



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Abah Anom, lahir pada 11 Januari 1915, adalah putra kelima dari Syekh Abdullah Mubarok Ibn Nur Muhammad. Ibunya adalah Hajjah Juhriyah. Abah Anom memulai pendidikan formalnya di Vervolig Scool, Ciamis antara 1923-1928. Kemudian melanjutkan ke madrasah tsanawiyah (sekolah menengah) di Ciawi, Tasikmalaya. Sejak usia 15 tahun, yakni 1930, Abah Anom mulai secara khusus mendalami ilmu-ilmu agama. Beliau belajaar fiqh di Pesantren Cicarian, Cianjur. Di sini beliau secara khusus mendapat ijazah tulis-menulis huruf Arab (harupat tujuh), ilmu Qur’an dan hadits. Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 19231928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacam Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Ia belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, ia melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi.Dua tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Dan karya-karyanya adalah amalan TQN dan Kitab Uqud al-Jum’an, kitab Kitab Uqud al-Jum’an terdapat 3 yaitu :  wiridan,  khataman dan  silsilah TQN. Abah Anom mempunyai pandangan yang luas tentang peran sosial tasawuf. Beliau mengkritik orientalis Barat, dan sebagian orang Islam sendiri, yang melakukan penelitian tasawuf hanya untuk mencari kelemahan, abah anom juga membahas tentan la thai’f. Dan terdapat pemikiran tasawuf abah anom, yaitu membahas TQN, termasuk tarekat dzikir,menurut para ahli tarekat, bahwa tarekat sebagai sebuah metode untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah bentuk yamh khas bagi seseorang 16



B. Saran Demikian makalah ini yang saya sampaikan, namun saya sadar, makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik yang konstruktif dan saran yang inovatif sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan menambah khazanah keilmuan kita. Semua hanya kepada Tuhan kita mohon ampun. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.



17



DAFTAR PUSTAKA Ahmad Syafi’I Mufid,Tangklukan, Abangan, dan Tarekat:2006 kebangkitan Agama di Jawa,(Jakarta : Yayasan obor Indonesia Anggota IKAPI DKI Jakarta. Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, vol.3,3, sebagaimana dikuti oleh Sri Mulyati, Peran Edukasi TQN dengan referensi utama Suryalaya http://alimultimedia3.blogspot.com/2015/02/makalah-abah-anom-dan-abah-sepuh.html Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Tasawuf. Jalan pikeun ngahontal mardhatillah.2000.Pondok pesantren suryalaya. Tasikmalaya



18